Anda di halaman 1dari 10

Adab Terhadap Al-Qur'an

Oleh:
Ahmad Zaulhaqi Al Aslami
NIM: 202108006

ABSTRAK
Adab merupakan suatu akhlak atau budi pekerti yang harus dimiliki setiap manusia
tanpa terkecuali bagi umat Islam. Umat Islam diperintahkan dan diajarkan untuk memiliki
adab (akhlak) yang mulia baik itu kepada Allah SWT, sesama manusia, kepada makhluk
hidup yang lain, bahkan kepada kitab suci mereka yaitu Al-Qur'an. Umat Islam diperintahkan
dan diajarakan untuk memuliakan Al-Qur'an sebab Al-Qur'an merupakan kitab suci yang
berisi firman-firman Allah SWT yang memiliki fungsi sebagai petunjuk bagi seluruh umat
manusia. Fungsi inilah yang menjadikan Al-Qura'n sebagai landasan pokok hidup umat Islam
supaya mereka dapat hidup bahagia di dunia maupun di akhirat kelak. Selain dapat
menyelamatkan umat Islam Al-Qur'an juga dapat menjerumuskan mereka ketika mereka
tidak memiliki adab terhadap Al-Qur'an. Jadi, adab terhadap Al-Qur'an memiliki peranan
yang sangat penting supaya umat Islam dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat kelak
dengan Al-Qur'an.
Kata Kunci : Adab dan Al-Qur'an

ABSTRACT
Adab is a moral or character that must be possessed by every human being without
exception for Muslims. Muslims are commanded and taught to have noble adab (morals) both
to Allah SWT, fellow humans, to other living creatures, even to their holy book, namely the
Qur'an. Muslims are commanded and taught to glorify the Qur'an because the Qur'an is a holy
book that contains the words of Allah SWT which has a function as a guide for all mankind.
This function is what makes the Qur'an the basic foundation of Muslim life so that they can
live happily in this world and in the hereafter. Besides being able to save Muslims the Qur'an
can also plunge them when they do not have adab towards the Qur'an. So, adab towards the
Qur'an has a very important role so that Muslims can live happily in this world and the
hereafter with the Qur'an.
Keywords: Adab and the Qur'an
1
PENDAHULUAN
Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah SWT yang
berfungsi sebagai petunjuk, nasihat, penenang dan penentram jiwa, serta obat penawar hati.
Umat Islam diperintahkan untuk membaca, memahami, mengamalkan, dan menghormati Al-
Qur'an. Adab terhadap Al-Qur'an sendiri memiliki perhatian yang khusus dikalangan Ulama.
Bahkan, pembahasan adab terhadap Al-Qur'an ini seringkali dibahas khusus dalam suatu
kitab. Salah satu kitab yang khusus membahas adab-adab terhadap Al-Qur'an adalah kitab
"At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur'an" karya imam Abu Zakarya Yahya bin Syaraf An-
Nawawi. Kitab ini fokus membahas adab-adab yang harus dimiliki oleh orang yang membaca
Al-Qur'an, orang yang menghafal Al-Qur'an, orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur'an,
serta orang yang mengamalkan Al-Qur'an. Selain itu, kitab ini juga membahas adab-adab
yang harus dimiliki masyarakat umum ketika berhubungan dengan para "Ahlul Qur'an" yang
disebutkan tadi. Bahkan, di dalam kitab ini juga dibahas adab-adab yang harus dimiliki umat
Islam terhadap Al-Qur'an itu sendiri.
Kitab di atas membuktikan bahwasanya kita selaku umat Islam harus memilikk adab
yang mulia terhadap Al-Qur'an supaya Al-Qur'an dapat memyelamatkan hidup kita baik di
dunia maupun akhirat kelak. Pada makalah kali ini saya mencoba membahas adab-adab yang
diperlukan terhadap Al-Qur'an.

PEMBAHASAN
Kata adab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti kehalusan, kebaikan budi
pekerti, kesopanan, dan akhlak. Sementara itu, dalam bahasa arab kata adab memiliki arti
husnul khuluq atau fi'lul makarim yang berarti budi pekerti yang baik dan perilaku yang
terpuji. Adab juga bermakna sopan santun dan melatih atau mendidik jiwa serta memperbaiki
akhlak.
Ibnu Manzhur berpendapat kata adab dapat diartikan sebagai suatu tata cara yang
mengantarkan seorang yang terpelajar berperilaku. Dinamakan adab karena ia menghimpun
manusia kepada berbagai hal yang terpuji dan mencegah mereka dari berbagai hal yang
buruk. Ahmad Warson Munawwir dalam kamusnya mengartikan kata adab dan turunanya
dengan makna sopan, berbudi bahasa baik, mendidik, perjamuan (pesta), menghimpun,
mengumpulkan, memperbaiki, melatih berdisiplin, menghukum, mengambil tindakan,
berbudi baik, terdidik, aturan dan tata cara dalam pergaulan. Ibnu Hajar berpendapat adab
2
adalah apa-apa yang dipuji baik berupa perkataan ataupun perbuatan. Abu Zaid Al-Anshari
berpendapat kata adab bermakna apa-apa yang lahir dari latihan yang berulang yang
mengakibatkan manusia mendapatkan keutamaan. Al-Azhari berpendapat adab adalah apa
yang mengantarkan manusia pada pujian atau tempat terpuji.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan kata adab memiliki arti budi pekerti
manusia yang baik, berupa perkataan maupun perbuatan yang dihasilkan dari latihan yang
berulang serta berfungsi untuk mengatur pergaulan manusia sehingga dapat mengantarkan
manusia pada tempat yang mulia (pujian).
Sementara itu, Al-Qur'an memiliki arti firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw secara mutawatir (berangsur-angsur) melalui perantara malaikat Jibril yang
ditulis dalam mushaf serta bernilai ibadah jika membacanya yang diawali surat Al-Fatihah
dan diakhiri surat An-Nas.
Jadi, yang dimaksud dengan adab terhadap Al-Qur'an adalah berbudi pekerti yang baik
dalam bentuk ucapan maupun perbuatan terhadap firman-firman Allah SWT (Al-Qur'an)
sehingga dapat mengantarkan kita ke tempat yang terpuji baik di sisi Allah SWT maupun
diantara manusia.
Adab terhadap Al-Qur'an merupakan suatu perbuatan yang harus kita miliki selaku umat
Islam. Berikut merupakan adab-adab seorang muslim terhadap Al-Qur'an:
1) Ikhlas
Ikhlas merupakan pondasi paling penting bagi seorang muslim untuk beramal.
Oleh sebab itu, orang yang membaca Al-Qur'an diharuskan untuk mengikhlaskan
dirinya ketika membaca Al-Qur'an hanya kepada Allah SWT. Mereka dilarang untuk
membaca Al-Qur'an untuk kepentingan yang lain.
2) Membersihkan mulut
Orang yang hendak membaca Al-Qur'an hendaknya membersihkan mulutnya
dengan siwak atau yang lainnya. Mawardi seorang ulama bermadzhab Syafi'i
berkata: "Disunahkan untuk menyikat sebelah luar dan sebelah dalam gigi, menyikat
pokok-pokok gigi, gusi gigi-gigi geraham, dan langit-langit mulut dengan lembut".
Adapun jika rongga mulutnya terkena najis yang berasal dari darah atau yang lainnya
maka makruh untuk membaca Al-Qur'an sebelum membasuhnya.

3
3) Dianjurkan dalam keadaan suci
Sebaiknya orang yang hendak membaca Al-Qur'an berada dalam kondisi suci
dari hadats dan najis tetapi boleh membaca Al-Qur'an dalam keadaan berhadats
berdasarkan kesepakatan kaum muslim.
4) Berada di tempat yang bersih
Hendaknya membaca Al-Qur'an di tempat yang bersih dan nyaman, mayoritas
ulama lebih suka membaca Al-Qur'an di masjid karena masjid adalah tempat yang
bersih, mulia, dan tempat untyk melaksanakan ibadah yang lainnya diantaranya
shalat dan 'itikaf.
5) Memulai bacaan dengan memohon perlindungan kepada Allah SWT
Ketika hendak membaca Al-Qur'an dianjurkan untuk berlindung kepada Allah
SWT dengan cara membaca ta'awudz. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
‫فإذا قرأت القران فاستعذ باهلل من الشيطن الرجيم‬
"Apabila engkau (Muhammad) membaca Al-Qur'an hendaknya kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari Syetan yang terkutuk" (QS. An-Nahl (16): 98).
Adapun bacaan ta'awudz yang dimaksud adalah:
‫أعوذ باهلل من الشيطن الرجيم‬
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan Syetan yang terkutuk".
Membaca ta'awudz hukumnya sunah bagi orang yang hendak membaca Al-
Qur'an baik ketika shalat maupun di luar shalat.
6) Membiasakan mengawali surat dengan basmalah kecuali surat yang tidak
disyariatkan membaca basmalah
Ketika hendak membaca Al-Qur'an dianjurkan untuk membaca basmalah (‫بسم هللا‬
‫ )الرحمن الرحيم‬di setiap awal surat kecuali surat At-Taubah.
7) Mentadaburi isi kandungan Al-Qur'an
Orang yang membaca Al-Qur'an hendaknya mentadaburi isi kandungan Al-
Qur'an agar mereka mendapatkan pelajaran dan rahmat dari Allah SWT. Anjuran
untuk mentadaburi isi kandungan Al-Qur'an tercantum dalam QS. Shad: 29
‫كتب انزلنه اليك مبرك ليدبروا أيته‬
"Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka
mentadaburi ayat-ayatnya". (QS. Shad (38): 29).

4
8) Membaca Al-Qur'an dengan tertib dan tidak tergesa-gesa (tartil)
Hendaknya ketika membaca Al-Qur'an tidak tergesa-gesa akan tetapi ketika
membaca Al-Qur'an dianjurkan membacanya dengan tartil sehingga bacaan huruf per
hurufnya terdengar dengan jelas. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
‫ورتل القران ترتيال‬
"Bacalah Al-Qur'an dengan tartil" (QS. Al-Muzzammil (73): 4)
9) Menghormati Al-Qur'an sesuai dengan kesucian dan keasliannya
Menghormati Al-Qur'an merupakan perkara yang perlu diperhatikan dan
ditekankan kepada orang yang hendak membaca Al-Qur'an. Hal ini dikarenakan, Al-
Qur'an merupakan bacaan yang mulia. Sebagaimana firman Allah SWT:
‫انه لقران كريم ○ في كتاب مكنون‬
"Sesungguhnya Al-Qur'an adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang
terpelihara (Lauhul Mahfudz). (QS. A-Waqi'ah (56): 77-78.
Jadi, ketika kita membaca Al-Qur'an kita dilarang untuk bermain-main, seperti
tertawa, bersorak-sorai, dan berbincang-bincang disela-sela bacaan kecuali perkataan
yang mendesak.
10) Membaca Al-Qur'an sesuai urutan mushaf
Para ulama berpendapat bahwa membaca Al-Qur'an yang paling utama adalah
membacanya sesuai dengan urutan mushaf baik ketika shalat maupun di luar shalat.
Adapun membaca suatu surat dengan urutan terbalik terdapat larangan yang sangat
keras karena hal tersebut menghilangkan i'jaz dan hikmah dibalik urutan ayat-
ayatnya.
11) Membaca Al-Qur'an dari mushaf lebih utama
Membaca Al-Qur'an dengan menggunakan mushaf lebih utama daripada
membaca Al-Qur'an sekedar memgandalkan hafalan, karena selain membaca ia juga
melihat ayat yang ia baca. Imam Al-Ghazali menyampaikan bahwa banyak dari
golongan sahabat Nabi yang membaca Al-Qur'an dari mushaf dan mereka tidak suka
jika satu hari saja tidak membaca dari mushaf.
12) Anjuran memulai bacaan dari awal tema
Seseorang yang membaca Al-Qur'an dari pertengahan surat atau berhenti tidak
di akhir surat, hendaknya ia berhenti di akhir rangkaian ayat tersebut (tema), tidak
perlu terikat pada a'syair dan ajza, karena terkadang a'syair dan ajza terletak di
pertengahan tema, contohnya:
5
‫والمحصنت من النساء‬
"(Diharamkan juga bagi kamu menikahi) perempuan yang bersuami...." (QS.
An-Nisa (4): 24).
Ayat ini masih berhubungan dengan ayat sebelumnya, yaitu tentang perempuan-
perempuan yang haram untuk dinikahi.
‫وما أبرئ نفسى‬
" Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan)... (QS. Yusuf (12): 53).
Ayat ini masih berhubungan dengan ayat sebelumnya, yaitu tentang kisah Nabi
Yusuf yang terbukti tidak bersalah ketika difitnah oleh istri Al-Aziz.
‫فما كان جواب قومه‬
"Jawaban kaumnya tidak lain......"(QS. An-Naml (27): 56)
Ayat ini masih berhubungan dengan ayat sebelumnya, yaitu tentang penolakan
kaum Nabi Luth as ketika mereka diseru oleh Nabi Luth as untuk meninggkan
perbuatan keji yaitu dengan menjadikan laki-laki sebagai pemuas syahwat mereka
dari pada perempuan.
‫وما انزلنا على قومه من بعده‬
"Setelah dia (meninggal), kami tidak menurunkan suatu pasukanpun dari langit
kepada kaumnya...." (QS. Yasin (41): 47)
Ayat ini masih berhubungan dengan ayat sebelumnya, yaitu tentang seorang
yang beriman yang menyeru kaumnya untuk beriman kepada Allah SWT.
‫قال فما خطبكم ايها المريلون‬
"Dia (Ibrahim) berkata: "Apakah urusanmu yang penting wahai para utusan?"
(QS. Adz-Dzariyat (51): 31).
Ayat ini masih berhubungan dengan ayat sebelumnya, yaitu tentang Nabi
Ibrahim as yang didatangi utusan Allah SWT yaitu para malaikat yang datang untuk
memberi kabar gembira kepada Nabi Ibrahim as dan memberikan siksa kepada kaum
Nabi Luth as.
Dari contoh ayat-ayat diatas dapat kita pahami bahwasanya hendaknya tidak
mengawali bacaan dari awal a'syar, ajza, ataupun hizb yang seperti ini, karena ayat-
ayat ini masih berkaitan dengan ayat sebelumnya, hal ini dikhawatirkan dapat
merusak makna. Para ulama berpendapat membaca satu surat pendek lebih utama
daripada membaca beberapa ayat dari surat panjang, karena terkadang seseorang
tidak paham pada makna ayat-ayat tersebut.
6
13) Anjuran membaguskan suara ketika membaca Al-Qur'an
Para ulama bersepakat bahwasanya bagi orang yang hendak membaca Al-
Qur'an dianjurkan untuk membaguskan suaranya ketika membaca Al-Qur'an. Hal ini
sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
‫زينوا القران بأصواتكم‬
"Hiasilah Al-Qur'an dengan suara-suara kalian" (HR. Abu Dawud)
‫من لم يتغن بالقران فليس منا‬
"Tidaklah termasuk golongan kami orang yang tidak membaguskan suaranya
ketika membaca Al-Qur'an". (HR. Abu Dawud).
Dari kedua hadits diatas dapat dipahami bahwasanya Rasulullah SAW
menganjurkan umat Islam untuk membaguskan suaranya ketika membaca Al-Qur'an
selama tidak berlebihan sehingga bertambah satu huruf atau berkurang satu huruf,
ketika terjadi hal yang seperti itu maka hukumnya menjadi haram karena dapat
merusak makna.
14) Dilarang membaca Al-Qur'an selain dengan bahasa Arab
Orang yang membaca Al-Qur'an tidak boleh membacanya dengan bahasa selain
bahasa Arab baik di dalam shalat maupun di luar shalat.
15) Mendengarkan dan memperhatikan Al-Qur'an jika dibacakan
Ketika kita mendengar orang lain membaca Al-Qur'an kita dianjurkan untuk
mendengarkan dan memperhatikan bacaan tersebut supaya kita mendapatkan rahmat.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
‫وإذا قرئ القران فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون‬
"Apabila dibacakan Al-Qur'an maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah
dengan tenang agar kalian mendapatkan rahmat". (QS. Al-A'raf (7): 204).
16) Hendaklah melakukan sujud tilawah jika membaca atau mendengar ayat sajdah
Sujud tilawah adalah sujud yang dilaksanakan ketika kita membaca atau
mendengarkan bacaan ayat sajdah. Para ulama berbeda pendapat tentang keharusan
sujud tilawah, imam Abu Hanifah berpendapat bahwa sujud tilawah hukumnya
wajib, sebagaimana firman Allah SWT:
‫وإذا قرئ عليهم القران ال يسجدون‬
"Dan apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka tidak (mau)
bersujud". (QS. Al-Insyiqaq (84): 21)

7
Pendapat Abu Hanifah ini dinilai kurang tepat, sebab yang dimaksuk tercelanya
orang yang tidak mau sujud ketika dibacakan ayat sajdah adalah orang-orang kafir
yang mendustaknya. Sebagaiman firman Allah SWT diayat selanjutnya:
‫بل الذين كفروا يكذبون‬
"Bahkan orang-orang kafir itu mendustakan(nya)." (QS. Al-Insyiqaq (84): 22.
Sedangkan jumhur ulama berpendapat sujud tilawah hukumnya tidak wajib tapi
mustahab (dianjurkan), hal ini didasarkan hadits shahih dari Umar bin Khattab,
bahwa ia pernah pada suatu Jumat membaca surat An-Nahl di atas mimbar, ketika
sampai pada ayat sajdah beliau turub kemudian sujud, dan orang-orangpun sujud.
Pada Jumat berikutnya beliau kembali membaca surat tersebut dan ketika sampai
pada ayat sajdah beliau berkata: "Wahai kaum muslim sesungguhnya kita melewati
ayat sajdah, barang siapa bersujud maka ia telah melaksanakan hal yang benar, dan
yang tidak sujud maka ia tidak berdosa".
Jumlah ayat sajdah menurut jumhur ulama ada 14 ayat, yang terdapat dalam
 QS. Al-A'raf ayat 206
 QS. Ar-Ra'd ayat 15
 QS. An-Nahl ayat 50
 QS. Al-Isra ayat 109
 QS. Maryam ayat 58
 QS. Al-Haj ayat 18 dan 77
 QS. Al-Furqan ayat 60
 QS. An-Naml ayat 26
 QS. As-Sajdah ayat 15
 QS. Fushshilat ayat 38
 QS. An-Najm ayat 62
 QS. Al-Insyiqaq ayat 21
 QS. Al-'Alaq ayat 19
17) Menjaga hafalan Al-Qur'an
Bagi orang yang telah menghafalkan Al-Qur'an hendaknya ia menjaga
hafalannya, sebab Rasulullah SAW menyuruh para penghapal Qur'an untuk menjaga
hafalan mereka. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan imam Bukhari:

8
‫ قال النبي (ص) بئس ما أل حدهم ان يقول نسيت أية كيت وكيت بل نسي واستذكروا‬:‫عن عبد هللا قال‬
‫القران فإنه أشد تفصيا من صدور الرجال من النعم‬
"Dari Abdullah ia berkata: Nabi SAW bersabda: "Alangkah jeleknya salah
seorang diantara mereka yang mengatakan aku melupakan ayat ini dan ini, bahkan ia
telah dilupakan dan (jagalah) hapalan Al-Qur'an kalian, karena sesungguhnya Al-
Qur'an itu lebih cepat terlepasnya dari hati seseorang, daripada untanya". (HR.
Bukhari).
Kondisi-kondisi makruh membaca Al-Qur'an
Membaca Al-Qur'an merupakan amalan yang disunahkan dan dianjurkan
kecuali di beberapa kondisi yang dilarang oleh syariat, yaitu:
 Ketika rukuk, sujud, tasyahud, dan kondisi shalat lain selain kondisi berdiri
kecuali 'itidal
 Bagi makmum ketika shalat jahr dianjurkan untuk mendengar bacaan imam
tidak perlu mengulangi bacaan
 Ketika khatib sedang khutbah
 Ketika berada di kamar mandi
 Ketika mengantuk

PENUTUP
Adab terhadap Al-Qur'an adalah berbudi pekerti yang baik dalam bentuk ucapan
maupun perbuatan terhadap firman-firman Allah SWT (Al-Qur'an) sehingga dapat
mengantarkan kita ke tempat yang terpuji baik di sisi Allah SWT maupun diantara manusia.
Adab-adab terhadap Al-Qur'an tersebut diantaranya: ikhlas, membersihkan mulut, dalam
keadaan suci, di tempat yang bersih, memulai bacaan dengan ta'awudz, memulai bacaan awal
surat dengan basmalah, mentadaburi isi kandungan Al-Qur'an, membaca dengan tartil,
menghormati Al-Qur'an, membaca sesuai urutan mushaf, membaca langsung dari mushaf,
memulai dan mengakhiri bacaan sesuai dengan tema, membaguskan suara ketika membaca
Al-Qur'an, tidak boleh membaca Al-Qur'an dengan bahasa selain bahasa Arab,
mendengarkan dan memperhatikan bacaan Al-Qur'an, melakukan sujud tilawah ketika
membaca atau mendengar bacaan ayat sajdah, dan menjaga hafalan Al-Qur'an.
Selain itu, ada juga beberapa kondisi dimakruhkan untuk membaca Al-Qur'an,
diantaranya: ketika shalat kecuali saat berdiri (selain 'itidal), makmum ketika berjamaan saat
shalat jahr, ketika khatib sedang khutbah, berada di kamar mandi dan ketika mengantuk.
9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an Al-Karim dan terjemah
An-Nawawi, Abu Zakarya Yahya bin Syaraf. At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur'an
(Surabaya: Kharisma)
An-Nawawi, Abu Zakarya Yahya bin Syaraf. At-Tibyan: Adab Penghafal Quran (Surabaya:
Kharisma). Terjemahan Umniyati Sayyidatul Hauro, Shafura Mar'atu Zuhda, Yuliana
Sahadatilla. (Solo: Al-Qowam, 2014)
Ash-Shabuni, Muhammad Ali. At-Tibyan fi Ulumil Quran (Jakarta: Darul Mawahib Al-
Islamiyah, 2016)
Masykur. Berguru Adab Kepada Imam Malik (Sukabumi: CV. Jejak, 2018)
Munawwir, Ahnad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997)
Zakarya, Aceng. Etika Hidup Seorang Muslim (Garut: Ibnu Azka, 2006)

10

Anda mungkin juga menyukai