TINJAUAN PUSTAKA
A. Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari Bahasa Arab yaitu (qara’a – yaqra'u -
Qur'anan) yang berarti bacaan. Beberapa ulama juga berpendapat bahwa lafadz Al-Qur’an
bukanlah musytaq dari qara'a melainkan isim alam (nama sesuatu) bagi kitab yang mulia,
Penamaan ini dikhususkan menjadi nama bagi Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang jika dibaca seorang pembaca nya
akan mendapat pahala. Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6.666 ayat, 77.934 kosa
kata,33.671 huruf (Ahmad, 2008).
1) Imam Jalaluddin al-suyuthi beliau merupakan seorang ulama ahli Tafsir di dalam
bukunya “Itmam Al-Dirayah” menyebutkan : “Al-Qur’an adalah kalam Allah
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk melemahkan pihak-pihak
yang ingin menantangnya, walaupun hanya dengan satu surat saja dalam Al-
Qur’an”
2) Menurut Muhammad Ali al-Shabuni juga menyebutkan definisi Al-Qur’an
sebagai berikut: “Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak ada
tandingannya, yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
saw yang menjadi penutup para Nabi dan Rasul dan ditulis dalam mushaf-mushaf
yang kemudian disampaikan kepada manusia secara mutawatir, serta jika
seseorang membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah, yang dimulai
dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas.
3) As-Syekh Muhammad al-Khudari Beik juga berpendapat mengenai definisi Al-
Qur’an yang dijelaskan dalam bukunya “Ushul al-Fiqh” “Al- Kitab itu adalah Al-
Qur’an, yaitu kalam Allah Swt. yang menggunakan bahasa Arab, yang diturunkan
kepada Khatamul Anbiya yakni Nabi Muhammad Saw. untuk dipahami isinya, di
ingat, dan dijadikan pedoman yang disampaikan kepada kita secara mutawatir.
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam diantaranya berfungsi sebagai “huda”
yaitu petunjuk bagi manusia dalam menjadi khalifah yang baik di dunia ini. Untuk
mendapat petunjuk bagi kehidupan manusia maka manusia itu harus mengkaji isi di dalam
Al-Qur’an, sehingga umat islam dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari isi
kandungan di dalam Al-Qur’an yang didalamnya terdapat permasalahan-permasalahan
yang kompleks yang terjadi dalam kehidupan manusia, baik yang sudah terjadi, sedang
terjadi maupun yang belum terjadi. semua ilmu-ilmu yang berkaitan tentang kehidupan
telah termaktub dalam Al-Qur’an.
Selain tajwid, kaidah lain yang perlu diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an adalah
makhorijul huruf. Makhorijul huruf adalah ilmu yang mempelajari cara keluarnya huruf-
huruf dari berbagai tempat di mulut, tenggorokan, dan hidung. Dengan memahami
makhorijul huruf, seorang muslim dapat menghasilkan bacaan yang lebih jelas dan tepat
(Bisri, 2016).
Referensi tentang makhorijul huruf dapat ditemukan dalam berbagai kitab ilmu tajwid,
salah satunya adalah "Al-Qiraat Ash-Sab’ah" karya Syaikh Muhammad Al-Khudairi. Kitab
ini memberikan penjelasan mendalam tentang tempat keluarnya huruf-huruf Arab dan sangat
membantu bagi para pembaca Al-Qur’an untuk menguasai kaidah makhorijul huruf.
Selain itu, kaidah lain yang harus diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an adalah
makhrajul huruf. Makhorijul huruf adalah ilmu yang mempelajari cara keluarnya huruf-huruf
Arab dari tempat-tempat tertentu di mulut, lidah, dan bibir. Memahami makhorijul huruf
membantu seorang muslim untuk melafalkan huruf-huruf dengan benar dan akurat
(Abdurrahim, 2017).
Contoh kesalahan seperti pada lafadz َاْلَحْم ُد ِهّلِل َر ِّب اْلعَلِم ْينyang memiliki makna “Segala
puji bagi Alloh Tuhan semesta alam”. Jika lafadz َاْلعَلِم ْىَنdi baca ( َاأْل َلِم ْيَنhuruf ain berubah
menjadi hamzah) maka artinya menjadi “segala puji bagi Allah, raja nya segala penyakit”
contoh kesalahan tersebut tidak sesuai dengan makna ayat / lafadz yang sebenarnya. Hal
inilah yang menjadi dasar kuat, betapa penting dan perlunya seseorang untuk mempelajari
makharijul huruf.
Makhroj berasal dari fiil madhi َخ َر َجyang artinya keluar, kemudian dikaitkan pada
wazan َم ْفَع ٌلyang ber-sighat isim makan, sehingga menjadi َم ْخ َر ٌجyang artinya tempat keluar.
Bentuk jamak nya yaitu َم َخ اِر ٌجmempunyai arti tempat-tempat keluarnya huruf.
Perbedaan pendapat terjadi dikalangan para ulama tentang pembagian makhraj huruf.
Imam Sibawaih dan Asy-Syatibi berpendapat bahwa makhraj huruf terbagi menjadi 16
makhraj, sementara menurut Imam Al-Fara’ terbagi menjadi 14 makhraj. Namun diantara
kedua pendapat tersebut, terdapat satu pendapat lain yang lebih masyhur, yakni pendapat
yang menyatakan makhraj huruf terbagi menjadi 17 makhraj. Adalah pendapat Imam Khalil
bin Ahmad, kebanyakan para qari (termasuk Imam Ibnu Al-Jazari) serta para ahli nahwu
lainnya mengikuti pendapat ini (Pratama, 2022).
Referensi tentang makhorijul huruf dapat ditemukan dalam kitab "Tuhfatul Athfal"
karya Syaikh Sayyid Sabiq. Kitab ini menyajikan penjelasan lengkap tentang makhorijul
huruf dan telah digunakan secara luas di berbagai madrasah dan lembaga pengajaran Al-
Qur’an (Munir, 2010).
Selain kaidah-kaidah di atas, ada juga kaidah bacaan lainnya seperti tanda-tanda bacaan
(tashil) dan hukum-hukum bacaan (ahkam al-qiraat). Semua kaidah ini penting untuk
dipelajari dan diamalkan dengan baik agar bacaan Al-Qur’an menjadi lebih baik dan diterima
di sisi Allah SWT (Sukmadinata, 2006).
Dalam Islam, membaca Al-Qur’an adalah sebuah ibadah yang sangat dihargai. Oleh
karena itu, sangat penting bagi setiap muslim untuk mempelajari dan mengamalkan kaidah-
kaidah membaca Al-Qur’an dengan benar. Semoga dengan pemahaman dan penerapan
kaidah-kaidah ini, setiap muslim dapat meraih keberkahan dan hidayah dalam membaca
Kitab Suci Al-Qur’an (Alimuddin, 2013).
Yang pertama ada metode Qiroati, metode Qiroati ini merupakan suatu metode
pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan buku Qiroati dengan memberikan
pembelajaran yang sistematis dan lengkap disertai penjelasan ilmu tajwidnya metode Qiroati
memiliki beberapa ciri diantaranya sederhana merangsang murid untuk saling berpacu tidak
menuntut bacaan teliti terhadap bacaan salah atau keliru praktis (Ahmad, 2008).
Kedua metode Iqro metode ini merupakan temuan dari kyai haji As’ad Humam
Yogyakarta metode ini memiliki 6 jilid dan memiliki ciri-ciri diantaranya cara belajar siswa
aktif guru menyimak bacaan siswa Guru bisa meminta bantuan untuk mengajar kepada guru
yang lain (Hamidi, 2018).
Ketiga metode tartil dimana metode ini tersusun dari kata rotala yang berarti serasi atau
indah. Kalimat yang disusun secara rapi dan diucapkan dengan baik dan membaca setiap
huruf dengan jelas perlahan tempat waqaf dan ibtida nya sehingga orang yang membaca dan
mendengarnya mampu menghayati isi dari kandungan ayat Al-Qur’an yang dibaca (Firdausi,
2017).
Keempat metode Al Baghdadi, metode ini merupakan metode yang tersusun rapi atau
metode yang berurutan dan metode al-baghdadi ini merupakan sebuah metode dengan proses
pengulangan yang lebih dikenal dengan sebutan metode alif ba ta metode ini merupakan
metode yang sudah lama muncul dan merupakan metode pertama yang dikembangkan di
Indonesia metode ini lahir pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad (Ismail,
2013).
Kelima metode Al Barqy, al-barqi sendiri berasal dari kata barqun yang artinya kilat.
Metode ini ditemukan oleh Drs Muhajir sulthon dan disosialisasikan untuk pertama kalinya
pada tahun 1991 beliau merupakan salah satu dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Keenam ada metode pembelajaran Al-Qur’an yaitu metode Ma'arif di mana metode ini
disusun oleh Komarudin kemudian metode ini diterbitkan oleh lembaga pendidikan Ma'arif
Nahdlatul Ulama forum musyawarah silaturahmi pendidikan Alquran di Kabupaten Kendal
cara belajar metode ini dengan tidak putus-putus atau langsung tanpa di eja sesuai dengan
makhorijul huruf dan kaidah tajwid metode ini isinya lebih sederhana dan bisa disesuaikan
dengan kemampuan siswa serta mengambil beberapa potongan ayat Alquran untuk dibaca
(Hakim, 2016).
Ketujuh metode Tilawati metode ini berasal dari kata talaa-yatlu-tilawatan yang
memiliki arti mengikuti metode ini merupakan metode yang praktis langsung tanpa di eja
sifatnya sederhana dan menggunakan teknik classical membaca dan menyimak.
B. Metode Maqomah
1. Definisi Metode Maqomah
Jika ditinjau dari Bahasa Arab metode adalah thariqah yang berarti langkah-langkah
strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan sedangkan metode dalam
bahasa inggris dikenal dengan istilah method yang berarti cara. Thoriqoh menggambarkan
bahwa metode yang digunakan akan berkaitan dengan langkah-langkah strategis yang
dipersiapkan dalam suatu pekerjaan. Bila berkaitan dengan strategis, maka hal ini
mengindikasikan adanya suatu sistem, aktivitas, dan cara yang dipersiapkan untuk
mensukseskan suatu pekerjaan atau mencapai tujuan yang direncanakan (Tambak, 2006).
Dalam bahasan ini makna metode lebih ditekankan pada istilah thariqah yang artinya
jalan, Jalan merupakan sesuatu yang dilalui agar bisa sampai pada suatu tujuan.
Menyampaikan suatu ilmu atau materi agar mampu diterima dan dipahami oleh peserta didik
hendaknya menggunakan jalan yang benar dan tepat agar mencapai tujuan yang diinginkan
dengan lebih cepat dan efektif, dengan kata lain jalan ini merupakan upaya yang dipakai
pengajar dalam menyampaikan ilmu sehingga bisa sampai pada peserta didik (Sutikno,
2007).
Metode dapat diartikan juga sebagai salah satu cara yang digunakan untuk
melaksanakan suatu kegiatan tertentu yang nantinya akan membantu terlaksananya kegiatan
dengan hasil yang efektif atau sesuai dengan yang diinginkan. Dalam dunia pendidikan
metode memiliki peran yang cukup penting terutama dalam pencapaian hasil belajar, untuk
menciptakan suasana belajar dengan hasil belajar yang baik perlu adanya metode
pembelajaran yang efektif (Suyanto, 2013).
Metode juga memudahkan seorang guru untuk menyampaikan suatu materi dan
membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru,
pengertian metode menurut etimologi diartikan sebagai cara kerja sedangkan secara semantik
metode diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara yang
ditempuh untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan (Prawira, 2012).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode diartikan sebagai cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar menghasilkan tujuan yang diinginkan
cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai target
tertentu.
Metodologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari metode-metode yang
membahas mengenai berbagai macam metode. Dalam penerapan suatu metode juga harus
memperhatikan beberapa faktor diantaranya adalah tujuan dari setiap metode yang diterapkan
karena setiap metode memiliki tujuan yang berbeda-beda, latar belakang kemampuan peserta
didik, orientasi serta kemampuan guru, situasi dan kondisi, serta fasilitas pengajar (Nizar,
2008).
Dari berbagai macam pengertian metode yang telah dipaparkan dapat ditarik
kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara yang disusun secara sistematik dengan tujuan
untuk mempermudah suatu proses pembelajaran ataupun proses yang lainnya untuk mencapai
suatu tujuan yang diinginkan atau menghasilkan suatu hasil yang efektif serta memudahkan
dalam pelaksanaannya (Muslich, 2011).
● Santri mampu mengeja satuan huruf hijaiyyah yang terangkai dalam satuan kalimat
● Santri mampu membedakan beberapa huruf hijaiyyah yang cara pelafalannya
● Santri mampu mengeja dan membaca QS. Al-Fatihah dengan baik dan benar
● Penyampaian materi Makharijul Huruf dan Sifatul Huruf hanya bersifat pengenalan
● Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan irama yang datar (irama mu’allam)
sifatnya
● Santri mampu mengenal kalimat yang seharusnya dibaca panjang (Mad) dan pendek
● Santri mampu mengenal kalimat yang seharusnya dibaca tertahan dan tidak tertahan
● Santri mampu mengatur hembusan nafas yang keluar ketika membaca Al-Qur’an
● Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan menggunakan irama murottal yang tujuh
sifatnya
● Santri mampu memahami hukum tajwid dan menerapkannya ketika membaca Al-
Qur’an
membaca Al-Qur’an
Pencapaian Marhalah Mujawwad:
tujuh (Bayati, Hijjaz, Shaba, Rast, Jiharkah, Sika, Nahawand) dan beberapa
pembagiannya
● Santri mengetahui berbagai Lahn (Kesalahan) baik Jali maupun Khafi ketika
● Santri mampu mengenal dan memahami serta menerapkan pembacaan Qiraat dari
Imam Qiraat yang tujuh ketika membaca Al-Qur’an dengan irama Mujawwad
Hal ini dilakukan karena pada waktu para santri baru masuk ke pesantren, para santri
memiliki kemampuan membaca Al-Qur'an yang beragam dan tidak sama. Metode maqomah
sendiri merupakan akronim dari Metoda Qiroat Marhalah, yang menekankan pembelajaran
Al-Qur'an melalui pendekatan tahap demi tahap. Santri diajarkan dengan metode ini mulai
dari teknik membaca sederhana hingga teknik membaca dengan hafalan dan tartil, sehingga
para santri dapat menguasai ilmu Al-Qur'an secara menyeluruh dan mendalam. Dengan
penerapan metode maqomah, Pondok Pesantren Al-Qur'an Al-Falah berhasil mencetak
generasi santri yang terampil dalam membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Metode ini
memberikan kesempatan bagi setiap santri untuk belajar dengan tempo yang sesuai dengan
kemampuannya, sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih maksimal (Abdurrahim, 2007).
Selain itu, metode maqomah sebagai terobosan baru dari pemikiran para pemerhati
bacaan Al-Qur’an untuk menyuguhkan berbagai variasi metode dalam pembelajaran Al-
Qur’an, sehingga perasaan jenuh yang mengakibatkan sulit nya belajar membaca Al-Qur’an
tidak lagi dirasakan oleh para pelajar karena banyak nya metode yang memudahkan proses
pembelajaran tersebut.
Marhalah Pertama
1) Dzatul Huruf ( ) ذات الحروف
Dzatul huruf merupakan satuan-satuan huruf, baik secara lisan maupun tulisan.
Diartikan juga sebagai konsonan mati yang tidak dapat dibunyikan, kecuali dengan bantuan
sebab yang lain (adanya harakat, bertemu huruf lainnya, dsb), (Bisri, 2017).
Maksud huruf disini ialah huruf-huruf hijā-iyyah yang berjumlah 29 huruf, semuanya
diurut tertibkan oleh Imam Nashr bin Ashim Al-Laitsi (wafat tahun 90 H) sesuai kesamaan
dalam tulisan dan titik, untuk membedakan di antara huruf-huruf yang hampir sama. Berikut
urutan huruf-huruf hijā-iyyah :
Ismul huruf merupakan nama-nama huruf, baik secara lisan maupun tulisan. Nama-
nama huruf hijā-iyyah ini selalu melekat dan menjadi sebutan untuk setiap huruf karena
fungsi utamanya yakni untuk menjelaskan mengenai pelafalan huruf dalam keadaan tanpa
harakat (Firdausi, 2017).
Semua huruf hijā-iyah pasti mempunyai ismul hur𝑢̅f yang pembagiannya terbagi
kedalam 3 bagian, yakni huruf-huruf yang mempunyai satu nama, dua nama dan empat nama,
berikut pembagiannya:
a.) Huruf yang mempunyai satu nama, bagian pertama ini ismul hur𝑢̅f-nya terdiri dari
tiga ejaan huruf.
b.) Huruf yang mempunyai dua nama, bagian kedua ini ismul hur𝑢̅f-nya terdiri
dari satu, tiga dan empat ejaan huruf.
c.) Huruf yang mempunyai empat nama, bagian ketiga ini ismul hur𝑢̅f-nya terdiri dari
satu, dua dan tiga ejaan huruf. Jumlah huruf bagian ketiga ini hanya ada satu yakni
()ز, (penjelasan ini akan dibahas di bab 4).
Marhalah Ke-Dua
1) Makhorijul Huruf
Imam Khalil bin Ahmad dan Ibnu Al-Jazari membaginya ke dalam 17 makhraj dengan alasan
:
● Al-Jauf : 1 Makhraj
● Al-Halqu : 3 Makhraj
● Al-Lisan : 10 Makhraj
● Asy-Syafatain : 2 Makhraj
● Al-Khaisyum : 1 Makhraj
a. Al-Jauf ( ) الجوف
Al-Jauf artinya lubang mulut. Maksudnya tempat keluar huruf terletak pada
lubang mulut. Dari lubang mulut ini keluar satu makhraj yang dikenal dengan
nama Al-Jauf
Artinya: Rongga mulut, Huruf yang keluar dari makhraj Al-Jauf adalah huruf mad
yaitu ا و ي
b. Halq ( ) الحلق
Al-Halqu artinya tenggorokan. Maksudnya tempat keluar huruf terletak pada
tenggorokan. Dari Al-Halq (tenggorokan) ini keluar tiga makhraj huruf yaitu:
dalam, huruf yang keluar dari makhraj ini ada 2 huruf, yaitu :
Hamzah ( )ءdan Ha ()ه
● Adnal Halqi artinya ujung tenggorokan, huruf yang keluar dari adnal
halqi ada 2 huruf yaitu : Ghain ( )غdan Kho (( )خLuthfi, 2012).
c. Lisan ( ) اللسان
Lisan artinya lidah, terdapat 10 bagian tempat keluarnya huruf pada lidah
diantaranya :
● Aqshol Lisan artinya pangkal lidah, huruf yang keluar dari makhraj ini ada 1
● Aqshal lisan asfalu artinya pangkal lidah bagian bawah, huruf yang keluar dari
● Wasthul lisan Artinya tengah-tengah lidah, huruf yang keluar dari makhraj ini
● Hafatil Lisan Ma’al Adhros artinya dari salah satu pinggir lidah serta gigi
geraham, huruf yang keluar dari makhraj ini ada 1 huruf yaitu : Dlod ()ض
● Adnal lisan li muntahaha artinya ujung lidah sampai ke akhirnya, huruf yang
● Tharful lisan tahta makhrajillami qolilan artinya dari ujung lidah bagian bawah
makhraj lam sedikit, huruf yang keluar dari makhraj ini ada 1 huruf yaitu :
Nun ()ن
● Dzahrul lisan artinya punggung lidah, huruf yang keluar dari makhraj ini ada 1
pangkal gigi seri atas, huruf yang keluar dari makhraj ini ada 3 huruf yaitu : ta
()ت, Tho ()ط, dal ()د
● Tharful lisan wa min fauqi tsanaya sufla artinya ujung lidah dirapatkan dengan
pangkal gigi seri bagian bawah, huruf yang keluar dari makhraj ini ada 3 huruf
yaitu : Shod ()ص, Sin ()س, Zai ()ز
● Tharful lisan ma’a athrafis tsanayal ulya artinya ujung lidah dirapatkan
dengan ujung gigi seri atas, huruf yang keluar dari makhraj ini yaitu, Dzo ()ظ,
Dza ()ذ, dan Tsa ()ث, (bisri, 2017 dikutip dari kitab Jazariyah)
d. Syafatain ( ) شفتين
● Min Batnissyafatis sufla ma’a athrofis tsanayal ulya artinya perut bibir bawah
bagian dalam dirapatkan dengan ujung gigi seri atas, huruf yang keluar dari
makhraj ini ada 1 huruf yaitu Fa ()ف
● Baina Syafatain artinya di antara dua bibir, huruf yang keluar dari makhraj ini
terletak pada rongga pangkal hidung dari tempat ini keluar 1 makhraj yaitu
makhraj ghunnah mim dan nun yang bertasydid ( )ّم & ّن
“Suatu arti atau makna yang berada pada sesuatu, seperti ilmu dan warna hitam”
الصفة هي كيفية عارضة للحرف عند حصوله في المخرج من الجهر والرخاوة والهمس والشدة ونحوها
“Cara baru yang ada pada huruf yang dihasilkan Ketika mengucapkan huruf tersebut pada
makhrajnya misalnya jahr, rikhwah, hams, syiddah, dan lain-lain” (Bisri Hasan, 2016)
Perbedaan pendapat terjadi dikalangan para ulama ilmu tajwid mengenai pembagian sifat
huruf, seperti halnya berikut:
1. Pendapat Imam Ibnu Al-Jazari dan pengikutnya, sifat huruf berjumlah 17 dengan
ketentuan yang sudah masyhur, yakni 10 sifat yang saling berlawanan dan 7 sifat yang
tidak saling berlawanan.
2. Pendapat Imam Al-Barkawi, menurutnya sifat huruf berjumlah 14 dengan ketentuan
mengurangi sifat idzlaq dan lawannya ( Ishmat), inhiraf dan lin, serta menambahkan
sifat Ghunnah.
3. Pendapat Imam Sakhawi, menurutnya sifat huruf berjumlah 16 dengan ketentuan
mengurangi sifat idzlaq dan lawannya ( ishmat) serta menambah sifat Al-Hawiyah
yaitu alif
4. Pendapat Imam al-Mar’asyi, menurutnya sifat huruf berjumlah 17 dengan ketentuan
mengurangi sifat idzlaq dan lawannya sifat (ishmat), inhiraf dan lin serta
menambahkan 4 sifat yaitu : Ghunnah, ikhfa, tafkhim, dan tarqiq (Salahuddin, 2018).
Sifat huruf dipastikan sedikitnya mempunyai lima sifat yang melekat padanya.
Jika suatu huruf tersifati oleh sifat Jahr, Rakhawah, Istifal, Infitah, atau Ishmat, maka
huruf tersebut dapat dipastikan tidak tersifati oleh sifat lawannya yakni hams, syiddah,
Isti’la, Ithbaq, atau Idzlaq. Demikian juga sebaliknya dalam nazham diterangkan :
Sifat huruf jahr, Rakhawah dan Istifal # Infitah dan Ishmat beserta lawannya
(syahid, 2020).
Talfidzul Huruf
Marhalah Talfidzul Huruf atau mengucapkan huruf merupakan tahapan yang harus
dilalui setelah mempelajari dua marhalah sebelumnya. Marhalah ini menitikberatkan pada
Tathbiq (penerapan/praktek) Makharijul Huruf dan Sifatul Huruf.
Tabel 1.1 Talfidzul Huruf
Dalam upaya mempermudah praktek talfidzul huruf , berikut ditampilkan tabel Latihan
yang dapat merangkum keseluruhan materi dari marhalah satu dan dua, serta biasa
dipergunakan untuk berlatih cara pengucapan satuan huruf hijaiyyah yang baik dan membaca
rangkaian lafadz dengan benar. Tabel ini memuat semua huruf hijaiyyah bersama dengan
harakat yang menempel pada setiap hurufnya.
Sepuluh pilar metode maqomah diatas jika dilaksanakan dengan sebaik-baiknya akan
menghasilkan sebuah pembelajaran al-Qur’an yang kondusif serta mampu meningkatkan
minat dan kemampuan santri dalam membaca al-Qur’an.
Selain itu metode maqomah memiliki materi yang terstruktur dengan ciri khasnya yakni
sembilan tahapan atau marhalah. Sembilan marhalah ini dipercaya mampu mengantarkan
santri untuk mempelajari dengan benar, marhalah yang dimaksud ialah:
Metode maqomah memiliki buku materi yang bersumber dari berbagai macam kitab
kuning klasik hasil karya para imam qira'at. Buku materi ini menjadi modal utama dalam
pembelajaran Al-Qur’an. Buku yang tersusun sesuai dengan kemampuan siswa dalam
mengenal huruf hijaiyah, tajwid dan cara bacanya. Buku ini terstruktur dengan baik sehingga
memudahkan santri dalam mempelajarinya. Santri yang dengan tekun dan rajin
menyelesaikan semua tahapan marhalah diatas akan mampu membaca al-Qur’an dengan baik
sesuai dengan ketentuan hukum tajwid.
Metode maqomah memiliki tahapan pembelajaran yang sistematis dan alokasi waktu
yang memadai hal ini menjadikannya berbeda dengan metode pembelajaran Al-Qur’an yang
lainnya. Tahapan sistematis yang dimaksud ialah pembukaan, apersepsi, pengenalan konsep,
penyampaian konsep, pemahaman konsep, latihan/keterampilan, evaluasi, dan penutup.
Tahapan yang sistematis dijabarkan dalam alokasi waktu yang memadai dengan ketentuan 70
menit yang terdiri dari 5 menit pembukaan, 15 menit murojaah hafalan, 15 menit
penyampaian materi, menit membaca sampai menyimak dan 5 menit penutup. Tahapan
alokasi waktu diatas menjadikan kelebihan tersendiri untuk metode maqomah.
1) Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan santri
2) Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara
maksimal kemampuan membaca dan menghafal santrinya
3) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas bacaan dan hafalan santrinya
4) Peneguran, saran dan kritik yang jelas tanpa harus mereka-reka tentang hafalan yang
disetorkan karena santri berhadapan dengan kyai secara langsung
Metode maqomah menggunakan metode repetition atau pengulangan, hal ini membuat
santri yang belum mampu membaca dengan baik menjadi lebih termotivasi untuk
meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.
Selain itu metode maqomah disampaikan dengan kasih sayang dan kelembutan seorang
guru, sehingga santri tidak merasa takut dengan guru Al-Qur’an. Metode maqomah
menerapkan pengawasan yang ketat sekaligus evaluasi yang berkesinambungan. Metode ini
menerapkan kontrol pengawasan secara internal dan eksternal sekaligus memberikan
supervisi yang berkesinambungan dari Kyai atau guru senior. Sistem pengawasan yang
berkesinambungan mengindikasikan komitmen maqomah yang tinggi terhadap kemajuan
pembelajaran Al-Qur’an. Pengawasan yang berkesinambungan juga menunjukkan penjagaan
mutu bacaan Al-Qur’an yang sangat ketat dan menjadikan kualitas bacaan santri selalu
terjamin.
Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh metode ini adalah adanya sanad keilmuan yang
jelas. Belajar dengan metode maqomah berarti belajar dengan tuntunan Rasulullah SAW, hal
ini karena guru yang mengajar semuanya atas rujukan dari para guru yang mempunyai sanad
keilmuan Al-Qur’an sampai pada Rasulullah SAW.
Kelemahan yang berkaitan dengan jumlah guru atau pengajar yang memiliki sertifikat
metode maqomah dapat diatasi dengan mengadakan pembinaan atau pendidikan dan
pelatihan kepada guru TPA atau siapapun yang memiliki basic bacaan Al-Qur’an untuk
disiapkan menjadi guru Al-Qur’an yang profesional dengan mengikuti sertifikasi metodologi
pembelajaran metode maqomah. Sistem dalam metode maqomah membutuhkan dana yang
besar karena membutuhkan guru yang banyak dan memiliki kriteria yang ideal, hal ini
memerlukan dana operasional yang besar.
1) Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak lebih dari 12 orang),
sehingga kalau menghadapi murid yang banyak metode ini kurang begitu tepat
2) Membuat santri cepat bosan karena ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan
disiplin yang baik dari seorang pengajar
3) Santri kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak
mengerti terjemahan dari bahasa tertentu. Hal ini menuntut kemampuan penyampaian
seorang guru yang baik
4) Diperlukan konsistensi baik dari pihak santri maupun guru pendamping dan harus
dilakukan secara kontinu. ) Sebab apabila kedua hal tersebut tidak dilaksanakan, maka
capaian target bacaan atau hafalan pasti akan mengalami gangguan
Metode maqomah memerlukan waktu yang lama sekitar 3 sampai 4 tahun untuk
menghasilkan santri yang mampu membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan ketentuan yang
benar. Waktu yang cukup lama membuat sebuah lembaga atau program pembelajaran harus
senantiasa bersabar untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Kemudian juga evaluasi dan
peninjauan ulang target harus selalu direncanakan, hal ini supaya konsep pemahaman santri
akan cara baca dan menghafal Al-Qur’an dapat tercapai lebih cepat dan menyelesaikan
pembelajaran metode maqomah dengan baik.
C. Teori Minat
1. Pengertian Minat
Minat dapat diartikan suatu perpaduan antara keinginan dan kemauan yang bisa
berkembang dan berubah jika ada suatu dorongan baik dari dalam diri maupun dari pengaruh
lingkungan minat juga diartikan suatu keinginan yang berhubungan dengan kebutuhan
dirinya dan biasanya dapat dikembangkan minat juga dapat diartikan sebagai penerimaan
terhadap suatu objek tertentu yang ada kaitannya dengan sesuatu yang ada pada diri maupun
penerimaan pengaruh lingkungan minat menjadi suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap
pencapaian seseorang karena jika sudah memiliki minat biasanya seseorang akan belajar
dengan sungguh-sungguh dan mampu mencapai tujuan yang diinginkan (Abdurrahman,
2004).
Jadi minat dapat juga diartikan sebagai rasa suka maupun tidak suka terhadap suatu
masalah atau suatu objek. Slameto (2003) juga mengatakan bahwa minat merupakan suatu
keadaan yang melalui proses untuk menghasilkan rasa suka dan adanya ketertarikan terhadap
suatu objek atau terhadap suatu Aktivitas tanpa adanya paksaan maupun penekanan dari
orang lain.
Inti dari minat adalah penerimaan akan suatu jalinan atau hubungan antara individu
dengan sesuatu yang ada di luar dirinya jika semakin besar minat yang ada pada seseorang
maka akan semakin kuat hubungannya dengan objek atau suatu aktivitas yang dibutuhkan
salah satu indikatornya adalah adanya kecenderungan yang searah, dilakukan dengan sering,
atau dilakukan lebih intens terhadap objek yang dihadapi sehingga menghasilkan aktivitas
dari suatu objek yang diminati (Sukmadinata, 2006).
Minat juga dapat diartikan sebagai kecenderungan yang menetap pada diri seseorang
sehingga lebih fokus untuk memperhatikan suatu objek tertentu. Minat dapat dilihat dari
ekspresi yang ditunjukkan oleh seseorang terhadap suatu objek atau dengan melihat tingkah
laku juga dilafalkan secara lisan seperti perkataan senang suka atau bersemangat terhadap
suatu objek yang dihadapinya. Jika seseorang telah memiliki minat tentu akan cenderung
lebih mengoptimalkan perhatiannya terhadap suatu objek yang diminati. Berdasarkan
pendapat beberapa ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa minat merupakan suatu
kecenderungan yang ada pada diri seseorang dengan indikasi adanya rasa suka tertarik senang
bersemangat pada suatu objek yang disertai dengan pemusatan perhatian yang lebih rasa
ingin tahu dan berusaha untuk bisa terlibat aktif dalam aktivitas tersebut atau memiliki
keinginan untuk terlibat secara langsung karena dirasa sangat penting bagi dirinya dan ada
harapan yang ingin dituju pada objek tersebut (M. Syah, 2006).
Minat yang terdapat pada diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor
dari dalam (faktor intrinsik) maupun faktor yang dipengaruhi dari luar (faktor ekstrinsik).
Menurut Sri rumini (2008) menjelaskan bahwa minat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya bakat, usia, jenis kelamin, sosial ekonomi, faktor pekerjaan, pengalaman,
kepribadian dan lingkungan.
Menurut Sri Rahayu haditomo (2000) faktor intrinsik yang mempengaruhi minat
seseorang yaitu sifat bawaan seperti rasa senang, ketertarikan, dan perhatian. sedangkan
Faktor dari luar atau faktor ekstrinsik diantaranya adalah keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan sekitar.
Menurut Elizabeth Hurlock menegaskan bahwa minat memiliki dua faktor yaitu aspek
kognitif dan aspek afektif.
(1) Aspek Kognitif, aspek ini didasarkan pada konsep pengetahuan seseorang yang
dihasilkan dari proses belajar yang berkaitan dengan minat belajarnya konsep yang
membangun aspek kognitif bersandar atas pengalaman dan apa yang dipelajarinya dari
lingkungan.
(2) Aspek Afektif, aspek ini merupakan suatu deskripsi dari aspek kognitif di mana
Hasil dari suatu proses kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan minat belajar
tentunya akan memiliki peranan penting untuk menghasilkan tingkah laku yang positif
maupun hasil belajar yang diinginkan.
Menurut Susanto (2013) faktor minat belajar siswa antara lain sebagai berikut:
a) Minat yang terjadi pada diri siswa akan tumbuh seiring dengan perkembangan fisik
dan mental siswa
b) Minat siswa akan belajar tergantung pada proses kegiatan yang dialami siswa
selama proses pembelajaran berlangsung
c) Perkembangan minat yang terjadi pada siswa mungkin terbatas
d) Minat yang timbul pada siswa tergantung pada kesempatan yang diberikan kepada
siswa dalam melaksanakan pembelajaran
e) Minat yang tumbuh juga tergantung pada budaya siswa
f) Minat juga merupakan bobot emosional
g) Minat berbobot egosentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka
akan timbul hasrat untuk memilikinya
Berdasarkan paparan tersebut dapat diartikan bahwa minat bukanlah sesuatu yang
dibawa sejak lahir melainkan sesuatu yang timbul akibat pengaruh dari lingkungan sehingga
lahir dalam dirinya rasa ingin tahu, rasa suka, dan ketertarikan akan suatu objek sehingga
menciptakan keinginan untuk melalui suatu proses atau menjalankan proses belajar tanpa
adanya paksaan maupun penekanan dari luar.
3. Indikator Minat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia indikator memiliki arti suatu alat pemantau yang
dapat memberikan keterangan atau petunjuk dari ukuran objek yang sedang diamati.
Kaitannya dengan minat belajar siswa yaitu sebagai alat pemantau yang bisa memberikan
petunjuk ke arah minat belajar. Ada beberapa indikator yang menunjukkan Siswa memiliki
minat belajar yang tinggi, hal ini dapat diketahui dengan memantau proses belajar di kelas
maupun di rumah seperti kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, kehadiran, kemampuan
siswa dalam menjawab pertanyaan, bersemangat dalam belajar, memperhatikan proses
pembelajaran, ketekunan dalam mengerjakan soal atau rasa ketertarikan siswa untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Berdasarkan penelitian oleh Abdullah (2018), beberapa indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur minat dalam membaca Al-Qur’an adalah keaktifan dalam mengikuti
kegiatan pengajian, rajin melibatkan diri dalam kelompok tadarus, serta antusiasme dalam
menghadiri kelas tajwid. Burs dan Lowe seperti yang dikutip oleh Dwi Sunar Prasetyono
(2008) mengemukakan indikator-indikator tentang adanya minat membaca pada seseorang
yaitu:
Dari beberapa pendapat ahli yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa minat
memiliki ciri-ciri di mana seseorang bisa dikatakan memiliki minat jika terdapat beberapa
indikator sebagai berikut, diantaranya ; adanya perasaan senang ,adanya perhatian dan adanya
aktivitas yang merupakan efek dari adanya rasa senang dan perhatian.
a. Perasaan senang
Jika seorang pelajar atau siswa sudah memiliki rasa senang terhadap suatu pelajaran
tertentu maka ia akan belajar dengan sungguh-sungguh, bersemangat, tanpa adanya paksaan
dan jika seorang siswa telah memiliki kesadaran untuk belajar tanpa adanya paksaan maka
akan berpengaruh baik terhadap hasil belajar (Sudjana , 2013).
b. Keterlibatan Siswa
Jika seorang siswa telah memiliki rasa senang terhadap suatu pelajaran maka ia akan
memiliki keinginan untuk terlibat dalam kegiatan dari objek tersebut. Contoh seperti aktif
dalam diskusi, aktif bertanya, aktif menjawab dan ikut serta dalam hal-hal yang berkaitan
dengan objek tersebut (Soetjipto, 2008).
c. Ketertarikan
Berhubungan dengan adanya dorongan siswa terhadap ketertarikannya pada suatu objek
pelajaran biasanya siswa tersebut akan memiliki antusias yang tinggi untuk mengikuti proses
pembelajaran dan tidak akan menunda jika ada hal-hal yang harus dikerjakan berhubungan
dengan pelajaran tersebut (Komaruddin, 2006).
d. Perhatian Siswa
Jika seseorang memiliki minat atau keinginan pada suatu pelajaran atau objek tertentu
maka dia akan lebih memperhatikan dan mengamati dengan sukarela apa yang menjadi objek
yang disenanginya. contoh seperti memperhatikan ketika Guru menyampaikan materi dan
mencatat poin-poin penting dari materi yang disampaikan (Rudiansyah, 2018).
D. Teori Kemampuan
1. Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat, artinya dengan adanya kemampuan
untuk mengingat pada siswa berarti ada suatu indikasi bahwa siswa tersebut mampu untuk
menyimpan dan menampilkan kembali dari sesuatu yang diamatinya (A. Silalahi, 2003).
Salah satu dari banyak pendekatan dalam psikologi dan ilmu kognitif, teori kemampuan
menitikberatkan pada pemahaman tentang kapasitas mental dan fisik manusia serta
bagaimana kapasitas tersebut dapat ditingkatkan dan dioptimalkan melalui latihan dan
pembelajaran. Teori ini mengakui peran penting latihan dan pengalaman dalam
mengembangkan kemampuan seseorang, dan menekankan bahwa potensi manusia adalah
sesuatu yang dapat dikembangkan dan diperbaiki seiring waktu (Djali, 2011).
Salah satu teori terkenal yang terkait dengan konsep kemampuan adalah teori
kecerdasan ganda (Multiple Intelligence Theory) oleh Howard Gardner. Teori ini menyatakan
bahwa manusia memiliki beragam jenis kecerdasan yang mencakup kecerdasan verbal-
linguistik, logika-matematis, visual-ruang, kinestetik-tubuh, musikal, interpersonal,
intrapersonal, dan naturalis. Pandangan ini mengajarkan bahwa setiap individu memiliki
potensi yang unik di berbagai jenis kecerdasan, dan potensi ini dapat dioptimalkan melalui
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan preferensi dan kecenderungan individu (Azwar,
2007).
Dalam konteks pendidikan, teori kemampuan juga sangat relevan. Guru dapat
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dalam berbagai aspek kemampuan dan
kemudian merancang pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk memperkuat aspek-aspek
tertentu yang perlu ditingkatkan. Melalui pendekatan ini, potensi siswa dapat lebih terealisasi
dan perkembangan mereka dalam berbagai bidang dapat di akselerasi (Soekanto, 2009).
Kemampuan membaca Al-Qur’an, di sisi lain, memerlukan upaya dan dedikasi untuk
menguasai tajwid dengan baik. Pelafalan yang benar dan memahami kaidah tajwid akan
memberikan nilai estetika pada bacaan Al-Qur’an. Kemampuan ini juga memperkaya
pemahaman tentang ajaran agama dan meningkatkan keimanan dalam menghadapi berbagai
tantangan hidup (Said, 2004).
Mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar merupakan tujuan utama dari
mempelajari ilmu tajwid, sebab membaca Al-Qur’an merupakan suatu bentuk kecintaan
seorang hamba kepada Rabb nya. Selain itu, dengan membaca Al-Qur’an akan menambah
pemahaman tentang isi dari Al-Qur’an. Jika Al-Qur’an telah dipahami maka seorang
pembaca Al-Qur’an akan menghayati dan kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, jika seorang muslim menjalankan hidup dengan berpedoman pada Al-Qur’an
maka akan menjadi muslim yang baik.
2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Membaca merupakan sebuah aktivitas seorang pembaca atau sebuah proses untuk
mendapatkan informasi atau pesan yang di sampaikan oleh penulis melalui media tulis. Al-
Qur’an merupakan firman Alloh yang menjadi mu’jizat bagi Nabi Muhammad saw yang di
sampaikan dengan perantara malaikat Jibril yang disampaikan secara berangsur-angsur dan
membacanya merupakan suatu ibadah. Membaca Al-Qur’an bertujuan untuk mendapatkan isi
dari Al-Qur’an tersebut sehingga dapat dijadikan pedoman bagi pembaca nya, artinya
membaca Al-Qur’an sebaiknya dengan menelaah dan mempelajari isi kandungan nya agar
pesan Alloh sampai kepada pembacanya.
Para ulama berpendapat bahwa membaca Al-Qur’an harus sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid. Ilmu tajwid merupakan suatu ilmu yang mempelajari tata cara membaca Al-Qur’an
yang baik dan benar. Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah sedangkan
hukum menggunakan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an adalah fardhu ain. Contoh
sederhana jika seorang pembaca membaca huruf syin dibaca dengan huruf sin, atau huruf
dzal di baca dal, maka pembaca telah menggantikan suatu huruf, jika satu huruf saja
digantikan maka akan merubah makna dari isi Al-Qur’an dan jika murubah isi Al-Qur’an itu
berdosa. Maka dari itu penting nya mempelajari ilmu tajwid agar membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar.
Mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar merupakan tujuan utama dari
mempelajari ilmu tajwid, sebab membaca Al-Qur’an merupakan suatu bentuk kecintaan
seorang hamba kepada Rabb nya. Selain itu, dengan membaca Al-Qur’an akan menambah
pemahaman tentang isi dari Al-Qur’an. Jika Al-Qur’an telah di pahami maka seorang
pembaca Al-Qur’an akan menghayati dan kemudian mengamalkan nya dalam kehidupan
sehari-hari, jika seorang muslim menjalankan hidup dengan berpedoman pada Al-Qur’an
maka akan menjadi muslim yang baik.
Seorang pengajar di lembaga pendidikan Islam memiliki tugas dalam merencanakan,
mengolah, membimbing dan mengevaluasi keberlangsungan proses belajar dengan sebaik-
baik nya. Maka menjadi tugas bagi pengajar untuk memaksimalkan metode belajar yang tepat
dan efektif serta membuat suasana belajar yang nyaman agar meningkatkan minat siswa
untuk mempelajari Al-Qur’an. Jika umat muslim sudah memiliki kemampuan dalam ilmu Al-
Qur’an maka hal tersebut akan mendorong seseorang untuk mempelajari bidang ilmu-ilmu
yang lain nya, seperti pada masa keemasan islam.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah di paparkan maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan membaca Al-Qur’an merupakan kesanggupan yang di miliki seseorang dalam
membaca dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yang bersanad hingga
Rosulullah saw untuk memperoleh pesan yang di sampaikan dalam Al-Qur’an.
1) Aspek Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, Adapun yang dapat
mempengaruhi hasil belajar seseorang dari faktor internal adalah:
● Faktor kesehatan: Sehat berarti bahwa seluruh badan dan bagian-bagiannya dalam
kondisi baik.
● Cacat tubuh adalah kondisi yang menyebabkan kondisi fisik yang buruk. Cacat
● Kecerdasan
Faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa adalah kecerdasan,
yang menentukan kualitas belajar mereka. Semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang,
semakin besar peluang mereka untuk sukses dalam belajar
● Motivasi
Motivasi adalah salah satu komponen yang mempengaruhi seberapa baik siswa
melakukan tugas belajar mereka.
● Antusiasme
● Keinginan
Bakat adalah kemampuan yang merupakan bagian penting dari proses belajar
seseorang. Jika bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, bakat
itu akan membantu proses belajarnya, meningkatkan kemungkinan keberhasilan.
● Pandangan
2) Aspek Eksternal
Faktor-faktor yang berasal dari dunia luar dan dapat mempengaruhi hasil belajar
seseorang disebut faktor ekstern. Beberapa contoh faktor ekstern adalah :
(a) Suasana sosial
guru.
● Sekitar keluarga
(b) Lingkungan alami, seperti udara yang segar, suasana yang sejuk, dan tenang, dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
3) Faktor pendukung, yaitu perangkat pendidikan. Perangkat keras termasuk gedung,
alat, dan fasilitas pendidikan, dan software termasuk kurikulum, peraturan, dan
silabus sekolah.
4) Faktor materi pelajaran: Materi pelajaran harus disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa, dan strategi pembelajaran guru harus disesuaikan dengan
perkembangan siswa (Soetjipto, 2008).
4. Indikator Kemampuan
Dalam mengukur kemampuan membaca Al-Qur’an, terdapat beberapa aspek yang
dapat digunakan sebagai acuan, seperti disampaikan dalam penelitian oleh Al-Ahdal (2017).
Pertama, kemahiran dalam membaca huruf-huruf Arab dengan benar, termasuk pemahaman
tentang tanda baca dan tajwid. Kedua, kelancaran membaca Al-Qur’an dengan kecepatan
yang tepat tanpa mengorbankan kejelasan dan kelurusan bacaan. Ketiga, pemahaman
terhadap arti dan makna ayat-ayat Al-Qur’an sehingga mampu merencanakan dan
mengaplikasikan ajaran-ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Pentingnya indikator ini terletak pada upaya meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an
serta memperkokoh koneksi spiritual dengan Allah SWT. Selain itu, pemahaman yang
mendalam terhadap teks suci ini juga dapat mempengaruhi perilaku individu dalam bersikap
lebih bijaksana dan berempati terhadap sesama, seperti yang diungkapkan dalam studi oleh
Mahmud, dkk (2019).