Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STUDI AL-QURAN DAN HADIST


DOSEN PENGAMPU : AYU LESTARI, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
NAMA
PRODI

: ANIS MUASIROH
: PAI / IB

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


MISBAHUL ULUM GUMAWANG
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR
1

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Materi PAI yang
berjudul Studi Al-Qur'an dan Hadist.
Dalam penyusunan Makalah PAI ini, penulis mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih
yang sebesar-besarnya kepada mereka. Ucapan terima kasih penulis berikan juga
kepada dosen pengampu Ibu Ayu Lestari, M.Pd yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat membuat Makalah PAI ini.
Penulis berharap isi dari Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar Makalah PAI ini dapat menjadi lebih baik lagi. Terima kasih

Belitang, 10 Oktober 2016

Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................

BAB II

1
1
1

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-Quran.................................................................
2.2 Pengertian Hadist.......................................................................
2.3 Bentuk-Bentuk Hadist................................................................
2.4 Kedudukan Al-Quran dan Hadist dalam KeIslaman.................

2
4
7
9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................
3.2 Saran ..........................................................................................

16
16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Quran dan Al-Hadist adalah pedoman manusia khususnya Ummat
Muslim yang telah ditinggalkan oleh Rasullullah saw kepada seluruh ummatnya.
Al-Quran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. sebagai pedoman bagi ummat manusia dalam menata kehidupannya, agar
memperoleh kebahagiaan lahir dan batin baik didunia maupun diakhirat kela. AlHadist merupakan perkataan, perbuatan, dan yang menyangkut hal ihwalnya.
konsep-konsep yang dibawa Al-Quran dan Al-Hadist selalu relevan dengan
problem yang dihadapi manusia kerena ia turun untuk berdialok dengan setiap
ummat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan terhadap problem
tersebut, kapan dan dimanapun mereka berada. dari sinilah studi tetang Al-Quran
sangat penting dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Karena luasnya pembahasan tentang Al-Quran dan al-hadist ini. Maka
didalam makalah ini kami hanya akan membahas tentang :
1.
2.
3.
4.

Pengertian Al-Quran
Pengertian Hadist
Bentuk-bentuk Hadist
Kedudukan Al-Quran dan Hadist dalam KeIslaman

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Al-Quran.
2. Mengetahui pengertian Hadist.
3. Mengetahui bentuk-bentuk hadist.
4. Mengetahui kedudukan Al-Quran dan Hadist dalam KeIslaman

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-Quran

Al-Quran menurut bahasa (etimologi), mempunyai arti yang bermacammacam, salah satunya menurut pendapat yang lebih kuat, Al-Quran berarti
bacaan atau yang dibaca. Pendapat itu beralasan karena Al-quran adalah masdar
dari kata dasar Qaraa Yaqrau yang artinya membaca. Al-Quran dalam Arti
membaca ini dipergunakan oleh Al-Quran sendiri.[1]
Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Qiyaamah : 16-18
Artinya:
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena hendak
cepat-cepat (menguasai)Nya
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Ayat-ayat lain yang senada dengan firman Allah tersebut diatas dapat kita
temukan pada:
Surat Al-araf: 204, surat An-nahl: 98, surat Al-isra: 17dan 106, surat Almuzammil: 20, surat Insyiqaq: 21.
Menurut makna yang terkandung dari ayat diatas Quran itu diartikan
sebagai bacaan, yakni kalam Allah yang dibaca dengan berulang-ulang. Ayat-ayat
tadi juga menjadi dalil bahwa kata Al-Quran itu sendiri adalah kalam Allah.
Adapun definisi Al-Quran secara istilah (terminologi), Muhammad Ali
Ash-shabuni menulisnya bahwa Al-quran adalah kalam Allah yang tiada
tandingan diturunkan kepada Nabi Muhammad saw penutup para nabi dan rasul
dengan perantaraan malaikat jibril as, dan ditulis pada mushab-mushab yang
kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan
mempelajarinya merupakan suatu ibadah yang dimulai dengan surat Al-fatihah
dan ditutup dengan surat An-Nas.[2]
Bagian yang lain menyebutkan bahwa Al-Quran ialah lafal berbahasa
Arab yang diturunkan kepada Muhammad saw yang disampaikan kepada kita
[1] 1) Mudasir, H. 1999, Ilmu Hadist, Bandung, CV. Pustaka Setia. Hal. 2

[2]2)Mudasir, H. 1999, Ilmu Hadist, Bandung, CV. Pustaka Setia. Hal. 14

secara mutawatir yang diperintahkan membacanya yang menentang setiap orang


(untuk menyusun walaupun dengan membuat) surat yang terpendek daripada
surat-surat yang ada didalam nya.
Dari dua buah definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa apa yang
disebut Al-Quran itu mempunyai kriteria-kriteria seperti :
1. Al-Quran adalah Firman Allah swt
2. Al-Quran yang merupakan firman Allah itu berbahasa Arab, oleh karena
itu Al-Quran yang ditulis atau dilafalkan tidak dalam bahasa arab
tidakdisebut Al-Quran.
3. Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan
malaikat jibril, dengan demikian hadist bukanlah Al-Quran karena Hadist
tidak melalui perantaraan Jibril lagi pula hadist bukanlah Firman Allah
yang diucapkan dengan bahasa Nabi sendiri.
4. Al-Quran sampai kepada kita dengan jalan mutawatir artinya Al-Quran
yang diterima oleh nabi muhammad dari Allah melalui Jibril itu. Beliau
ajarkan kepada orang banyak pula begitu seterusnya, sehingga akhirnya
sampai kepada kita dari orang banyak kepada orang banyak ini merupakan
jaminan bagi kebenaran/ keautentikan Al-quran, sebab tidak mungkin
orang banyak sepakat untuk berdusta. Bukan Al-Quran kalau hanya
diriwayatkan oleh seseorang atau beberapa orang saja.
5. Al-quran adalah Mukjizat Nabi Muhammad Saw yang bersifat
memberikan tantangan kepada siapapun yang tidak percaya terhadap
kebenaran kewahyuannya. Mereka ditantang untuk menandingi atau
mengalahkan Al-Quran, sekalipun hanya dengan membuat satu surat yang
paling pendek, namun tidak mungkin Al-Quran dapat ditandingi sebab
kalau dapat ditandingi bukanlah mukjizat namanya.
6. Al-Quran ditulis didalam Mush-haf. Selain Al-Quran itu kitab suci yang
paling banyak dibaca (artinya memang bacaan). Ia juga ditulis dalam
Mush-hab dan penulisan telah dikerjakan sejak masa Nabi Muhammad
kerena selalu ditulis ini lah Al-Quran juga disebut Al-kitab. Dewasa ini
mush-haf Al-Quran juga disebut Mush-haf Usmani kerena penulisannya
mengikuti metode Usman Bin Affan.

7. Al-Quran diperintahkan untuk dibaca (selain itu tentunya untuk dipelajari


atau diamalkan), kerena perintah, berarti membaca Al-Quran adalah
ibadah pahala. Dalam Hadist Riwayat Tarmidzi diterangkan bahwa, satu
huruf Al-Quran dibaca, pahalanya berlipapt sampai sepuluh kali. Hanya
Al-Quran yang mendapat perlauan istimewa seperti ini.
8. Al-Quran diawali dengan surat Al-fatihah dan di akhiri dengan surat AnNas. Lampiran-lampiran diluar itu seperti ilmu tauhid, keteranganketerangan yang menjelaskan tentang keutamaan membaca Al-Quran,
bukanlah Al-Quran.
2.2 Pengertian Hadist
Hadist atau Al-Hadist menurut bahasa Al-Jadid yang artinya sesuatu yang
baru lawan dari Al-Qadim (lama) artinya yang berarti menunjukan kepada waktu
yang dekat atau waktu singkat. Hadist juga sering disebut dengan Al-Khabar, yang
berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain, sama maknanya dengan hadist. [3]
Hadist dengan pengertian khabar sebagaimana tersebut diatas dapat dilihat
pada beberapa ayat Al-quran seperti Qs.At-thur (52):34, Qs.Al-kahfi (18):6, dan
Qs.Ad-dhuha (93):11.
Sedangkan menurut istlah (terminologi), para ahli memberikan definisi
(tarif) yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya. Seperti
pengertian hadist menurut ahli ushul akan bebeda dengan pengertian yang
diberikan oleh ahli hadist. menurut ahli hadist, pengertian hadist ialah :
segala perkataan nabi, perbuatan dan ihwalnya.
Yang dimaksud dengan hal ihwal ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi
SAW yang berkaitan dengan himmah, karakteristik sejarah kelahiran dan
kebiasaan-kebiasaannya.
Ada juga yang memberikan pengertian lain: sesuatu yang disandarkan
kepada nabi saw. Baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau.
Segabian muhaddisin berpendapat bahwa peengertian hadist diatas merupakan
pengertian yang sempit dan menurut mereka hadist mempunyai cakupan
[

3)

Faridl Miftah, Syihabuddin Agus, 1989, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang
Pertama, Bandung : Pustaka. Hal. 4

pengertian yang lebih luas, tidak terbatas pada apa yang disandarkan kepada nabi
saw (hadist marfu) saja, melainkan termasuk juga yang disandarkan kepada para
sahabat (hadist mauquf) dan tabiin (hadist maqtu).
Para pakar Islam membagi dua kehidupan Nabi Muhammad saw, atas dua
bagian yaitu: pertama, kehidupan beliau sebelum menerima wahyu, mulai dari
bayi, kanak-kanak, kemudian dewasa (baligh) sampai batas usia 40 tahun. Kedua,
kehidupan Nabi Muhammad saw mulai dari menerima wahyupertam digoa hiro
dalam usia kematangan sampai beliau wafat pada usia 63 tahun. Namun demikian,
perkataan, perbuatan dan sikap beliau sepanjang hari sejak kecil hingga dewasa
terpuji, sehingga kalangan sahabat dan kerabat beliau diberi gelar sebagai Al-amin
(dapat dipercaya) kehadirannya kedunia ini bagaikan rahmatan lil alamin.
Nabi Muhammad sendiri semasa hidupnya memang melarang para sahabat
beliau mencatat perilaku beliau kecuali hal-hal yang beliau katakan sebagai
wahyu, hal ini untuk mencegah kerancuan antara hadist dengan Al-quran, namun
kemudian para ahhli sejarah kembali menghimpunnya, baik dikalangan sunni
maupun syiah.
Menurut Ahli Hadist, pengertan Hadist adalah segala perkataan nabi
muhammad saw, perbuatan dan ihwalnya,. Adapun yang dimaksud dengan ihwal
adalah segala yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad saw yang berkaitan
dengan himmah, kerakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya. [4]
Sebagai muhaddisin berpendapat bahwa pengertian haist diatas merupakan
pengertian yang sempit, menurut mereka, hadist hadist mempunyai cakupan
pengertian yang sangat luas, tidak terbatas pada apa yang disandarkan kepada
Nabi saw (hadist marfu) saja, melainkan termasuk juga yang disandarkan kepada
para sahabat (hadist maukuf), dan tabiin (hadist maqti), sebagai mana yang
disebut oleh Al-tarmizi;
bahwasanya hadist itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu,yaitu
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, melainkan bisa juga untuk sesuatu
yang maukuf yang disandarkan kepada sahabat, dan yang maqtu yang
disandarkan kepada tabiin
[

4)

Faridl Miftah, Syihabuddin Agus, 1989, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang
Pertama, Bandung : Pustaka hal. 1-2.

Menurut para ulama ushul fiqh, pengertian hadist menurut istilah ialah
segala perbuatan, perkataan, taqrir Nabi muhammad saw yang berkaitan dengan
hukum syara dan ketetapannya.
Yang dimaksud dengan taqrir disini ialah membenarkannya Nabi
muhammad saw terhadap perbuata seorang sahabat yang dilakukan dihadapan
beliau, atau yang diberitahukan kepada beliau tetapi beliau sendiri tidak menegur
atau menyalahkannya.
Hadist juga disebut Sunnah, bahkan menurut jumhur ulama, sunnah
merupakan Muradif (sinonim) dari hadist. Sunnah menurut bahasa mempunyai
beberapa arti, seperti jalan yang terpuji, jalan atau cara yang dibiasakan,
kebalikan dari bidah serta apa yang diperbuat oleh sahabat, baik ada dasar dari
dalam al-Quran, hadist, atau tidak.
Sunnah menurut istilah, sebagaimana yang dirumuskan oleh ulama
ahli hadist ialah segala yang dipindahkan dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa
perbuatan, perkataan, maupun taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan
hidup, dan baik yang demikian itu terjadi sebelum masa kenabian atau
sesudahnya. Sunnah dalam pengertian inilah, menurut jumhur ulama hadist yang
merupakan muradif dari hadist.
Menurut rumusan ulama ushul fiqh, sunnah menurut istilah ialah
segala yang dipindahkan dari Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan,
perbuatan, atau taqrir, yang mempunyai kaitan hukum.
2.3 Bentuk-Bentuk Hadist
1. Hadist Qudsiy
Hadist qudsiy ialah hadist yang disampaikan oleh rasullullah saw
kepada para sahabat dalam bentuk wahyu, akan tetapi wahyu tersebut
bukanlah bagian dari ayat Al-Quran.
Ciri-ciri hadist qudsiy:
1) Ada redaksi hadist qala-yaqulu allahu
2) Ada redaksi fi ma rawa/ yarwihi anillahi fabaraku wataala
3) Redaksi lain yang semakna dengan redaksi diatas, setelah selesai
menyebut rawi yang menjadi sumber pertamanya, yakni sahabat. Contoh
hadist qudsiy.
Dari Abi Dzar, dari Nabi saw, Allah swt berfirman :wahai hambahamba-Ku, sungguh Aku mengharamkan kedzaliman pada diri-Ku, (lebih
6

kerena itu) Aku menjadikannya diantara kamu sekalian hal-hal yang


diharamkan, maka dari itu janganlah kalian berbuat dzalim (HR. Muslim).
2. Hadist Qauli
Hadist qauli adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw, baik berupa perkataan atau pun ucapan yang memuat
berbagai maksud syara, peristiwa, dan keadaan yang berkaitan dengan
aqidah, syariah, akhlak, atau lainnya.
3. Hadist Fili
Yang dimaksud dengan fili ialah segala yang disandarkan kepada
Nabi saw berupa perbuatannya yang sampai kepada kita. Seperti hadist
tentang shalat atau haji.
4. Hadist Taqriri
Hadist taqriri adalah segala yang berupa ketetapan Nabi saw terhadap
apa yang datang dari sahabatnya. Nabi saw membiarkan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh para sahabat, setelah memenuhi beberapa syarat baik megenai
pelakunya maupun perbuatannya.
5. Hadist Hammi
Hadist hammi adalah hadist yang berupa keinginan Nabi saw yang
belum terealisasikan, seperti halnya keinginan untuk berpuasa 9 Asyura,
didalam riwayat Ibnu Abbas, disebutkan;
Ketika Nabi Saw berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan para
sahabat untuk berpuasa, mereka berkata ,: Ya Rasullullah hari ini adalah hari
yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, Nabi Bersabda,
tahun yang akan datang insyaallah aku akan berpuasa pada hari yang
kesembilan. (HR. Muslim dan Abu Daud).
Nabi Muhammad Saw belum sempat merealisasikan keinginannya,
kerena beliau wafat sebelum bulan Asyura. menurut imam Syafii dan para
pengikutnya, menjalankan hadst ini disunnahkan sebagaimana sunah-sunah
lainnya.
6. Hadist Ahwali
Yang dimaksud hadist ahwali adalah hadist yang berupa hal ihwal Nabi
Saw yang menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya. tentang
keadaan fisik Nabi Muhammad Saw dalam beberapa hadist disebutkan bahwa

tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. sebagaimana yang dikatakan oleh
Al-bara dalam sebuah hadist riwayat bukhari sebagai berikut : Rasullullah
saw adalah manusia yang sebaik-baik rupa dan tubuh, keadaan fisiknya tidak
terlalu tinggi dan pendek. (HR. Bukhari).

2.4 Kedudukan Al-Quran dan Hadist dalam KeIslaman


1. Kedudukan Al-Quran
Al Quran sebagai dasar hukum yang pertama tidak di sangsikan lagi
oleh umat islam bahwa al quran adalah sumber yang asasi bagi syariat islam.
Dari al quran inilah dasar-dasar hukum islam beserta cabang-cabangnya
digali.
Agama islam, agama yang dianut oleh umat muslim di seluruh dunia,
merupakan way of life yang menjamin kebahagian hidup pemeluknya di dunia
dan di akherat kelak.
Agama Islam datang dengan al qurannya membuka lebar-lebar mata
manusia agar mereka menyadari jati diri dan hakekat keberadaan manusia di
atas bumi ini. Juga, agar manusia tidak terlena dengan kehidupan ini, sehingga
manusia tidak menduga bahwa hidup mereka hanya di mulai denga kelahiran
dan kematian saja. Al qurqn mengajak manusia berpikir tentang kekuasaan
Allah SWT. Dan dengan berbagai dalil, al quran juga mengajarkan kepada
manusia untuk membuktikan keharusan adanya hari kebangkitan, dan bahwa
kebahagiaan manusia pada hari itu akan di tentukan oleh sikap persesuaian
hidup mereka dengan apa yang dikehendaki oleh Sang Pencipta, Allah Yang
Maha Kuasa.
Untuk mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia dan di akherat kelak
manusia membutuhkan peraturan-peraturan, gambarannya adalah seperti
halnya seseorang yang yang akan menuju suatu negeri atau kota yang amat
jauh. Ia haus berkendaraaan yang layak, dan harus mengikuti rambu-rambu
lalu lintas di sepanjang perjalanannya bila ia ingin selamat sampai tujuan. Nah
di sisi inilah sebagai manusia yang di lengkapi dengan akal pikiran yang sehat
dapat merenungkannya ketika manusia mau menuju perjalanan yang sangat
8

jauh (akherat) itu, siapakah yang patut dan seharusnya membuat peretuanperaturan itu ?.
Apakah manusia patut dengan yang demikian itu ?. Manusia memiliki
kelemahan-kelemahan, disamping itu pengetahuan manusia sangat terbatas.
Lantaran itu jika manusia yang diserahi menyusun peratuan-peratuan lalu
lintas menuju kehidupan sesudah mati maka akan sangat keliru, karena
manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah kematian.
Jika demikian yang patut menyusunnya adalah Allah Tuhan Yang
Maha Kuasa yang sedikitpun tidak mempunyai kepentingan. Dan peraturan
yang dibuatNya itu disebut AGAMA. Namun manusia tidak bisa
behubungan langsung secara jelas dengan Tuhan, guna memperoleh
informasi-NYA, Tuhan memilih orang-orang tertentu yang memiliki kesucian
jiwa dan kecerdasan pikiran untuk menyampaikan informasi-NYA kepada
manusia.Mereka yeng terpilih itu dinamai Nabi dan Rasul.
Dan para Nabi atau Rasul yang menerima informasi dari Tuhan untuk
disampaikan kepada manusia itu, harus diberi bukti-bukti agar manusia
mampu menerimanya. Bukti-bukti itu dalam islam disebut mukjizat. Dan
mukjizat yang diberikan kepada Nabi akhir zaman, penutup para Nabi dan
Rasul adala Al Qura Al Karim. [5]
Al quran sebagai sumber pertama dan utama bagi hukum islam dan
pedoman hidup manusia di tegaskan oleh Rasulullah SAW. sebagai berikut:
Aku tinggalkan kepada kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat,
selama kalian berpegang tuguh kepada keduanya, yaitu kitabullah al quran
dan sunnahku.

2. Kedudukan Hadits

5)

http://mellsarahwindy.blogspot.com/2013/03/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-al-quran.html

Hadits sebagai sumber hukum syariah, peran utama hadits dalam


revitalisasi syariah adalah menjadi sumber hukum syariah yang kedua setelah
al-Quran. Dalam konteks ini perlu ditegaskan dua hal:
Pertama, kehujjahan hadits sebagai sumber hukum syariah. Yang
dimaksud dengan kehujjahan al-hadits (hujjiyah al-hadits), adalah keadaan
hadits yang wajib dijadikan hujjah atau dasar hukum (al-dalil al-syari), sama
dengan

al-Quran,

dikarenakan

adanya

dalil-dalil

syariah

yang

menunjukkannya. Menurut wahbah Az-Zuhaili, dalam kitabnya ushul al-Fiqh


al-Islami, orang yang pertama kali berpegang dalil-dalil ini, diluar ijma.
adalah Imam Asy-Syafii dalam kitabnya Ar-Risalah dan Al-umm. Dalil-dalil
tersebut ada yang menunjukkan bahwa hadits adalah wahyu sebagaimana alQuran, dan ada yang menunjukkan wajibnya mengikuti hadits atau AsSunnah.
Kedua, kedudukan (al-manzilah) dan fungsi hadits terhadap al-Quran.
Pada prinsipnya, fungsi hadits adalah sebagai penjelasan (al-bayyan) dari alQuran. Itulah yang dimaksud dengan ungkapan As-Sunnah qadhiyah ala AlKitab, yang terkenal di kalangan ulama seperti disebut Imam Asy-Syatibi
dalam kitabnya Al-Muwafaqat juz IV/4. ungkapan itu berarti AsSunnah/hadits itu menjadi pemutus atau penentu makna al-Quran. Sebab
suatu ayat al-Quran dapat mengandung dua kemungkinan makna atau lebih,
maka hadits-lah yang kemudian menentukan satu makna di antara sekian
makna yang ada. Fungsi hadits sebagai penjelasan al-Quran didasarkan pada
firman Allah swt (artinya):
Dan Kami turunkan kepadamu [Muhammad] al-Quran agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka dan supaya mereka memikirkan. (An-Nahl: 44).
Tiada syariah tanpa hadits sebagai sumber hukum syariah ini sangat
strategis bagi upaya revitalisasi syariah. Karena sebagian besar hukumhukum syariah bersumber pada hadits. Terlebih lagi, hadits banyak menjadi
dalil bagi berbagai hukum yang berkaitan dengan kehidupan bernegara,
misalnya pengaturan hubungan penguasa dan rakyat, hubungan negara Islam

10

dengan negara lain, struktur pemerintahan, pengangkatan para gubernur (wali)


dan hakim (qadhi), dan sebagainya. Dan juga berpegang pada hadits atau
sunnah rasul saw. terhadap hal-hal yang tidak dijelaskan al-Quran sebagai
landasan syariah. [6]
Karena kedudukannya sebagai dasar Islam yang kedua sesudah kitab
suci al-Quran, maka tidaklah mengherankan kalau Hadits Nabi mendapat
perhatian yang paling besar dikalangan kaum muslimin. Sungguh pun ada
larangan Nabi supaya jangan menuliskan selain dari al-Quran, sebagian nanti
akan kita terangkan, untuk menjaga jangan sampai dicampur adukkan dengan
kitab suci al-Quran itu, tetapi ada saatnya beliau memberi izin kepada
beberapa sahabat yang cukup berhati-hati untuk mencatatkan hadits-hadits itu.
Dalam kasus al-Quran, kita tahu bahwa tidak ada tenggang waktu
antara turunnya wahyu dan penulisannya. Jadi, tidak ada keraguan akan
otentisitas al-Quran, lantaran Nabi sudah menunjuk para pencatatnya sejak
turunnya

wahyu

pertama

yang

ditugasi

untuk

menghimpun

dan

menuliskannya. Tetapi praktek ini tidak diikuti dalam kasus hadits, yang
mendapat perlakuan berbeda.
Pentingnya hadits dan perananya dalam berbagai masalah politik dan
sosial telah menyebabkan berbagai kelompok memperlihatkan kepekaan
tertentu terhadapnya. Kepekaan ini mengakibatkan tertundanya usaha
penulisan hadits, meskipun ada perintah Nabi untuk melakukan penulisan dan
penyebarluasan hadits. Sayangnya, penundaan ini menciptakan kerumitan bagi
generasi berikutnya dalam melakukan penilaian hadist.
Sudah banyak komentar mengenai Hadits, baik dari kalangan umat
Islam maupun non Islam, baik yang membela maupun yang menyerang dan

6)

T.M Ash-Shiddiq,hasbi.1970. Koleksi hadits-hadits hokum.bandung.P.T AL MAARIF

11

ingin menghancurkannya. Semua itu ternyata semakin menambah semaraknya


kajian dan minat terhadap bidang hadits ini.
Yang jelas, terlepas dari semua itu, para ulama dari berbagai golongan
dan aliran, hampir tidak ada perbedaan dalam memandang Hadits-hadits Nabi
sebagai dasar dalam Syariat Islam. Mereka menjadikan Hadits sebagai
pedoman dalam melaksanakan aktivitas di dunia ini, baik yang berkenaan
dengan aspek ibadah maupun muamalah dan akhlak. Karena Hadits yang
berupa perkataan, perbuatan, taqrir dan sifat Nabi saw.itu secara rinci telah
menggariskan suatu manhaj bagi kehidupan umat Islam, baik secara individu,
keluarga, masyarakat maupun negara.
Imam asy-Syafii di dalam kitabnya ar-Risalah mengemukakan
pendapatnya, yang juga dinukil kembali oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya
al-madkhal, Sesungguhnya Allah swt. telah menerapkan kedudukan
Rasulullah saw.didalam agama dan menentukan juga kitab sucinya. Allah
swt.menjelaskan pula kedudukan Rasulullah saw. itu terhadap agaman islam,
sehingga diketahui kewajiban menaatinya dan haram bermaksiat kepadanya.
Demikian juga allah swt. telah menjelaskan dengan karunia-Nya, dengan
mengiringi iman kepada Rasul-Nya dengan iman kepada-Nya. Firman Allah
swt (Artinya),
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan
janganlah kamu mengatakan, Tuhan itu tiga, berhentilah (dari ucapan itu),
(itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Maha Esa, Maha Suci
Allah dari mempunyai anak. (Q.S. an-Nisa: 171).
Hadits adalah salah satu wahyu tuhan yang disampaikan Allah kepada
Nabi-Nya. Hadits itu merupakan salah satu sendi atau pokok dari Syariat
Islam. Banyak ayat-ayat al-Quran yang menunjukkan bahwa hadits ini
merupakan salah satu pokok dari Syariat Islam. Oleh karenanya hadits itu
wajib diikuti sebagiamana mengikuti al-Quran. Demikian pula Allah telah
memerintahkan kita untuk mentaati Rasul sebagaiman mentaati Allah sendiri,
baik terhadap perintah-perintahnya maupun larangannya (Artinya).

12

Katakanlah olehmu Muhammad: Kalau kamu sekalian cinta kepada


Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu serta
mengampuni dosa-dosamu.
Dari ayat-ayat tersebut diatas, jelas bahwa Hadits-hadits Nabi itu
kedudukannya dalam Syariat Islam sama dengan al-Quran, artinya wajib
diikuti dan diamalkan sebagaimana al-Quran. Dan merupakan hukum kedua
setelah al-Quran, sebagai penjelas al-Quran yang menjadi hukum utamanya.
Sebagai sumber hukum Islam, hadits memegang peranan penting
sebagai penjelas atas apa yang ada didalam al-Quran. Umat Islam tidak akan
pernah dapat menjalankan ketentuan hukum dan cara ibadah tanpa melihat
keterangan atau praktek yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. melalui
hadits-hadits-nya. Hadits sebagaimana kita ketahui sebagai penjelasan alQuran, karena hukum dan kewajiban yang terdapat dalam al-Quran hanya
bersifat umum dan global, tidak rinci.
Rasul dalam menyampaikan risalah Allah kepada umatnya telah
diberikan Allah sifat-sifat yang luhur dan ilmu yang tinggi, sehingga seluruh
tingkah laku dan ucapannya sesuai dengan kehendak Allah, tidak dengan hawa
nafsunya. Sebagaimana firman Allah swt (Artinya).
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Quran) menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapanya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya). (an-Najm: 3-4)
Kehujjahannya berdasarkan ayat-ayat al-Quran, didalam surat anNahl dijelaskan bahwa Rasulullah saw. diberi otoritas oleh Allah
subhanahuwataala sebagai mubayyin ajaran-ajaran yang terkandung dalam
al-Quran (Artinya).
Dan kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya
mereka memikirkan. (an-Nahl: 44)
Kehujjahan sunnah berdasarkan Hadits Nabi, orang-orang Islam yang
kuat imannya tidak akan meragukan terhadap kehujjahan sunnah, dan orang
yang menerima al-Quran sebagai hujjah, secara otomatis menerima sunnah

13

sebagi hujjah dalam hukum-hukum Islam. Karena al-Quran dan hadits tidak
bisa dipisahkan. Barang siapa yang memisahkan al-Quran dengan hadits
berarti dia memisahkan Allah dan Rasul-Nya. Karena Allah swt. dalam alQuran telah mewajibkan semua orang untuk beriman kepada Rasul-Nya,
mengikuti perilakunya, menaati semua perintahnya dan meniggalkan semua
larangannya.
Hadits perintah Rasulullah untuk menyampaikan hadits-haditsnya
kepada orang lain.
Ya Allah saksikanlah, maka hendaknya orang yang hadir
menyapaikan kepada orang yang tidak hadir, karena banyak orang yang tidak
mendengar langsung lebih pandai dari orang yang mendengar langsung.
(H.R. Muslim)

BAB III
PENUTUP
14

3.1 Kesimpulan
Al-Quran dan al-hadist adalah sebagai sumber ajaran agama Islam yang
telah ditinggalkan oleh rasullullah saw, yang merupakan segala macam cara untuk
memecahkan semua permasalahan yang ada sepanjang hidup manusia.
Pengertian alquran adalah kallam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. Untuk disampaikan kepada seluruh ummt manusia sampai akhir
zaman nanti. Selain sebagai sumber ilmu pengetahuan, al-Quran juga sebagai
peringatan bagi ummat manusia, juga sebagai pembeda atas Nabi Muhammad
terhadap Nabi-Nabi sebelumnya.
Sedangkan Al-hadist adalah segala sesuatu yang mengenai perbuatan
maupun perkataan Rasullullah saw dan yang menyangkut hal ihwalnya. Hadis
terdiri dari beberapa unsur diantaranya ; sanad, matan dan rawi. Adapun
kegunaan dari hadist itu sendiri adalah: untuk menjelaskan ayat-ayat al-Quran
yang penjelasannya bersifat umum.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa didalam makalah ini
masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mohon maaf. Dan kami sangat
berharap atas kritikan dan saran yang bersifat membangun. Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat untuk kita semua dan khususnya bagi kami sebagai
penulis.

DAFTAR PUSTAKA

15

Faridl Miftah dan Syihabuddin Agus. 1989. Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang
Pertama. Bandung : Pustaka.
Mudasir, H. 1999. Ilmu Hadist. Bandung. CV. Pustaka Setia.
T.M Ash-Shiddiq dan Hasbi.1970. Koleksi Hadits-Hadits Hukum. Bandung. P.T
AL MAARIF
http://alu-syahrudin.blogspot.co.id/2012/05/makalah-al-quran-dan-hadistsebagai.html Diakses pada hari Kamis tanggal 06 Oktober 2016 pukul 08.30
WIB)
http://mellsarahwindy.blogspot.com/2013/03/pengertian-kedudukan-dan-fungsial-quran.html (Diakses pada hari Kamis tanggal 06 Oktober 2016 pukul
08.30 WIB)
https://yohanalipha.wordpress.com/2014/09/22/kedudukan-al-quran-dalam-islam/
(Diakses pada hari Kamis tanggal 06 Oktober 2016 pukul 08.30 WIB)

16

17

Anda mungkin juga menyukai