Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah puji syukur
kehadirat Allah SWT pencipta manusia dan alam semesta. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Rosul Muhammad SAW. Dari keteladanannya kita mendapatkan nilai-
nilai acuan bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Proposal Penelitian ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Dosen Fahmi Khumaini,
M.Pd pada Mata Kuliah Pengantar Studi Islam di Universitas Nahdlatul ulama Sunan Giri.
Selain itu, penulis juga berharap agar Proposal Penelitia ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan………………………………………………………………………………….…….……17
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Ijma’ dan Qiyas itu didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis, sedangkan
hadis itu sendiri hanya penjelasan terhadap AlQur’an. Sebab Rasul tidak diberi
hak untuk menambahi ataupun mengurangi isi ajaran Allah. Jika Rasul
memberikan pendapat pribadinya, maka pendapat pribadi itu bukan Islam.
Sebab Islam itu nama dari ajaran Allah. Ajaran dari Allah telah tercantum
dengan lengkap di dalam Al-Qur’an dan oleh karena itu satu-satunya sumber
Islam yang sebenarnya hanyalah Al-Qur’an saja. Hasil pemikiran manusia,
sekalipun ia Muslim tidak dapat dinamakan Islam. Ijma’ dan Qiyas tidak dapat
dinamakan sumber Islam, karena kedua-duanya hanyalah cara atau pun jalan,
sarana untuk sampai kepada suatu perumusan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ditinjau dari segi bahasa atau etimologi, . Al-Qur'an berasal dari bahasa
Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata
Alquran adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja "qara'a" yang artinya
membaca. Selanjutnya ditinjau dari sisi terminologi pengertian Alquran
disandarkan pada Dr. Subhi Salih yang mendefinisikan Alquran sebagai: "Kalam
Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
dan ditulis dalam mushaf serta diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya
termasuk ibadah".
5
diberikan kepada nabi Muhammad SAW sebagaimana kitab Injil dan taurat di
yang diberikan kepada nabi Isa dan Musa.
Kata Al-quran diambil dari akar kata qara'a yang berarti mengumpulkan
menjadi satu, Qara'a berarti juga membaca atau menuturkan. Menurut para ahli
yang lain, dinamakan Al-Qur'an karena di dalamnya terhimpun hasil-hasil dari
6
semua kitab-kitab Allah. Tegasnya lagi Suatu kumpulan dari hasil-hasil semua
ilmu sebagaimana terungkap dalam menjelaskan tentang segala sesuatu. Alquran
juga berarti suatu buku yang harus dibaca sebagaimana tersimpul dari pernyataan
Rasul. Bahwa Alquran itu adalah buku bacaan yang tersebar luas di seluruh dunia
untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap apa sebenarnya yang
dimaksudkan dengan pengertian-pengertian yang terkandung dalam kata Alquran
itu, maka dapat diperhatikan nama Alquran itu.
Alquran itu dinamakan Alkitab yang berarti tulisan yang lengkap tentang
sesuatu peraturan, penetapan, Al Furqan berarti membedakan antara yang benar
dengan yang salah antara yang sebenarnya dan yang palsu. Al-Dzikra, al-
Tadzkirah, berarti pengingatan atau sumber keutamaan dan keagungan bagi
manusia dan lain sebagainya. Dan nama-nama itu jelas bahwa Alquran itu adalah
kesatuan dan peraturan dan keterangan yang menjadi landasan bagi manusia
dalam mengembangkan diri menjadi yang paling baik sehingga mencapai derajat
yang tinggi dan bahagia.
A.Penurunan Al Qur'an
Alquran diturunkan kepada nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur
selama 22 tahun, dua bulan dan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya
menjadi dua periode, yaitu periode mekah dan periode madinah. Periode mekah
berlangsung selama 13 tahun masa kenabian rosululloh saw dan surat-surat yang
turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyah. Sedangkan periode Madinah
yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang
turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.
7
program dan pelaksanaan yang terorganisir. Kholifah usman berkata " bilamana
wahyu al quran turun kepada nabi Muhammad saw, beliau mengumpulkan orang-
orang yang telah ditegaskan untuk mencatatnya." Terdapat beberapa orang yang
ditunjuk oleh rasul untuk menuliskan Al-Quran yani Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi
Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga
kerap menuliskan wahyu tersebut untuk dirinya sendiri walau tidak diperintahkan.
Al-Qur'ab Allah turunkan dan tuangkan ada hanya dalam bahasa Arab,
karena orang yang allah tugas kan untuk menyampaikan ajaranya itu kepada
manusia di sekitarnya adalah seorang yang dilahirkan dan dibesarkan dalam
masyarakat yang pandai berbahasa Arab, sehingga bahasa Arab lah yang paling ia
pahami.
Dan jika kalau kami jadikan Al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa
selain Arab, tentulah mereka mengatakan : "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayat
nya apakah patut alquran dalam bahasa asing sedangkan rasul adalah orang arab. (
Qs: Fushshilat [ 41 ] : 44 )
Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. Seorang arab dan masyarakat yang
dihadapinya adalah berbahasa Arab, maka Allah pergunakan bahasa Arab itu
menjadi wadah bagi isi wahyu nya agar isi wahyu itu dapat mudah dimengerti.
Al-Quran terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surat. Setiap
surat akan berdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat
adalah surat Al-Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki tiga ayat yakni surat
Al-Kautsar. Total jumlah ayat dalam al-quran mencapai 6236 ayat. Dalam skema
pembagian lain, Al-Quran jika terbagi menjadi tiga puluh bagian dengan panjang
sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka
yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari.
8
2.2 Metode memahami Al-Qur'an
Pendekatan Memahami Al Qur'an :
Al-Quran adalah sumber ulama ajaran lslam yang didalamnya termuat ajaran dan
petunjuk tentang akidah,hukum, ibadah, dan akhlak. IntinyaAl-Quran
mengandung petunjuk tentang jalan hidup manusia kepada kebahagiaan dan
kesejahteraan.
Pada umumnya' Al-Quran dipahami sebagai rekaman otentik wahyu Allah yang
disampaikan kepada malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw dalam rentang
waktu selama 23 tahun. Bentuk Al-Quran yang tersusun sampai sekarang ini
susunannya tidak secara sistematis-kronologis. Al-Quran memiliki konteks dalam
ruang dan waktu dan AI-Quran merespon ruang dan waktu tersebut sehingga jika
dikaitkan dengan bagaimana untuk memahaminya seharusnya dibaca dan
dimengeni terlebih dahulu dalam ruang waktu dan pewahyuannya, baik secara
kronologis dan historis.
9
menjelaskan. Jika telah memahami konteksnya, maka lnsya Allah akan dapat
memproyeksikan tantangan saat ini.
Untuk bisa memahami Al Qur'an dengan baik, ada beberapa pendekatan lainnya
yang bisa kita lakukan.
A. Metode Tahlili
Metode ini memiliki beragam jenis hidangan yang ditekankan penafsirannya, ada
yang bersifat kebahasaan, hukum, social budaya, filsafat/sains dan ilmu
pengetahuan, tasawuf/isyari dan lain-lain. Malik bin Nabi berpendapat bahwa
tujuan utama para ulama menggunakan metode ini adalah untuk meletakkan
dasar-dasar rasional bagi pemahaman dan pembuktian kemukjizatan al-Qur’an.
Dalam konteks kebahasaan ini, di samping kelebihannya yang menonjol, yakni
10
pemahaman makna kosakata, tidak jarang juga ditemukan sang mufasir memberi
makna yang berlebih atau berkurang dari apa yang seharusnya ditampun oleh kata
yang ditafsirkannya.
B. Metode ijmali/Global
C. Muqarin/Perbandingan
a) Ayat-ayat al-qur’an yang berbeda redaksinya satu dengan yang lain, padahal
sepintas terlihat bahwa ayat-ayat tersebut berbicara tentang persoalan yang sama.
b) Ayat yang berbeda kandungan informasinya dengan hadits Nabi saw dan
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar
gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan
11
kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
(QS. Ali Imran [3]: 126).
Ayat di atas berbeda dengan ayat 10 dari surah al-Anfal. Di sana dinyatakan :
Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai
kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu
hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dalam ayat Ali Imran di atas kata bihi terletak sesudah qullukum, berbeda dengan
ayat al-Anfal yang letaknya sebelum qulubukum. Dalam al-Anfal fashilat
(penutup ayat) dibarengi dengan Harf Taukid (Inna/sesungguhnya), sedang dalam
Ali Imran huruf tersebut tidak ditemukan. Mengapa demikian?. Sedang kedua
ayat tersebut berbicara tentang turunnya malaikat untuk mendukung kaum
Muslim. Dalam Tafsir al-Misbah ketika membahas ayat Ali Imran di atas, ayat al-
Anfal berbicara tentang peperangan Badar, sedang ayat Ali Imran berbicara
tentang peperangan Uhud.
D. Maudhui/Tematik
Metode ini adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu tema
tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur’an tentang tema tersebut dengan jalan
12
menghimpun semua ayat yang membicarakannya, menganalisis dan memahami
ayat demi ayat, lalu menghimpunnya dalam benak ayat yang bersifat umum
dikaitkan dengan yang khusus, yang mutlak digandengkan dengan yang
Muqayyad, dan lain-lain, sambil memperkaya uraian dengan hadist-hadit yang
berkaitan untuk kemudian disimpulkan dalam satu tulisan pandangan menyeluruh
dan tuntas menyangkut tema yang dibahas.
3) Mempelajari ayat demi ayat tentang tema yang dipilih sambil memperhatikan
sabab an-Nuzulnya.
7) Melengkapi penjelasan ayat dengan hadits, riwayat sahabat, dan lain-lain yang
relevan bila dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna
dan semakin jelas.
13
8) Setelah tergambar keseluruhan kandungan ayat-ayat yang dibahas, langkah
berikutnya adalah menghimpun masing-masing ayat pada kelompok uraian ayat
dengan menyisihkan yang telah terwakili, atau mengkompromikan antara yang
‘am (umum) dan Khash (khusus),
Tokoh Tafsir susastra yang populer adalah Amin al-Khuli. Kitabnya yang popular
al-Tafsir Ma alim Hayatiha Manhajuh al Yauma. Dalam buku ini, al-Khuli
memberikan uraian singkat tentang tafsir, semenjak era awal sampai masa al-
Khuli sendiri. Beragamnya koleksi karya Tafsir yang ada adalah merupakan hasil
kreativitas kesarjanaan Muslim. Dalam hal ini, al-Khuli mencontohkan sarjana
pendahulu yang diwarnai, untuk tidak mengatakan didominasi, kepentingan
individual seperti tasawuf, teologi, fikih dan sebagainya. Berangkat dari
kenyataan di atas, al-Khulli menawarkan metode tafsir yang lebih dikenal dengan
tafsir susastra terhadap al-Qur’an (al-tafsir al-adabi li al-Qur’an).
Sasaran metode ini adalah untuk mendapatkan pesan al-Qur’an secara menyeluruh
dan bisa diharapkan terhindari dari tarikan-tarikan individual ideologis. Dengan
slogan yang ia ciptakan “awal pembaharuan adalah pemahaman turats secara
paripurna” (awwal tajdid qatl al-qadim fahman), al-Khuli pertama-tama
menempatkan al-Qur’an sebagai kitab sastra terbesar (al-Kitab al-arabiyya al-
akbar), yang berimplikasi bahwa sebelum langkah studi al-Qur’an diambil, al-
Qur’an harus dianggap sebagai teks sastra suci. Oleh karenanya, agar bisa
memahami al-Qur’an secara proporsional, seseorang harus menempuh metode
pendekatan sastra (al-Manhaj al-adabi).
a. Tafsir bi al-Ma’thur
14
wacana keislaman tekstual (nashsh-nashsh), baik kepada al-Qur‘an itu sendiri,
hadith, athar sahabat, maupun pendapat tabi‘in.
15
Berbeda dengan ketiga jenis penafsiran bi al-ma‟thur sebelumnya, jenis
penafsiran ayat al-Qur‘an dengan pendapat tabi‘in ini masih diperdebatkan untuk
bisa disebut bi al-ma‟thur. Pandangan yang menerimanya karena menganggap
pendapat tabi‘in diperoleh dari sahabat, sedangkan yang menolaknya karena
memandangnya sebagai opini mereka semata, tanpa terkait dengan sahabat
sehingga lebih layak masuk kategori bi al-ra'yi. Namun demikian, selama terjadi
penyandaran terhadap wacana-wacana tekstual (nashsh-nashsh), baik al-Qur‘an,
Hadiths ataupun athar sahabat secara ketat-tekstual-menyeluruh maka selama itu
pula masih dalam koridor tafsir bi al-ma'thur.
b. Tafsir bi al-Ra’yi
16
BAB III
KESIMPULAN
1. Al-Qur'an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu
• Metode tafsir susastra: Sasaran metode ini adalah untuk mendapatkan pesan
al-Qur’an secara menyeluruh dan bisa diharapkan terhindari dari tarikan-tarikan
individual ideologis
Secara umum tafsir dibagi menjadi 2, yaitu Tafsir bi al-Ma’thur dan Tafsir bi al-
Ra’yi. Tafsir bi al-Ma’thur adalah penafsiran yang dilakukan dengan cara
penyandaran secara ketat, tekstual, dan menyeluruh kepada wacana-wacana
keislaman tekstual ( nashsh-nashsh ), baik kepada al-Qur‘an itu sendiri, hadits,
athar sahabat, maupun pendapat tabi'in. Sedangkan Tafsir bi al-Ra’yi adalah
penafsiran yang dilakukan dengan mengembangkan wacana-wacana tekstual (
nash-nash) al-Qur‘an melalui perangkat-perangkat kontekstual.
17
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Akmal Hawi,M. Ag.2014. Dasar-dasar Studi Islam.. Karisma putra utama
Offset Jakarta.
Musthafa Ahamad Al-Maraghi, 1974. Tafsir Al-Maraghi, Beirut
Jakarta
Aqib Zainal,& Ahmad Amirullah .2012. Ensiklopedia Untuk Belajar. Perpus
Nasional
Yogyakarta
Syaripudin Ahmad,2021. Metodologi Studi Islam. Muhamad Zaini
Provinsi Aceh
Dr.Muhtar Fathurrahman, M.Ag. 2010.Metodologi Study Islam, Pustaka Pelajar
Yogyakarta\
Dr. H. Muh. Arif, M.Ag. 2020. Metodologi Study Islam. Insan Cendikia Mandiri
Sumatra Barat
Sahalahuddin Rahmad, 2019. Pengantar Study Islam, Umsida Press
Sidoarjo, Jawa Timur
18