Anda di halaman 1dari 14

AL-QUR’AN SEBAGAI KITAB SUCI

Dosen Pengampu

Dr. Jonsen Sembiring

Disusun oleh:

Kelompok 4

Chandra Raja Pardomuan Lumbantobing/2010120

Poppy Purnamasari Panjaitan/2010143

Putri Sihombing/2010144

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA METHODIST INDONESIA

BANDAR BARU

2021/2022

1
Lembar Pernyataan
Kami yang bertanda tangan di bawah ini adalah kelompok 4, mata kuliah Islamologi
membuat suatu pernyataan bahwasanya dalam pembuatan makalah ini kami tidak
melakukan copy paste atau penjiplakan dari karya ilmiah orang lain. Jika ternyata kami
melakukan hal tersebut, maka otomatis gagal dan nilai Islamologi kami E (gagal).

Chandra Lumbantobing Poppy Purnamasari Panjaitan

Putri Sihombing

2
Daftar Isi

Sampul……………………………………………………………………………………………………………….....1

Lembar Pernyataan.................................................................................................................................... 2

Daftar Isi......................................................................................................................................................... 3

Bab I

Pengantar....................................................................................................................................................... 4

Bab II

Pembahasan

2.1. Pengertian Al-Qur’an......................................................................................................................... 5

2.2. Turunnya Al-Qur’an........................................................................................................................... 6

2.3. Al-Qur’an sebagai kitab suci........................................................................................................... 7

2.4. Struktur Al-Qur’an.............................................................................................................................. 7

2.5. Garis-garis Besar Kandungan Al-Qur’an.................................................................................... 8

2.6. Pengertian Hadist............................................................................................................................... 8

2.7. Kedudukan dan Fungsi Hadist....................................................................................................... 9

2.8. Pembagian Hadist............................................................................................................................... 9

2.8.1. Hadist Shahih........................................................................................................................... 9

2.8.2. Hadist Hasan............................................................................................................................. 10

2.8.3. Hadist Maudhu......................................................................................................................... 10

2.8.3.1. Faktor dan Mengapa munculnya Hadist Maudhu.................................................10

2.9. Hubungan Hadist dengan Al-Qur’an........................................................................................... 10

Bab III

Penutup

Kesimpulan.................................................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka.............................................................................................................................................. 14

3
BAB I
Pengantar

Al Qur’an merupakan kitab suci umat Muslim yang sekaligus menjadi petunjuk dan
pandangan umat Muslim dengan menempatkan prinsip-prinsip dasar dalam semua
masalah kehidupan manusia. Disini kami kelompok 4 akan membahas mengenai Al
Qur’an dan Hadist yang merupakan landasan ajaran bagi umat Islam. Untuk selanjutnya
akan kami bahas di bawah ini.

4
BAB II
Pembahasan

2.1. Pengertian AL-Qur’an


Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang dalam bentuk kata benda yang abstrak
yang berarti bacaan. Menurut beberapa pendapat dari para ulama nama Al-Qur’an atau
lafazh Al-Qur’an itu merupakan nama sesuatu hal bagi kitab yang mulia, sebagaimana
sama halnya dengan nama kitab Taurat dan Injil. Pemberian nama Al-Qur’an ini
dikhususkan menjadi nama bagi kitab suci yang diturunkan oleh Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW. 1
Pada waktu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Allah menyebutkan
berbagai nama lain dari Al-Qur’an yang lumayan populer bagi kalangan umat Islam,
yaitu:
1. Al-kitab, yang artinya tertulis atau yang ditulis. Makna dari nama ini yaitu
wahyu yang dirangkum dalam bentuk teks atau tulisan yang merupakan
kumpulan huruf-huruf dan menyatakan ucapan sesuai dengan firman Allah.
2. Al-Furqan, yang artinya memisahkan atau membedakan. Pemberian nama ini
memiliki isyarat bahwa Al-Qur’an membedakan antara kebaikan dan
kebathilan.
3. Adz-Dzikir, yang artinya sebuah peringatan. Penamaan ini menunjukkan
bahwa di dalam Al-Qur’an berisi peringatan-peringatan bagi umat manusia,
terkhusus umat Islam.
4. Al-Tanzil, yang artinya diturunkan.
5. Ar-Ruh, yang artinya landasan jiwa.
6. Al-Balaghah, yang artinya penyampaian berita atau kabar.
7. Al-Basya’ir, yang artinya pedoman.
8. Al-Bayan, yang artinya penerangan.
9. An-Nur, yang artinya pelita.
10. Al-Huda, yang artinya petunjuk.
11. Al-Busyra, yang artinya kabar gembira.
12. Ar-Rahmat, yang artinya rahmat atau karunia.
13. Al-Mau’izhah, yang artinya pelajaran atau nasehat.

1
Muhammad Yasir, S.Th.I, MA dan Ade Jamaruddin, MA, Studi Al Qur'an, (Riau: CV. Asa, 2016), hal. 1

5
14. Asy-Syifa, yang artinya obat atau penawar.
Meskipun banyak penamaan yang diberikan kepada Al-Qur’an, semuanya ini
menunjukkan fungsi, sifat, dan peranan Al-Qur’an dalam hubungannya dengan Allah
Swt dan umat Islam. Selain itu, penamaan itu diberikan untuk menunjukkan keagungan
dan kesuciannya dibandingkan dengan kitab suci yang lain yang diturunkan kepada
para Nabi terdahulu. Meskipun demikian, dari antara banyak nama yang diberikan
hanya Al-Qur’an dan Al-Kitab lah yang paling umum dikenal. Dinamakan dengan Al-
Qur’an karena dibaca dengan lisan, dan dinamakan dengan Al-Kitab karena di tuliskan
dengan pena. Kedua nama tersebut menunjukkan makna yang sesuai dengan
kenyataannya, bahwa wahyu itu dirangkum serta dipelihara berupa tulisan dan
tersimpan dalam bentuk hafalan sejak Nabi Muhammad SAW.2

2.2. Turunnya Al-Qur’an


Al-Qur’an mula-mula diturunkan pertama kali sewaktu malam qadar atau yang
biasa disebut malam lailatul qadr di bulan Ramadhan, dan setelah itu diturunkan
bertahap secara berurutan. Peristwa diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
SAW ini dinamakan Nuzulul Qur’an.3 Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT melalui
Malaikat Jibril kepada Muhammad SAW di Gua Hiro, Mekkah, Arab Saudi. Setelah itu Al-
Qur’an turun bertahap selama kurang lebih 23 tahun. Sebagian penelitian
meriwayatkan Al-Qur’an turun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Selama itu, Al-Qur’an
difirmankan Allah kepada Muhammad sebanyak 30 juz, 114 surat, dan sekitar 6666
ayat. Ada dua tempat di mana Al Qur'an diturunkan, yang pertama di Mekkah (yang
kemudian ayatnya disebut Makkiyah) dan yang kedua di Madinah (disebut ayat
Madaniyah). Turunnya Al-Qur'an yang pertama ini sekaligus menjadikan Muhammad
menjadi seorang nabi. Waktu itu, tubuh Nabi Muhammad terbujur kaku melihat Jibril
yang mendatangi dia memiliki sayap yang terbentang dari ufuk Barat hingga ufuk
Timur. Pertemuan antara keduanya menghasilkan dialog singkat yang sempat tidak
dipahami oleh Nabi Muhammad.4
2
Muhammad Yasir, S.Th.I, MA dan Ade Jamaruddin, MA, Studi Al Qur'an, (Riau: CV. Asa, 2016), Hlm 1, 9-
16
3
https://www.liputan6.com/ramadan/read/4537271/sejarah-nuzulul-quran-dan-amalan-yang-bisa-
dilakukan#:~:text=Nuzulul%20Qur'an%20merupakan%20peristiwa%20turunnya%20Al%20Qur'an
%20kepada,Surat%20Al%2DBaqarah%20Ayat%20185%3A&text=Saat%20wahyu%20berupa%20Al
%20Qur,Jibril%20datang%20menyampaikan%20wahyu%20tersebut. (di akses pada Selasa, 21 September 2021
pukul 19.03 WIB)
4
https://www.idntimes.com/news/indonesia/vanny-rahman/sejarah-alquran/1 (diakses pada Rabu, 22
September 2021 pukul 20.46 WIB)

6
2.3. Al-Qur’an sebagai kitab suci
Di antara karakteristik lainnya Al-Qur’an merupakan kitab suci yang terpelihara
keasliannya dan Allah SWT sendiri yang menjamin pemeliharaannya serta tidak
membebankan hal itu kepada seorang pun. Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup
wahyu Allah yang diperuntukkan bagi umat Islam, dan mengimaninya merupakan
bagian dari rukun iman. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW supaya Al-Qur’an menjadi dasar undang-undang bagi umat manusia terkhusus
umat Islam, menjadi petunjuk, serta penjelasan atas kenabian dan kerasulannya. Selain
itu Al-Qur’an juga merupakan perkataan yang datang dari Allah sendiri secara bertahap
sesuai dengan kejadian yang berlangsung, sehingga membuatnya lebih melekat di
dalam hati, dan juga lebih mudah dipahami oleh manusia. 5

2.4. Struktur Al-Qur’an


Al-Qur’an terdiri dari 114 surat (surah) yang panjangnya bervariasi. Setiap surat
terdiri dari sejumlah ayat, yang juga panjangnya bervariasi. Sebagian ayat terdiri dari
beberapa kalimat, sementara sebagian yang lain mungkin hanya terdiri dari satu frase
pendek, atau dalam beberapa kasus, satu kata saja.6
Secara umum, Al-Qur’an terbagi menjadi 30 bagian yang dikenal dengan nama
juz. Pembagian juz memudahkan mereka yang ingin menuntaskan pembacaan Al-
Qur’an dalam kurun waktu 30 hari. Setiap surah dalam Al-Qur’an terdiri atas sejumlah
ayat, mulai dari surah-surah yang terdiri atas 3 ayat, yakni surah Al-Kautsar, An-Nasr,
dan Al-Asr, hingga surah yang mencapai 286 ayat, yakni surah Al-Baqarah. Surah-surah
umumnya terbagi ke dalam sub bagian pembahasan yang disebut ruku.7

2.5. Garis-garis Besar Kandungan Al-Qur’an

5
Muhammad Mustafa al-A’zami, Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu Sampai Kompilasi, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2005), hal. 51.
6
Abdullah Saeed, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Yogyakarta: Baitul Hikmah Press, 2016), hal. 54
7
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an#:~:text=Struktur,-Artikel%20utama%3A%20Surah&text=Al
%2DQur’an%20terdiri%20atas,yang%20dikenal%20dengan%20nama%20juz (di akses pada Rabu, 22
September 2021 pukul 22.00 WIB)

7
Al-Qur’an itu adalah firman Allah SWT, bukan rekayasa manusia. Sebab itu,
betapapun pintarnya manusia itu dan tingginya ilmu pengetahuan mereka, namun tidak
akan sanggup menjangkau seluruh isi dan kandungan wahyu Allah tersebut. 8
Ada beberapa pokok mengenai kandungan Al-Qur’an, yaitu
1. Keimanan (Tauhid), yaitu ajaran tentang kepercayaan atau keimanan kepada
Allah meliputi iman kepada para Malaikat, iman kepada para Rasul-Nya, iman
kepada Kitab-kitab yang diturunkan-Nya, iman kepada hari akhirat, iman kepada
qadla dan qadar. Termasuk juga pembasmian terhadap kepercayaan-
kepercayaan syirik, kufur, dan atheism serta kemunafiqan sampai ke akar-
akarnya.
2. Ajaran tentang ibadah, yaitu pengabdian makhluk kepada Khaliqnya. Begitu juga
ajaran-ajaran tentang budi pekerti yang baik, akhlak yang luhur yang harus
dipakai, baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama makhluk.
3. Hukum dan peraturan-peraturan, yaitu ajaran yang mengatur tentang aturan-
aturan yang berhubungan dengan segala tindakan manusia dalam segala bidang,
baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun yang berhubungan dengan
sesama manusia.9

2.6. Pengertian Hadist


Kata hadist memiliki arti sesuatu yang baru atau lawan kata dari sesuatu yang
lama. Disamping itu kata ini juga mengandung arti dekat, yaiu sesuatu yang dekat, yang
belum lama terjadi dan juga berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.10
Hadist merupakan sumber ajaran agama Islam, dan juga menjadi pedoman hidup
bagi umat Muslim yang kedua setelah adanya Al Qur'an. Menurut umat Muslim yang
telah beriman kepada Al-Qur'an sebagai sumber hukum, maka secara otomatis harus
percaya bahwa hadist sebagai sumber hukum agama Islam juga. Jika hadist tidak dapat
berfungsi sebagai sumber hukum, maka umat Muslim akan menghadapi kesulitan-
kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain
sebagainya. Sebab ayat-ayat Al-Qur'an dalam hal itu hanya berbicara secara global dan

8
Muhammad Yasir, S.Th.I, MA dan Ade Jamaruddin, MA, Studi Al Qur'an, (Riau: CV. Asa, 2016), hal. 17
9
Muhammad Yasir, S.Th.I, MA dan Ade Jamaruddin, MA, Studi Al Qur'an, (Riau: CV. Asa, 2016), hal. 17 dan
18
10
Dr. Zarkasih, M.Ag, Pengantar Studi Hadis, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), hal. 1

8
umum, yang menjelaskan secara terperinci justru Sunnah Rasulullah, selain itu juga
akan mendapat tantangan-tantangan dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang mau tidak
mau memerlukan hadits atau sunnah untuk menafsirkannya atau menjelaskanya. 11

2.7. Kedudukan dan Fungsi Hadist


Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadist kadang-kadang memperluas
hukum dalam Al-Qur’an atau menetapkan sendiri hukum di luar apa yang ditentukan
Allah dalam Al-Qur'an. Kedudukan Hadist untuk menjalankan fungsi yang menjelaskan
hukum Al-Qur'an tidak diragukan lagi dan dapat di terima oleh semua pihak, karena
memang untuk itulah Nabi di tugaskan Allah SWT. Namun dalam kedudukan hadist
sebagai dalil yang berdiri sendiri dan sebagai sumber kedua setelah Al-Qur'an, menjadi
bahan perbincangan dikalangan ulama. Perbincangan ini muncul disebabkan oleh
keterangan Allah sendiri yang menjelaskan bahwa Al-Qur'an atau ajaran Islam itu telah
sempurna. 12
Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-ayat
hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah belum
dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadis. Dengan demikian fungsi hadits yang
utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Contoh menjelaskan arti kata dalam Al-
Qur’an umpamanya kata shalat yang masih samar artinya, karena dapat saja shalat itu
berarti do’a sebagaimana yang biasa dipahami secara umum waktu itu. 13

2.8. Pembagian Hadist


Hadist juga dapat dibedakan menurut kualitasnya, yaitu Hadist Shahih atau
Hadist yang sah dan Hadist Maudhu atau Hadist palsu. Pada akhirnya pembagian Hadist
ini tetap saja terbagi walaupun adanya respon diterima atau tidaknya dari umat Islam.

2.8.1. Hadist Shahih


Kata sahih secara bahasa berarti sehat, selamat, benar, sah, dan sempurna. Para
ulama bisa menyebut kata sahih ini sebagai lawan kata saqim (sakit). 14

11
H. A. Sadali Dkk, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hal. 315
12
Alfiah, dkk, Studi Ilmu Hadis, (Indonesia: Kreasi Edukasi, 2016), Hlm 10
13
Alfiah, dkk, Studi Ilmu Hadis, (Indonesia: Kreasi Edukasi, 2016), Hlm 10
14
Dr. Zarkasih, M.Ag, Pengantar Studi Hadis, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), hal. 61

9
Hadist Shahih merupakan hadist yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sanadnya bersambung, perawinya yang adil, kuat ingatannya atau kecerdasannya,
tidak ada cacat atau rusak.15

2.8.2. Hadist Hasan


Adapun Hadist Hasan, yang berarti sesuatu yang diinginkan dan menjadi
kecenderungan jiwa dan nafsu. Namun pada dasarnya Hadist Hasan sama juga
dengan Hadist Shahih yang memenuhi syarat-syarat seperti sanadnya sambung-
menyambung, dan diriwayatkan oleh periwayat yang adil.

2.8.3. Hadist Maudhu (Palsu)


Hadist Maudhu adalah hadist yang dibuat-buat dan diciptakan oleh seorang
pendusta baik disengaja atau tidak. Hadist ini timbul sejak Rasulullah masih hidup
dan ada sebagian pendapat pada sekitar tahun 40 H atau 41 H. Setelah terjadi fitnah
besar antara Ali dan Mu’awiyah yang mengakibatkan banyak korban manusia. Para
ulama Muhadditsin telah berupaya untuk mengatasi tersebarnya hadist maudhu
dalam masyarakat. Usaha dilakukan dengan mengisnadkan hadits kepada
sumbernya sampai ke Rasulullah, meningkatkan pencarian hadits ke berbagai
daerah, mengambil tindakan tegas terhadap pemalsu hadist. Menerangkan perawi
hadist melalui ilmu rijalul hadist, membuat kaidah-kaidah umum serta syarat-
syarat shahih, hasan, dan dhaif.16

2.8.3.1. Faktor dan mengapa munculnya Hadist Maudhu (Palsu)


Akhir-akhir ini kita sering menemukan hadits-hadits yang bertebaran di dunia
maya. Beberapa bahkan divonis sebagai hadits palsu. Hadits-hadits palsu
tersebut muncul dalam berbagai hal, mulai saat terjadinya kejadian-kejadian
keagamaan tertentu, seperti Rajab, Ramadhan, dan lain sebagainya hingga
karena kepentingan-kepentingan politik tertentu. Muhammad ‘Ajjaj Al-Khatib
dalam As-Sunnah Qablat Tadwin-nya menceritakan secara rinci kronologi
munculnya hadits-hadits palsu pada zaman itu. Bermula pada peristiwa
15
https://m.merdeka.com/jatim/mengenal-macam-macam-hadist-dan-pengertiannya-dalam-agama-islam-
kln.html?page=3 (diakses pada Kamis, 23 September pukul 09.48 WIB)
16
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1490732&val=17825&title=HISTORISITAS
%20HADIS%20MAUDHU#:~:text=Artinya%3A%20hadist%20Maudhu’%20adalah%20hadist,dusta%20baik
%20disengaja%20atau%20tidak (diakses pada Rabu, 22 September 2021 pukul 22.45 WIB)

10
terbunuhnya Usman bin Affan yang berdampak pada mengkristalnya instabilitas
politik antara kedua golongan, yakni Ali bin Abi Thalib yang didukung penuh
oleh masyarakat Hijaz dan Irak serta Muawiyah yang didukung oleh masyarakat
Mesir dan Syam.
Ketegangan antara kedua termanifestasi dalam Perang Siffin yang berujung
pada peristiwa arbitrase (tahkim). Kesepakatan dilaksanakannya tahkim sendiri
telah menimbulkan perpecahan dalam kelompok-kelompok Islam. Mulai
munculnya Khawarij, Syiah (pro-Ali), dan golongan Pro-Muawiyah. Artinya,
“Pemalsuan hadits tampak sejak tahun 41 H, ketika terjadi perpecahan kaum
Muslimin menjadi beberapa golongan secara politik, yaitu Syiah, Khawarij, dan
jumhur shingga muncul para ahli bidah dan orang yang mengikuti hawa
nafsunya. Mereka membuat-buat beberapa hadits untuk mendukung golongan
mereka serta untuk menyebarkan perbuatan bidah mereka,”
Dalam karyanya yang berjudul Al-Manhalul Lathif fi Ushulil Hadits As-Syarif,
Sayyid Alawi Al-Maliki menjelaskan beberapa faktor dibuatnya hadits-hadits
palsu: pertama, mempertahankan kepentingan pribadi; kedua, mendekatkan diri
kepada pejabat tertentu (orang-orang yang berkepentingan); ketiga, mencari
rizki; keempat, membela pendapat tertentu walaupun salah; kelima, menarik
simpati orang untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, termasuk
mengajarkan anak-anak tentang agama.
(https://islam.nu.or.id/post/read/87877/mengapa-dan-kapan-muncul-hadits-
hadits-palsu di kutip Kamis, 23 September 2021 pukul 10.13 WIB)

2.9. Hubungan Hadist dengan Al-Qur’an


Dalam hukum Islam, hadist menjadi sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
Penetapan hadist sebagai sumber kedua ditunjukkan oleh tiga hal, yaitu Al-Qur’an
sendiri, kesepakatan ulama, dan logika akal sehat. Keberlakuan hadits sebagai sumber
hukum diperkuat pula dengan kenyataan bahwa Al-Qur’an hanya memberikan garis-
garis besar dan petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut
untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, keabsahan hadist
sebagai sumber kedua secara logika dapat diterima.
Sebagaimana sering disebutkan bahwa hadist merupakan catatan kehidupan
Rasulullah, maka teori besarnya hadist berfungsi menjelaskan atau menjadi contoh

11
bagaimana melaksanakan ajaran Al-Qur’an. Kalau Al-Qur’an itu bersifat konsep, maka
hadist lebih bersifat operasional dan praktis.17
Al-Qur’an dan Hadist sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam
Islam, antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan
satu kesatuan. Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-
ajaran yang bersifat umum dan global. Oleh karena itulah kehadiran Hadist, sebagai
sumber ajaran kedua tampil untuk menjelaskan keumuman isi Al-Qur’an. 18

BAB III
Kesimpulan

17
Moh. Zuhri, Telaah Matan Hadith Sebuah Tawaran Metodologis, (Yogyakarta: LEFSI, 2003), hal. 65
18
Munzier Suparta, Ilmu Hadith, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 57

12
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, kami kelompok 4 menyimpulkan
bahwa kitab suci umat beragama Islam adalah Al-Qur’an dan sumber kedua ialah
Hadist. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW di gua Hiro, Mekkah, Arab Saudi. Al-Qur’an tidak cukup menjadi
satu-satunya pedoman umat Muslim karena Al-Qur’an hanya memuat ajaran-ajaran
yang bersifat umum sehingga Hadist diperlukan untuk menjelaskan ajaran secara
praktis. Namun Hadist juga memiliki pembagian dari segi kualitasnya, yakni Hadist
Shahih dan Hadist Maudhu. Hadist Shahih adalah hadist yang berasal dari orang
yang dipercaya dan tidak ada keraguan didalamnya sedangkan Hadist Maudhu
adalah hadist yang dibuat-buat oleh pendusta baik disengaja atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku

13
Alfiah, dkk, Studi Ilmu Hadis, Indonesia: Kreasi Edukasi, 2016.
Dr. Zarkasih, M.Ag, Pengantar Studi Hadis, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012.
Mustafa. Muhammad al-A’zami, Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu Sampai Kompilasi,
Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
Sadali. H. A. dkk, Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
Saeed. Abdullah, Pengantar Studi Al-Qur’an, Yogyakarta: Baitul Hikmah Press, 2016.
Suparta. Munzier, Ilmu Hadith, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Yasir. Muhammad, S.Th.I, MA dan Ade Jamaruddin, MA, Studi Al Qur'an, Riau: CV. Asa,
2016.
Zuhri. Moh, Telaah Matan Hadith Sebuah Tawaran Metodologis, Yogyakarta: LEFSI,
2003.

Sumber lain
https://www.liputan6.com/ramadan/read/4537271/sejarah-nuzulul-quran-dan-
amalan-yang-bisa-dilakukan#:~:text=Nuzulul%20Qur'an%20merupakan%20peristiwa
%20turunnya%20Al%20Qur'an%20kepada,Surat%20Al%2DBaqarah%20Ayat
%20185%3A&text=Saat%20wahyu%20berupa%20Al%20Qur,Jibril%20datang
%20menyampaikan%20wahyu%20tersebut. (diakses pada Selasa, 21 September 2021
pukul 19.03 WIB)

https://www.idntimes.com/news/indonesia/vanny-rahman/sejarah-alquran/1
(diakses pada Rabu, 22 September 2021 pukul 20.46 WIB)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an#:~:text=Struktur,-Artikel%20utama
%3A%20Surah&text=Al%2DQur’an%20terdiri%20atas,yang%20dikenal%20dengan
%20nama%20juz (diakses pada Rabu, 22 September 2021 pukul 22.00 WIB)

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1490732&val=17825&title=HISTORISITAS%20HADIS
%20MAUDHU#:~:text=Artinya%3A%20hadist%20Maudhu’%20adalah
%20hadist,dusta%20baik%20disengaja%20atau%20tidak (diakses pada Rabu, 22
September 2021 pukul 22.45 WIB

https://m.merdeka.com/jatim/mengenal-macam-macam-hadist-dan-pengertiannya-
dalam-agama-islam-kln.html?page=3 (diakses pada Kamis, 23 September pukul 09.48
WIB)

https://islam.nu.or.id/post/read/87877/mengapa-dan-kapan-muncul-hadits-hadits-
palsu (diakses Kamis, 23 September 2021 pukul 10.13 WIB)

14

Anda mungkin juga menyukai