Anda di halaman 1dari 13

NAMA AL-QUR’AN DAN SIFATNYA, MAKNA TURUNNYA

AL-QUR’AN, SEJARAH PEMBUKUAN AL-QUR’AN DAN


PERBEDAAN AL-QUR’AN, HADIST QUDSI DAN HADIST
NABAWI
MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Studi Al Qur’an


Dosen Pengampu :
Dr. H. Masrul Anam

Disusun Oleh :
1. Myrendhita Aulia Wilhelmina (22105071)
2. Fatikasari Nabilla Mulyaningrum (22105057)

SEMESTER 1
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar dalam menyusun makalah ini banyak yang
membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan itu dengan segala hormat saya
sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Wahidul Anam, M.Ag. selaku Rektor IAIN Kediri yang telah memberikan
dukungan kepada kami dan mengijinkan kami memakai semua fasilitas yang ada
IAIN Kediri untuk menunjang kelancaran proses perkuliahan kami.
2. Ha Halil Thahir, M.HI. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah yang telah
bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami
3. Dr. H. Masrul Anam. Selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Al Qur’an yang tulus
dan ikhlas memberikan bimbingan dan pembelajaran kepada kami.
4. Sifitas akademik IAIN Kediri yang telah membantu kami dalam menyusun makalah
ini.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo’a dan
memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah beliau menjadi amal soleh
dimata Allah SWT. Amin.
Dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan kritikan positif, sehingga bisa diperbaiki
seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan saya dn
bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal
‘Alamin.
(PENYUSUN)

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN............................................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................................................4

C. Tujuan Masalah......................................................................................................................4

BAB II..............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

A. Nama Lain dan Sifat al-Qur’an..............................................................................................5

B. Perbedaan al-Qur’an, Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi........................................................6

C. Sejarah Turunnya al-Qur’an...................................................................................................8

D. Proses Pembukuan al-Qur’an.................................................................................................9

BAB III...........................................................................................................................................12

PENUTUP......................................................................................................................................12

Kesimpulan.................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan nama bagi
kitab suci-Nya yang agung dan menyifatinya dengan sifat-sifat yang mulia dan
agung. Yang kesemuanya membuktikan agungnya kemuliaan pemilik nama dan
sifat tersebut. Demikian pula sebagai pertanda bahwa Al-Quran merupakan
dasar dan pondasi bagi semua ilmu yang bermafaat dan sebagai pedoman
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Kita berkewajiban -ketika membaca Al-Quran dan merenungi makna
yang terkandung di dalamnya- untuk berhenti merenungkan ayat-ayat yang
memaparkan nama-nama dan sifat-sifatnya, karena sesungguhnya tidak ada
orang yang mengetahui tentang Kalamullah (Al-Quran) daripada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, sehebat apapun orang-orang menggambarkan Kitabullah
dan menyifatkan apa yang terkandung di dalamnya. Al-Quran -demi Tuhannya
seluruh manusia- jauh lebih agung dari itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah nama dan sifat-sifat Al-Quran ?
2. Bagaimana perbedaan antara Al-Quran Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi ?
3. Bagaimana sejarah turunnya al-Qur’an ?
4. Bagaimana sejarah pembukuan Al-Quran?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui nama dan sifat-sifat al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara al-Qur’an Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi.
3. Untuk mengetahui sejarah turunnya Al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui sejarah pembukuan al-Qur’an.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nama-Nama Dan Sifat Al-Qur’an
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW dan
menyebutkan berbagai nama untuk Al-Qur’an, nama-nama lain Al-Qur’an yaitu:
1. Al-Kitab, yang berarti tertulis atau yang ditulis. Ini merupakan kumpulan
huruf-huruf dan menggambarkan Al-Qur’an dalambrntuk ucapan dan
menunjukkan bahwa wahyu dirangkum dalam bentuk tulisan.
2. Al-Furqan, yang berarti memisahkan atau membedakan. Ini
menunjukkan bahwa Al-Qur’an membedakan antara informasi yang
benar dan salah.
3. Adz-Dzikr, yang berarti peringatan. Penamaan ini dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa Al-Qur’an mengandung berbagai peringatan bagai
umat manusia.
4. Al-Tanzil, berarti yang diturunkan.
5. Ar-Ruh, yang berarti jiwa.
6. Al-Balaghah, yang artinya penyampaian atau kabar.
7. Al-Basya’ir, yang berarti pedoman.
8. Al-Bayyan, yang berarti penjelasan.
9. An-Nur, yang berarti pelita.
10. Al-Huda, yang berarti petunjuk.
11. Al-Busyra,yang berarti kabar gembira.
12. Ar-Rahmat, yang berarti rahmat atau karunia.
13. Al-Mau’izhah, yang berarti pelajaran atau nasehat.
14. Asy-Syifa’, yang berarti obat atau penawar.
Ada banyak nama lain untuk Al-Qur’an selain yang tercantum di sini. Namun,
semua evaluasi ini menunjukkan fungsi, sifat, dan peran Al-Qur’an dalam hubungan
Tuhan Yang Maha Esa dan Umat Islam. Al-Qur’an dibedakan oleh keagungan dan
kesuciannya dibandingkan dengan kitab suci.
Diantara banyak nama populer dan terkenal lainnya, al-Qur’an dan Al-Kitab
adalah nama yang paling umum. Menurut Dr. Muhammad Abdullah Daraz, ia
dinamakan Al-Qur’an karena dibaca dengan lisan dan diberi nama Al-Kitab karena
ditulis dengan pena. Kedua nama ini memiliki arti yang sesuai dengan kenyataan.
Mereka terekam dan tersimpan dalam pikiran manusia dalam bentuk hafalan
5
sederhana sejak setelah Nabi Muhammad hingga sekarang. Tidak seperti kitab-kitab
suci lainnya di masa lalu, kitab-kitab itu hanya ditulis secara tertulis atau hanya
dihafal, sehingga tidak ada jaminan keaslian seperti Al-Qur’an.1
B. Perbedaan Al-Qur’an, Hadist Qudsi, Dan Hadist Nabawi
a) Pengertian Al-Quran
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui perantara malaikat Jibril dengan pengucapan
Bahasa Arab dan makna tertentu. Al-qur’an juga merupakan pedoman
bagi Nabi Muhammad dan Umat Islam. Al-Qur’an disusun secara
berurutan, diawali dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah
An-Naas, dan semua bacaan sampai kepada kita secara turun temurun
terpelihara dan tidak ada perubahan secara lisan maupun tulisan.2
b) Pengertian Hadist Qudsi
Kata qudsi berasal dari kata quds yang artinya kesucian. Kata ini
menunjukkan rasa hormat atas kebesaran dan kemurniannya. Karena
kata itu sendiri menunjukkan kemurnian dalam ucapan. Oleh karena itu,
kata taqdis bera rti menyucikan Tuhan. Hadist Qudsi adalah hadist yang
dibawakan oleh Nabi SAW kepada Allah SWT. Nabi mengatakan itu
adalah firman Allah. Jadi, Nabi Muhammad sebagai perantara kalam
Allah dengan pengucapan Nabi sendiri.3 Berikut contoh dari hadist
qudsi:
Rasulullah bersabda, “Allah berfirman ...4”. contohnya diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku
terhadap-Ku, dan Aku bersamanya bila dia mengingat-Ku. Maka jika dia
mengingat-Ku niscaya Aku akan mengingatnya.”
c) Pengertian Hadist Nabawi
Hadist Nabawi adalah hadist yang disandarkan kepda Nabi
Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.
 Contoh yang berupa perkataan Nabi Muhammad SAW:

1
Muhammad Yasir dan Ade Jamaruddin, Studi Al-Qur’an, (Riau : Asa Riau, 2016), hlm. 9-17
2
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2013), hlm. 15
3
Ibid, hlm. 24
4
Ibid, hlm. 24

6
“Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap
orang bergantung pada niatnya”5
 Contoh yang berupa perbuatan ialah seperti ajarannya pada
sahabat mengenai bagaimana caranya mengerjakan shalat,
kemudian ia mengatakan:
“Sholat seperti kamu melihat aku melakukan sholat.”6
 Contoh yang berupa sifat adalah riwayat seperti:
“bahwa Nabi SAW itu selalu bermuka cerah, berperangai halus
dan lembut, tidak keras dan tidak pula kasar, tidak suka
berteriak keras, tidak pula berbicara kotor dan tidak juga suka
mencela...”
Sebelum membahas perbedaan antara Al-Qur’an, Hadist Qudsi, dan Hadist
Nabawi.
I. Perbedaan Hadist Qudsi dengan Hadist Nabawi
Terdapat perbedaan antara Hadist Qudsi dengan Hadist Nabawi7,
yaitu:
1. Hadist Nabawi bersifat tauqifi, yaitu isi yang diterima oleh Nabi
adalah wahyu. Dan beliau menjelaskannya kepada umatnya dengan
kata-katanya sendiri;
2. Hadist Nabawi bersifat taufiqi, dengan kata lain Nabi menyimpulkan
Al-Qur’an menurut pemahamannya dengan pertimbangan dan ijtihad;
3. Hadist Qudsi artinya dari Tuhan dan dalam riwayatnya Nabi
bersandar kepada Allah.
II. Perbedaan Hadist Qudsi dan Al-Qur’an
Sementara itu terdapat perbedaan antara Hadist Qudsi dan Al-
Qur’an8, diantaranya:
1. Isi dan kompilasi Al-Qur’an adalah firman Allah SWT tanpa
mengubah satu huruf pun, sedangkan Hadist Qudsi yang berisi
firman Allah dengan Nabi sebagai peratara dan dengan
pengucapan Nabi sendiri;

5
Sebagian dari hadist panjang riwayat Bukhari dari Umar bin Khattab
6
Hadist Bukhari
7
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2013), hlm. 28
8
Ibid, hlm. 26

7
2. Di dalam Al-Qur’an dikenal istilah surat dan ayat, tetapi dalam
Hadist Qudsi istilah ini tidak dikenal;
3. Al-Qur’an pasti asli, tetapi Hadist Qudsi ada yang shahih ada juga
yang lemah.
4. Ayat Al-Qur’an dapat digunakan sebagai bacaan surat dalam
shalat, sementara Hadist Qudsi tidak;
5. Al-Qur’an merupakan mukjizat, sementara Hadist Qudsi bukan
mukjizat.

C. Sejarah Turunnya Al-Qur’an


Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT. Diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dengan perantara malaikat Jibril Al-Qur’an adalah kalam Allah yang
dituangkan oleh malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah SAW dengan lafadznya
berbahasa arab. Maksud turunnya disini bukanlah turunnya yang pertama kali ke
langit dunia, tetapi yang dimaksudnya adalah turunnya Al-Qur’an itu secara
bertahap. Sebagai ungkapan (untuk arti menurunkan) dalam ayat di atas
menggunakan kata “ tanzil “. Menurut ahli bahasa antara kata “ tanzil “ dengan
“inzal” berbeda pengertiannya. Kata “tanzil” berarti turun secara berangsur-angsur,
sedang “inzal” hanya menunjukkan turun atau menurunkan dalam arti umum.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa penurunan Al-Qur’an adalah secara
bertahap dan berangsur-angsur, bukan sekaligus seperti halnya kitab-kitab suci
terdahulu.
Asy-Sya’bi menyebutkan bahwa Al-Qur’an mula-mula turun pertama kalinya
pada malam qadar (lailatul qadr) di bulan Ramadhan. Kemudian setelah itu
turunnya berlanjut secara berangsur-angsur sesuai dengan kejadian dan perisitiwa
selama kurang lebih 23 tahun.9 Pendapat ini didasarkannya pada firman Allah
SWT. Dalam surat Al-Qadr ayat 1:
‫َأنزلْنَـٰهُ ىِف لَْيلَ ِة ٱلْ َق ْد ِر‬
َ ‫ِإنَّٓا‬
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada suatu malam lailatul qadr”10
Permulaan turunnya al-Qur’an, yaitu pada malam mubarakah atau dinamai juga
lailatul qadr, yakni salah satu malam pada bulan Ramadhan. Malam tersebut
dinamakan lailah al-mubarakah karena malam tersebut telah dipenuhi dengan
9
Muhammad Yasir dan Ade Jamarudin, Studi Al-Qur’an, (Riau : Asa Riau, 2016), hlm. 51-52
10
QS. Al-Qadr ayat 1

8
berkah dan nikmat Allah yang tak ternilai, yaitu turunnya Al-Qur’an Al-Karim,
pembebas umat manusia dari kesesatan, dan pembimbing mereka ke jalan yang
benar, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Dinamakan pula malam tersebut
lailtul qadr karena ia mempunyai nilai yang tinggi, lantaran pada malam itu
diturunknnya Kitab Suci kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir, dan akan
menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia sepanjang masa dan dimanapun.11
Penurunan Al-Qur’an itu ada dua cara: yaitu sekaligus dan secara terpisah
(beangsir-angsur). Pengertian turunnya al-Qur’an sekaligus dari lauhul mahfudz ke
baitul izzah di langit dunia (langit lapisan pertama). Sedangkan yang dimaksud
turunnya Al-qur’an secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit dan secara
bertahap
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sebelum diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, Al-Qur’an telah tertulis di lauhul mahfudz. Kemudian penurunan
selanjutnya, Al-Qur’an itu diturunkan secara lengkap ke baitul izzah di langit
pertama., dan terakhir diturunkan secara terpisah dan berangsur-angsur sejalan
dengan peristiwa-peristiwa tertentu. Justru itu, tidaklah tepat bila dikatakan bahwa
penurunaan al-Qur’an itu hanya satu malam dan satu bulan, yaitu Bulan Ramadhan
saja. Akan tetapi Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur di sepanjang hari
dan bulan, bahkan tahun.12
Adapun mengenai jumah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan itu, biaasanya
terdiri dari beberapa ayat, ada yang lima ayat sekaligus, dan ada pula yang sepuluh
ayat sekali turun, terkadang ada yang kurang atau lebih dari itu, bahkan pernah
beberapa kata saja yang menjadi bagian dari suatu ayat. Misalnya firman Allah
dalam surat An-Nisa’ ayat 29 dan dalam surat At-Taubah ayat 28.
Dan bahkan pernah pula turun satu surat yang pendek-pendek, misalnya surat Al-
Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Kautsar, Al-Lahab, Al-Nasr, Al-Bayyinah, dan surat Al-
Mursalat.13
D. Sejarah pembukuan al-Qur’an
Sesudah beberapa tahun berlalu dari pemerintahan Usman timbul usaha dari para
sahabat untuk meninjau kembali suhuf suhuf yang telah ditulis oleh Zaid bin Sabit.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas, bahwa Hudzaifah Ibnu al-Yaman datang
kepada Usman karena melihat hebatnya perselisihan dalam soal qiraat. Hudzaifah
11
Muhammad Yasir dan Ade Jamarudin, Studi Al-Qur’an, (Riau : Asa Riau, 2016), hlm. 54
12
Ibid , hlm. 56
13
Ibid , hlm. 58

9
meminta kepada Usman supaya lekas memperbaiki keadaan itu, lekas
menghilangkan perselihan bacaan agar umat islam jangan berselisih mengenai kitab
mereka, seperti keadaan orang-orang Yahudi dan Nasrani.14
Maka Usman meminta kepada Hafsah supaya memberikan suhuf-suhuf yang ada
padanya untuk disalin ke dalam beberapa mushaf. Sesudah suhuf-suhuf itu diterima
beliaupun menyuruh Zaid bin Tsabit, Abdullah Ibnu Zubair, Zaid Ibnu Ash,
Abdurrahman Ibnu Haris Ibnu Hisyam menyalin dari suhuf-suhuf itu beberapa
mushaf. Pedoman yang diberikan kepada badan tersebut, apabila terjadi perselisihan
qiraat antara Zaid bin Tsabit, beliau ini bukan orang Quraisy hendaklah ditulis
menurut qiraat Quraisy, karena Al-Qur’an itu diturunkan dengan lisan Quraisy.
Setelah selesai mereka laksanakan pekerjaan tersebut, suhuf-suhuf itu dikembalikan
kepada Hafsah dan Usman pun mengirim ke tiap-tiap kota besar satu mushaf, serta
memerintahkan supaya dibakar segala mushaf-mushaf yang lain dari yang ditulis
oleh badan yang terdiri dari empat orang ini.15
Menurut riwayat Ibnu Abu Daud, dua belas orang. Dan yang disepakati bahwa
Zaid lah yang mengepalai badan tersebut, akan tetapi oleh karena yang demikian
membawa kecederaan dan telah menimbulkan perkelahian, karena masing-masing
fanatik kepada tulisan yang ada pada suhufnya, dirasakan perlu untuk
menghilangkan kecederaan, menentukan kalimat yang dimasukkan ke dalam
mushaf, walaupun bunyi qiraat masih bisa berlainan. Badan ini tidak mengerjakan
selain daripada menyalin ke dalam mushaf saja. Satu naskah ini dikirim ke Mekah,
satu naskah ke Kufah, satu naskah ke Basrah, satu lagi ke Syam. Asal salinan yang
ditulis badan lajnah itu tinggal di tangan Usman sendiri, Usman memerintahkan
supaya kaum muslimin membaca Al-Qur’an dengan qiraat yang termateri dalam Al-
Imam itu. Kata Al-Qodi Abu Bakar dalam kitab al-intisar, Usman tidak bermaksud
apa yang dimaksudkan oleh Abu Bakar, yaitu menulis Al-Qur’an atas halaman
kertas. Beliau bermaksud menyatukan umat terhadap qiraat-qiraat yang diterima
dari Nabi serta membatalkan yang lain. Kemudian Usman bermaksud supaya para
umat memegangi mushaf yang sudah teratur sempurna, untuk menolak kerusakan-
kerusakan yang timbul karena perselisihan qiraat.16
14
Muhammad Aqsho, Pembukuan Al-Qur’an, Mushaf Usmani dan Rasm Al-Qur’an, (Medan : Universitas
Dharmawangsa Medan, 2016) hlm. 85
15
Ibid , hlm. 85-86
16
Muhammad Aqsho, Pembukuan Al-Qur’an, Mushaf Usmani dan Rasm Al-Qur’an, (Medan : Universitas
Dharmawangsa Medan, 2016) hlm. 86-87

10
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
melalui perantara malaikat Jibril dengan pengucapan Bahasa Arab dan makna
tertentu. Maksud turunnya disini bukanlah turunnya yang pertama kali ke langit
dunia, tetapi yang dimaksudnya adalah turunnya Al-Qur’an itu secara bertahap. Dan
Al-Qur’an memiliki banyak nama lain dan sifat-sifatnya, diantara banyaknya nama
Al-Qur’an populer dan terkenal lainnya, al-Qur’an dan Al-Kitab adalah nama yang
paling umum. Menurut Dr. Muhammad Abdullah Daraz, ia dinamakan Al-Qur’an
karena dibaca dengan lisan dan diberi nama Al-Kitab karena ditulis dengan pena.
Kedua nama ini memiliki arti yang sesuai dengan kenyataan.
Agar memahami isi Al-Qur’an kita harus mempelajari hadist-hadist. Berdasarkan
materi di atas perbedaan dari Al-Qur’an, Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi adalah
kalau Al-Qur’an lafal dan maknanya dari Allah SWT secara langsung melalui
wahyu dan Hadist Qudsi itu lafadz pengucapannya dari Rasulullah sedangkan
maknanya dari Allah SWT dan sebenarnya Hadist ini bersifat khusus untuk diri
Rasulullah sebagai Nabi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, M. K. (2013). Studi Ilmu-Ilmu Qur'an. Jakarta: Litera Antar Nusa.


Aqsho, M. (2016). Pembukuan Al-Qur'an, Mushaf Usmani, dan Rasm Al-Qur'an. Almufida,
85-87.
Muhammad Yasir dan Ade Jamaruddin. (2016). Studi Al-Qur'an. Riau: Asa Riau.

13

Anda mungkin juga menyukai