Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BERKENALAN DENGAN AL-QUR’AN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an


Dosen pengampu: Drs. H. Wawan Arwani, MA.

Disusun oleh:
Kelompok 1
 Afi Julpa fildzah (2281020049)
 Lia Maulida Afifah (2281020046)
 Rama Kamaludin (2281020061)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
taufiknya kepada kami semua sehingga pada akhirnya mampu menyelesaikan makalah dengan
lancar dan tanpa hambatan yang berarti. Juga shalawat serta salam semoga selalu tercurah dan
terlimpah kepada Nabi kita semua Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Drs. H. Wawan Arwani, MA.
selaku dosen mata kuliah Studi Al-Qur’an kami yang telah memberikan banyak saran dan ilmu
dalam pembuatan makalah ini, juga kepada semua pihak lainnya yang telah memberikan saran
dan pendapatnya. Semoga semua amal dan kebaikan tersebut diterima oleh Allah swt. Aamiin.

Selaku manusia yang tidak luput dari segala kesalahan dan kehilafan, kami menyadari
bahwa dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu,
kami mohon saran dan kritik guna perbaikan makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami penulis maupun bagi
almamater serta masyarakat untuk menambah ilmu pengetahuan.

Cirebon, 12 September 2022

Penyusun

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................................................... 1


B. Rumusan masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an................................................................................................. 2
B. Perbedaannya dengan Wahyu Lain (Hadits Nabi & Hadits Qudsi)........................... 2
C. Fungsi dan Peranan Al-Qur’an.................................................................................. 4
D. Nama lain Al-Qur’an................................................................................................. 4
E. Hubungan Al-Qur’an dengan Kitab-Kitab Suci yang Lain....................................... 5
F. Pembagian Juz, Surah, dan Ayat Al-Qur’an.............................................................. 5

BAB III PENUTUP

A. Simpulan.................................................................................................................... 11
B. Saran.......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw
sebagai rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang
menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa yang mempelajari dan mengamalkannya.

Sebagai umat Islam yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an tentu sudah semestinya kita
mengenal dan memahami Al-Qur’an dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Al-Qur’an?
2. Apa perbedaan Al-Qur’an dengan wahyu lain (Hadits Nabi & Hadits Qudsi)?
3. Apa fungsi dan peranan Al-Qur’an?
4. Apa saja nama lain Al-Qur’an?
5. Bagaimana hubungan Al-Qur’an dengan kitab-kitab suci yang lain?
6. Bagaimana pembagian juz, surah, dan ayat Al-Qur’an?

C. Tujuan Pembahasan

Dapat mengetahui dan memahami pengertian Al-Qur’an, perbedaan Al-Qur’an dengan


wahyu lain (Hadits Nabi & Hadits Qudsi), fungsi dan peranan Al-Qur’an, nama lain Al-Qur’an,
hubungan Al-Qur’an dengan kitab-kitab suci yang lain, dan pembagian juz, surah, dan ayat Al-
Qur’an.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw
sebagai rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang
menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa yang mempelajari dan mengamalkannya.
Bukan itu saja, tetapi Al-Qur’an juga adalah sebagai kitab suci terakhir yang diturunkan Allah
Swt yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari’at yang terdapat dalam kitab-kitab
sebelumnya.

Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan, sedangkan menurut istilah adalah kalam Allah Swt
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril secara
berangsur-angsur sebagai mukjizat dan membacanya bernilai ibadah.

Al-Qur’an disebut juga dengan kalamullah atau kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw; membacanya bernilai ibadah, susunan kata dan isinya merupakan mukjizat,
termaktub di dalam mushaf dan dinukil secara mutawatir.

B. Perbedaannya dengan Wahyu Lain (Hadits Nabi & Hadits Qudsi)


 Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadis Qudsi
1. Al-Qur’anul Karim ialah kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah dengan
lafalnya, yang dengan itu orang Arab ditantang, tetapi mereka tidak mampu membuat
seperti Al-Qur’an, bahkan satu surat sekalipun. Tantangan itu tetap berlaku, karena Al-
Qur’an adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat. Sedangkan hadis kudsi tidak
untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.
2. Al-Qur’an Karim hanya dinisbahkan kepada Allah, sehingga dikatakan: Allah Ta’ala
telah berfirman. Sedang hadis kudsi -seperti yang telah

dijelaskan- terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah, sehingga nisbah


hadis kudsi kepada Allah itu merupakan nisbah dibuatkan. Maka dikatakan; “Allah telah
berfirman atau Allah berfirman”. Dan terkadang pula diriwayatkan dengan disandarkan

5
kepada Rasulullah Saw, tetapi nisbahnya adalah nisbah kabar, karena Nabi yang
menyampaikan hadis itu dari Allah.
3. Seluruh isi Al-Qur’an dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya sudah mutlak.
Sedang hadis kudsi kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih
merupakan dugaan. Adakalanya hadis kudsi itu shahih, terkadang hasan (baik), dan
terkadang pula dhaif (lemah).
4. Al-Qur’an dari Allah, baik lafal ataupun maknanya. Sedang hadis kudsi maknanya saja
yang dari Allah, sedang lafalnya dari Rasulullah Saw. Hadis kudsi ialah wahyu dalam
makna tetapi bukan dalam lafal. Oleh sebab itu, menurut sebagian besar hli hadis
diperbolehkan meriwayatkan hadis kudsi dengan maknanya saja.
5. Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah, karena itu ia dibaca di dalam sholat, sedang
membaca hadis kudsi tidak dibaca di dalam solat dan pahala membacanya pun berbeda.

 Perbedaan Al-Qur’an dengan Nabi/Hadis Nabawi


Hadis nabawi terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Tauqifi, yaitu yang kandungannya diterima oleh Rasulullah dari wahyu, lalu ia
menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya sendiri. Kandungannya
dinisbahkan kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan lebih layak dinisbahkan
kepada Rasulullah Saw, karena kata-kata itu dinisbahkan kepada yang
mengatakannya, meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari pihak lain.
b. Taufiqi, yaitu yang disimpulkan oleh Rasulullah menurut pemahamannya terhadap
Al-Qur’an, karena ia mempunyai tugas mejelaskan Qur’an atau menyimpulkannya
dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulan yang bersifat ijtihad ini
diperkuat oleh wahyu bila ia benar.

Hadis qudsi ia diturunkan maknanya dari Allah karena adanya nas syara’ yang
menisbahkannya kepada Allh; yaitu kata-kata Rasulullah Saw: Allah Ta’ala telah berfirman, atau
Allah Ta’ala berfirman. Berbeda dengan hadis nabawi, karena hadis nabawi tidak memuat nas
seperti ini.

C. Fungsi dan Peranan Al-Qur’an

6
1. Al-Qur’an menjadi sumber pelajaran dari Allah Sang Maha Pengajar, pemberi nasihat dan
peringatan kepada manusia (al-maw’izah).
2. Sebagai obat (syifa’) penyakit bathin, seperti syirik, ragu dan kebodohan. Baik penyakit
individual seperti stress, kegundahan dan pikiran kacau maupun penyakit-penyakit
masyarakat seperti sikap hedonism, fitnah, krisis moral, dll.
3. Al-Qur’an sebagai petunjuk (hudan) bagi manusia ke jalan yang benar
4. Sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur’an sebagai rahmat mempunyai tiga
arti. Pertama, Ajaran yang terkandung di dalamnya mengandung unsur kasih sayang. Kedua,
ajaran dalam Al-Qur’an bermaksud menanamkan perasaan lembut dan kasih terhadap orang
lain dan alam sekitar. Ketiga, Al-Qur’an merupakan perwujudan rahmat Allah bagi manusia.
5. Al-Qur’an sebagai pembeda (furqan) antara yang benar dan salah, antara yang hak dan yang
batil, antara kesesatan dengan petunjuk, dan antara jalan yang menuju keselamatan dan jalan
yang menuju kesengsaraan.
6. Al-Qur’an sebagai sumber syari’at/sumber ajaran Islam.

D. Nama lain Al-Qur’an


1. Al-Kitab. Dinamai kitab karena ayat-ayat Al-Qur’an tertulis dalam bentuk kitab. Dalilnya
yaitu Q.S Al-Baqarah [2]: 2
2. Al-Furqan yang artinya pembeda. Al-Qur’an menjelaskan antara yang hak dan batil, antara
yang benar dan salah, dan antara yang baik dan buruk. Berdalil kepada firman Allah yaitu
Q.S Al-Furqan [25]:1
3. Al-Dzikr. Disebut Al-dzikr yang berarti peringatan karena menurut Al-Zarkasyi, Al-Qur’an
mengandung peringatan-peringatan, nasihat-nasihat, serta informasi mengenai umat yang
telah lalu yang tentu tentu saja sebagai peringatan dan nasihat bagi orang yang bertakwa.
Dalilnya yaitu dalam surah Ali Imran, Al-Hijr, dan An-Nahl.
4. Al-Huda yang artinya petunjuk. Dalilnya terdapat dalan Al-Qur’an surah Luqman: 3

E. Hubungan Al-Qur’an dengan Kitab-Kitab Suci yang Lain

Al-Qur’an dan kitab suci lainnya yang juga merupakan kalamullah tentu memiliki hubungan
atau keterkaitan yang erat. Adapun hubungan tersebut adalah sebagai berikut:

7
a. Menjadi saksi kebenaran (diposisikan sebagai pembenar) kitab-kitab sebelumnya.
b. Menjadi solusi, menjawab dan menjelaskan perbedaan atau perselisihan yang muncul di
antara penganut agama.
c. Mengoreksi isi kitab suci sebelumnya yang sudah diubah sendiri oleh pemeluknya.

F. Pembagian Juz, Surah, dan Ayat Al-Qur’an

Sebenarnya, pada masa Sahabat setelah wafatnya Rasulullah, tidak dikenal yang namanya
pembagian Al Qur’an berdasarkan pada Juz, dikarenakan dahulu Rasulullah salallahu ‘alaihi wa
sallam maupun Jibril tidak memberitahukan kalau Al Qur’an harus dibagi berdasarkan Juz nya.
Sehingga para sahabat kala itu hanya mengenal pembagian Al Qur’an berdasarkan pada 7
bagian. Pembagian berdasarkan Juz baru dilakukan pada tahun 110 H, yang mana sejarah
mencatat bahwa orang pertama yang mnempelopori terjadinya hal tersebut adalah Al-Hajaj Bin
Yusuf Al-Tsaqafi. Hal ini didasari dari gagasan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu
30 hari, sehingga dapat dibaca satu hari satu Juz. Tentu saja dikarenakan pada kala itu,
masyarakat awam merasa sangat sulit untuk mengkhatamkan Al Qur’an dalam waktu 1 minggu
seperti yang dilakukan para sahabat Rasulullah pada masanya. Sehingga upaya untuk
mempermudah pun dilakukan agar membantu pembaca Al Qur’an yang ingin khatam dalam
kurun waktu satu bulan. Supaya lebih terukur kapan saatnya membaca agar khatam 30 juz.
Pembagian berdasarkan juz iniberpatokan pada jumlah huruf yang ada. Yang melakukan
pembagian kala itu adalahpara cendekiawan di Iraq atas perintah yang diberikan langsung oleh
Al-HajjajBin Yusuf Al-Tsaqafi.

Berikut adalah pembagian juz dalam Al-Qur’an.

Juz Surat dan Ayat

1 Surat Al-Fatihah Ayat 1 – Surat Al-Baqarah Ayat 141

2 Surat Al-Baqarah Ayat 142 – Surat Al-Baqarah Ayat 252

3 Surat Al-Baqarah Ayat 253 – Surat Ali Imran Ayat 92

4 Surat Ali Imran Ayat 93 – Surat An-Nisa’ Ayat 23

8
5 Surat An-Nisa’ Ayat 24 – Surat An-Nisa’ Ayat 147

6 Surat An-Nisa’ Ayat 148 – Surat Al-Ma’idah Ayat 82

7 Surat Al-Ma’idah Ayat 83 – Surat Al-An’am Ayat 110

8 Surat Al-An’am Ayat 111 – Surat Al A’raf Ayat 87

9 Surat Al A’raf Ayat 88 – Surat Al-Anfal Ayat 40

10 Surat Al-Anfal Ayat 41 – Surat At-Taubah Ayat 92

11 Surat At-Taubah Ayat 93 – Surat Hud Ayat 5

12 Surat Hud Ayat 6 – Surat Yusuf Ayat 52

13 Surat Yusuf Ayat 53 – Surat Ibrahim Ayat 52

14 Surat Al-Hijr Ayat 1 – An-Nahl Ayat 128

15 Surat Al-Isra Ayat 1 – Surat Al-Kahf Ayat 74

16 Surat Al-Kahf Ayat 75 – Surat Ta-Ha Ayat 135

17 Surat Al-Anbiya Ayat 1 – Surat Al Hajj Ayat 78

18 Surat Al-Mu’minun Ayat 1 – Surat Al-Furqan Ayat 20

19 Surat Al-Furqan Ayat 21 – Surat An-Naml Ayat 55

20 Surat An-Naml Ayat 56 – Surat Al-Ankabut Ayat 45

21 Surat Al-Ankabut Ayat 46 – Surat Al-Azhab Ayat 30

22 Surat Al-Azhab Ayat 31 – Surat Yasin Ayat 27

23 Surat Yasin Ayat 28 – Surat Az-Zumar Ayat 31

24 Surat Az-Zumar Ayat 32 – Surat Fussilat Ayat 46

25 Surat Fussilat Ayat 47 – Surat Al-Jatsiyah Ayat 37

9
26 Surat Al-Ahqaf Ayat 1 – Surat Adz Dzariyat Ayat 30

27 Surat Adz Dzariyat Ayat 31 – Surat Al-Hadid Ayat 29

28 Surat Al-Mujadilah Ayat 1 – Surat At-Tahrim Ayat 12

29 Surat Al-Mulk Ayat 1 – Surat Al-Mursalat Ayat 50

30 Surat An-Naba’ Ayat 1 – Surat An-Nas Ayat 6

Pengelompokkan surah berdasarkan panjang dan pendeknya dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Al-Thul/at-Thiwal, sesuai namanya yang berasal dari kata (‫ )طويل‬yaitu kelompok surat-surat
dalam Al-Qur’an yang panjang. Jumlahnya ada 7, karena itu sering disebut dengan as-Sab’u
at-Thiwal (7 surat yang panjang). Meliputi: al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa, al-Maidah, al-
An’am, al-A’raf, dan al-Anfal.
2. Surat al-Mi-in. Dari kata Mi-ah (‫ )المائة‬yang artinya angka seratus. Surat al-Mi-in berarti surat
yang jumlah ayatnya kurang lebih seratus ayat. Beberapa di antaranya yaitu, surah Yusuf
(12) 111 ayat, al-Nahl (16) 128 ayat, al-Isra (17) 111 ayat dan lain-lain.
3. Surat al-Matsani. Dari kata tsanna (‫ )ثنَّى‬yang artinya mengulang. Menurut keterangan Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu dan Said bin Jubair, disebut demikian karena Allah banyak
mengulang tentang kewajiban-kewajiban (al-Faraid), hukum-hukum syariat, kisah-kisah (al-
Qashas), dan perumpamaan (al-Amtsal). Berdasarkan urutannya, surat al-Matsani adalah
surat setelah al-Mi-in. Misalnya surah Maryam (19) 98 ayat, al-Hijr (15) 99 ayat, Yasin (36)
83 ayat dan lain sebagainya.
4. Surat al-Mufashal. Dari kata al-Fashl (‫ )الفصل‬yang artinya batas. Disebut al-Mufashal dari
kata al-Fashl yang artinya sekat/pembatas. Sehingga dinamakan mufashal karena ayatnya
pendek-pendek. Ada juga yang mengatakan, dinamakan Mufashal karena suratnya pendek-
pendek, sehingga banyak pemisah basmalahnya.
Kemudian, menurut pendapat yang kuat, dimulai dari surat Qaf hingga surat an-Nas. (Tafsir
Ibnu Katsir, 7/393).
Dasar mengenai pembagian ini adalah hadis dari Watsilah bin al-Asqa’ radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ت بِ ْال ُمفَص َِّل‬ ُ ‫ َوُأ ْع ِط‬، َ‫ُور ْال َمِئين‬
ُ ‫ َوفُضِّ ْل‬،‫يت َم َكانَ اِإْل ْن ِجي ِل ْال َمثَانِ َي‬ ُ ‫ َوُأ ْع ِط‬،‫يت َم َكانَ التَّوْ َرا ِة ال َّس ْب َع‬
ِ ‫يت َم َكانَ ال َّزب‬ ُ ‫ُأ ْع ِط‬

10
“Aku diberi pengganti isi Taurat dengan as-Sab’u (7 surat panjang), dan aku diberi pengganti
isi Zabur dengan surat al-Mi-in, dan aku diberi pengganti isi Injil dengan al-Matsani, dan aku
diberi tambahan dengan surat-surat al-Mufashal.” (HR. Ahmad 16982 dan dihasankan Syuaib al-
Arnauth).
Al-Baihaqi menjelaskan hadis ini:
)‫ و(المثاني‬،‫واألشبه أن يكون المراد بـ (السبع) في هذا الحديث (السبع الطول) و(المئين) كل سورة بلغت مائة آية فصاعدًا‬
)‫كل سورة دون (المئين) وفوق (المفصل‬
Yang mendekati, makna kata ‘as-Sab’u’ dalam hadis ini adalah as-Sab’u at-Thiwal (7 surat
yang panjang); sementara makna al-Mi-in adalah semua surat yang jumlah ayatnya 100 atau
lebih. Istilah Al-Matsani maknanya adalah semua surat yang jumlah ayatnya di bawah al-Mi-in,
di atas al-Mufashal.
Selanjutnya, surat al-Mufashal terbagi menjadi 3:
a. Thiwal Mufashal – mufashal yang panjang. Dimulai dari surat Qaf hingga surat al-Mursalat
(akhir juz 29).
b. Wasath Mufashal – mufashal pertengahan. Dimulai dari surat an-Naba’, hingga surat ad-
Dhuha.
c. Qishar Mufashal – mufashal pendek. Dimulai dari surat al-Insyirah, hingga akhir al-Quran,
yaitu surat an-Nas.

Seperi halnya surat-surat Al-Qur’an, ayat-ayat dalam Al-Qur’an juga ada yang panjang dan
ada pula yang pendek. Kebanyakan ayat-ayat yang panjang terdapat pada surat-surat yang
panjang, sebagaimana ayat-ayat pendek juga sering dijumpai pada surat-surat yang pendek. Ayat
terpendek dalam Al-Qur’an adalah wa al-Dhuha dan wa al-Fajr, masing-masing terdiri atas lima
huruf, sedangkan ayat terpanjang dalam Al-Qur’an terdapat dalam surat Al-Baqarah, tepatnya
ayat 282 yang terdiri atas 128 kata dan 504 huruf.
Adapun mengenai jumlah ayat Al-Qur’an, para ulama berselisih pendapat. Namun suatu hal
yang telah disepakati oleh mereka tentang bilangan ayat Al-Qur’an ialah bahwa jumlah ayat Al-
Qur’an itu tidak kurang dari 6000 ayat. Menurut penyelidikan ulama Madinah, jumlah ayat AL-
Qur’an sebanyak 6.210, kata ahli Basrah sebanyak 6.204, ahli Syam berpendapat 6.226, ahli
Kufah berkata 6.217, dan menurut penyelidikan Ibn Abbas adalah 6.616.

11
Faktor-faktor penyebab terjadinya perselisihan pendapat mengenai jumlah ayat Al-Qur’an
antara lain ialah karena:
 Sebagian Ulama memandang fawatih al suwar (pembuka-pembuka surat) seperti ,‫ المر‬,‫ الر‬,‫الم‬
‫ المص‬sebagai ayat, akan tetapi sebagian yang lain tidak menghitungnya sebagai ayat.
 Bacaan yang diwaqafkan oleh Nabi, ada yang menganggapnya sebagai tanda berakhirnya
suatu ayat, sementara sebagian yang lain tidak menganggap sebagai akhir ayat (fashilah).

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
 Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan, sedangkan menurut istilah adalah kalam Allah Swt
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril secara
berangsur-angsur sebagai mukjizat dan membacanya bernilai ibadah.
 Salah satu perbedaan Al-Qur’an dengan wahyu lain (hadis qudsi dan hadis nabi) yaitu, Al-
Qur’anul Karim merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah baik lafal
ataupun maknanya, sedangkan hadis maknanya saja.
 Beberapa nama lain Al-Qur’an di antaranya adalah al-kitab, al-furqan, al-dzikr, dan al- huda.
 Fungsi dan peranan Al-Qur’an adalah sebagai maw’izhah, syifa’, hudan, rahmat, furqan, dan
sumber syari’at.
 Al-Qur’an menjadi saksi kebenaran (diposisikan sebagai pembenar) kitab-kitab sebelumnya.
 Pembagian surah dalam Al-Qur’an berdasarkan panjang dan pendek surat dibagi menjadi
empat, yaitu surat at-thiwal, surat al-mi’in, surat al-matsani, dan surat al-munfashal.

B. Saran

Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami
menyarankan untuk lebih mendalami materi dengan membaca buku-buku studi al-qur’an atau
mencari sumber-sumber lainnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Acep. ‘Ulumul Qur’an (2011). PT.REMAJA ROSDAKARYA. Bandung.

Yusuf, Kadar M.. Studi Alquran (2012). AMZAH. Jakarta.

https://tafsirweb.com/78231-pembagian-juz-dalam-al-quran.html

https://umma.id/post/pembagian-surat-dalam-al-quran-261769?lang=id

14

Anda mungkin juga menyukai