Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Al-Qur’an Hadist
Dosen pengampu Sandi Saparudin, S.Pd.,M.Pd.I
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………...………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………...…………... 1
C. Tujuan Pembahasan………………………………….......………… 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………….…………. 3
1. Al-Qur’an……………………………………………...………….. 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang kekal berupa kitab yang
diturunkan oleh Allah SWT, yang berisi firman-firman terbaik. Dan ajaran
yang dibawa Rasul-Nya adalah ajaran yang paling indah untuk
membimbing mereka kejalan yang lurus. Selain merupakan wahyu, Al-
Qur’an juga merupakan bagian kehidupan umat yang mau membukakan
mata hatinya kepada kebenaran ilmu. Yang mengajak manusia untuk selalu
berkembang dan maju dalam berfikir. Untuk menghadapi tantangan
kehidupan.
Dengan ini, kepastian wahyu tidak dapat diragukan lagi. Umat
manusia perlu kembali kepada petunjuk wahyu demi menyiram jiwa yang
haus akan nilai-nilai luhur dan kesegaran rohani. Dengan senantiasa
menyertakan wahyu yang sesuai dan dapat memecahkan problema yang
dihadapi. Sampai perkembangannya itu mengalami kematangannya. Maka,
dalam makalah ini penulis sedikit memaparkan mengenai Al-Qur’an dan
Wahyu
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Al-Qur’an ?
2. Mengetahui Nama-Nama Al-Qur’an ?
3. Mengetahui Fungsi Al-Qur’an ?
4. Mengetahui Kedudukan Al-Qur’an ?
5. Mengetahui Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an ?
6. Mengetahui Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-angsur ?
7. Mengetahui Pengertian Wahyu ?
8. Mengetahui Macam-Macam Wahyu ?
9. Mengetahui Cara Menyampaikan Wahyu Kepada Nabi dan Rasul ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Al-Qur’an.
2. Untuk Mengetahui Nama-Nama Al-Qur’an.
3. Untuk Mengetahui Fungsi Al-Qur’an.
4. Untuk Mengetahui Kedudukan Al-Qur’an.
5. Untuk Mengetahui Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an.
6. Untuk Mengetahui Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-angsur.
7. Untuk Mengetahui Pengertian Wahyu .
8. Untuk Mengetahui Macam-Macam Wahyu.
9. Untuk Mengetahui Cara Menyampaikan Wahyu Kepada Nabi dan
Rasul.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Al-Qur’an
1.1 Pengertian Al-Qur’an
1. Al-Qur’an menurut Bahasa
Al-Qur’an menurut bahasa adalah diambil dari kata iqro yang
berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada
umat islam untuk membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an juga bentuk madras dari
Allah yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikataklan demikian
karena Al-Qur’an menghimpun beberapa huruf, kata dan kalimat secara
tertib sehingga tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu Al-Qur’an harus
dibaca dengan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga
dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa
yang dialami masyarakat untuk menghidupkan Al-Qur’an baik secara teks,
lisan ataupun budaya.
Dan juga Al-Qur’an mempunyai arti mengumpulkan dan
menhimpun qira’ah yang berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata
satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih.
2. Al-Qur’an menurut Istilah
Al-Qur’an menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang
disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat islam dari
generasi ke generasi tanpa ada perubahan.
Sedangkan menurut para ahli ushul fiqh istilah Al-Qur’an ialah :
“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat (sesuatu yang luar biasa
yang melemahkan lawan) diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui Malaikat Jibril, yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan kepada
kita secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah, dimulai dari al-
Fatihah dan diakhiri dengan al-Nas.
Al-Qur’an terdiri atas 114 surah dan dengan jumlah juznya 30 serta
ayat berjumlah 6236 menurut riwayat hafsh. Sedangkan menurut riwayat
ad-Dur jumlah ayat dalam Al-Qur’an adalah 6262 dan 6212 menurut
riwayat Warsy. Surat Al-Fatihah merupakan surat pertama di dalam Al-
Qur’an dan diakhiri dengan surat Annas.
1.2 Nama-Nama Al-Qur’an
Al-Qur’an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan
kedudukannya yang tinggi dan luhur, dan secara mutlak Al-Qur’an adalah
kitab samawy yang paling mulia. Karenanya dinamailah kitab samawy itu
dengan : Al-Qur’an, Al-Furqan, At-Tanzil, Ad-Dzikr, Al-Kitab dsb. Seperti
halnya Allah juga telah memberi sifat tentang AI-Qur’an sifat-sifat yang
luhur antara lain : nur atau cahaya, Al-Huda (petunjuk), Rahmat, Syifa’
(obat), mau’izhah (nasehat), `aziz (mulia), mubarak (yang diberkahi),
basyir (pembawa kabar baik), nadzir (pembawa khabar buruk) dan sifat-
sifat lain yang menunjukkan kebesaran dan kesuciannya.
Alasan penamaan:
1. Alasan dinamainya dengan Al Qur’an ialah karena banyak (kata-kata
Al-Qur’an) terdapat dalam ayat, antara lain firman Allah SWT. Q.S
Qaaf : 1 yang artinya “Qaaf, demi Alqur’an yang sangat mulia”. Dan
Firman-Nya al-Isra’ : 9 yang artinya “Sesungguhnya Al-Qur’an ini
memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus”. (Al-Isra: ayat 9).
2. Alasan Al-Qur’an dinamai dengan Al-Furqan sebagaimana tertera
dalam firman Allah SWT QS al-Furqan: 1 yang artinya “Maha Suci
Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-
Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (al-
Furqan: 1)
3. Alasan Alquran diberi nama dengan at-Tanzil sebagaimana tertera
dalam firman Allah QS asy-Suara : 192-193 yang artinya “Dan
sesungguhnya Al Qur’an (al-Tanzil) ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril)”.
4. Alasan dinamakan dengan Adz-Dzikr sebagaimana disebutkan dalam
QS. Al-Hijr : 9 yang artinya “Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Qur’an (adz-Dzikr), dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya”.
5. Alasan dinamakan dengan Al-Kitab sebagaimana tertera dalam firman
Allah SWT QS. Ad-Dukhan: 1-3 yang artinya “Haa Miim. Demi Kitab
(Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan”.
Kata Al-Qur’an adalah sama halnya dengan kata Qira’at adalah masdar
dari kata qara’a-qira’atan dan qur’anan. Demikianlah menurut sebagian
ulama dengan mengambil alasan Firman Allah QS. Al-Qiyamah: 17-18
yang artinya “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamu
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”.(A1-Qiyamah
ayat 17-18).
2. Wahyu
2.1 Pengertian Wahyu
Wahyu diambil dari bahasa arab dari kata waha-yahi-wahyan bermakna
isyarat atau prtunjuk. Wahyu adalah pernyataan Allah yang diturunkan kepada
para nabi atau pada rasulnya untuk disampaikan kepada umatnya.
Secara etimologi wahyu berasal dari bahasa arab waha-yahi-wahyan yaitu
tersembunyi dan cepat. Dengan demikian wahyu mencakup beberapa definisi
yaitu bisikan atau bujukan Allah, ilham insting, binatang, isyarat yang cepat,
bisikan syetan, menyampaikan perintah. Selain itu wahyu diartikan juga
sebagai al-muha isim maf’ul dari kata waha yang berarti sesuatu yang
diwahyukan. Menurut as-Sinqithi. Wahyu adalah ilham. Sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al-Qashash ayat 7 yang artinya “Dan aku ilhamkan kepada
ibunya Musa, susuilah dia, dan apabila enmgkau kuatir maka hanyutkanlah ke
sungai Nil, dan janganlah takut atau bersedih hati karena kami akan
mengembalikannya dan akan mengutusnya sebagai seorang nabi”.
2.2 Macam-Macam Wahyu
Menurut Muhammad Abdul’Azim Al-Zarqani (1988), wahyu Allah terdiri
atas bermacam-macam yakni berupa wahyu yang berisikan percakapan Allah
SWT dengan hamba yang dipilihnya seperti Allah berbicara dengan Nabi
Musa AS sebenar-benar berbicara, dan ada pula wahyu itu dalam bentuk ilham
berupa ilmu Dharuri yang dimasukan ke dalam hati hamba yang dipilihnya.
Dari semua wahyu itu, AL-Qur’an lah wahyu yang termashur daripada wahyu
yang lain, dan Al-Qur’an adalah contoh wahyu jalli, karena Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan bahasa arab yang jelas (jalli)
melalui malaikat Jibril. Kemudian wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad juga ada berupa ilmu Dharuri.
Jika diperhatikan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa wahyu itu ada
berupa wahyu jalli dan juga berupa wahyu dalam bentuk ilham yakni berupa
ilmi Dharuri yang diberikan Allah kepada hamba yang dipilihnya. Wahyu ilmu
Dharuri juga diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini terdapat dalam
firman Allah dalam QS. Al-Najm ayat 3-4 yang artinya “Dan tidaklah apa
yang disampaikannya melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya”.
Jika dicermati firman Allah diatas dapat dipahami bahwa apa yang
disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah wahyu. Itu berarti bahwa hadist
qutsi dan hadist Nabawi juga termasuk wahyu.
2.3 Cara Menyampaikan Wahyu Kepada Nabi dan Rasul
Firman Allah dalam QS. Asy-Syura ayat 51 yang artinya “Dan tidaklah patut
bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan
perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus (malaikat)
lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sungguh, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana”.
Dari kandungan ayat diatas dapat dipahami ada tiga cara Allah menyampaikan
wahyu kepada Nabi dan Rasul-Nya yaitu :
a. Melalui mimpi yang benar.
Wahyu dengan cara ini langsung disampaikan kepada Nabi dan Rasul-Nya
tanpa perantara malaikat. Contohnya adalah mimpi Nabi Ibrahim AS agar
menyembelih putranya Ismail.
b. Dari balik tabir.
Penyampaian wahyu dengan cara ini kepada Nabi dan Rasul-Nya juga
sifatnya langsung tidak melalui malaikat. Penerima wahyu hanya
mendengarkan Kalam Ilahi akan tetapi ia tidak dapat melihat-Nya.
Contohnya seperti yang terjadi pada Nabi Musa AS.
c. Melalui malaikat Jibril.
Menurut Manna’ Al-Qathan (2004 : 43-44), ada dua cara penyampaian
wahyu oleh malaikat kepada Rasul :
1. Datang dengan suatu suara seperti lonceng, yaitu suara yang amat kuat
yang dapat mempengaruhi kesadaran, sehingga ia dengan segala
kekuatannya siap menerima pengaruh itu.
Cara ini adalah yang paling berat bagi Rasul. Apabila wahyu yang
turun kepada Rasulullah dengan cara ini, biasanya beliau
mengumpulkan segala kekuatan dan kesadarnnya untuk menerima,
menghafal dan memahaminya.
2. Malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki.
Cara seperti ini lebih ringan daripada car sebelumnya, karena adanya
kesesuaian antara pembicara dengan pendengar. Beliau mendengarkan
apa yang disampaikan pembahwa wahyu itu dengan senang. Tentang
hembusan ke dalam hati telah disebutkan di dalam hadist Rasulullah
“Ruh Kudus telah menghembuskan ke dalam hatiku bahwa seseorang
itu tidak akan mati hingga menyempurnakan rezeki dan ajalnya. Maka
bertaqwalah kepada Allah dan carilah rezeki dengan jalan yang baik”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang tidak perlu diragukan kebenarannya. Al-
Qur’an adalah sebuah nama yang diberikan terhadap kitab Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an
sebagai wahyu Allah turun sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke langit
dunia dan dari langit dunia turun secara berangsur-angsur kepada
Nabi Muhammad SAW.
Wahyu diambil dari bahasa arab dari kata waha-yahi-
wahyan bermakna isyarat atau petunjuk. Wahyu adalah pernyataan
Allah yang diturunkan kepada para nabi atau pada rasulnya untuk
disampaikan kepada umatnya.
Secara etimologi wahyu berasal dari bahasa arab waha-
yahi-wahyan yaitu tersembunyi dan cepat. Dengan demikian
wahyu mencakup beberapa definisi yaitu bisikan atau bujukan
Allah, ilham insting, binatang, isyarat yang cepat, bisikan syetan,
menyampaikan perintah.
B. Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sebagai
penyusun makalah sangatlah menyadari bahwa isi makalah ini
masih banyak kekurangannya. Oleh karenanya kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk proses penyusunan
makalah selanjutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://makalahpendidikandansosial.wordpress.com/about/sejarah-perkembangan-
alquran/al-quran-dan-wahyu/
https://zakat.or.id/hikmah-turunya-al-quran-secara -berangsur-angsur/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6145477/kedudukan-dan-fungsi-al-
quran-dalam-sumber-hukum-islam
https://www.scribd.com/document/530512804/Makalah-Al-Qur-an-Dan-Wahyu-5