Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MEMAHAMI AL-QUR’AN DAN WAHYU

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Al-Qur’an Hadist
Dosen pengampu Sandi Saparudin, S.Pd.,M.Pd.I

Disusun oleh Mahasiswa PIAUD Semester 1


Kelompok 2 :
Cucu Sofiah
Fitriyani
Nuri Septinah
Nurjanah
Yuyum Yumna

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH QURRATA A’YUN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
Jl. Raya Samarang No 114, Kp Cikamiri Desa Sirnasari Kec. Samarang Kab.
Garut
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahuwata’ala yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah anugrah dan karunianya. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah limpahkan kepada junjunan kita semua Nabi Muhammad shalallahu alaihi
wasallam Sehingga dengan izin-nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“MEMAHAMI AL-QUR’AN DAN WAHYU” makalah ini di susun dalam memenuhi tugas
mata kuliah Al-Quran Hadist.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen Pengampu Sandi
Saparudin S.Pd.,M.Pd.I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan. Penulis juga mengucapkam banyak terima kasih
kepada semua pihak yang menjadi sumber dari penyusun makalah ini sehingga dapat di
selesaikan pada waktunya.
Dalam menyusun tugas makalah ini, penulis sangat menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Sehingga masih banyak yang harus di
perbaiki mengingat keterbatasan kemampuan,dan pengetahuan yang dimiliki
penulis.sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu,pengetahuan keagamaan bagi kita semua.
Aamin yaa allah yaa raball aalamin.

Garut, Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………...………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………...…………... 1
C. Tujuan Pembahasan………………………………….......………… 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………….…………. 3
1. Al-Qur’an……………………………………………...………….. 3

1.1 Pengertian Al-Qur’an …………………………………………… 3


1.2 Nama-Nama Al-Qur’an……………………………………………….. 4
1.3 Fungsi Al-Qur’an……………………………………………………….. 6
1.4 Kedudukan Al-Qur’an…………………………………………………. 7
1.5 Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an……………………………………… 7
1.6 Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-angsur……………………….. 8
2. Wahyu …………………………………………………………….. 11
2.1 Pengertian Wahyu……………………………………………………… 11
2.2 Macam-Macam Wahyu………………………………………….. 12
2.3 Cara Menyampaikan Wahyu Kepada Nabi dan Rasul………………….. 12
BAB III PENUTUP………………………………………………………….. 14
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 14
B. Saran …………………………………………………………... 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang kekal berupa kitab yang
diturunkan oleh Allah SWT, yang berisi firman-firman terbaik. Dan ajaran
yang dibawa Rasul-Nya adalah ajaran yang paling indah untuk
membimbing mereka kejalan yang lurus. Selain merupakan wahyu, Al-
Qur’an juga merupakan bagian kehidupan umat yang mau membukakan
mata hatinya kepada kebenaran ilmu. Yang mengajak manusia untuk selalu
berkembang dan maju dalam berfikir. Untuk menghadapi tantangan
kehidupan.
Dengan ini, kepastian wahyu tidak dapat diragukan lagi. Umat
manusia perlu kembali kepada petunjuk wahyu demi menyiram jiwa yang
haus akan nilai-nilai luhur dan kesegaran rohani. Dengan senantiasa
menyertakan wahyu yang sesuai dan dapat memecahkan problema yang
dihadapi. Sampai perkembangannya itu mengalami kematangannya. Maka,
dalam makalah ini penulis sedikit memaparkan mengenai Al-Qur’an dan
Wahyu
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Al-Qur’an ?
2. Mengetahui Nama-Nama Al-Qur’an ?
3. Mengetahui Fungsi Al-Qur’an ?
4. Mengetahui Kedudukan Al-Qur’an ?
5. Mengetahui Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an ?
6. Mengetahui Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-angsur ?
7. Mengetahui Pengertian Wahyu ?
8. Mengetahui Macam-Macam Wahyu ?
9. Mengetahui Cara Menyampaikan Wahyu Kepada Nabi dan Rasul ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Al-Qur’an.
2. Untuk Mengetahui Nama-Nama Al-Qur’an.
3. Untuk Mengetahui Fungsi Al-Qur’an.
4. Untuk Mengetahui Kedudukan Al-Qur’an.
5. Untuk Mengetahui Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an.
6. Untuk Mengetahui Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-angsur.
7. Untuk Mengetahui Pengertian Wahyu .
8. Untuk Mengetahui Macam-Macam Wahyu.
9. Untuk Mengetahui Cara Menyampaikan Wahyu Kepada Nabi dan
Rasul.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Al-Qur’an
1.1 Pengertian Al-Qur’an
1. Al-Qur’an menurut Bahasa
Al-Qur’an menurut bahasa adalah diambil dari kata iqro yang
berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada
umat islam untuk membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an juga bentuk madras dari
Allah yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikataklan demikian
karena Al-Qur’an menghimpun beberapa huruf, kata dan kalimat secara
tertib sehingga tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu Al-Qur’an harus
dibaca dengan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga
dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa
yang dialami masyarakat untuk menghidupkan Al-Qur’an baik secara teks,
lisan ataupun budaya.
Dan juga Al-Qur’an mempunyai arti mengumpulkan dan
menhimpun qira’ah yang berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata
satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih.
2. Al-Qur’an menurut Istilah
Al-Qur’an menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang
disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat islam dari
generasi ke generasi tanpa ada perubahan.
Sedangkan menurut para ahli ushul fiqh istilah Al-Qur’an ialah :
“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat (sesuatu yang luar biasa
yang melemahkan lawan) diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui Malaikat Jibril, yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan kepada
kita secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah, dimulai dari al-
Fatihah dan diakhiri dengan al-Nas.
Al-Qur’an terdiri atas 114 surah dan dengan jumlah juznya 30 serta
ayat berjumlah 6236 menurut riwayat hafsh. Sedangkan menurut riwayat
ad-Dur jumlah ayat dalam Al-Qur’an adalah 6262 dan 6212 menurut
riwayat Warsy. Surat Al-Fatihah merupakan surat pertama di dalam Al-
Qur’an dan diakhiri dengan surat Annas.
1.2 Nama-Nama Al-Qur’an
Al-Qur’an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan
kedudukannya yang tinggi dan luhur, dan secara mutlak Al-Qur’an adalah
kitab samawy yang paling mulia. Karenanya dinamailah kitab samawy itu
dengan : Al-Qur’an, Al-Furqan, At-Tanzil, Ad-Dzikr, Al-Kitab dsb. Seperti
halnya Allah juga telah memberi sifat tentang AI-Qur’an sifat-sifat yang
luhur antara lain : nur atau cahaya, Al-Huda (petunjuk), Rahmat, Syifa’
(obat), mau’izhah (nasehat), `aziz (mulia), mubarak (yang diberkahi),
basyir (pembawa kabar baik), nadzir (pembawa khabar buruk) dan sifat-
sifat lain yang menunjukkan kebesaran dan kesuciannya.

Alasan penamaan:
1. Alasan dinamainya dengan Al Qur’an ialah karena banyak (kata-kata
Al-Qur’an) terdapat dalam ayat, antara lain firman Allah SWT. Q.S
Qaaf : 1 yang artinya “Qaaf, demi Alqur’an yang sangat mulia”. Dan
Firman-Nya al-Isra’ : 9 yang artinya “Sesungguhnya Al-Qur’an ini
memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus”. (Al-Isra: ayat 9).
2. Alasan Al-Qur’an dinamai dengan Al-Furqan sebagaimana tertera
dalam firman Allah SWT QS al-Furqan: 1 yang artinya “Maha Suci
Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-
Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (al-
Furqan: 1)
3. Alasan Alquran diberi nama dengan at-Tanzil sebagaimana tertera
dalam firman Allah QS asy-Suara : 192-193 yang artinya “Dan
sesungguhnya Al Qur’an (al-Tanzil) ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril)”.
4. Alasan dinamakan dengan Adz-Dzikr sebagaimana disebutkan dalam
QS. Al-Hijr : 9 yang artinya “Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Qur’an (adz-Dzikr), dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya”.
5. Alasan dinamakan dengan Al-Kitab sebagaimana tertera dalam firman
Allah SWT QS. Ad-Dukhan: 1-3 yang artinya “Haa Miim. Demi Kitab
(Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan”.

Adapun mengenai sifat-sifatnya sungguh tertera dalam sejumlah ayat-


ayat Al-Qur’an, bahkan sedikit sekali (jarang) surat-surat dalam Al-Qur’an
yang tidak menyebutkan sifat-sifat yang indah dan mulia terhadap kitab
yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang dijadikan mukjizat yang
abadi bagi seorang Nabi yang terakhir, Diantaranya dalam penjelasan QS
Yunus ayat 57 yang artinya “Hai manusia! Sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit penyakit
yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman”. (Yunus ayat 57). Dan dalam QS. Al-Isra : 82 yang artinya “Dan
Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian. (Al-Isra : 82).

Kata Al-Qur’an adalah sama halnya dengan kata Qira’at adalah masdar
dari kata qara’a-qira’atan dan qur’anan. Demikianlah menurut sebagian
ulama dengan mengambil alasan Firman Allah QS. Al-Qiyamah: 17-18
yang artinya “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamu
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”.(A1-Qiyamah
ayat 17-18).

Pengertian “qur’anahu” di sini sama dengan “qira’atahu”. Maka


lafaszh “qur’an” menurut pendapat ini adalah musytak
(pengambilan dari kata kerja). Sebagian ulama yang lain berpendapat
bahwa lafazh Al-Qur’an bukanlah musytak dari qara’a melainkan isim
alam (nama sesuatu) bagi kitab yang mulia sebagaimana halnya nama
Taurat dan Injil. Ini adalah pendapat Imam Syafi’i (Lihat kitab
“Mabahitsul Qur’an karangan Al-Ustadz Manna’ Al-Qaththan.

1.3 Fungsi Al-Qur’an


Al-Qur’an adalah dasar hukum islam juga memiliki fungsi untuk
agama Islam sendiri. Berikut adalah penjelasan secara lengkap terkait
fungsi Al-Qur’an dalam agama Islam :
1. Al-Huda (Petunjuk)
Fungsi Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk. Al-Qur’an menjadi petunjuk
untuk umat manusia secara umum, petunjuk untuk orang-orang yang
bertakwa, dan petunjuk untuk orang-orang beriman.
2. Al-Asyifa (Obat)
Ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan mampu menjadi obat yang bias
menyembuhkan suatu penyakit. Hal tersebut benar adanya dan berdasar
atas kuasa Allah SWT/ yang menurunkan dan mengangkat penyakit
tersebut. Selain itu, dengan membaca Al-Qur’an juga ampuh untuk
mengobati penyakit mental. Tidak hanya dibaca saja, tetapi juga
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Al-Mau’izah (Nasihat)
Al-Qur’an adalah dasar hukum Islam yang memiliki fungsi sebagai
nasihat. Hal ini karena didalam Al-Qur’an berisi tentang banyak nasihat
serta hikmah untuk umat manusia. Dimana nantinya hal tersebut bias
mejadi pembelajaran tersendiri bagi manusia di zaman sekarang.
Harapannya umat manusia bias mendapatkan pencerahan dan berjalan
sesuai arah yang benar yakni jalanya Allah SWT.
4. Al-Furqon (Pemisah)
Fungsi Al-Qur’an adalah sebagai pemisah. Maksud dari pemisah adalah
membedakan antara yang benar dan yang salah setra yang hak dan yang
batil. Dengan hal tersebut, maka manusia bias menentukan mana yang
seharusnya ia kerjakan dan mana yang seharusnya dihindari karena sudah
menjadi larangan dari Allah SWT. Yakinlah bahwa apapun yang dilarang
oleh Allah SWT adalah untuk kebaikan umat manusia.
1.4 Kedudukan Al-Qur’an
Kedudukan Al-Qur’an adalah sebagai pedoman utama umat islam.
Dijelaskan dalam buku pendidikan Agama Islam yang disusun oleh Bachrull
Ilmy, maksud dari pedoman utama ini adalah tidak boleh ada satu aturan pun
yang bertentangan dengan Al-Qur’an. Sebagaimana firman-Nya dalam QS.
An-Nisa ayat 105 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab
(Al-Qur’an) kepadaMu (Nabi Muhammad SAW) dengan hak agar kamu
memutuskan (perkara) diantara manusia dengan apa yang telah Allah SWT
ajarkan kepadaMu. Janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak
bersalah) karena (membela) para pengkhianat”.
Kedudukan Al-Qur’an sebagai pedoman atau sumber hukum Islam yang
pertama ini juga dijelaskan dalam QS. An-Nisa ayat 59 yang artinya “Wahai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi
Muhammad) serta Ulil Amir (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Jika kamu
berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an)
dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang
demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya”.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Aku tinggalkan kepadamu sekalian
dua perkara. Apabila kamu berpegang teguh kepada dua perkara tersebut
niscaya kamu tidak akan tersesat selamanya. Kedua perkara tersebut, yaitu
Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul (Hadist).
1.5 Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an
Selain sebagai hukum utama, Al-Qur’an ditujukan sebagai petunjuk bagi
umat manusia dan peringatan sekaligus pelajaran bagi mereka. Berikut
penjelasannya :
1. Petunjuk bagi manusia
Al-Qur’an memberikan prtunjuk dalam berbagai persoalan, mulai dari
akidah, syariah, hingga akhlak dengan jalan meletakan dasar-dasar prinsip
mengenai persoalan tersebut. Allah SWT juga mengutus Rasul-Nya untuk
memberikan keterangan-keterangan lengkap mengenai dasar tersebut.
Sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nahl ayat 44 yang artinya “(Kami
mengutus mereka) dengan (membawa) bukti-bukti yang jelas (mukjizat)
dan kitab-kitab. Kami turunkan az-Zikr (Al-Qur’an) kepadaMu agar
engkau menenangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka dan agar mereka memikirkan”.
2. Sumber pokok ajaran Islam
Al-Qur’an diturunkan sebagai sumber pokok ajaran islam telah dijelaskan
melalui firman-Nya, antara lai QS. An-Nahl ayat 89 yang artinya “Dan
Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala
sesuatu..”. dan dalam QS. Al An-am ayat 38 yang artinya “Tidak ada
sesuatu pun yang Kami luputkan didalam kitab..”.
Sebagai sumber pokok ajaran islam, Al-Qur’an menerangkan kaidah-
kaidah syariat serta hukumnya yang cocok diterapkan disegala zaman dan
tempat. Dalam hal ini, tidak ada pembatasan untuk satu golongan atau
bangsa saja.
3. Peringatan dan pelajaran bagi umat manusia
Al-Qur’an juga berfungsi sebagai peringatan dan pelajaran bagi umat
manusia. Al-Qur’an memuat berbagai kisah para nabi atau rasul beserta
umat terdahulu yang dapat dijadikan pelajaran.
Kisah-kisah dalam Al-Qur’an tidak hanya dimaksudkan untuk
menguraikan sejarah, melainkan yang terpenting ialah menggambarkan
bagaimana cara yang ditempuh oleh para nabi dan rasul terdahulu dalam
mengembangkan dan menyeru kepada kebenaran.(jelas Moh. Matsna)
1.6 Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-angsur
Dari beberapa sumber yang ada menyebutkan bahwa Al-Qur’an itu
diturunkan secara berangsur-angsur dalam kurun waktu selama 22 tahun 2
bulan 22 hari. 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah.
Sebelum menelisik lebih dalam perlu mengetahui dahulu 2 tahapan Al-Qur’an
diturunkan. Sebagai mana dalam riwayat Ibnu Abbas yang dikutip As Suyuthi
dalam Al-Itqan fi ulum Al-Qur’an : “Tahap pertama, diturunkan sekaligus dari
Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah dilangit dunia sebagaimana susunan yang
telah tetapkan oleh Allah SWT. Tahap kedua diturunkan dari langit dunia
kepada Rasulullah SAW, dengan cara berangsur-angsur”. Sebagaimana dalam
firman-Nya dalam QS. Al-Isra ayat 106 yang artinya “Dan Al-Qur’an itu telah
Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacanya perlahan-
lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”.
Menurut kitab at-Tibyan fi Adab Hamalatil Quran karya an-Nabawi
menjelaskan beberapa hikmah Al-Qur’an secara bertahap. Turunnya Al-
Qur’an secara berangsur angsur sudah barang tentu ada hikmah yang
terkandung dibalik semua itu. Hikmah turunnya Al-Qur’an secara berangsur-
angsur diantaranya :
1. Menguatkan Hati Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan Dakwah.
Pada saat Nabi Muhammad dan para sahabat berdakwak era
Makkiyah kerapkali mendapatkan banyak penentang, dijauhi bahkan
dicemooh dan disiksa. sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah SWT
dalam QS. Al-Furqan ayat 32 yang artinya “Berkatalah orang-orang yang
kafir. Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja ?, demikianlah supaya Kami perkuat, hatimu dengannya dan Kami
membacakannya secara tartil (teratur dan benar)”.
Selain itu, dukungan agar semakin kukuh dan kuat atas kedzoliman
orang kafir, Allah mencoba menenangkan hati Nabi Muhammad SAW
dengan turunnya QS. Al-An’am ayat 34 yang artinya “Dan sesungguhnya
rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, tetapi mereka sabar
terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap
mereka, sampai dating pertolongan Kami kepada mereka”.
2. Menentang orang-orang kafir yang mendustakan Al-Qur’an.
Pada dasarnya kaum musyrik ingin sekali melemahkan Nabi
Muhammad SAW dalam dorongan berdakwah, sehingga bberbagai cara
dilakukan oleh kaum kafir. Seperti memberikan pertanyaan-pertanyaan
sulit dan tidak masuk akal, seperti hari kiamat yang dilontarkan orang-
orang musyrik dalam tujuan melemahkan Nabi Muhammad SAW.
Maka turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu tida saja
menjawab pertanyaan itu, namun bias juga menentang mereka untuk
mebuat sesuatu yang serupa dengan Al-Qur’an. Kemusian ketika mereka
tidak mampu memenuhi tantangan itu, maka hal itu sekaligus merupakan
salah satu mujizat Al-Qur’an yang dating dari Allah SWT.
3. Menyesuaikan dengan Peristiwa-peristiwa dalam penetapan Hukum.
Al-Qur’an diturunkan mengikuti setiap kejadian dan melalukan
pertahapan dalam penetapan aqidah yang benar, hukum-hukum syari’at
dan akhlak mulia. Misalnya dalam melakukan keharaman kharam, ia
tidak diharamkan secara mutlak namun melalui penahapan.
 Pertama, Al-Qur’an menyebut mudharatnya lebih besar dari
manfaatnya, dalam QS. Al-Baqarah ayat 219 yang artinya “Mereka
bertanya kepadamu tentang kharam dan judi. Katakanlah : Pada
keduanya terhadap dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. Dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanalah
yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.
 Kedua, Al-Qur’an melarang orang yang mabuk karena khamar dari
salat, tercantum dalam QS. An-Nisa ayat 43 yang artinya “Hai orang-
orang yang beriman, jnaganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,
(jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub,
terkecuali sedekar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu
sakit atau sedang dalam musafir atau dating dari tempat buang arir
atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci), sapulah mukamu dan tanganmu, sesungguhnya Allah maha
pemaaf lagi maha pengampun”.
 Ketiga, baru diharamkan secara tegas dalam QS. Al-Maidah ayat 90-
91 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.
4. Memperkuat bukti dan keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah benar dari
Allah SWT.
Walaupun Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur dalam tempo
22 tahun 2 bulan 22 hari dan dengan banyak sekali perselisihan serta ujian
dari kaum kafir atau musyrik. Akan tetapi secara keseluruhan terdapat
keserasian diantara satu bagian al-qur’an dengan bagian lainnya. Hal ini
tewntunya hanya dapatdialkukan Allah yang maha bijaksana.
5. Mempermudah dalam menghafal serta memahami Al-Qur’an.
Dengan Al-Qur’an diturunkan secara bertahap, tentu hal ini akan
mempermudah umat muslim dalam membaca serta menghafal tulisan.
Karena tidak semua masyarakat arab itu pandai membaca dan menulis,
sehingga pengetahuan mereka adalah daya hafalan dan ingatan. Pada saat
itu Nabi Muhammad SAW memberi petunjuk kepada para sahabatnya
untuk mempelajari dan menghafalkan setiap ayat-ayat Al-Qur’an yang
turun agar tidak ada yang terlewatkan.
Terlebih saat ayat itu turun dengan latar belakang peristiwa tertentu
atau yang biasa disebut Asbabun Nuzul, maka semakin kuatlah
pemahaman dan ingatan para sahabat.

2. Wahyu
2.1 Pengertian Wahyu
Wahyu diambil dari bahasa arab dari kata waha-yahi-wahyan bermakna
isyarat atau prtunjuk. Wahyu adalah pernyataan Allah yang diturunkan kepada
para nabi atau pada rasulnya untuk disampaikan kepada umatnya.
Secara etimologi wahyu berasal dari bahasa arab waha-yahi-wahyan yaitu
tersembunyi dan cepat. Dengan demikian wahyu mencakup beberapa definisi
yaitu bisikan atau bujukan Allah, ilham insting, binatang, isyarat yang cepat,
bisikan syetan, menyampaikan perintah. Selain itu wahyu diartikan juga
sebagai al-muha isim maf’ul dari kata waha yang berarti sesuatu yang
diwahyukan. Menurut as-Sinqithi. Wahyu adalah ilham. Sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al-Qashash ayat 7 yang artinya “Dan aku ilhamkan kepada
ibunya Musa, susuilah dia, dan apabila enmgkau kuatir maka hanyutkanlah ke
sungai Nil, dan janganlah takut atau bersedih hati karena kami akan
mengembalikannya dan akan mengutusnya sebagai seorang nabi”.
2.2 Macam-Macam Wahyu
Menurut Muhammad Abdul’Azim Al-Zarqani (1988), wahyu Allah terdiri
atas bermacam-macam yakni berupa wahyu yang berisikan percakapan Allah
SWT dengan hamba yang dipilihnya seperti Allah berbicara dengan Nabi
Musa AS sebenar-benar berbicara, dan ada pula wahyu itu dalam bentuk ilham
berupa ilmu Dharuri yang dimasukan ke dalam hati hamba yang dipilihnya.
Dari semua wahyu itu, AL-Qur’an lah wahyu yang termashur daripada wahyu
yang lain, dan Al-Qur’an adalah contoh wahyu jalli, karena Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan bahasa arab yang jelas (jalli)
melalui malaikat Jibril. Kemudian wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad juga ada berupa ilmu Dharuri.
Jika diperhatikan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa wahyu itu ada
berupa wahyu jalli dan juga berupa wahyu dalam bentuk ilham yakni berupa
ilmi Dharuri yang diberikan Allah kepada hamba yang dipilihnya. Wahyu ilmu
Dharuri juga diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini terdapat dalam
firman Allah dalam QS. Al-Najm ayat 3-4 yang artinya “Dan tidaklah apa
yang disampaikannya melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya”.
Jika dicermati firman Allah diatas dapat dipahami bahwa apa yang
disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah wahyu. Itu berarti bahwa hadist
qutsi dan hadist Nabawi juga termasuk wahyu.
2.3 Cara Menyampaikan Wahyu Kepada Nabi dan Rasul
Firman Allah dalam QS. Asy-Syura ayat 51 yang artinya “Dan tidaklah patut
bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan
perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus (malaikat)
lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sungguh, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana”.
Dari kandungan ayat diatas dapat dipahami ada tiga cara Allah menyampaikan
wahyu kepada Nabi dan Rasul-Nya yaitu :
a. Melalui mimpi yang benar.
Wahyu dengan cara ini langsung disampaikan kepada Nabi dan Rasul-Nya
tanpa perantara malaikat. Contohnya adalah mimpi Nabi Ibrahim AS agar
menyembelih putranya Ismail.
b. Dari balik tabir.
Penyampaian wahyu dengan cara ini kepada Nabi dan Rasul-Nya juga
sifatnya langsung tidak melalui malaikat. Penerima wahyu hanya
mendengarkan Kalam Ilahi akan tetapi ia tidak dapat melihat-Nya.
Contohnya seperti yang terjadi pada Nabi Musa AS.
c. Melalui malaikat Jibril.
Menurut Manna’ Al-Qathan (2004 : 43-44), ada dua cara penyampaian
wahyu oleh malaikat kepada Rasul :
1. Datang dengan suatu suara seperti lonceng, yaitu suara yang amat kuat
yang dapat mempengaruhi kesadaran, sehingga ia dengan segala
kekuatannya siap menerima pengaruh itu.
Cara ini adalah yang paling berat bagi Rasul. Apabila wahyu yang
turun kepada Rasulullah dengan cara ini, biasanya beliau
mengumpulkan segala kekuatan dan kesadarnnya untuk menerima,
menghafal dan memahaminya.
2. Malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki.
Cara seperti ini lebih ringan daripada car sebelumnya, karena adanya
kesesuaian antara pembicara dengan pendengar. Beliau mendengarkan
apa yang disampaikan pembahwa wahyu itu dengan senang. Tentang
hembusan ke dalam hati telah disebutkan di dalam hadist Rasulullah
“Ruh Kudus telah menghembuskan ke dalam hatiku bahwa seseorang
itu tidak akan mati hingga menyempurnakan rezeki dan ajalnya. Maka
bertaqwalah kepada Allah dan carilah rezeki dengan jalan yang baik”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang tidak perlu diragukan kebenarannya. Al-
Qur’an adalah sebuah nama yang diberikan terhadap kitab Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an
sebagai wahyu Allah turun sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke langit
dunia dan dari langit dunia turun secara berangsur-angsur kepada
Nabi Muhammad SAW.
Wahyu diambil dari bahasa arab dari kata waha-yahi-
wahyan bermakna isyarat atau petunjuk. Wahyu adalah pernyataan
Allah yang diturunkan kepada para nabi atau pada rasulnya untuk
disampaikan kepada umatnya.
Secara etimologi wahyu berasal dari bahasa arab waha-
yahi-wahyan yaitu tersembunyi dan cepat. Dengan demikian
wahyu mencakup beberapa definisi yaitu bisikan atau bujukan
Allah, ilham insting, binatang, isyarat yang cepat, bisikan syetan,
menyampaikan perintah.
B. Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sebagai
penyusun makalah sangatlah menyadari bahwa isi makalah ini
masih banyak kekurangannya. Oleh karenanya kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk proses penyusunan
makalah selanjutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://makalahpendidikandansosial.wordpress.com/about/sejarah-perkembangan-
alquran/al-quran-dan-wahyu/

https://zakat.or.id/hikmah-turunya-al-quran-secara -berangsur-angsur/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6145477/kedudukan-dan-fungsi-al-
quran-dalam-sumber-hukum-islam

https://www.scribd.com/document/530512804/Makalah-Al-Qur-an-Dan-Wahyu-5

Anda mungkin juga menyukai