Anda di halaman 1dari 19

STUDI QUR’AN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Qur’an


Program Studi Sejarah Peradaban Islam Pasca Sarjana
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh :

Asnawi hidayatullah
NIM : 80100223030

PROGRAM PASCA SARJANA


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat

kepada kita semua, sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini, kita masih di

berikan nikma, iman, nikmat kesehatan, dan kesempatan, sehingga kita masih bisa

berkumpul di tempat ini dalam rangka menjalangkan tugas dan kewajiban kita

sebagai mahasiswa yaitu menuntut ilmu.

Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai

uswatun hasanah, pembawa berita gembira, dan yang telah mengeluarkan kita dari

alam yang gelap gulita, menuju alam yang terang benerang, sehingga hasil dari

perjuangan yang beliau lakukan pada saat itu bisa kita rasakan dampak dan

manfaat nya pada saat sekarang ini.

Atas niat dan ikhtiar yang kuat dan sebagai tugas dan tanggung tanggung

jawab sebagai mahasiswa, Alhamdulillah saya bisa menyelesaiakan tugas ini

dengan baik dan berjalan lancar, dengan judul : Studi Qur’an

Demikian semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin,,,Amin,,Yarabbal Alamain.

Gowa, 22 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan masalah.........................................................................................3

C. Tujuan penulisan...........................................................................................3

BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

A. Pengertian Al-Qur’an secara bahasa.............................................................5

B. Sejarah pertumbuhan Al-Qur’an...................................................................7

1. Pada masa Nabi Muhammad.....................................................................7

2. Masa Abu Bakar As-shidik........................................................................9

3. Pada masa Khalifa Utsman Bin Affan.....................................................12

C. Hubungan serta urgensi Al-Qur’an dan Tafsir............................................13

BAB III..................................................................................................................16

PENUTUP..............................................................................................................16

A. Kesimpulan.................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia hadir di pentas muka bumi tanpa dibekali dengan

ilmu pengetahuan, baik untuk kepentingan dirinya sendiri, maupun kepetingan di

luar dari pada dirinya seperti, masyarakat dan alam sekitarnya. 1 Sebagaimana di

tegaskan dalam QS. An-nahl ayat. 78

Artinya : dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibu mu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun.

Namun Allah SWT yang maha bijaksana tidak akan menyia-nyiakan

manusia dan mahluknya lain yang telah dia ciptakan, maka dari itu

diturungkannya Al-qur’an sebagai penuntun hidup menuju jalan kebenaran

sebagaimana di jelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 185.2

Artinya : Beberapa hari yang ditentukan itu ialah, bulan ramadhan, bulan

yang didalamnya di turungkan Al qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan

penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang benar

dan yang batil.

Jadi fungsi Al-Qur’an sangat penting bagi manusia di muka bumi ini untuk

menuntun mereka menjalani kehidupan yang benar demi memperoleh

1
Prof.Dr. Nashruddin Baidan Metode Penafsiran Al-Qur’an (Pustaka pelajar celeban
timur 2002. Yokyakarta). H.1
2
Ibid

1
2

kebahagiaan dunia dan ahirat. Karena barang siapa yang berpegang teguh

kepadanya maka dia tidak akan sesat selama-lamanya.

Untuk menjadikan Al qur’an sebagai pedoman maka diperlukan

pemahaman yang benar, namun memahami Al qur’an dengan benar itu tidak

mudah, sejarah mencatat, ada kosa kata Al qur’an yang tidak dipahami oleh

sahabat Nabi , Umar Bin Khattab, misalnya menurut riwayat dari Anas Bin Malik

pernah di tanya tentang makna kata A B di dalam ayat 31 surah Abbasa lantas di

jawabnya, kita dilarang berberat-berat dan mendalami sesuatu diluar kemampuan

kita.3

Peristiwa ini membuktikan bahwa tidak semua kosa kata dalam Al qur’an

dipahami semua oleh sahabat,padahal mereka menerima langsung Al qur an dari

nabi dan menyaksikan secara langsung situasi dan kondisi yang melatar belakangi

turun nya ayat-ayat Al qur’an tersebut.jangankan sahabat yang lain, Umar pun

yang telah diakui kemampuannya dan keluasan pengetahuan nya pun menghadapi

kesukaran dalam memahaminya.4

Paling tidak ada dua hal yang dapat dipetik dari peristiwa Umar ini,

pertama menolak pendapat Ibnu Khaldun yang menyatakan, bahwa semua bangsa

arab dapat memahami dan mengetahui makna kosa kata dan susunan kalimat Al-

Qur’an karena Al-Qur’an tersebut diturungkan dalam bahasa arab sesuai

dengan gaya sastra mereka. Kedua tidak mudah memahami Al-Qur’an karena nya

3
Prof.Dr. Nashruddin Baidan Metode Penafsiran Al-Qur’an (Pustaka pelajar celeban
timur 2002. Yokyakarta). H.3
4
Muhammad bin Muhammad Abu subhan, Studi ulumul Qur’an,( Pustaka Setia Jl BKR
lingkar selatan jawa barat). H.6
3

diperlukan penafsiran. Dan untuk mendapatkan penafsiran yang benar tidak

hanya cukup dengan menguasai bahasa arab secara baik dan benar, melaingkan

perlu pengetahuan yang konprehensif tentang kaidah-kaidah yang berhubungan

dengan ilmu tafsir seperti asbab nuzul al-ayat, nasikh wa mansukh

qira’at,muhkamat, mutasyabihat, am khash makkiyat, madaniyat,

Dengan demikian penulisan ini berusaha menyajikan fakta tentang

pengertian Al-Qur’an, sejarah pertumbuhan Al-Qur’an, dan hubungan serta

urgensi Al-Qur’an dan tafsir.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang di Maksud dengan Studi Al-Qur’an.?

2. Bagaimana sejarah pertumbuhan studi Al-Qur’an.?

3. Bagaiman hubungan serta urgensi studi Al-Qur’an dan tafsir.?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami studi Al- Qur’an.

2. Untuk memahami dan mengetahui sejarah pertumbuhan Stadi Al-

Qur’an.

3. Untuk mengetahui dan memahami hubungan serta urgensi studi Al-

Qur’an dan tafsir.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an secara bahasa

Secara etimologi al-Qur’an berasal dari bahasa arab dalam bentuk kata

benda abstrak mashdar dari kata ( qara’a-yaqrau-quranan) yang berarti bacaan.

Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa lafazh al-qur’an merupakan isim

alam ( nama sesuatu) bagi kitab yang mulia sebagaimana halnya taurat dan injil.

Penamaan ini dikhususkan menjadi nama kitab yang di turungkan kepada Nabi

Muhammad Saw.5

Menurut grmatikal bahasa Arab bahwa kata Al- Qur’an adalah bentuk

masdhar dari kata qara’a yang maknanya muradif (sinonim) dengan kata qira’ah

yang artinya bacaan tampaknya tidak menyalahi aturan karena mengingat

pemakaian yang dipergunakan al-qur’an dalam berbagai tempat dan ayat.

Misalnya antara lain dala QS. Al Qiyamah ayat 17-18.6

Artinya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah yang mengumpulkanya

di dalam dadamu dan membuatmu pandai membacanya, apabilah kamu telah

selesai membacanya maka ikutilah bacaan itu.

Qs. Al -A’raf 204

Artinya. Dan apabila di bacakan Al-Qur’an maka dengarkanlah baik-baik

dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat,

QS. An- Nahl ayat 98.

5
Muhammad Yasir ,Ade jamaruddin, Studi Al- Qur’an ( Asa Riau Jl. Kapas No 16
Rejosari).H.1
6
Ibid H.4

4
5

Artinya. Apabila kamu hendak membaca Al-Qur’an hendaklah kamu

meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.

Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut istilah, para ulama berbeda

pendapat dalam memberikan definisi, sesuai segi pandang dan keahlian mereka

masing-masing.7

1. Menurut imam jalaluddin al-suyuthi seorang ahli tafsir di dalam

bukunya itmam ad-dirayah menyebutkan” Al-Qur’an ialah firman

Allah yang diturungkan kepada Nabi Muhammad saw untuk

melemahkan pihak-pihak yang menentang nya walaupun hanya satu

surah saja dari nya.

2. Menurut Ali al-shabuni” Al Qur’an adalah qalam Allah yang tiada

tandingannya di turungkan kepada Nabi Muhammad dengan

perantara malaikat jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf dan

disampaikan kepada kita dengan jalan mutawatir, serta membaca dan

mempelajarinya merupakan suatu ibadah yang dimulai dengah surah

Al-fatihah dan di ahiri dengan surah An-nas.

3. Menurut syekh Muhammad al- khudury beik” Al-Qur’an yaitu firman

Allah swt yang berbahasa arab yang diturungkan kepada nabi

Muhammad saw. Untuk dipahami isinya, untuk di ingat selalu yang

disampaikan kepada kita dengan jalan mutawatir, dan telah tertulis

dalam suatu mushaf, dimulai dengan surah Al fatihah dan di ahiri

denga surah An-nas.

7
Muhammad Yasir ,Ade jamaruddin, Studi Al- Qur’an ( Asa Riau Jl. Kapas No 16
Rejosari).H.7
6

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan ini maka unsur-unsur

terpenting yang dapat di ambil adalah.

Al-Qur’an itu adalah firman Allah yang di turungkan kepada nabi

Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril.

Al Qur’an tersebut terdiri atas 114 surah dengan jumlah ayat

sebanyak 6251 ayat. ayat-ayat yang turun sebelum nabi berhijrah ke

Madinah disebut makkiyat yang meliputi sekitar dua pertiga dari

keseluruhan ayat-ayat Al- Qur’an, sementara ayat-ayat yang turuh setelah

Nabi berhijrah di sebut ayat madaniah, yang meliputi seper tiga dari

keseluruhan surah Al- Qur’an.8

B. Sejarah pertumbuhan Al-Qur’an

1. Pada masa Nabi Muhammad

Allah menyatakan kami yang menurungkan Al-Qur’an kami pula

yang memeliharanya. Ada dua cara yang bisa kita bedakan proses

pemeliharaan Al-qur’an pada masa nabi yaitu dengan cara hafalan dan

tulisan. Artinya setiap ayat yang turun langsung dicatat oleh penulis

wahyu dan dihafal oleh para sahabat. Didalam berbagai riwayat yang

sahih di sebutkan bahwa setiap turun wahyu nabi memanggil penulis

wahyu seperti terlihat ketika turun ayat 95 dari an-nisa. Nabi bersabda;

panggilkan saya Zayd dan hendaklah dia membawa tulang dan tinta

disini,

8
Prof.Dr. Nashruddin Baidan Metode Penafsiran Al-Qur’an (Pustaka pelajar celeban
timur 2002. Yokyakarta). H.12
7

Para penulis wahyu ini ialah para sahabat kepercayaan rasul,

seperti empat khalifah, zayd bin Tsabit, Abdullah bin Mas’ud, Ubayy

bin Ka’ab, dll. Sehingga jumlah mereka mencapaia 43 orang. Mereka

mencatat wahyu yang turun persis sebagaimana di sampaikan oleh

nabi tanpa merubah sedikitpun, dalam pencatatan tersebut mereka

selalu menaati pedoman yang telah digariskan oleh nabi saw, yaitu

tidak mencatat kecuali Al-Qur’an saja. Pencatatan resmi dihadapan

nabi inilah kemudian hari yang dijadikan dasar oleh Abu bakar dalam

membukukan Al-Qur’an menjadi satu Mushaf.9

Penempatan ayat dan urutan-urutanya serta susunan surah-surah

dalam mushaf sebagaimana yang kita jumpai sekarang adalah menurut

petunjuk Nabi SAW (tawqif) bukan berdasarkan ijtihad

sahabat ,sebagaimana di tegaskan dalam sabda beliau, letakan surah

ini didalam tempat yang telah disebutkan .10

Disamping melalui catatan Al-Qur’an juga dipelihara melalui

hafalan. Pada umumnya para sahabat menghafalnya, namun mereka

yang menghafal secara keseluruhan tidak banyak, seperti Ubayy bin

ka’ab, Mu’ad bin jabal, Zaid bi tsabit, Abu al-dardan, sa’ad bin

Ubayyd, utsman bin affan, dll. Terbunuhnya sekitar 70 orang sahabat

yang hafal Al-Qur’an pada pertempuran di Bi’r Ma unat, melawan

pengikut-pengikut musyailama al kadzazab, dapat di jadikan bukti

9
Muhammad bin Muhammad Abu subhan, Studi ulumul Qur’an,( Pustaka Setia Jl BKR
lingkar selatan jawa barat). H. 23
10
Muhammad Yasir ,Ade jamaruddin, Studi Al- Qur’an ( Asa Riau Jl. Kapas No 16
Rejosari).H 14
8

otentik bahwa Al-Qur’an benar-benar dihafal oleh sebagian besar

sahabat nabi.

Jadi melaui dua cara sebagaiamana yang di gambarkan ini, maka

Al-Qur’an sampai sekarang terjaga dan terpelihara keorisinalannya

sedikitpun tidak berubah, baik bunyi maupun susunan kata-kata dan

kalimatnya. Seperti apa yang diterima oleh Nabi, begitu dijumpai

sampai sekarang. Namun dari segi teknis penulisan hurufnyan jelas

telah mengalami perbaikan. Kalau dimasa permulaan Islam dulu

penulisannya tidak menggunakan harakat dan tanda baca, maka pada

periode selanjunya dilengkapi dengan tanda baca supaya

mempermudah untuk membacanya, dan terhindar dari kesalahan.

Sehingga dari paparan dan fakta sejarah yang dikemukakan ini,

jelaslah keorisinalannya dan kemutawatirannya, sehingga tidak ada

alasan bagi siapapun untuk mengklaim bahwa Al-Qur’an tidak

mutawatir dan tidak orisinal.

2. Masa Abu Bakar As-shidik

Setelah Nabi Muhammad wafat pada tahun 11 H/632 M, Abu bakar

di baiat menjadi khalifah atau kepala negara, tak lama kemudian

banyak kaum muslimin yang murtad, enggang membayar zakat, selain

itu juga muncul gerakan Nabi palsu yang memberontak terhadap

kepemimpinan Abu Bakar, seperti Musyai Lama Al kadzzab, Al

Aswad, Al-Ansi dll.11


11
Prof.Dr. Nashruddin Baidan Metode Penafsiran Al-Qur’an (Pustaka pelajar celeban
timur 2002. Yokyakarta). H .25
9

Ahirnya pecah pertempuran melawan pasukan Musyailama

Al kadzzab yang mengakibatkan terbunuhnya sekitar 70 orang

sahabat yang hafal Al-Qur’an, dengan makin berkurang nya jumlah

mereka yang hafal Al Qur’an sehingg Umar Bin Khattab

mengusungkan kepada Khalifa Abu Bakar supaya Al-Qur’an yang

ditulis pada masa Rasul itu kemudian dibukukan dalam satu

mushaf.12

Pada mula nya Abu bakar menolak usulan itu karena Nabi

tidak pernah melakukannya, ahirnya setelah melalui diskusi yang

cukup alot di antara keduanya ini, ahirnya Allah membukakan hati

Abu Bakar untuk menerima dan melaksanakan gagasn ini, tugas

yang amat mulia ini ahirnya dipercayakan kepada Zaid bin Tsabit

untuk menyusun dan dibukukan dalam bentuk mushaf, walaupun

pada awalnya dia ragu untuk melakukan nya karena perbuatan ini

diluar garis yang tetapkan oleh nabi.13

Dalam melaksanakan tugasnya Zaid Bin Tsabit senantiasa

berpedoman terhadap ketentuan yang telah digariskan oleh Abu

Bakar, bahwa tidak dibenarkan untuk menerima atau menuliskan

kitab Allah, kecuali didukung oleh dua saksi. Para ulama berbeda

pendapat terkait dua saksis yang di maksud ini, tapi sebagain

ulama cendrung berpendapat bahwa yang dimaksud dengan dua

saksi ini ialah hafalan dan tulisan, pendapat ini didasarkan pada

12
Ibid h. 27
13
Ibid. h.29
10

keterangan Zaid bahwa dia pernah mendengar Nabi ayat 128 dari

QS at- taubat, tapi catatanya belum di jumpai. Setelah dilacak

ahirnya ditemukan oleh Abu Khuzaimah bin tsabit Al- Ansari,

barulah ayat tersebut dituliskan pada ahir surah at-taubat, kasus

yang sama juga terjadi pada ayat 23 dari surah Al-ahzab.

Selain itu ayat hukum rajam yang dibawa oleh Umar Bin

Khattab di tolak oleh Zaid karena Umar sendiri yang mencatat nya,

karena sahabat-sahabat lain tidak menghafal dan tidak pula

mempunyai catatan nya.

Sehingga jelaslah yang dijadikan patokan dalam

menghimpun Al-Qur’an ini pada masa Abu Bakar As-shidik ini

ialah hafalan dan tulisan sekaligus, artinya jika salah satu yang ada

hafalan atau tulisan, maka tulisan di tangguhkan sampai kedua

saksi itu ditemukan, sebagai mana diterapkan oleh Zayd tersebut.

Apabila tidak ditemukan juga kecuali hanya satu diantara kedua

saksi itu, maka ayat tersebut ditolak, seperti kasus ayat rajam yang

diajukan oleh Umar Bin Khattab.

Dengan menggunakan pedoman tersebut akhirnya Zaid

berhasil menghimpun Al-Qur’an dalam bentuk kitab yang

kemudian diberi nama MUSHAF. Mushaf ini kemudian di simpan

di rumah Khalifa Abu Bakar As-Shidik, setelah beliau wafat

disimpan di rumah Umar Bin Khattab, setelah Umar wafat di


11

simpan di rumah Hafsah bint Umar salah seorang janda rasul

Allah.

3. Pada masa Khalifa Utsman Bin Affan

Dari berbagai riwayat yang dapat dipercaya, dapat disimpulkan

bahwa penulisan Al-Qur’an pada tahap ketiga ini bukan sekedar

menyalin mushaf Abu Bakar tetapi menyatukan penulisan ayat-ayat

yang diperselisihkan bacaan dikalangan mereka kedalam bahasa Qurasy

karena memang Al-Qur’an diturungkan di dalam bahasa mereka,

sebagaimana ditegaskan Khalifa Utsman kepada tim yang berasal dari

suku Qurasy jika timbul perbedaan pendapat antara kalian dengan

Zayd bin Tsabit dalam penulisan Al-Qur’an maka tulislah dalam

bahasa Qurasy,sebab Al-Qur’an di turungkan dalam bahasa mereka.

Selain itu, mereka menyeleksi ayat-ayatnya dengan cermat agar tidak

masuk kedalam mushaf yang baru, kecuali yang benar-benar diyakini,

datang dari nabi saw, serta Qiraatnya mutawatir, bukan ahad apalagi

maudu’at ( palsu) dan syadzad (asing).14

Dengan merenapkan kriteria yang digariskan oleh Khalifah

Utsman bin Affan itu, Zayd berserta tim nya berhasil menyalin mushaf

Abu Bakar tersebut kedalam beberapa buah mushaf, kemudian dikirim

keberbagai ibu kota, wilayah seperti Makkah, syam, yaman, Bashrah,

Kuffah, dan Bahrain.15


14
Prof.Dr. Nashruddin Baidan Metode Penafsiran Al-Qur’an (Pustaka pelajar celeban
timur 2002. Yokyakarta). H.31
15
Muhammad bin Muhammad Abu subhan, Studi ulumul Qur’an,( Pustaka Setia Jl BKR
lingkar selatan jawa barat). H. 20.
12

Sesudah masa Umar sudah tidak ada lagi perubahan yang berarti

terhadap Al-Qur’an, namun perbaikan dan penyempurnaan teknis terus

berjalan seperti yang dilakukan pada masa Khalifah Abdul Malik Bin

Marwan (73-86 H) pada umumnya penyempurnaan yang mereka

lakukan berkaitan dengan bahasa, tanda-tanda bac, pembagian juz,

disamping itu mereka membagi Al-Qur’an menjadi 30 Juz sebagaimana

yang kita temukan sekarang, setiap surah dicantumkan di awal serta di

pula tanda.

Tujuan dari perubahan ini untuk memudahkan membaca dan

memahami Al-Qur’an agar dapat menghindarkan umat dari kekeliruan

membaca dan memahami ayat-ayatnya. Dengan kata lain apa yang

mereka lakukan itu bukan sekedar untuk mengutak atik mushaf

Utsmani melaingkan untuk menyempurnakan dan membuatya praktis di

baca dan mudah dipahami tanpa terjadi lagi kesalahan fatal dalam

membaca dan memahaminya.

C. Hubungan serta urgensi Al-Qur’an dan Tafsir.

Secara visual hubungan antara Al-Qur’an dan tafsir memiliki

hubungan antara yang satu dengan yang lain, karena ilmu tafsir secara

bahasa kata tafsir mashdar dari kata fassara-yufassiru yang

mengandung pengertian penjelasan dan keterangan; kata tafsir berarti

menerangkan sesuatu yang masih samar ,serta menyingkap sesuatu


13

yang tertutup, serta menjelaskan makna kata yang sulit dioahami

sehingga kata tersebut dapat dipahami makna nya.16

Secara istilah. Az-Zarkasyi tafsir adalah memahami kitab Allah

yang diturungkan kepada Nabi Muhammad saw. Menerangkan

maknanya, mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya.

Sedangkan Abu Hayyan mengemukakan tafsir adalah ilmu yang

membahas mengenai tata cara pengucapan lafal-lafal Al-Qur’an

petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri

maupun ketika tersusun dan makna-makna yang diinginkan atasnya

ketika dalam keadaan tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya.

Jadi menurut Abu Hayyan dalam menafsirkan al- Qur’an tentu harus

dihami terlebih dahulu makna lafal-lafalnya. Dengan demikian bila

seseorang ingin memahamikandungan Al-Qur’an, maka ia harus

memahami kandungan setiap ayat-ayatnya dan untuk memahami

kandungan sesuatu ayat al- Qur’an, maka ia harus tahu makna lafal-

lafal atau kalimat-kalimat yang terdapat dalam rangkaian ayat-ayat

tersebut.

Al maturidi mendefinisikan tafsir dengan penjelasan yang pasti

dari maksud satu lafal dengan persaksian bahwa Allah bermaksud

demikian menggunakan dalil-dalil yang pasti melalui para periwayat

yang adil dan jujur.

16
Noor Aisyah, Pengertian, persamaan, perbedaan,antara tafsir dan takwil Al-
Qur’an( Al Manba jurnal ilmiah keislaman)
14

Dari keseluruhan menegnai pengertian tafsir di atas maka

disimpulkan bahwa tafsir Al-Qur’an memiliki beberapa unsur pokok

dalam pengertian nya.

a. Pada hakikat nya tafsir Al-Qur’an menjelaskan maksud ayat-

ayat al- Qur’an yang sebagian besar masih dalam bentuk global

(umum).

b. Mempelajari tafsir Al- Qur’an agar Al-Qur’an sebagai

pedoman hidup dari Allah dapat benar-benar berfungsi

sebagaimana tujuan Al-Qur’an di turungkan menjadi pedoman

hidup bagi umat manusia.

c. Sarana pendukung dalam memahami tafsir Al-Qur’an meliputi

berbagai ilmu yang berkaitan dengan tafsir seperti: ilmu sharf,

nahwu, ilmu i’rab, mufradat, ma’anil bayan dll.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian -uraian yang dikemukakan tadi sehingga dapat di tarik

kesimpulan sebagai berikut. Al-Qur’an itu adalah firman Allah yang di turungkan

kepada nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril Al Qur’an tersebut

terdiri atas 114 surah dengan jumlah ayat sebanyak 6251 ayat. ayat-ayat yang

turun sebelum nabi berhijrah ke Madinah disebut makkiyat yang meliputi sekitar

dua pertiga dari keseluruhan ayat-ayat Al- Qur’an, sementara ayat-ayat yang turuh

setelah Nabi berhijrah di sebut ayat madaniah, yang meliputi seper tiga dari

keseluruhan surah Al- Qur’an.

Para penulis wahyu ini ialah para sahabat kepercayaan rasul, seperti empat

khalifah, zayd bin Tsabit, Abdullah bin Mas’ud, Ubayy bin Ka’ab, dll. Sehingga

jumlah mereka mencapaia 43 orang. Mereka mencatat wahyu yang turun persis

sebagaimana di sampaikan oleh nabi tanpa merubah sedikitpun, dalam pencatatan

tersebut mereka selalu menaati pedoman yang telah digariskan oleh nabi saw,

yaitu tidak mencatat kecuali Al-Qur’an saja. Pencatatan resmi dihadapan nabi

inilah kemudian hari yang dijadikan dasar oleh Abu bakar dalam membukukan

Al-Qur’an menjadi satu Mushaf.

15
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Nashuruddin Baiddan Metode penafsiran Al-Qura’an (pustaka pelajar

celebe timur ) Yokyakarta. 2002.

Muhammad Bin Muhammad Abu Subha Studi Ulumul Qur’an ( Pustaka setia

Jl.BKR Lingkar selatan) jawa barat. 1992.

Muhammad yasir, Ade Jamaruddin, Studi Al-Qur’an, ( Asa Riau Jl.kapas No 16

rojosari) 2016

Noor Aisyah, penegertian, persamaan, perbedaan, antara Tafsir dan Takwil Al-

Qur’an (Al manba STAI AL MA’RIF 1 Januari 2023)

Anda mungkin juga menyukai