Anda di halaman 1dari 44

IMPLEMENTASI KETENTUAN ZAKAT MAL TERHADAP HASIL

PETANI RUMPUT LAUT DI DESA PITUE KECAMATAN MA’RANG


KABUPATEN PANGKEP (ANALISIS MAZHAB FIKIH)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Pada Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

Oleh:
ARISKA
NIM: 10300119032

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga oleh karena itu, dalam Al-

Qur‟an setiap kali ada perintah mengerjakan shalat di situ pun disebutkan terkait

perintah mengeluarkan zakat1. Secara universal sejak awal perkembangan Islam di

Mekah orang miskin tidak diwajibkan mengeluarkan zakat meski

implementasinya belum ada ordonansi harta apa saja yang wajib dizakati dan

sejauh mana kadarnya. Baru pada abad ke-2 Hijriah, operasionalisasi zakat diatur

sedemikian rupa dan ditentukan macam harta yang wajib dizakati kadar zakatnya

dan kapan zakat itu harus dikeluarkan. Dalam Al-Qur'an menggunakan istilah

zakat kurang lebih 32 ayat (termasuk 27 ayat diikutkan dengan perintah shalat).
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS Al Baqarah/2:43.
٤٣ ‫َو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو اْر َك ُعْو ا َم َع الّٰر ِكِع ْيَن‬

Terjemahnya:

“Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang


yang rukuk.”2
Sebagaimana firman Allah yang lain terkait kewajiban zakat, yakni QS At
Taubah/9:103.

‫ُخ ْذ ِم ْن َاْم َو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك ْيِهْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْۗم ِاَّن َص ٰل وَتَك َس َكٌن َّلُهْۗم َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع‬
١٠٣ ‫َع ِلْيٌم‬
Terjemahnya:

1
Muhammad Sokhi Asyhadi, Fiqh Ibadah (versi madzhab Syafi’i) (Grobogan: Pon Pes
Fadllul Wahid, 2011), h. 206.
2
Kementerian Agama, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, 2019), h. 9.

1
2

“Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan


mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah
ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Zakat membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebihan
terhadap harta.”3

Dari kedua dalil di atas menunjukkan bahwa mewajibkan zakat

mengandung makna kepemilikan harta bukanlah mutlak tanpa ada ikatan hukum.

Sedangkan dilihat dari aspek keadilan, perintah zakat dapat dipahami sebagai

salah satu kesatuan sistem yang tidak dapat terpisahkan dalam pencapaian

kesejahteraan sosial-ekonomi dan kemasyarakatan. Zakat wajib dikeluarkan

segera tidak lama setelah dia memenuhi syarat-syarat wajib mengluarkan

zakatnya. Adapun jenis-jenis kekayaan yang disebutkan di dalam Al-Qur’an untuk

dikeluarkan zakatnya sebagai hak Allah yaitu:

1) Emas dan perak.

2) Tanaman dan buah-buahan.

3) Usaha, misalnya usaha dagang dan lain-lain.

4) Barang-barang tambang yang dikeluarkan dari perut bumi.

Dalam Undang-undang zakat No. 23 tahun 2011, juga mengatur harta yang

wajib dizakati adalah:

a) Emas, perak dan logam mulia lainnya.

b) Uang dan surat berharga lainnya.

c) Perniagaan.

d) Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan.

e) Peternakan dan Perikanan.

f) Pertambangan.

g) Perindustrian.

h) Pendapatan dan jasa.

3
Kementerian Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 279.
3

i) Rikaz.

Allah memberikan kebebasan kepada orang-orang Islam untuk bercocok

tanam, dengan syarat menjaga, merawat serta melindungi pertanian yang telah

Allah berikan kepada kita. Serta tidak hanyut kedalam kesibukan kita sebagai

petani, sehingga lupa mengingat dan menunaikan kewajiban kepada Allah.

Berbagai bentuk pertanian dan perdagangan ketika zaman Rasulullah telah banyak

dilakukan sehingga telah ada hukum mengenai zakat pertanian. Pengertian Zakat

perdagangan yakni seorang yang memiliki kekayaan perdagangan, masanya sudah

berlalu setahun, dan nilainya sudah sampai satu nishab pada akhir tahun, maka

orang itu wajib mengluarkan zakat sebesar 2,5%, dihitung dari modal dan

keuntungan, bukan dari keuntungan saja. Hal ini sesuai yang telah di jelaskan di

dalam QS Al Baqarah/2:267.
٢٦٧ ... ۗ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاْنِفُقْو ا ِم ْن َطِّيٰب ِت َم ا َك َس ْبُتْم َوِمَّم ٓا َاْخ َر ْج َنا َلُك ْم ِّم َن اَاْلْر ِض‬
Terjemahya:
“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untukmu …”4

Sedangkan Zakat pertanian tidak menunggu masa haul, tetapi cukup


musim panen, ketika hasilnya selesai ditunai. Sesuai dengan bunyi potongan QS
Al An’am/6:141.
‫۞ َو ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْنَش َا َج ّٰن ٍت َّم ْع ُرْو ٰش ٍت َّو َغْيَر َم ْع ُرْو ٰش ٍت َّو الَّنْخ َل َو الَّز ْر َع ُم ْخ َتِلًفا ُاُك ُلٗه َو الَّز ْيُتْو َن‬
‫َو الُّر َّم اَن ُم َتَش اِبًها َّو َغْيَر ُم َتَش اِبٍۗه ُك ُلْو ا ِم ْن َثَم ِر ٖٓه ِاَذ ٓا َاْثَم َر َو ٰا ُتْو ا َح َّقٗه َيْو َم َح َص اِد ٖۖه َو اَل ُتْس ِرُفْو اۗ ِاَّنٗه‬
١٤١ ‫اَل ُيِح ُّب اْلُم ْس ِرِفْيَۙن‬
Terjemahnya:
“Dialah yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang merambat dan yang
tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa
(rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya
(zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.”5

4
Kementerian Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 60.
4

Adapun landasan hadits dari Jabir fiqih menerangkan Nabi SAW bersabda:

Sebagaimana dikutip dari sebuah hadits yang artinya sebagai berikut:

“Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah r.a. bahwa dia mendengar Nabi

Saw. Bersabda, “Harta pertanian yang diairi dengan sungai atau hujan, zakatnya

sepersepuluh (10%), dan yang di airi dengan angkutan binatang, zakatnya

seperduapuluh (5%)”. (H.R. Muslim).

Dalam zakatnya rumput laut ada perbedaan pendapat para ulama tentang

jenis tanaman yang wajib dikeluarkan zakatnya antara lain, yaitu: Abu hanifah

berpendapat segala sesuatu yang tumbuh di bumi wajib dikeluarkan zakatnya,

tidak ada perbedaan antara sayur-sayuran atau yang lainnya. Dalam hal ini, Abu

Hanifah mensyaratkan bahwa penanamannya dimaksudkan untuk mengambil

hasil bumi dan mengembangkannya. Akan tetapi, beliau mengecualikan seperti

kayu bakar, bamboo dan rumput yang memang tidak berbuah 6. Imam Malik

berpendapat bahwa tanaman yang bisa tahan lama kering, dan diproduksi atau

diusahakan oleh manusia dikenakan zakat, Imam Ahmad bin Hambal berpendapat

bahwa semua hasil tanaman yang kering, tahan lama, dapat ditimbang (takar) dan

diproduksi (diolah) oleh manusia dikenakan zakat, sedangkan Imam Syafi’I

berpendapat bahwa semua tanaman yang mengenyangkan (memberi kekuatan),

bisa disimpan (padi, jagung) dan diolah manusia wajib dikeluarkan zakatnya.

Sekarang ini bermacam-macam bentuk pertanian merupakan jalan umat

Islam untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya, salah satunya

yaitu usaha pertanian rumput laut khususnya di kampung Jennae’ desa Pitue. Oleh

karena itu harus ada cara dalam perhitungan harta pertanian untuk keperluan

zakat. Namun, realita di kampung Jennae’ Desa Pitue yang mayoritas merupakan

5
Kementerian Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 199.
6
Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita Edisi lengkap, (Cet. I; Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar 2008), h. 291-292.
5

para petani rumput laut yang menggantungkan hidupnya pada hasil rumput laut

tersebut dan para petani tersebut beragama Islam masih tidak begitu paham akan

pentingnya mengeluarkan zakat.

Dari asumsi inilah penulis melakukan sebuah penelitian tentang zakat

rumput laut dengan menggali pemahaman dari para petani rumput laut di

Kampung Jennae’ Desa Pitue tentang kewajiban berzakat atas hasil rumput laut

dan bagaimana proses penunaian zakatnya. Selain itu, penulis juga ingin

mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam tentang zakat rumput laut yang ada

di desa tersebut dengan cara menggali informasi dari para petani dan bagaimana

pelaksanaan zakat rumput laut di desa itu. Karena banyak masyarakat yang

melaksanakan zakat hanya sekedar ikut-ikutan dengan warga yang lain tanpa

mengetahui dasar kewajiban zakat, ada juga yang jarang-jarang membayar zakat,

ada juga dalam sistem membayar zakatnya termasuk zakat perdagangan sebesar

2,5%, bahkan ada yang tidak mengeluarkan zakatnya sama sekali karena

minimnya pengetahuan mereka tentang zakat tersebut.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam terkait

Zakat Mal Rumput Laut dalam sebuah skripsi yang berjudul “Implementasi

Ketentuan Zakat Mal Terhadap Hasil Petani Rumput Laut Di Desa Pitue

Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep (Analisis Mazhab Fikih)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Implementasi Ketentuan Zakat Mal Terhadap Hasil Petani

Rumput Laut di Desa Pitue Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep

(Analisis Mazhab Fikih)?

a. Bagaimana Ketentuan Zakat Mal dalam Mazhab Fikih?

b. Bagaimana Pelaksanaan Zakat Mal Terhadap Hasil Rumput Laut di

Desa Pitue Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep?


6

2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang ketentuan zakat hasil rumput laut

di Kampung Jennae’ Desa Pitue Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep?

C. Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

Penelitian ini berjudul “Bagaimana Implementasi Ketentuan Zakat Mal

Terhadap Hasil Petani Rumput Laut di Desa Pitue Kecamatan Ma’rang Kabupaten

Pangkep (Analisis Mazhab Fikih)”. Penelitian ini adalah penelitian lapangan

dengan jenis deskripsi kualitatif, maka penelitian ini difokuskan pada

permasalahan Ketentuan Zakat Mal Terhadap Hasil Petani Rumput Laut di Desa

Pitue Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep.

2. Deskripsi Fokus

Penelitian ini sifatnya terarah, maka deskripsi fokus ini bagian utama yang

dapat memberikan petunjuk sehingga penelitian ini lebih terarah dalam

menganalisis pokok permasalahan skripsi ini memeiliki beberapa point. Adapun

focus penelitiannya adalah sebagai berikut:

1) Pandangan Ulama Mazhab dalam penelitian ini mengenal ketentuan zakat

mal terhadap hasil rumput laut di Desa Pitue Kecematan Ma’rang

Kabupaten Pangkep.

2) Zakat mal (harta benda) dalam kitab Fathul Mu’in adalah zakat yang di

keluarkan dari harta benda tertentu misalanya emas, perak, binatang,

tumbuhan (biji-bijian) dan harta perniagaan.

3) Rumput laut merupakan salah satu makhluk hidup di air yang banyak

dibutuhkan oleh manusia dan dapat digunkan sebagai bahan baku industri

sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.


7

4) Mazhab Fikih Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan

mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran

dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai

pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di

atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

D. Kajian Pustaka

Penelitian Terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian, sehingga penulis dapat memperkaya teori yang diajukan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Berdasarkan penelitian terdahulu penulis

tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian

penulis. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang penulis temukan:

1. Skripsi yang ditulis oleh Anis Adhiyatul Maghfiroh dengan judul

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Rumput Laut”. Penelitian ini

mendeskripsikan terkait praktek zakat rumput laut dalam pandangan

hukum Islam.

2. Skripsi yang ditulis oleh Sukriani dengan judul “Pemetaan Wilayah

Dalam Budidaya Rumput Laut Di Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten

Bantaeng (Relevansinya Dengan Pemikiran Muhammad Baqir Ash

Sadr Tentang Kepemilikan)”. Penelitian ini berfokus pada pemetaan

wilayah rumput laut dalam perspektif Muhammad Baqir.

3. Jurnal yang ditulis oleh Alifah Nur Fajrina, Farhan Rafi Putra dan

Annisa Suci Sisillia dengan judul “Optimalisasi Pengelolaan Zakat:

Implementasi dan Implikasinya dalam Perekonomian”. Penelitian ini

mengkaji implementasi zakat dalam system ekonomi islam di

Indonesia.
8

4. Jurnal yang ditulis oleh Fahrul Muhammad Noer dengan judul

“Implementasi Zakat Mal Produktif Dalam Mengurangi Kesenjangan

Ekonomi Di Kota Makassar”. Penelitian ini membahas tentang

Implemetasi zakat mall di Badan Amil Zakat Makassar.

5. Jurnal yang ditulis oleh Satrini dengan judul “Implementasi Zakat Mal

Produktif Dalam Mengurangi Kesenjangan Ekonomi Di Kota

Makassar”. Penelitian ini membahas tentang zakat Mal.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dan kegunaan

penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pelaksanaan zakat mal rumput laut di desa Pitue

Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep.

b. Untuk mengetahui ketentuan zakat mal rumput laut dalam

pandangan mazhab fikih.

c. Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang ketentuan zakat

hasil rumput laut di Kampung Jennae’ Desa Pitue Kecamatan

Ma’rang Kabupaten Pangkep

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Sebagai bentuk kepedulian peneliti dalam melihat kesadaran

masyarakat saat ini terhadap pelaksanaan zakat mal.

b. Secara Praktis

1. Penelitian ini diharapkan untuk dapat mengetahui bagaimana

implementasi ketentuan zakat mal rumput laut.


9

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi

mahasiswa dan peneliti seterusnya.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Zakat Mal (Harta)

1. Pengertian Zakat Mal

Menurut bahasa berasal dari kata zakat merupakan kata (masdar) dari zaka

yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Oleh karena itu barang siapa yang

mengeluarkan zakat berarti ia membersihkan dirinya dan mensucikan hartanya,

sehingga diharapkan pahalanya bertambah dan hartanya di berkahi.7

Allah berfirman dalam QS. At Taubah/9:103.

‫ُخ ْذ ِم ْن َاْم َو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك ْيِهْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْۗم ِاَّن َص ٰل وَتَك َس َكٌن َّلُهْۗم َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع‬
١٠٣ ‫َع ِلْيٌم‬
Terjemahnya:
“Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan
mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah
ketentraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Zakat membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebihan
terhadap harta.”8

Adapun menurut istilah, zakat diartikan sebagai pemberian sesuatu yang

wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran

tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya.

Sedangkan kata mal jamak dari kata amwal yang dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki dan

menyimpannya. Pada mulanya kekayaan yang sepadan dengan emas dan perak.

7
Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003, hlm. 501.
8
Kementerian Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 279.

10
11

Namun, kemudian berkembang menjadi segala barang yang dimiliki dan

disimpan.9

Dalam kitab Fathul Mu’in disebutkan zakat mal ( harta benda ) yaitu zakat

yang di keluarkan dari harta benda tertentu misalanya emas, perak, binatang,

tumbuhan (biji-bijian) dan harta perniagaan.

2. Rukun Zakat

Zakat adalah rukun islam yang ketiga dari lima rukun islam, yang

merupakan pilar agama yang tidak berdiri tanpa menunaikan zakat. Zakat

hukumnya wajib ‘ain (individu) bagi setiap muslim apabila memenuhi syarat yang

telah ditetapkan.

Zakat bukan hibah (pemberian), ta’biru (sumbangan) melaikan kewajiban

bagi orang yang mampu (kaya) atas hak orang miskin dan beberapa mustahik

lainnya. Zakat merupakan ibadah yang disyariatkan kepada semua muslim yang

telah cukup nisabnya dan bukan dalam kekuasaan tuannya.10

3. Fungsi dan Tujuan Zakat

Zakat merupakan ibadah yang memiliki dua dimensi, yakni vertikal dan

horizontal. Zakat adalah ibadah yang memiliki nilai ketaatan kepada Allah SWT

dalam rangka meraih ridhaNya dalam hubungan vertikal (hablum minallah) dan

sebagai kewajiban kepada sesama manusia dalam hubungan horizontal (hablum

minannas). Zakat dianggap juga sebagai ibadah kesungguhan dalam harta

(maaliyah ijtihadiyyah). Pentingnya ibadah yang memiliki dua dimensi utama ini

9
Mursyidi, Akutansi Zakat Kontemporer (Bandung: Rosyda Karya, 2003), h,89.
10
Zaenal Abidin, Fiqh Ibadah (Cet; I Yogyakarta: Grup penerbitan CV Budi Utami, 2020)
h,52.https://books.google.co.id/books?
id=ilDXDwAAQBAJ&pg=PA51&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=3#v=onepage&q&f=false (31
Maret 2023)
12

diperlihatkan Allah dengan banyaknya ayat-ayat yang berkaitan dengan perintah

melaksanakannya, serta digandengkan dengan perintah untuk mendirikan sholat.

Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karenanya

pelaksanaanya merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem

ekonomi Islam. A. Manan dalam bukunya “Islamic Economics: Theory and

Practice” sebagaimana yang dikutib oleh Hikmat Kurnia dalam bukunya Pintar

Berzakat, menyebutkan bahwa zakat mempunyai enam prinsip, yaitu:

a. Prinsip keyakinan keagamaan, yaitu bahwa seorang yang membayar zakat

merupakan salah satu manifestasi keyakinan beragama

b. Prinsip pemerataan dan keadilan, meupakan tujuan sosial zakat, yaitu

membagi kekayaan yang diberikan Allah SWT lebih merata dan adil kepada

sesama

c. Prinsip produktivitas, yaitu menekankan bahwa zakat memang harus dibayar

karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu setelah lewat masa

atau jangka tertentu.

d. Prinsip nalar, yaitu perintah yang bersifat rasional dan mampu dinalar oleh

kekuatan akal manusia, akan prinsip-prinsip dasar kenapa Allah SWT

perintahkan untuk berzakat.

e. Prinsip kebebasan, yaitu bahwa zakat hanya dibayar dan diwajibkan kepada

orang yang bebas untuk menggunakan hartanya, karena tidak berada dalam

tanggungan orang lain seperti budak atau seseorang yang hartanya ditahan

oleh orang lain.

f. Prinsip etika dan kewajaran, yaitu perintah untuk pungutan zakat tidak

dilakukan dengan semena-mena, namun harus melalui aturan syar’i, dan

dipungut terhadap harta yang telah memenuhi syarat dan orang yang

berkewajiban untuk berzakat.


13

4. Syarat Harta yang Wajib dizakati

a. Harta itu milik orang yang beragama Islam;

b. Harta itu adalah hak milik sepenuhnya seseorang;

c. Harta itu adalah harta yang produktif atau menghasilkan;

d. Harta itu telah mencapai satu nisab (syarat perhitungan minimal suatu

harta telah wajib untuk dizakati);

e. Harta itu merupakan surplus (kelebihan) dari kebutuhan primer;

f. Pada harta tersebut tidak ada tanggungan utang atau tidak sedang

menanggung utang jatuh tempo yang dapat megurangi nisbah minimal;

g. Khusus harta yang berupa emas, perak, peternakan, tertambangan dan

perdagangan, maka haruslah telah berusia lebih dari satu tahun.11

5. Pembagian Zakat Mal

Zakat mal (Harta) terdiri dari emas dan perak, binatang, tumbuh-tumbuhan

(buah-buahan dan biji-bijian) dan barang perniagaan.

a. Zakat Emas

Emas tidak wajib dizakati, kecuali telah mencapai dua puluh

dinar. Jika emas telah mencapai dua puluh dianr dan haul, wajib

dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 % atau setengah dinar. Lebih dari dua

puluh dinar juga wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2.5 %.

b. Perak

Perak tidak wajib dizakati, kecuali telah mencapai dua ratus

dirham. Jika telah mencapai dua ratus dirham, wajib dikeluarkan

zakatnya sebesar 2.5 %. Selebihnya juga dihitung dengan perentase

seperti itu, baik sedikit maupun banyak.

11
Gustian Djuanda, Dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Peanghasilan, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2006), h, 17.
14

Ali Ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda yang

artinya: "Aku telah membebaskan kalian dari zakat (zakat) kuda dan

budak. Maka dari itu, bayarlah zakat perak sebesar satu dirham dari

setiap empat puluh dirham. Dirham yang jumlahnya 199 tidak wajib

dikeluarkan zakatnya. Jika ia telah mencapai dua ratus, wajib

dikluarkan zakatnya sebesar lima dirham". (HR. Abu Daud).

c. Zakat Binatang

1. Untan

Unta baik unta Khurasany, baik unta arab campuran

masing – masing 2,5 dan tidak ada zakat terhadap unta yang

kurang dari lima ekor, jantan dan betina.


Nisab Unta Banyaknya Zakat

10 ekor 2 ekor kambing

15 ekor 3 ekor kambing

20 ekor 4 ekor kambing

1 ekor unta binti makhadl yang betina. Jika

25 ekor tidak ada bisa diberikan unta ibn labun jantan

36 ekor 1 ekor unta binti labun

46 ekor 1 ekor unta huqqah

61 ekor 1 ekor unta jidz’ah

76 ekor 2 ekor unta binti labun

120 ekor 3 ekor unta binti labun

130 ekor Pada setiap 50 ekor, 1 ekor unta huqqah dan

pada setiap 40 ekor, 1 ekor unta binti labun.


15

Maka pada 130 ekor, zakatnya 1 ekor unta

huqqah, 2 ekor unta binti labbun.

140 ekor 2 ekor unta Huqqah, 2 ekor binti labun

150 ekor 3 ekor Huqqah

160 ekor 4 ekor unta binti labun

Keterangan:

 Binti Makhadl, unta betina yang berumur setahun masuk

ke tahun kedua.

 Binti Labun, unta betina yang berumur dua tahun, masuk

ke tahun ketiga.

 Ibnu Labun, unta jantan yang berumur dua tahun, masuk

ketahun ketiga

2. Sapi (kerbau)

Zakat sapi (kerbau) tidak secara rinci dijelaskan oleh

Rasulullah, karena itu terjadi perbedaan pendapat. Zakat sapi

(kerbau) ditetapkan zakatnya berdasarkan sunnah dan ijma’

(pendapat yang mashur). Adapun berdasarkan hadits Mu’az bin

Jabal yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Msyuruq, yaitu nabi

memerintahkan Mu’az supaya setiap 30 ekor sapi diambil

zakatnya seekor sapi yang berumur satu tahun dan diatur sebagai

berikut:
Nisab Sapi (Kerbau) Banyaknya Zakat

30 ekor
1 ekor anak sapi jantan atau betina

umur 1 tahun
40 ekor
1 ekor anak sapi betina umur 2 tahun
16

60 ekor
2 ekor anak sapi jantan
70 ekor
1 ekor anak sapi betina umur 2 tahun

dan 1 ekor anak sapi jantan umur 1

tahun
80 ekor 2 ekor anak sapi betina umur 2 tahun

90 ekor
3 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun
100 ekor
1 ekor anak sapi betina umur 1 tahun

dan 2 ekor anak sapi jantan 1 tahun


110 ekor
2 ekor anak sapi betina umur 2 tahun

dan 1 ekor anak sapi jantan umur 1

tahun
120 ekor
3 ekor anak sapi betina umur 2 tahun

dan 3 ekor anak sapi jantan umur 1

tahun.

3. Kambing (Domba)
Zakat kambing atau domba wajib dikeluarkan

berdasarkan hadits dan ijma’, dalam hadits disebutkan yang

artinya: Zakat kambing (domba) bila sampai 40 ekor sampai 120

ekor, 1 ekor kambing. (HR. Bukhori). Lebih rinci dikemukakan

sebagai berikut:
Nisab Kambing (Domba) Banyaknya Zakat

40-120 ekor 1 ekor kambing

121-200 ekor 2 ekor kambing

201-399 ekor 3 ekor kambing

400-499 ekor 4 ekor kambing


17

500-599 ekor 5 ekor kambing.12

d. Zakat Tumbuh-tumbuhan dan Buah-buahan

Semua ulama mazhab sepakat bahwa jumlah (kadar) yang wajib

dikeluarkan dalam zakat tumbuh-tumbuhan/tanaman dan buah-buahan

adalah seper sepuluh (10 %), kalau tanaman dan buah-buahan tersebut

disirami air hujan atau air dari sungai. Tapi jika air yang

dipergunakannya dengan air irigasi (dengan membayar) dan sejenisnya,

maka cukup mengeluarkan lima persen (5%).

Ulama mazhab sepakat, selain Hanafi bahwa nisab tanaman dan

buah-buahan ada lima ausaq. Satu ausaq sama dengan enam puluh

gantang, yang jumlahnya kira-kira mencapai sembilan ratus sepuluh

gram. Satu kilo sama dengan seribu gram. Maka bila tidak mencapai

target tersebut, maka tidak wajib dizakati. Namun Hanafi berbeda

pendapat, banyak maupun sedikit wajib dizakati secara sama.


Ulama mazhab berbeda pendapat tentang tanaman dan buah-

buahan yang wajib dizakati. Hanafi, semua buah-buahan dan tanam-

tanaman yang keluar dari bumi wajib dizakati, kecuali kayu, rambut dan

tebu Persi. Malik dan Syafii , setiap tanaman dan buah - buahan yang

disimpan untuk kepentingan belanja wajib dizakati, seperti gandum,

beras, kurma dan anggur. Hambali, semua tanaman dan buah – buahan

yang ditimbang dan disimpan wajib dizakati.

Pada dasarnya tidak ada ketegasan didalam Al-Quran tentang kekayaan

yang wajib dizakati, tidak menjelaskan besaran zakat yang harus dibayarkan dan
12
M. Ali Hasan, Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 31-33.
18

tidak ada syarat-syarat yang harus dipenuhi (Qardawi, 1988). Kekayaan adalah

sesuatu yang dimiliki oleh manusia dan bisa dirasakan manfaatnya. Islam

memiliki batas kekayaan seseorang yang wajib berzakat sesuai dengan ketentuan

dan jumlah yang disebut dengan nisab. Islam tidak mewajibkan zakat atas seluruh

kekayaan harta benda, sedikit atau banyak tetapi mewajibkan zakat atas kekayaan

atau harta benda yang sudah mencapai nisab, terbebas dari hutang dan tidak lebih

dari kebutuhan pokok pemiliknya.

Kegunaan nisab sangat jelas karena dengan zakat yang dikeluarkan oleh

orang kaya (mampu) dapat disalurkan kepada orang miskin dan berpartisipasi

dalam menyejahterahkan umat Islam. Islam selalu menegakkan keadilan yang

merata karena Islam tidak akan membebani orang-orang yang berkewajiban di

luar batasannya. Zakat dibedakan menurut pembebanannya menjadi dua yaitu

zakat atas diri/jiwa, dan zakat atas harta. Zakat atas diri ini dikenal dengan zakatul

fitri, atau yang populer disebut sebagai zakat fitrah. Sedangkan zakat atas harta

dikenal dengan sebutan zakat mal.

B. Rumput Laut

Rumput laut merupakan salah satu makhluk hidup di air yang banyak

dibutuhkan oleh manusia dan dapat digunkan sebagai bahan baku industri

sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Rumput laut tergolong tanaman

berderajat rendah, umunya tumbuh melekat pada substrat tertentu dan tidak

mempunyai akar, batang maupun daun tetapi hanya meyerupai batang yang

disebut thallus.

Daerah penghasil rumput laut meliputi perairan pantai yang mempunyai

paparan terumbu karang (reef flast), seperti Sulawesi, kepulauan Riau, Bangka

belitung, selat Sunda, Pantai jawa bagian selatang, Bali dll. Perairan ini

merupakan tempat tumbuh dari semua jenis rumput laut yang ada di Indonesia.
19

Menurut Pratikto, perairan pantai merupakan daerah perairan yang masih

terpengaruh aktivitas daratan. Pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia

dirintis sejak 1980 dalam upaya mengubah kebiasaan penduduk pesisir dari

pengambilan sumber daya alam kearah budidaya rumput laut yang ramah

lingkungan.

1. Habitat Rumput Laut

Rumput laut hidup pada kedalaman yang masih dapat dicapai cahaya

matahari dan hidup sebagai fitobentos dengan melekatkan dirnya pada substrat

lumpur, pasir, karang, batu, kayu, dan benda keras lainnya. Perkembangbiakan

rumput laut pada dasarnya melalui proses generatif (perkawinan antara gamet

jantan dengan betina) atau vegetative.

Faktor oseanorafis (fisika, kimia dan dinamika) dan jenis substrat sangat

memepengaruhi pertumbuhan rumput laut, sedangkan iklim dan letak geografis

sangat menentukan jenis rumput laut yang dapat tumbuh. Sinar matahari

merupakan faktor utama yang diperlukan untuk kehidupan rumput laut. Untuk

memenuhi nutrisinya, rumput laut mendapatkannya dari media air laut yang

penyerapannya dilakukan secara difusi oleh thallus. Dengan penyerapan sinar

matahari yang cukup sehingga dapat menghasilkan rumput laut yang unggul dan

disertai dukungan air laut yang baik pula.

2. Budidaya Rumput Laut

Budidaya hasil laut merupakan suatu kegiatan yang sifatnya dapat memilih

tempat yang sesuai, tentunya dengan prasyarat ditentukan. Pemilihan metode yang
20

tepat dan komoditas yang di perlukan,akan menentukan tingkat keberhasilannya 13.

Adapun metode budidaya rumput laut diantaranya:

a) Metode rakit apung (floating rack method), metode ini diterapkam pada

perairan yang lebih dalam, caranya yaitu: rumput laut diikatkan pada

rakit apung yang terbuat dari bamboo dengan ukuran 2,5 x 5 m, rakit

apung dibuat dalam satu rangkaian yang masing-masing rangkaian terdiri

dari lima unit dengan jarak anatara unit satu meter, kedua ujung rangaian

diikatkan dengan tali yang ujungnya diberi pemberat atar jangkar agar

rakit tidak hanyut oleh arus atau gelombang. Jarak antar tanaman rumput

laut sekita 25x25 cm dengan berat rumput laut 100 g untuk setiap ikat.

b) Lepas Dasar (off bottom method), penanaman rumput laut dengan metode

ini dilakukan pada dasar perairan, caranya yaitu: duah buah patok

dipancangkan pada dasar perairan dengan jarak 2,5-5 m, kedua patok

dihubungkan dari dasar antar 10-50 cm. Sebaiknya jarak disesuaikan

dengan kedalaman air surut terendah. Ikatan bibit masing-masing seberat

75-150 g, yang diikat dengan menggunakan tali pancing dengan jarak 20-

25 cm.

c) Rawai (long line method), merupakan metode yang paling banyak

diminati karena disamping fleksibel dalam pemilihan lokasi juga biaya

yang dikeluarkan jauh lebih murah. Caranya: ikat bibit rumput laut pada

tali utama yang panjangnya mencapai 50-75 m dengan jarak 25 cm

ikatan tali jangkar pada kedua ujung tali utama yang dibawahnya sudah

diikatkan pada jangkar, batu karang atau batu pemberat, untuk

pengapungan rumput laut. Ikatkan pelampung dengan yang terbuat dari


13
Sukriani, “Pemetaan Wilayah Dalam Budidaya Rumput Laut Di Kecamatan
Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng (Relevansinya Dengan Pemikiran Muhammad Baqir Ash Sadr
Tentang Kepemilikan)”, Skripsi (Makassar: Fak. Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin, 2020),
h. 24.
21

Styrofoam, botol polietilena atau pelampung khusus pada tali. Ikat

pelampung-pelampung tersebut dengan tali penghubung ketali utama

sepanjang 10-15 cm, agar rumput laut tidak terapung dipermukaan dan di

upayakan tetap berada pada kedalaman 10-15 cm dibawah permukaan air

laut. Metode ini merupakan metode yang digunakan petani rumput laut di

Desa Pitue Kabupaten Pangkep.

Pemanenan dilakukan bila rumput laut telah mencapai berat tertentu, yakni

sekitar empat kali berat awal (dalam waktu pemeliharan 1,5-4 bulan). Untuk jenis

Eucheuma dan dapat mencapai sekitar 400-600 gram, maka jenis ini biasanya

sudah bisa dipanen. Karena rumput laut yang dipanen dengan berat tertentu akan

menghasilkan rumput laut yang berkualitas dipasaran.14

C. Mazhab Fikih

1. Pengertian Mazhab Fikih

Fikih menurut bahasa berarti pengetahuan dan pemahaman terhadap

sesuatu. Maksudnya adalah pengetahuan dan pemahaman secara mendalam,

mendetail dan kontekstual.

Sedangkan secara istilah fiqih ialah ilmu tentang hukum-hukum syar’i

yang bersifat amaliah yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang terinci. Dengan kata

lain fiqih adalah hukum itu sendiri.

Pengertian secara luas tentang fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam

syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur

berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat

maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Beberapa ulama fiqih seperti

14
Satriani, “Eksistensi Usaha Rumput Laut Terhadap Kesadaran Bersedekah di Sinyonyoi
Kabupaten Mamuju”, Skripsi (Pare-pare: Fak. Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Pare-pare, 2018),
h. 14.
22

Imam Abu Hanifah mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan seorang muslim

tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pembahasan fiqih berkisar

pada perbuatan mukallaf dari sisi konsekuensi hukumnya secara syar’i, bagaimana

cara beribadah, tentang prinsip rukun Islam (shalat, zakat, puasa, jual beli, dan

lain sebagainya) serta hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang

terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunah.15

Sedangkan Mazhab menurut (bahasa Arab: mazhab) adalah istilah dari

bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi

tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi

seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama

dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang

dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang

menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya,

bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

Mazhab menurut ulama fiqih, adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang

dijalani oleh seorang ahli fiqih mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain,

yang menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu'. Ini

adalah pengertian mazhab secara umum, bukan suatu mazhab khusus. Mazhab

yang digunakan secara luas saat ini antara lain mazhab Hanafi, mazhab Maliki,

mazhab Syafi'i dan mazhab Hambali dari kalangan Sunni. Sementara kalangan

Syi'ah memiliki mazhab Ja'fari, Ismailiyah dan Zaidiyah.

a) Mazhab Hanafi

15
Opik Taupik dan Ali Khosim Al-Mansyur, Fiqih 4 mazhab Kajian Fiqih-Ushul fiqih,
(Bandung: 2014), h. 11-12.
23

Nama lengkap imam abu Hanifah adalah Al imam al-A'zham

abu Hanifah, al-nu'man bin Tsabit bin Zuwatha al-Kufi. Beliau adalah

keturunan orang Persia yang merdeka dilahirkan pada tahun 80 H dan

meninggal pada tahun 150 H. Beliau beliau hidup di dua zaman

pemerintahan yaitu Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Beliau

generasi Atha al-tabiin. Ada pendapat yang mengatakan bahwa beliau

termasuk golongan tabi’in karena pernah bertemu dengan sahabat

Anas bin Malik dan meriwayatkan hadis darinya.

Imam abu Hanifah adalah imam ahlu al-ra'yu dan ahli fikih

Iraq, juga pendiri Mazhab Hanafi. Imam abu Hanifah belajar ilmu

fiqih selama 18 tahun kepada hammad bin Abi Sulaiman yang

mendapat didikan dari Ibrahim al-Nakha'i. Imam abu Hanifah sangat

berhati-hati dalam menerima hadis. Beliau menggunakan qiyas dan

istihsan secara meluas. Dasar mazhabnya ialah Al-kitab, Sunnah, ijma,

qiyas dan istihsan. Imam abu Hanifah telah menghasilkan sebuah

kitab dalam bidang ilmu kalam yaitu al-fikih Al-akbar. Dan imam abu

Hanifah juga mempunyai al-musnad dalam bidang hadits, tidak ada

penulisan beliau dalam bidang ilmu fiqih.

b) Mazhab Maliki

Nama lengkap imam Malik adalah imam Malik bin Anas bin

abu Amir al-ashbahi. Beliau adalah tokoh dalam bidang fiqih dan

hadis di darul hijrah Madinah setelah zaman tabi’in. Beliau dilahirkan

pada zaman Al Walid bin Abdul Malik dan meninggal di Madinah

pada zaman pemerintahan Al rasyid. Beliau tidak pernah keluar

daerah meninggalkan Madinah sama seperti imam abu Hanifah, imam


24

Malik hidup di dua zaman pemerintahan yaitu pemerintahan Bani

Umayyah dan Bani Abbasiyah.

Imam Malik menuntut ilmu kepada ulama-ulama Madinah di

antara mereka ialah Abdul rahman bin hurmuz. Imam Malik lama

berguru kepada Abdul rahman. Imam Malik juga menerima hadis dari

para ulama hadis seperti Nafi' Maula Ibnu Umar dan Ibnu Syihab Al-

Zuhri. Gurunya dalam bidang fikih ialah Rabi'ah bin Abdul Rahman.

Imam Malik adalah imam dalam ilmu hadits dan fiqih. Kitab

beliau Al-muwaththa adalah sebuah kitab besar dalam hadis dan fiqih.

Imam Malik terkenal dengan sikapnya yang berpegang kuat kepada

al-sunnah, amalan ahli Madinah, al-mursalah, pendapat sahabat jika

sah sanadnya dan istihsan.

c) Mazhab Syafi’i

Nama lengkap imam syafii adalah Al-Imam Abu Abdullah

Muhammad Bin Idris Al-Qurasyi Al-Hasyim Al-Muthalib ibnu Al-

Abbas bin Ustman bin Syafi’i. Silsilahnya bertemu dengan Rasullah

SAW, yaitu Abdu Manaf. Beliau dilahirkan di Ghazzah Palestina pada

tahun 150 H. Yaitu pada tahun wafatnya imam Abu hanifah. Dan

imam syafi’i wafat di Mesir pada 204 H.

Setelah kematian ayahnya pada masa beliau berusia 2 tahun,

ibunya membawa imam Syafi’i ke Mekkah, yang merupakan

kampung halaman asal keluarganya. Imam Syafi’I diasuh dan

dibesarkan dalam keadaan yatim. Beliau telah menghafal al-qur’an

semaasa kecil. Beliau pernah tinggal berasama kabilah Hudzail di al-

Badiyah, satu kabilah yang terkenal dengan kefasihan Bahasa arabnya.


25

Imam Syafi’I banyak memepelajari dan menghafal syair mereka dan

beliau merupakan tokoh Bahasa arab dan sastra arab.

Imam Syafi’i belajar di Mekah kepada muftinya yaitu Muslim

bin Khalid Al sanji hingga imam Syafi'i mendapat izin untuk

memberikan fatwa. Pada masa itu beliau berumur kira-kira 15 tahun.

Setelah itu beliau pergi ke Madinah, di sana beliau menjadi murid

imam Malik bin Anas. Imam Malik belajar dan menghafal al-

muwaththa hanya dalam masa sembilan malam saja. Beliau juga

meriwayatkan hadis dari Sofyan bin uyainah, Fudhail bin iyadh dan

pamannya Muhammad bin Syafi'i setelah yang lain-lain.

Imam Syafi'i pergi ke Yaman kemudian ke Baghdad pada

tahun 182 Hijriyah dan ke Baghdad kedua kalinya pada tahun 190 H.

Beliau telah mempelajari kitab fuqaha Iraq dari Muhammad Ibnu al-

Hasan. Boleh juga mengadakan perbincangan dan pertukaran

pendapat dengan Muhammad Ibnu al-Hasan.

Imam Ahmad bin hambal bertemu dengan imam Syafi'i ketika

di Mekah pada tahun 187 H dan di Baghdad pada tahun 165 H. Beliau

belajar ilmu fiqih dan usul fiqih serta nasikh dan mansukh dari imam

Syafi'i. Di Baghdad imam Syafi'i telah mengarang kitabnya bernama

Al-hujjah yang mengandung mazhabnya yang qadim. Setelah itu

beliau berpindah ke Mesir pada tahun 200 H. Dan di Mesir lahirlah

mazhab jadidnya.

Sumber mazhab imam Syafi'i adalah Alquran dan Al-sunnah,

ijma, qiyas. Beliau tidak mengambil pendapat sahabat sebagai sumber

mazhabnya, karena Ia merupakan ijtihad yang ada kemungkinan salah.

Beliau juga tidak menggunakan istihsan yang diterima oleh golongan


26

Hanafi dan Maliki. Ahli Baghdad mengenal imam Syafi'i sebagai

Nashir Sunnah (penyokong Sunnah).

d) Mazhab Hambali

Nama lengkap imam Hambal adalah Imam abu Abdullah

Ahmad bin Hambal bin Hilal bin Asad al-zuhaili al-Syaibani,

dilahirkan dan dibesarkan di Baghdad serta wafat di Baghdad pada

bulan rabiul awal. Beliau telah mengembara untuk menuntut ilmu di

beberapa kota seperti kufah, bashrah, Mekah, Madinah, Yaman, Syam

dan Jazirah.

Imam Hambali belajar fiqih kepada imam Al Syafi'i semasa

beliau ada di Baghdad. Akhirnya imam Hambali menjadi seorang

mujtahid mustaqil. Imam Hambali berusaha mengumpulkan sunnah

dan menghafalkannya hingga beliau dikenal sebagai imam Al-

Muhadditsun pada zamannya.

Dasar mazhab Imam Hambal adalah ijtihad hampir sama

dengan prinsip imam Syafi'i. Hal ini dikarenakan beliau di didik oleh

imam Syafi'i. Beliau menerima Alquran, sunnah, fatwa sahabat, ijma,

qiyas, istishab, mashalah mursalah dan dzara'i.


2. Latar Belakang Lahirnya Pemikiran Mazhab

Ketika Rasulullah saw masih hidup, beliau yang menjelaskan atau

mengajarkan mengenai maksud yang terkandung dalam al-Qur’an maupun hadist.

Dalam proses tasyri’ itulah terkadang al-Qur’an turun untuk menjawab persoalan

yang sedang terjadi dikalangan sahabat pada masa itu, begitupula dengan hadits,

ketika ada persoalan dikalangan umat islam saat itu maka Rasulullah

mengeluarkan hadist untuk menjawab mengenai persoalan hukum tersebut.


27

Adapun faktor-faktor yang melatar belakangi lahirnya pemikiran mazhab adalah

sebagai berikut :

a. Tersebarnya para sahabat ke berbagai wilayah islam.

Setelah Rasulullah SAW. wafat, sebagaian dari para sahabat pergi ke

berbagai wilayah Islam untuk menyiarkan agama islam, para sahabat-sahabat

yang tersebar di berbagai daerah tersebut, secara tidak langsung memperkenalkan

mengenai konsep istinbat hukum yang dikemudian hari menjadi corak pemikiran

hukum dalam sejarah sosial Islam. Seperti Umar bin Khattab, menjadi seseorang

yang dianggap sebagai bapak rasionalisme dalam penalaran hukum islam karena

dasar-dasar penetapan hukumnya yang berdasarkan pada illat hukum yang

kemudian dilanjutkan oleh Imam Abu Hanifah sebagai penggerak ra’ul logika

dalam mazhab.

Abu bakar, Utsman bin Affan dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang

menjadi permulaan lahirnya pemikiran hukum yang berdasarkan pada hadist

sebagaimana yang diterapkan oleh Imam Malik bin Anas, dikatakan Ahlu hadist

karena aliran ini sangat besar perhatiannya kepada hadist-hadist Nabi saw yang

dimana keputusan-keputusan hukumnya selalu menyertakan hadist. Dan juga ini

adalah fakta yang tida begitu mengherankan sebab aliran ini berpusat di kota

Madinah yang mana pada waktu itu lebih dikenal dengan istilah madrasah Hijaz.16

b. Generasi tabi’in mengajarkan ke tabi’ tabi’in

Tabi’iin adalah pemuka yang bertemu dan menjadi murid dari para sahabat

Rasulullah saw, mereka bergaul dan mempelajari tentang agama Islam untuk

kemudian diajarkan kepada umat.

Berakhirnya masa sahabat, selanjutnya pemikiran-pemikiran dilanjutkan

oleh para tabi’in. diantara mereka ada yang telah menerima hadist dari sahabat,

16
Achmad Musyahid Idrus, Moderasi Bermazhab (Gowa: Alauddin University Press,
2020), h.31-32.
28

yang kemudian mereka menyampaikannya kepada tabi tabi’in yang tinggal di

wilayah yang berbeda-beda sebagaimana yang terjadi pada keempat imam mazhab

yaitu: Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali, dimana

tempat tinggal mereka berbeda-beda, ada yang di Hija, Syam, Kufah dan ada yang

di Mesir.17

c. Generasi tabi’ tabi’in memperkenalkan metode istinbat hukum

Pada abad kedua hijriah perkembangan mazhab dimulai. Pada era itu

kelahiran mazhab-mazhab hukum dimulai, yang dimana pada masa itu umat Islam

telah mencapai masa keemasannya, baik dalam bidang ekonomi, peradaban

maupun kekuasaan. Pada periode ini sejarah hukum Islam juga dianggap sebagai

masa kegemilangan Islam dimana lahirnya beberapa mazhab yang dibawa oleh

tokoh-tokoh yang berjasa.

Kelahiran mazhab hukum dengan pola karakteristik yang berbeda

menimbulkan berbagai perbedaan pendapat dengan produk hukum yang berbeda-

beda pula.

Seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali

dan lainnya, masing-masing menawarkan kerangka metodologi, teori dan kaidah

ijtihad yang menjadi pijakan mereka dalam mengistinbatkan hukum.

d. Munculnya berbagai persoalan hukum dalam masyarakat

Adapun yang menyebabkan lahirnya pemikiran mazhab pada saat itu

adalah adanya kasus-kasus yang kompleks yang terjadi di suatu daerah yang tidak

terjai di daerah lain. Di Iraq misalnya Imam Abu Hanifah berhadapan langsung

dengan kebudayaan Persia, Imam Syafi’i yang berhadapan dengan adat istiadat

campuran Mesir Kuno dengan Romawi dan Hijaz, sedangkan Imam Malik yang

berhadapan dengan tradisi ahlu Madinah.

17
Abdurrahman, Perbandingan Mazhab (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 9.
29

e. Lahir berbagai metode istinbat hukum

Metode istinbat hukum dan kaida yang dirumuskan oleh para tokoh dan

para imam mazhab, pada awalnya bertujuan untuk memberikan jalan dan

merupakan upaya dalam memecahkan suatu persoalan hukum yang tidak

ditemukan jawabannya dalam nash. Metode istinbat hukum dan kaidah yang

dirumuskan oleh imam mazhab itulah yang terus berkembang dan diikuti oleh

generasi selanjutnya dan menjelma menjadi pedoman hukum Islam. Adapun

mengenai teori-teori yang dirumuskan oleh masing-masing mazhab merupakan

sesuatu yang sangat penting, karena pokok-pokok pemikiran hukum yang

berhubungan dengan penciptaan pola kerja dan kerangka metode yang sistematis

dalam melakukan istinbat hukum. Penciptaan kerangka metodologi itulah yang

dalam pemikiran hukum Islam disebut dengan Ushul.

f. Munculnya Ikhtilaf di masyarakat

Persoalan ikhtilaf atau perbedaan pendapat dikalangan ulama dan umat

Islam pada saat itu mendorong lahirnya berbagai pemikiran hukum yang pada

akhirnya diikuti oleh umat Islam yang merasa cocok dengan hasil ijtihad tersebut.

Salah satu dampak yang ditimbulkan dengan munculnya berbagai mazhab dalam

hukum Islam dan hasil ijtihad para imam mazhab yang telah banyak dibukukan

oleh ulama adalah kecenderungan untuk mencari dan menetapkan produk-produk

ijtihadiyah para mujtahid sebelumnya, meskipun mungkin sebagian dari hasil

ijtihad mereka sudah kurang atau tidak sesuai dengan kondisi sekarang.

Perbedaan pendapat di kalangan umat Islam pada saat itu turut mendorong

perkembangan pemikiran mazhab dimana pemikiran imam mazhab terhadap

sesutau permasalahan yang kemudian diperkenalkan oleh para murid imam

mazhab tersebut. Adapun perbedaan pendapat antara mazhab dipengaruhi oleh


30

berbagai faktor, baik dari segi periwayatan hadist maupun dari cara memahami

suatu nash.18

3. Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Pendapat Antar Ulama

a. Perbedaan dalam sumber hukum (masdhar al-ahkam)

Hal ini terjadi karena ulama berbeda pendapat dalam 4 hal yaitu:

1) Periwayatn Hadits

Hal yang mnyebabkan perbedaan hukum yang

berkembangan di kalangan dan hal periwayatan adalah seperti

keberadaan hadistnya yang dimana periwayatan hadist-hadist

tertentu yang tidak sampai kepada sebagian ulama karena adanya

fakta domisili sahabat yang meriwayatkan hadist

berbeda,demikian pula dengan mazhab-mazhab lain yang tumbuh

dan berkembang di wilayah yang berbeda.

Adapun dalam beberapa kasus di mana sebagian ahli

hukum mendasarkan ketetapannya pada hadist yang lemah dan

tidak dipercaya karena disebabkan oleh pendapat bahwa hadist

dhaif digunakan dalam melakukan qiyas, contohnya: Imam Abu

Hanifah serta Imam Hanbali berbendapat bahwa batalnya wudhu

karena muntah yag mendasarkan ketetapannya pada hadist yang

diriwayatkan Aisyah dimana dia menyatakan bahwa Rasulullah

saw pernah berkata “Barang siapa yang mengalami muntah,

mimisan atau muntah karena mual-mual, hendaknya membatalkan

shalatnya, hendaklah ia berwudhu dan kemudian melanjutkan

rakaat yang tersisa”.

18
Ahmad Musyahid Idrus, Moderasi Bermazhab, h.37-38.
31

Imam Syafi’I dan Imam Malik berpendapat dua alasan

bahwa muntah tidaklah membatalkan wudhu. Pertama, hadist

yang disebutkan di atas tidak shahih dan kedua, muntah itu tidak

secara khusus disebutkan dalam sumber hukum islam lainnya

sebagai suatu tindakan yang membatalkan wudhu.19

2) Fatwa Sahabat dan Kedudukannya

Tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama

mengenai fatwa atau perkataan sahabat yang tidak hanya

berdasarkan pikiran semata melainkan menjadi hujja bagi umat

Islam. Dan mayoritas dari para ahli menyatakan bahwa apa yang

dikatakan para sahabat tentu berdasarkan pada apa yang mereka

dengar dari Rasulullah saw secara langsung. Adapun yang

menjadi perselisihan di antara para ulama terletak pada perkataan

sahabat yang berdasar pada hasil ijtihad mereka sendiri dan para

sahabat tidak berada dalam suatu pendirian. Imam Abuh Hanifah

misanya, beliau mengambil fatwa sahabat dari sahabat maupun

serta tidak memperoleh menyimpang dari fatwa sahabat secara

keseluruhan.

Adapun ucapan beliau yang terkenal yaitu: “apabila aku

tidak mendapatkan ketentuan dari Kitabullah dan Sunnah maka

aku mengambil pendapat dari sahabat beliau yang kuhendaki dan

meninggalkan pendapat sahabat yang tidak kuhendaki”. Aku tidak

mau keluar dari pendapat sahabat-sahabat tersebut untuk

kemudian memilih pendapat selain sahabat, Imam Syafi’I

membolehkan daam mengambil fatwa sahabt meski bertentangan


19
Nanang Abdillah, “Mazhab dan Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan”, Fikhroh:
Jurnal Pemikiran dan pendidikan Islam, Vol 8 no.1 (2014), h. 20-38.
32

dengan fatwa sahabat lainnya, asalkan fatwa tersebut tidak

bertentangan dengan al-`Qur’an, sunnah, ijma’ atau qiyas yang

benar.

3) Kehujjahan Ijma’

Mengeai hakikat kehujjahan ijma’, sebagian mengganggap

bahwa ijma’ dapat menjadi hujjah karena merupakan titik temu

pendapat (ijtima’ ar-ra’yi) yang lainnya menganggap hakikat

kehujjahan ijma’ bukan karena merupakan titik temu pendapat,

tetapi karena menyingkapkan adanya dalil dari as-sunnah.

4) Adanya Ikhtilaf Terhadap Kehujjahan Qiyas

Sebagian dari para mujtahid seperti ulama Zhairiyyah

mengingkari kehujjahan qiyas sebagai sumber hukum, sedangkan

mujtahidin lainnya menerima qiyas sebagai sumber hukum

setelah al-Qur’an, as-`sunnah dan ijma’. Walaupun juga terdapat

perbedaan dalam hal-`hal yang patut dijadikan illat hukum

sebagai dasar penetapan hukum dalam qiyas.20

b. Perbedaan Terhadap Makna lafadz-lafadz Arab

Hal ini terjadi karena ada perbedaan dalam memahami cara

pengungkapan makna dalam bahasa arab. Adapun yang terjadi

diantara ulama berkaitan dengan uslub al-`laughah al-`arabiyyah

yang mencakup seperti kata-kata musytarak yaitu kata yang memiliki

banyak arti/makna, kata mutlaq dan muqayyad yaitu lafalkhas yang

tidak diberi batasan dan juga lafaz nash yang berbentuk hakiki dan

majazi, dan perbedaan- perbedaan yang berhubungan tentang aturan

20
Nanang Abdillah, Mazhab dan Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan. h. 20-38
33

kebahasaan, sehingga sering terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama.

c. Perbedaan Dalam Cara Memahami Nash

Sebagian dari mujthid membatasi makna nash syariat hanya

pada yang tersurt dalam nash saja. Mereka disebut ahlul hadist. Dan

sebagian mujtahid lainnya tidak membatasi maknaya pada nash yang

tersurat, akan tetapi memberikan makna tambahan yang daat dipahami

oleh akal. Mereka para ahlu ar-ra’yi. para fuqahaa Hijaz atau biasa

juga disebut ahlul hadist, para fuqaha ini berpegang pada lahiriah

nash, sebaliknya para ahlu ar-ra’yi ini menganggap yang menjadi

tujuan adalah memberikan kecukupan kepada kaum fakir sehingga

mereka membolehkan zakat fitrah dengan harganya yang senilai

dengan satu sha’.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan, yaitu dengan

prosedur penelitian yang menghasilkan serangkaian data deskriptif berupa

perkataan tertulis atau langsung secara lisan dari perilaku atau orang-orang

yang telah diamati. Pendekatan kualitatif dirancang tidak untuk menguji

hipotesis, tetapi berupaya untuk mendeskripsikan data, fakta, dan keadaan

atau kecenderungan serta melakukan analisis terhadap pemecahan masalah

untuk mencapai suatu keinginan di masa yang akan datang.21

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian sosial menggunakan

deskriptif kualitatif. Whitney yang dikutip Muh Khalifah Mustamin

berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif deskriptif adalah pencarian

fakta dengan interpensi yang tepat, penelitian deskriptif mempelajari

masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu. Adapun

tujuan dari penelitian kualitatif menurut Sulistyo Basuki ialah untuk

memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan

manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi

dan pendapat.22

Pengumpulan data dipandu oleh fakta-fakta dan diselaraskan dengan

teoriteori yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Kemudian data

dihimpun dari pengamatan yang seksama, meliputi deskripsi yang mendetail

21
Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Posdaya, 2002), h. 3.
22
Basuki Sulistyo, Metode Penelitian (Jakarta: Wedatama Widya Sastra 2000), h. 22.

33
34

disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam (interview), serta

hasil analisis dokumen.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pangkep, pemilihan lokasi didasarkan atas

pertimbangan lebih mudah untuk jangkauan informasi dan pengumpulan data,

serta dianggap perlu melakukan penelitian tentang Implementasi Ketentuan

Zakat Mal Terhadap Hasil Petani Rumput Laut di Desa Pitue Kecamatan

Ma’rang Kabupaten Pangkep (Analisis Mazhab Fikih).

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan etnografi. Etnografi adalah penelitian dengan melakukan

pengamatan terhadap suatu kelompok sosial. Kegiatan ini dilakukan secara

terlibat dengan subjek yang diteliti. Hasil pengamatan ditujukan kepada orang

dan lokasi tertentu sebagai objek. Etnografi diartikan sebagai riset lapangan

(fieldwork) menggunakan observasi dan wawancara sebagai instrumen

penelitian dalam menginvestigasi praktik kehidupan sosial, serta mengungkap

makna dibalik interaksi sosial tersebut.23

Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan kedua yang digunakan

oleh peneliti. Pendekatan ini membahas suatu objek yang dilandaskan pada

masyarakat. Pendekatan ini mengungkap makna dan pengalaman sosio-

kultural penelitian terhadap suatu fenomena yang tidak bisa dengan mudah

diukur dengan angka atau numerik.24

Pendekatan normatif (syar’i) merupakan pendekatan ketiga yang

digunakan oleh peneliti. Pendekatan Normatif (Syar’i) ialah pendekatan yang


23
Fokky Fuad Wasitaatmadja, Etnografi Hukum Budaya Hukum Masyarakat Cina Jelata
(Prenada Media, 2020), h. 2.
24
M Arif Khoiruddin, “Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam,” Tribakti: Jurnal
Pemikiran Keislaman 25, no. 2 (2014), h. 350–352.
35

digunakan berdasarkan hukum islam, baik yang bersumber dari Al – Qur’an,

al-Hadist, Kaidah Ushul Fiqih, ataupun pendapat para ulama dalam

memandang suatu permasalahan.

C. Sumber Data

Lexi J. Moeleong menjelaskan bahwa sumber data utama dalam penelitian

adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan. Penelitian yang

dilakukan ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu sumber data primer dan

sumber data sekunder.25

1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang didapatkan melalui observasi lapangan atau

pengamatan secara langsung berhadapan dengan informan untuk mendapatkan

data yang akurat, agar teliti dalam melakukan pengelolaan data dan tidak

mengalami kesulitan terkait dengan masalah yang akan dibahas oleh peneliti.

Penelitian ini yang termasuk data primer adalah hasil wawancara dengan para

petani rumput laut di daerah Pangkep.

2. Data Sekunder

Selain menggunakan data primer, pada penelitian ini juga menggunakan

data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari buku-buku

yang telah disesuaikan dengan penulis, dengan membaca, menelaah, mencatat,

dan mengutip sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti. Data sekunder

ialah data-data yang diperoleh melalui tinjauan pustaka seperti dokumentasi,

buku-buku ilmiah, Jurnal, internet, majalah dan surat kabar serta data lain yang

dapat dijadikan sebagai data pelengkap.

D. Metode Pengumpulan Data


25
Djam’an Satori dan Aan Kamariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 50.
36

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian karena tujuan utama dari peneliti adalah untuk mendapatkan data. 26

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

diantaranya:

1. Observasi

Observasi (observation) dapat didefenisikan sebagai perhatian yang

berfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu. Observasi dapat juga dikatakan

sebagai cara untuk mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan

diteliti secara langsung, peristiwa berupa manusia, benda mati, maupun alam.

Peneliti menggunakan metode observasi selama penelitian, dengan cara

melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian yaitu memperoleh data

yang berkaitan dengan rumusan masalah, dengan mengumpulkan data-data yang

dibutuhkan sebagai sumber kelengkapan untuk mengetahui bagaimana

implementasi ketentuan zakat mal terhadap petani rumput laut di Desa Pitue

Kabupaten Pangkep.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Peneliti mendapat keterangan secara lisan dari seorang

informan atau bercakap face to face bersama responden. Peneliti menggunakan

metode wawancara dalam penelitian agar dapat memperoleh data tentang

penelitian.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data pada penelitian ini yakni peneliti menggunakan kamera

dan alat tulis untuk membantu mengumpulkan data-data secara akurat untuk

menghindari kesalahan penyusunn dalam hasil penelitian.

26
Endang Widi Winarni, Teori dan Praktik Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta:
Bumi Aksara, 2021), h. 158.
37

E. Instrument Penelitian

Penelitian ini menjelaskan pengumpulan data yang sesuai dengan jenis

penelitian yang dipilih, dengan merujuk pada metodologi penelitian. Alat-alat

yang digunakan pada penelitian ini adalah buku, pulpen, dan penseil sebagai alat

untuk mencatat informasi yang diperoleh pada saat observasi kamera dan

recorder.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Analisis Data

Analisis data merupakan pengelolahan data dan penafsiran data. Analisis

data ialah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,

penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial,

akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam menganalisis data ialah mengelompokkan

data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan

variabel dan selurus responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,

melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotetis, langkah terakhir tidak dilakukan.

2. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses merangkum, menyederhanakan, menyortir, dan

mengorganisasikan hal-hal pokok. Reduksi data ini dimaksudkan untuk

memfokuskan pada data yang dianggap penting, sehingga data yang didapatkan

merupakan data yang valid yang memberikan gambaran yang jelas untuk

menghasilkan catatan-catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil pengamatan

data.

3. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang membolehkan

pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian


38

kualitatif, penyajian data bisa dugunakan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori dan sejenisnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini

penyajian data dalam bentuk teks naratif.

Penyajian dapat dilakukan dengan menyusun data-data yang diperoleh lalu

disajikan agar memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi terkait

permasalahan yang sedang diteliti, selanjutnya akan dilakukan proses penarikan

kesimpulan.

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari analisis data, dimana

bagian ini penulis mengumpulkan kesimpulan-kesimpulan dan melakukan

verifikasi. Penarikan kesimpulan harus berdasarkan pada idenfikasi dan editing

data. Tujuan dari penarikan kesimpulan ialah untuk mencari makna data, mencari

hubungan persamaan dan perbedaan dan untuk menjawab rumusan masalah dan

kesimpulan merupakan pengetahuan baru yang belum perna ada. Verifikasi data

yaitu peneliti membuktikan kebenaran data yang dapat diukur melalui informan

yang memahami masalah yang diajukan secara mendalam dengan tujuan

menghindari adanya unsur subjektivitas yang dapat mengurangi bobot skripsi.

G. Pengujian Keabsahan Data

Setelah data terkumpul dan dianalisis, maka diperlukan pengecekan ulang

dengan tujuan untuk mengetahui keabsahan data hasil dari penelitian tersebut.

Dalam teknik pengumpulan data, trianggulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan berbagai sumber data yang telah ada. Bila peneliti

menggunakan trianggulasi data maka peneliti juga melakukan kredibilitas data.

Susan Stainback mengemukakan dalam buku yang dikutip oleh Sugiyono bahwa

tujuan dari trianggulasi bukan mencari kebenaran tentang beberapa permasalahan,


39

tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah

ditemukan.27

27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 330.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdurrahman. Perbandingan Mazhab. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000.

Abidin, Zaenal. Fiqh Ibadah. Yogyakarta: Grup penerbitan CV Budi Utami, 2020.
https://books.google.co.id/books?
id=ilDXDwAAQBAJ&pg=PA51&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=3#v=on
epage&q&f=false (31 Maret 2023).

Asyhadi, Muhammad Sokhi. Fiqh Ibadah (versi madzhab Syafi’i). Grobogan: Pon
Pes Fadllul Wahid, 2011.

Ayyub, Syaikh Hasan. Fiqih Ibadah. Jakarta: Pusaka Al-Kautsar, 2033.

Djuanda, Gustian, Dkk. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Peanghasilan.


Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006.

Hasan, M. Ali. Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia. Jakarta: Kencana, 2008.

Idrus, Ahmad Musyahid. Moderasi Bermazhab. Gowa: Alauddin University


Press, 2020.

Kementerian Agama, Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta Timur: Lajnah


Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2019.

Moelong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Posdaya, 2002.

Mursyidi. Akutansi Zakat Kontemporer. Bandung: Rosyda Karya, 2003.

Satori, Djam’an dan Aan Kamariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. I;


Bandung: Alfabeta, 2008.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2014.

Sulistyo, Basuki. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra 2000.

Taupik, H Opik dan Ali Khosim Al-Mansyur. Fiqih 4 mazhab Kajian Fiqih-Ushul
fiqih. Bandung: 2014.

‘Uwaidah, Muhammad Syaikh Kamil. Fiqih Wanita Edisi lengkap. Cet. I; Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2008.

40
41

Wasitaatmadja, Fokky Fuad. Etnografi Hukum Budaya Hukum Masyarakat Cina


Jelata. Prenada Media, 2020.

Winarni, Endang Widi. Teori dan Praktik Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Jakarta: Bumi Aksara, 2021.

JURNAL

Abdillah, Nanang. “Mazhab dan Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan.”


FIKHROH: Jurnal Pemikiran dan pendidikan Islam, Vol 8 no.1 (2014).

Khoiruddin, M Arif. “Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam. ” TRIBAKTI:


Jurnal Pemikiran Keislaman 25, no. 2 (2014) ): h. 350–352.

Satriani, “Eksistensi Usaha Rumput Laut Terhadap Kesadaran Bersedekah di


Sinyonyoi Kabupaten Mamuju”, Skripsi Pare-pare: Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam IAIN Pare-pare, 2018).

Sukriani, “Pemetaan Wilayah Dalam Budidaya Rumput Laut Di Kecamatan


Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng (Relevansinya Dengan Pemikiran
Muhammad Baqir Ash Sadr Tentang Kepemilikan)”, Skripsi Makassar:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin, 2020.
42

OUTLINE PROPOSAL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Kajian Pustaka
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUN TEORITIS


A. Zakat Mal (Harta)
1. Pengertian Zakat Mal
2. Rukun Zakat
3. Fungsi dan Tujuan Zakat
4. Syarat Harta yang Wajib dizakati
5. Pembagian Zakat Mal
B. Rumput Laut
1. Habitat Rumput Laut
2. Budidaya Rumput Laut
C. Mazhab Fikih
1. Pengertian Mazhab Fikih
2. Latar Belakang Lahirnya Pemikiran Mazhab
3. Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Pendapat antar Ulama

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Lokasi Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
D. Metode Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
G. Pengujian Keabsahan Data

Anda mungkin juga menyukai