Anda di halaman 1dari 2

Matinya Demokrasi Kampus

Saat ini kita tengah berada pada revolusi industry 4.0 dimana teknologi informasi sangat
berperan penting dalam kehidupan sehari – hari, dan tentu perkembangan teknologi akan
memberikan dampak dalam berbagai aspek, baik sosial, ekonomi,politik, lebih-lebih aspek
Pendidikan. Saat ini, sudah banyak yang mengerti bahwa pendidikan tidak hanya berpacu
kepada beberapa kalangan saja, tapi berbagai kalangan sudah mengetahui seberapa penting
pendidikan itu. Tidak hanya pendidikan formal mulai dari sekolah dasar sampai sekolah
menengah atas, pendidikan tinggi, bahkan aktivitas-aktivitas keorganisasian memberikan
dampak dan pengaruh bagi pengembangan watak dan karakter manusia, namun tidak bisa di
pungkiri, bahwa pendidkan tinggi memiliki peran central dalam pengembangan kemampuan
masyarakat Indonesia.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Dan sebagai upaya proses pendisiplinan seseorang. selain
pengembangan keilmuan, pendidikan tinggi juga ikut berperan dalam pengembangan karakter
bangsa saat ini, melalui pendidikan banyak melahirkan generasi-generasi yang berperan aktif
dalam keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. bahwa kampus adalah rana
transaksi ilmu yang sangat besar melaui diskusi yang terbangun di dalamnya.
Pendidikan nasional di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif  dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
dan kemajemukan bangsa. Pemerintah berusaha memberikan kesempatan yang sama (equal
Opportunity) dan seluas–luasnya kepada semua warga negara untuk mendapatkan dan
menikmati pendidikan dalam kerangka mewujudkan salah satu tujuan nasional yang
tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yakni
mencerdas kan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional yang berkesinambungan pada
akhirnya akan dibatasi oleh kondisi obyektif  peserta didik itu sendiri, kesiapan dan
kemauannya untuk berkembang dan mencapai keunggulan pendidikan. Oleh karena itu, di
perlukan upaya tidak hanya memberikan kesempatan yang sama, tetapi juga memberikan
perlakuan yang sesuai dengan kondisi obyektif peserta didik sehingga tujuan pendidikan
terwujud yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang
demokratis  serta bertanggungjawab

Tidak bisa dipungkiri, bahwa pendidikan merupakan sarana dalam mencerdaskan kehidupan
manusia, serta membentuk watak dan karakter nya. Di tinjau dari hukum, negara sudah
menjamin akan adanya kebebasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang bebas di
dalam ranah akademik. Secara konstitusional, Undang-Undang Dasar 1945 sebenarnya sudah
memberikan gambaran terkait kebebasan akademik dalam perguruan tinggi. Pada Pasal 31
ayat (5), disebutkan bahwa pemerintah di wajibkan untuk memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
memajukan peradaban. Usaha untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidaklah
mungkin untuk terealisasi tanpa memberikan otonomi bagi lembaga yang diberikan tugas,
dalam hal ini adalah lembaga riset serta perguruan tinggi. Penjelasan mengenai otonomi
tersebut kemudian tertuang dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012.
Reformasi merupakan babak baru dalam sejarah perjalanan bangsa indonesia, dan telah
memberikan dampak yg dapat dirasakan langsung oleh masyarakat terkhususnya mahasiswa,
‘ kebebasan berbicara’. pada puncaknya kebebsan berbicara sering diidentikan dengan
euphoria. Karna kadar dari kebebasan tersebut terkadang di pandang melebihi ambang batas
kewajaran, hal tersebut tercermin pada berbagai fenomena kehidupan masyarakat indonesia,
sebagian masyarakat sangat merasakan kebahagiaan dengan adanya kebebasan berbicara,
setelah tercekam selama 32 tahun, akibatnya mereka memanfaatkan aura kebebasan tersebut
secara optimal melalui berbagai media. Koran, majalah, radio, televisi, mereka
memanfaatkan untuk mengekspresikan kebebasan berbicara tanpa takut dibredel atau dicabut
izin siaranya. Namun demikian ada pula masyarakat yang merasakan kekhawatiran
mendalam, bahkan trauma, akibat adanya kebebasan berbicara, yang terkadang dirasakan
telah melampaui batas kewajaran. Pernyataan-pernyataan yang sarkastis, caci maki bahkan
hujatan yang disampaikan kepada kelompok-kelompok tertentu yang disampaikan dengan
enjoy, tanpa disadari telah merugikan gerakan reformasi itu sendiri.
Kebebaan akademik merupakan sesuatu yang sangat fundamental didalam perguruan tinggi
dalam rangka memberi jalan bagi lahirnya pikiran-pikiran ilmiah dari kaum intelektual
kampus yang kreatif dan produktif dengan gagasan-gagasan barunya. Dengan kebebasan
akademik, intelektual kampus memiliki kebebasan untuk melaksanakan fungsinya sebagai
akademisi atau mengimplementasikan tugas-tugas universitas tanpa diintervensi oleh
kekuasaan luar.
Kebebasan akademik berkaitan erat dengan fungsi universitas atau perguruan tinggi untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswa akan pentingnya pendidikan tinggi,kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa (organisasi intra kampus HMJ, DEMA) dapat meningkatkan mutu
pendidikan tinggi (universitas) , realitas sekarang ini, pendidikan tinggi seakan menutup diri
dengan membatasi kebebasan serta aktivitas mahasiswa dalam perguruan tinggi, itu
dibuktikan dengan di keluarkanya kebijakan-kebijakan yang kontra produktif dari pada
kampus itu sendiri. ”sebuah universitas yang hanya mengkonsentrasikan diri pada pengajaran
tanpa mengimbanginya dengan kegiatan-kegiatan, sepeti penelitian sebagai wujud kegiatan
ilmiah tidak dipandang sebagai universitas yang sesungguhnya”(parsudi suparlan).
Kebebasan akademik pada umumnya menyangkut dua item, pertama, kebebasan yang
dimiliki oleh lembaga pendidikan tinggi untuk melaksanakan fungsinya tanpa dicampuri oleh
kekuasaa dari luar, kedua, kebebasan sesorang di dalam universitas untuk belajar, mengajar,
serta melaksanakan penelitian serta mengemukakan pendapatnya.

Anda mungkin juga menyukai