Yuni Fiks
Yuni Fiks
Proposal
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Hukum
Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar
OLEH:
A.WAHYUNI
NIM: 10300119049
Adam sebagai manusia pertama di muka bumi ini dan kemudian dengan turunnya
Karena sifat ini, manusia hidup berpasangan, yang kemudian membentuk sebuah
tahap penyatuan untuk menghasilkan keturunan, yang disebut pernikahan. Hal ini
dikarenakan manusia adalah makhluk yang paling mulia yang diciptakan oleh
tetapi juga dikaruniai akal sehingga manusia layak untuk melakukan pernikahan
secara beradab.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai
suku, adat, bahasa daerah dan agama yang berbeda. Keanekaragaman ini dapat
1
2
yang tersebar di berbagai daerah yang merupakan bukti kekayaan budaya bangsa
generasi oleh nenek moyang kita. Setiap daerah pada dasarnya memiliki
yang sama dengan daerah lainnya. Budaya dapat berdampak pada lingkungan
tidak hanya pada orang dewasa, tetapi juga berlaku untuk kelompok umur yang
berbeda.1
adalah hukum yang mengatur tingkah laku bangsa Indonesia dalam hubungannya
satu sama lain, baik itu semua adat istiadat, kebiasaan dan kesusilaan yang
sesungguhnya hidup dalam masyarakat hukum adat karena diikuti dan dijunjung
tinggi oleh anggota masyarakat itu, serta seluruh aturan mengenai sanksi atau
pembantu luruh, penjaga tanah, kepala adat dan hakim. memiliki konsekuensi
hukum.0
1
Samuin Rusman, “Adat Perkawinan Keluruhan Awainulu, Kecamatan Pasarwajo,
Kabupaten Buton Ditinjau Dari Hukum Islam”, Skripsi (Makassar: Fak. Syariah dan Hukum UIN
Alauddin, 2015), h. 3.
0
Bushur Mahmud, Penghantar Hukum Adat (Jakarta: Balai Buku Ictiar, 1961), h.30
0
Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, (Cet. 12. Jakarta: Sinar Grafika,
2019), h. 134.
3
nilai-nilai baru dalam budaya yang sudah mapan, namun hadirnya budaya baru
dalam budaya yang sudah ada tidak merusak nilai-nilai atau menghilangkan
Budaya Bugis kemudian muncul dalam bentuk nilai dan standar baru
sesuai hasil perjumpaan dengan budaya lokal. Harmoni dan sinkronisasi yang
diciptakan antar agama Islam dan budaya Bugis dapat dibarengi dengan
Selatan masih bertahan hingga saat ini. Budaya adalah hasil transmisi progresif
otomatis sebagai sikap seseorang terhadap kehidupan. Suku bangsa yang berbeda
menentukan penampilan atau latar belakang orang Indonesia. Hal ini terlihat dari
berbeda menunjukkan latar belakang hukum adat istiadat yang berbeda yang
0
Ismail Suardi Wekke, Islam dan Adat :Tinjauan Akulturasi Budayadan Agama Dalam
Masyarakat Bugis, Jurnal Analisis, Vol. XIII. No. 1 Juni 2013, h. 31-32.
4
pernikahan juga memiliki tempat yang penting dalam kehidupan manusia, karena
dipandang sebagai masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Oleh karena itu,
acara pernikahan dianggap sakral dan harus dilakukan dengan penuh hormat dan
lebih besar. Karena itu, pernikahan dilakukan dengan hati-hati, memilih pasangan
untuk anak perempuan. Setiap cara yang dipilih selalu memiliki alasan tertentu,
keluarganya.0
bahagia dan dikaruniai rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa, maka perlu
kelahiran dan berat badan calon pasangan. dan akhirnya melahirkan anak. Seorang
anak yang bijak patuh kepada orang tuanya dan tunduk pada penyimpangan.0
manusia, hewan dan tumbuhan. Pernikahan adalah jalan yang dipilih oleh Allah
Menikah juga merupakan cara untuk mempersenjatai diri melawan nafsu agar
0
Abd.Kadir Ahmad, Sistem Perkawianan di Sulawesi Selatan Dan Sulawesi Barat ( Cet
I;Makassar:Indobis, 2006), h. 32.
0
Laksanto Utomo, Hukum Adat (Cet. 2.Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 91.
5
Terjemahnya:
Pernikahan merupakan hal yang sangat sakral bagi umat manusia dan
sekaligus memiliki tujuan yang sakral dan tidak terlepas dari ketentuan hukum
agama Islam. Pernikahan tidak hanya berfungsi untuk memuaskan nafsu, tetapi
juga untuk menjaga ketenangan, ketentraman dan sikap asuh antara suami istri
yang dilandasi cinta dan kasih sayang yang mendalam. 0 Seperti dalam
Al-Nur/24:32, yang juga menjelaskan pernikahan.
pernikahan di masyarakat. Orang Bugis memelihara tradisi yang disebut Siri, yang
berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang paling sensitif dalam
masyarakat Bugis seperti martabat, nama baik dan kehormatan, dan semua ini
0
Kementerian Agama RI, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemahannya, (Bandung: CV
Mikrah Khazanah Ilmuah 2011), h. 261.
0
Mohammad Asnawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perdebatan, (Yogyakarta:
Darussalam, 2004), h. 20.
0
Kementerian Agama RI, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemahannya, (Bandung: CV
Mikrah Khazanah Ilmuah 2011), h. 176.
6
semakin lama semakin erat pada suku Bugis yang setuju untuk ikut serta dalam
merupakan suatu sistem nilai budaya yang memberikan pedoman dan pandangan
pelestarian keturunan.
kepada seseorang yang hendak menikah, berarti yang belum menikah itu rindu. 0
Jadi pernikahan dalam masyarakat Bugis berarti siala atau saling mengambil, jadi
pernikahan adalah hubungan timbal balik. Selain itu, pernikahan bukan sekedar
memilikinya. mereka jauh lebih dekat. Hal ini karena orang tua memegang
peranan yang menentukan dalam mewujudkan pernikahan yang ideal bagi anak-
anaknya.0
0
Hardianti, “Adat Pernikahan Bugis Bone Desa Tuju-Tuju kecamatan Kajuara Kabupaten
Bone Dalam Perspektif Budaya Islam”, Skripsi (Makassar:Fak. Adab dab Humaniora UIN
Alauddin, 2015), h. 1-2.
0
1Shintia Maria Kapojos dan Hengki Wijaya, Mengenal Budaya Suku Bugis, Jurnal
Lembaga STAKN Kupang, Vol. 6, No. 2, November 2018, h. 158
0
Shintia Maria Kapojos dan Hengki Wijaya, Mengenal Budaya Suku Bugis, Jurnal
Lembaga STAKN Kupang, Vol. 6, No. 2, November 2018, h. 159
0
Stefie, Antropology Suku Bugis, (Jakarta: the London School of Public Relation, 2009),
h. 13.
7
dapat dikatakan bahwa ada kesamaan visi dalam upacara pernikahan adat
upacara yang berada di luar jangkauan ajaran Islam. Salah satu kebudayaan yang
suatu hal yang terkait sebelum upacara pernikahan tidak bisa lepas dari adat
dan Kecamatan Tondong Tallasa. Salah satu dari tiga belas Kecamatan tersebut
terdahulu.
perempuan yang lebih rendah derajatnya, namun tidak demikian halnya dengan
orang berpengaruh baik itu bangsawan rendah. Dibugis bangsawan diberi nama
andi sebagai nama marga atas pencapain nenek moyangnya terdahulu. Nama andi
Meskipun ajaran agama Islam telah begitu lama masuk dalam masyarakat
dalam kepercayaan tradisional dengan unsur yang ada dalam islam. Tindakan ini
sering kali ditentang oleh para tokoh agama yang menekankan ajaran-ajaran islam
dilaksanakan dalam sebuah prosesi khusus dengan tata cara yang khusus yang
disesuaikan dengan ketentuan dalam agama dan tradisi namun semua prosesi
pernikahannya lebih mengarah pada tradisi leluhur. Proses adat pernikahan adat
tidak memiliki keselarasan antara adat dengan agama sehingga dari keseluruhan
rangkaian upacara yang tercipta banyak melenceng dari agama islam. Salah satu
dari sekian banyaknya prosesi adat yang menurut peneliti melenceng dari ajaran
Islam yaitu sebelum dilangsungkan acara mappacci terlebih dahulu bagi kedua
0
Abd. Kadir Ahmad, Perkawinan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Makassar:
Indobis, 2006), h. 21.
9
Untuk membuat penelitian ini terarah dan terfokus pada judul skripsi
maka peneliti memberikan fokus penelitian dan deskripsi fokus agar apa yang
menjadi tujuan dari penelitian dapat terfokus pada masalah yang di teliti dengan
1. Fokus Penelitian
gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian lapangan dengan jenis
2. Deskripsi Fokus
menjadi suami dan istri yang disahkan dengan adanya Ijab dan Kabul. 0
Pernikahan adalah akad atau mengikat antara seorang laki-laki dan perempuan
untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak dengan suka
rela dan kerelaan kedua belah pihak merupakan suatu kebahagiaan hidup
berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan membangun rumah tangga
dianut secara turun temurun dan berlaku sejak lama. Adat istiadat termasuk
aturan yang sifatnya ketat dan mengikat. Adat istiadat yang diakui dan ditaati
oleh masyarakat sejak berabadabad yang lalu dapat menjadi hukum yang tidak
b. Bangsawan adalah Bangsawan atau ningrat adalah kelas sosial tertinggi dalam
memiliki tanah dari penguasa dan harus bertugas untuknya, terutama dinas
militer.0
c. Suku Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal Sulawesi Selatan.
ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga
0
Depaertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995) h. 1011.
0
Tim Sosiologi,. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. (Jakarta: Yudhistira
2004), h. 85.
0
Depaertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995) h. 345.
11
ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah
d. Filsafat hukum islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan
memelihara hukum islam, sehingga sesuai dengan maksud dan tujuan Allah
seluruhnya.0
C. Rumusan Masalah
Pangkep?
0
Depaertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995) h. 367.
0
Ahsanuddin Jauhari, Filasafat Hukum Islam, (Bandung: PT. Liventurindo), h. 1.
12
D. Kajian Pustaka
nilai itu mampu dipahami secara arif dan bijaksana oleh generasi muda
0
Muh. Rusli, Reinterpretasi Adat Pernikahan Suku Bugis Sidrap Sulawesi Selatan, Karsa
Reinterpretasi Adat Pernikahan Suku Bugis Sidrap Sulawesi Selatan, Karsa, vol. 20 no. 2 (2012).
13
bahwa Mapacci adalah salah satu dari sekian banyak ritual dalam
dari hal-hal yang tidak baik. Prosesi ini biasa dilaksanakan pada saat
digunakan seperti lipa (sarung), kain kafan, gong. Semua benda adat
0
Kasmawati Kasmawati, Dkk, Bentuk dan Makna Ritual Mappacci pada Pernikahan
Bangsawan Bugis (Studi Kasus di Desa Benteng Gantarang Kabupaten Bulukumba), Jurnal
Onoma Pendidikan Bahasa dan Sastra, vol. 7 no. 2 (2021).
14
perempuan yang berada (orang kaya), atau punya pangkat dan jabatan
harus tinggi. Dengan demikian ketika uang panai yang diberi oleh calon
rendah yang diberi oleh seorang laki-laki, maka dinilai negatif atau
menjadi pembicaraan.0
0
Hadriani, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Adat Perkawinan Bugis Bangsawan Di
Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang, (Skripsi: UIN Alauddin Makassar).
0
Nurfadila, Simbolisasi Status Sosial Dalam Uang Panai Pada Masyarakat Bangsawan
Bugis Bone Ditinjau Dari Hukum Islam. (Studi Kasus di Kelurahan Bulu Tempe Kecamatan
Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone ). Skripsi skripsi, Iain Kendari. (2018).
15
1) Dalam buku yang berjudul “Filsafat Hukum Islam” yang di tulis oleh
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini antara lain:
Kabupaten Pangkep?
2. Kegunaan Penelitian
a. Manfaat teoritis
0
Ahsanuddin Jauhari, Filasafat Hukum Islam, (Bandung: PT. Liventurindo), h. 163.
16
bugis. Agar masyarakat dapat mengetahui fungsi dari pernikahan adat keturunan.
b. Manfaat Praktis
3. Menjadi bahan referensi jika suatu saat ada penulis yang meneliti masalah
yang sama.
TINJAUAN TEORETIS
antara laki-laki dengan perempuan yang membawa hubungan yang lebih luas. 0
Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan
tetapi juga orang tua kedua boleh pihak, saudara-saudaranya, bahkan dari keluarga
peristiwa yang sacral sehingga dalam pelaksanannya harus disertai dengan arwah
nenek moyang untuk dimintai doa restu agar keluarganya kelak menjadi keluarga
yang bahagia.
sebutan masyarakat adat. Pengertian hukum adat secara umum ialah hukum
kebiasaan masyarakat yang menjadi tingkah laku sehari-hari antara yang satu
dengan yang lain dan terdapat sanksi didalamnya berupa moral. Keberlakuan
hukum adat di Indonesia tidak diketahui secara pasti. Menurut Prof. Mr. c. van
bersumber pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda dahulu
0
Laksanto Utomo, Hukum Adat, (Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 89.
17
18
atau alat-alat kekuasaan lainnya yang menjadi sendinya dan diadakan sendiri oleh
yang pelaksanannya sesuai dengan adat kebiasaan disuatu tempat tertentu. Hukum
itu bersifat mengingat sesama masyarakat adat jika dilanggar maka sangsinya
berupa sangsi moral/malu ketika seseorang berprilaku tidak sesuai dengan hukum
untuk mewujudkan masyarakat yang aman, tentram dan sejehtera serta hidup yang
bahgia. Akan tetapi dalam pernikahan tidak semua yang menjadi harapan yang
tercapai dengan baik Perkawinan dalam arti perikatan adat ialah perkawinan yang
mempunyai akibat hukum terhadap hukum adat yang berlaku didalam masyarakat
yang bersangkutan.
Dalam hukum adat perkawinan itu bukan hanya merupakan peristiwa yang
penting bagi mereka yang masih bernyawa, tetapi perkawinan juga merupakan
peristiwa yang sangat berarti serta sepenuhnya mendapatkan perhatian dan diikuti
oleh arwah-arwah para leluhur kedua belah pihak mempelai. Perkawinan yang
ideal itu yaknni perkawinan yang terjadi karena dikendaki oleh kedua keluarga
pernikahan maka timbullah hak dan kewajiban orang tua atau anggota keluarga,
serta kerabat menurut hukum adat setempat yaitu dengan pelaksanaan upacara
adat dan selanjutnya dalam peran serta membina dan melihat kerukunan, keutuhan
0
Laksanto Utomo, Hukum Adat, (Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 3.
19
perkawinan.0
adanya pelamaran yang dilakukan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan,
dan keluarga yang ingin melangsungkan sebuah pernikahan harus megerti tentang
tata tertib adat dalam masyarakat. Bagi masyarakat hukum adat perkawinan
a. Pertunangan
tahap ini dilaksanakan pada awal pertemuan setelah terjadi kesepakatan antara
kedua belah pihak (keluarga mempelai pria dan keluarga mempelai wanita) untuk
mengadakan sebuah pernikahan dan mempunyai sifat yang mengikat. Ciri khas
dari pertunangan yaitu pemberian cincin yang dilakukan oleh calon mempelai
laki-laki kepada calon mempelai perempuan (cicin passio) sebagai tanda pengikat.
Pertunangan ini bertujuan untuk membatasi pergaulan antara kedua belah pihak
0
Laksanto Utomo, Hukum Adat, (Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 3.
20
b. Tanpa pertunangan
bahwa acara pertunangan itu tidak mesti harus ada, banyak orang yang
perlu.
yang berasal dari pihak ayah. Yang mana jika terjadi suatu masalah maka
pertanggung jawabannya ada pada pihak laki-laki. System kekeluargaan ini hanya
dianut oleh bangsa Eropa, Arab dan Suku Batak yang ada di Indonesia. Sifat
utama dari pernikahan system kekerabatan ini adalah dengan memberikan jujur
hubungan kekeluargaan antara sang istri dengan keluarganya dengan begitu sang
keturunannya berasal dari pihak Ibu. System kekerabatan ini hanya digunakan di
keluarga bersama begitu pula dengan anak-anak dan keturunannya. Dalam sifat ini
pihak perempuan, tetapi pemberian ini tidak mempunyai arti seperti jujur, yang
dulu dasarnya seperti jujur tetapi lebih banyak diartikan sebagai hadiah. 0 Menurut
hukum adat yang berlaku di Indonesia syarat dan rukun perkawinan sama dengan
yang ada pada hukum Islam, yakni adanya calon mempelai laki-laki dan calon
mempelai perempuan, wali, saksi dan adanya ijab qabul serata adanya mas kawin
atau mahar.0
umum maupun khusus. Seperti apa yang disinggung dalam pengertian bahwa
masyarakat yang aman, tentram dan sejahtera, secara khusus dengan berbagai
upacara tersebut akan mendukung lancarnya proses upacara baik jangka pendek
maupun panjang namun pada akhirnya mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mendapatkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera dan keluarga yang utuh.
0
Hardianti, “Adat Pernikahan Bugis Bone Desa Tuju-Tuju kecamatan Kajuara
Kabupaten Bone Dalam Perspektif Budaya Islam”, Skripsi (Makassar:Fak. Adab dab Humaniora
UIN Alauddin, 2015), h. 20.
0
Laksanto Utomo, Hukum Adat, (Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 92.
22
a. Sistem Endogami
dari suku keluarganya. Sistem ini jarang terjadi di Indonesia. Menurut van
Vollenhoven hanya ada satu daerah yang secara praktis mengenal system
Endogami ini, yaitu daerah Toraja. Sekarang didaerah inipun system Endogami
akan lenyap dengan Sendirinya kalau hubungan dearah itu dengan daerah lainnya
akan menjadi lebih mudah, erat dan meluas. Sebab sistem Endogami tersebut
didaerah ini hanya terdapat secara praktis saja, lagipula sebetulnya tidak sesuai
dengan sifat susunan kekeluargaan yang ada didaerah itu yaitu Parental.
b. Sistem Exogami
suku lain. Menikah dengan suku sendiri merupakan larangan namun demikian,
seiring berjalannya waktu dan berputarnya zaman lambat laun mengalami proses
hanya pada lingkungan kekeluargaan yang sangat kecil. Sistem ini juga dapat
dan Seram.
c. Sistem Eluetherogami
keturunan, seperti kawin dengan nenek, ibu, anak kandung, cucu juga dengan
saudara kandung, atau saudara ibu atau bapak. Atau larangan kawin dengan
periparan, seperti kawin dengan ibu tiri, menantu, mertua, anak tiri. Sistem ini
yang dimaksud adalah untuk Allah. Orang yang berserah diri kepada Allah
disebut "Muslim". Menurut Alquran, seorang Muslim adalah orang yang berdamai
dengan Allah dan orang lain. Damai dengan Tuhan berarti penyerahan total
Hukum Islam dalam istilah bahasa Indonesia sebagai terjemahan dari al-
fiqih al-Islamy. Dalam wacana sarjana hukum Barat, hal ini disebut sebagai
hukum Islam. Istilah “al-Islam” tidak muncul dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah,
tetapi digunakan kata “hukum Islam” dan istilah ini kemudian disebut sebagai
0
Laksanto Utomo, Hukum Adat, (Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 97.
0
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. 6.
24
a. Pengertian Perkawinan
tidak ada satu masalah pun yang belum terselesaikan dalam hidup. Tidak ada
petunjuk yang lebih besar daripada petunjuk Islam bagi umatnya. Dari sudut
pandang Islam, pernikahan dianggap suci, ikatan yang kuat antara seorang pria
dan seorang wanita. Islam banyak bicara tentang masalah pernikahan, mulai dari
diperlakukan saat resmi menjadi suami istri. Islam juga mengajarkan bagaimana
pernikahan yang berkah seperti pernikahan sederhana. Dalam skripsi ini, penulis
Terjemahnya:
ketentraman, penuh rasa cinta, dan kasih sayang antara suami dan istri sehingga
menghasilkan keturunan putra putri yang patuh dan taat. Menurut hukum islam
Yahya Zakariya Al- Anshari mendefinisikan nikah menurut istilah syara‟ ialah
yang berbeda namun memiliki makna yang sepaham. Perbedaan tersebut tidaklah
adanya kesepakatan.
Selain pendapat para ahli, Dalam pasal 1 Undang_undang Nomor 1 Tahun 1974
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga yang bahagia) dan kekal berdasarkan
seremonial yang sakral. Dalam islam, membina keluarga merupakan sesuatu yang
tatanan keluarga. Dalam naungan rumah tangga perjanjian suci atau jalinan ikatan
manusia dipersatukan atas dasar cinta dan kasih sayang. Kemudian akan lahir
anak yang akan dibesarkan atas dasar kerjasama dan kasih sayang, oleh karnanya
merupakan sunnatullah yang umum yang berlaku pada semua mahluk-Nya, baik
itu manusia, hewan, maupun tumbuhan. Cara ini dipilih Allah SWT sebagai jalan
Menurut sejarah ilmu alam segala sesuatu kebanyak terdiri dari dua
pasangan misalnya listrik ada positif, da nada juga negatifnya seperti halnya
0
Rosnidar Sembiring, Hukum Keluarg, a (Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 42.
0
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. 6.
27
Oleh karena itu, jika sesorang ingin melakukan suatu pernikahan dengan
dilakukan antar seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan menciptakan
Islam telah memberikan konsep yang jelas dan lengkap tentang cara
a) Peminangan (Khithbah)
antara seorang pria dengan seorang wanita, atau seorang laki-laki yang meminta
kepada seorang perempuan untuk menjadi istrinya dengan cara-cara umum yang
Meminang pinangan orang lain diharamkan oleh Allah SWT kecuali orang
lain yang meminang wanita itu yang telah memutuskan atau meninggalkannya.
tua atau Wali, ketika datang seorang laki-laki muslim yang ingin meminang anak
Dan apabila seorang laki-laaki muslim yang telah melihat wanita pinangannya
meminangnya dan mereka berdua telah bertekad untuk menikah maka mereka
b) Aqad Nikah
Aqad nikah ialah rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan qabul yang
diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya yang dikasksikan oleh dua saksi. 0
Pengertian lain dari akad adalaha gabungan Ijab salah satu dari dua pembicara
serta penerimaan yang lain. Seperti ucapan seorang laki-laki:” Akuh nikahkan
engkau dengan putriku” adalah Ijab. Sedangkan yang lain berkata: “ Aku terima “
adalah Qabul.0
Dalam agama Islam akad nikah memiliki beberapa syarat, rukun dan
kewajiban yang harus dipenuhi yakni rasa suka antara kedua calon mempelai, izin
c) Walimah Urs
0
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h.
69.
0
Abdul Aziz Muhammad Azzan dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat,
(Jakarta: Amzah, 2011), h. 60.
29
mungkin, selain untuk menjalankan syariat agama walimah urs juga dijadikan
tanda rasa syukur serta wujud kebahagiaan atas telah terlaksanya akad.
Setelah Aqad nikah, pengantin pria yang ingin menemui istinya untuk
dengan penuh kemesraan.0 Syarat dan Rukun Nikah Syarat adalah sesuatu yang
mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaa (ibadah), tetapi
sesuatu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti menutup aurat
untuk sholat atau menurut islam calon pengantin lakilaki/perempuan itu harus
beragama islam.0 Sedangkan sah yaitu suatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhu
adanya segala hak dan kewajiban suami istri. Secara garis besar syarat-syarat
a. Syarat suami
0
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. 131.
0
Hardianti, “Adat Pernikahan Bugis Bone Desa Tuju-Tuju kecamatan Kajuara Kabupaten
Bone Dalam Perspektif Budaya Islam”, Skripsi (Makassar:Fak. Adab dab Humaniora UIN
Alauddin, 2015), h. 20.
0
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. 12.
30
b. Syarat istri
1. Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami,bukan mahram dan tidak
c. Syarat wali
1. Laki-laki;
2. Baligh;
3. Waras akalnya;
4. Tidak dipaksa;
5. Adil; dan
d. Syarat saksi
1. Laki-laki;
2. Baligh;
3. Waras akalnya;
4. Adil;
perkawinan itu harus disaksikan oleh dua orang saksi. Saksi harus hadir dalam
pada waktu dan tempat akad nikah tersebut dilangsungkan. 0 Rukun yaitu sesuatu
yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan
sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka
untuk wudhu dan takbiratul ihram untu sholat atau adanya calon pengantin laki-
Menurut Imam Syafi‟I beliau berkata bahwa rukun nikah itu lima macam
yakni harus ada calon pengantin laki-laki, calon pengantin perempuan, wali, dua
orang saksi dan sighat atau akad nikah. Kemudian menurut Ulama Hanafiyah,
rukun nikah itu hanya ijab dan qabul (akad yang dilakukan oleh pihak wali
dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan
menikahkannya
c) Adanya dua orang saksi. Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua
0
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h.
75.
32
d) Sighat akad nikah, yaitu ijab qabul yang diucapkan oleh wali atau
wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon penganti laki-laki.
halnya dengan Imam Malik ia mengatakan bahwa rukun nikah itu ada
lima yakni
b. Mahar (maskawin)
Imam Syafi’I juga mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima yakni :
naluri manusia yang asasi. Dalam pandangan Islam pernikahan merupakan ibadah
dan ketaatan, dengan seorang mukmin meraih pahala dan balasan tentu dengan
dirinya dari ha-hal diharamkan dalam Agama Islam. Dalam segi agama syarat sah
0
Thahir Maloko, Dinamika Hukum Dalam Perkawinan ( Alauddin: University Pers,
2012), h. 22-23
33
perkawinan sangat penting terutama menentukan sejak kapan pasangan pria dan
wanita itu dihalalkan. kita bisa melihat pada masa sekarang atau bisa dikatakan
berhubungan tanpa adanya ikatan yang sah atau dalam artian yang dikenal
antara laki-laki dengan perempuan yang bukan mahramnya supaya tidak terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan dengan kata lain Zina. Zina adalah perbuatan dosa
besar yang bukan saja menjadi urusan pribadi dengan Sang Pencipta akan tetapi
Terjemahnya:
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.0
dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan martabat manusia yang
efektif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi
0
Kementerian Agama Repoblik Indonesia, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemahan
(Bandung: CV Mikrah Khazanah Ilmu 2011), h. 144.
34
sebagian besar para Fuqaha ( para sarjana Islam) adalah mubah atau ibaha (halal
atau kebolehan), hal ini didasarkan pada garis hukumnya . asal hukum melakukan
sebab-sebab („illahnya) kuasanya dapat berali menjadi wajib, sunnah, haram, dan
makruh.
perbuatan zina
penyaluran kebutuhan biologis antar jenis, dan hak serta kewajiban yang
dilakukan oleh manusia, bahkan hewan dan tumbuhan pun bias melakukan
perkawinan, karena sejatinya memang kita diciptakan oleh sang pencipta untuk
saling berpasangan. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Q.S Ar-Rum ayat 21.
Terjemahnya :
0
Thahir Maloko, Dinamika Hukum Dalam Perkawinan (Alauddin: University Pers,2012),
h. 19-21.
0
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. 8.
0
Kementerian Agama Repoblik Indonesia, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemahan
(Bandung: CV Mikrah Khazanah Ilmu 2011), h. 204.
36
Makna surah diatas yakni setiap manusia itu diciptakan dengan memiliki
pasangan mereka tidak diciptakan untuk sendirian, hal ini menunjukan bahwa
kehidupan bersama pasangannya kelak. Selain itu disebutkan juga bahwa jika
seorang manusia memiliki hati yang terbuka, maka ia akan melihat pernikahan
a. Tujuan Perkawinan
Dalam Agama Islam kita diajarkan dan dianjurkan untuk menikah. Karena
pasangan laki-laki dengan perempuan, jantan dengan betina, dan begitu pula
yang kuat bagi kelangsungan hidup manusia kerena adanya beberapa nilai yang
tinggi dan memiliki beberapa tujuan yang baik bagi manusia, mahluk yang paling
pula dengan perkawinan. Tanpa adanya kesatuan tujuan dalam keluarga, dan
tanpa adanya kesadaran tujuan itu harus dicapai bersama-sama untuk membentuk
yang saling mengerti sama satu sama lain, tidak terjadi cekcok dan pertangakaran
jawab menerima hak dan kewajiban dengan cara mndirikan rumah tangga yang
harmonis.0
b. Hikma Perkawinan
akan mempengaruhi baik bagi pelakunya sendiri, masyarakat, dan seluruh ummat
2. Menikah ialah jalan yang terbaik untuk membentuk anak yang mulia,
suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbu sifat yang ramah,
seseorang
0
Thahir Maloko, Dinamika Hukum Dalam Perkawinan, (Alauddin: University Pers,2012),
h.
0
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. 19-20.
38
menetapkan bahwa untuk membangun rumah tangga yang damai dan teratur itu
haruslah dengan perkawinan dan akad nikah yang sah. Itulah sebabnya mengapa
kita dianjurkan untuk menikah karena mempunyai pengaruh yang baik bagi
pelakunya.0
0
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h.
31.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
dilapangan atau lokasi tempat yang dijadikan objek dalam penelitian. Dalam
yang terjadi atau suatu peristiwa yang terjadi didalam suatu lingkungan alam atau
kondisi alami dari objek penelitian, berdasarkan kondisi alami tersebut, macam-
macam fenomena yang akan diamati. Kemudian fenomena itu di ekspoitasi dan di
perdalam dengan tetap mengacu pada waktu, pelaku, objek dan rentetan kejadian.
analisis dokumen.
0
Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Posdaya, 2002), h. 3.
41
2. Lokasi Penelitian
meliputi tempat, pelaku dan kegiatan. 0 Olehnya itu, peneliti akan mengamati
B. Pendekatan Penelitian
memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli pada tataran
kelompok sosial. Kegiatan ini dilakukan secara terlibat dengan subjek yang di
0
S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsinto, 1996), h. 43.
0
Tjipto Subadi, Metode Penelitian Kualitatif (Muhammadiyah University Pres, 2006), h.
33-35.
0
Fokky Fuad Wasitaatmadja, Etnografi Budaya Hukum Masyarakat Cina Jelatan (Prenata
Media, 2020), h. 2.
42
penelitian terhadap suatu fenomena yang tidak bisa dengan mudah di ukur dengan
yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat
atau efek yang terjadi. Fenomena di sajikan dan penelitian diuraikan dengan jelas
C. Sumber Data
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan. Penelitian yang
di lakukan ini menggunakan 2 sumber data yaitu sumber data primer dan umber
data sekunder.0
1. Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini merupakan data yang di peroleh
untuk mendapatkan data yang akurat, agar teliti dalam melakukan pengolaan data
dan tidak mengalami kesulitan. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini
0
M. Arif Khoiruddin, Pendekatan Sosiologi Dalam Study Islam, Tribakti : Jurnal
Pemikiran Keislaman, 25. no 2 (2014), h. 350–352.
0
Djam’an Satori Aan Kamariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (cet. I: Bandung:
Alfabeta, 2008).
43
bangsawan, dengan beberapa faktor seperti faktor adat, budaya, dan nilai-nilai
lokal dalam keluarga tersebut sebagai informan kunci tokoh agama, tokoh
2. Data Sekunder
sekunder. Data sekunder adalah data yang sifatnya mendukung data primer yang
Data sekunder juga merupakan media perantara buku, catatan bukti serta arsip.
Dalam penelitian ini membutuhkan data dari berbagai literatur di antaranya buku,
jurnal, dan penelitian terdahulu yang relavan dengan objek yang akan di teliti
karena tujuan utama dari peneliti adalah untuk mendapatkan data. 0 Adapun
1. Obsevasi
0
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 74.
0
Endang Widi Winarni, Teori Dan Praktik Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif (Jakarta:
Bumi Aksara, 2021), h. 158.
44
Observasi dapat dilakukan dengan cara langsung, yaitu dengan mengamati praktik
2. Wawancara
wawacara dalam penelitian agar dapat memperoleh data dalam penelitian secara
Kabupaten Pangkep. Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka atau dengan
3. Dokumentasi
yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa,
atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian
Dokumen tersebut dapat berupa foto, video ataupun teks tertulis. 0 Selain observasi
0
irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995),
h. 70.
0
Eva Ellya Sibagariang dkk, Buku Saku Metode Penelitian (cet. I : Jakarta: CV. Trans
Info Media, 2010), h. 99-100.
0
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Penelitian Gabungan (Cet.
IV: Jakarta: Kencana, 2014), h. 391.
45
data dan informasi yang sudah ada. Peneliti perlu memakai metode dokumentasi
E. Instrumen Penelitian
1. Pedoman Observasi
maupun tertulis.
2. Pedoman Wawancara
tulis, daftar pertanyaan, surat tugas, surat izin, alat perekam dan daftar responden
3. Alat Dokumentasi
46
foto, video dan alat tulis maupun dokumen yang berkaitan dengan dengan
penelitian.
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu informan. Berdasarkan
hasil wawancara, observasi dan dokumntasi, maka teknik analisis data dimulai
dengan mengamati data yang tersedia. Tujuan pengamatan data tersebut adalah
untuk menggambarkan fakta hasil penelitian sehingga menjadi data yang mudah
dipahami dan diinterpresikan. Analasis data yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah analisis data kualitatif yang merupakan upaya lanjut dan berulang. Data
yang diperoleh dari lapangan diolah dengan makasud memberikan informasi yang
1. Reduksi Data
disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif dalam laporan penelitian.
0
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori Dan Praktik (Bumi Aksara, 2022),
h. 209.
0
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Penelitian Gabungan,
( Cet. IV: Jakarta: Kencana, 2014), h. 408.
47
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
2. Penyajian Data
penelitian kualitatif, penyajian data bisa di gunakan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategoria dan sejenisnya. Oleh karena itu, pada penelitian
Dalam penyajian data merupakan tahap kedua dari analisis data yang
dilakukan setelah reduksi data. Pemyajian data dilakukan dengan menyusun data-
data yang diperoleh lalu di sajikan agar memudahkan peneliti dalam memahami
apa yang terjadi terkait permasalahan yang sedang di teliti, selanjutnya akan
merupakan pengetahuan baru yang belum pernah ada. Verifikasi data yaitu
peneliti membuktikan kebenaran data yang dapat di ukur melalui informan yang
proses penting dalam penelitian. Hal ini membantu peneliti untuk memastikan
48
bahwa hasil penelitian yang di peroleh akurat, relevan, dan dapat di percaya,
pemahaman terhadap praktik pengalihan sunrang suami istri kepada anak pertama.
ulang dengan tujuan mengetahui keabsahan data hasil dari penelitian tersebut.
pengumpulan data dan berbagai sumber data yang telah ada. Bila peneliti
menjadi lebih valid dan akurat sehingga dapat di andalkan dalam mengambil
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
JURNAL
Maria, Shintia Kapojos dan Wijaya, Hengki. Mengenal Budaya Suku Bugis,
Jurnal Lembaga STAKN Kupang, Vol. 6, No. 2, (November 2018).
Muri, A. Yusuf. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Penelitian
Gabungan. Cet. IV: Jakarta: Kencana, 2014.
Nasution, S. Metode Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsinto, 1996.
Nurfadila, Simbolisasi Status Sosial Dalam Uang Panai Pada Masyarakat
Bangsawan Bugis Bone Ditinjau Dari Hukum Islam. (Studi Kasus di
Kelurahan Bulu Tempe Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten
Bone ). Skripsi skripsi, Iain Kendari. (2018).
Rahman, Abdul Ghozali, Fiqih Munakahat. Jakarta: Kencana, 2003.
Rusli, Muh. Reinterpretasi Adat Pernikahan Suku Bugis Sidrap Sulawesi Selatan,
Karsa Reinterpretasi Adat Pernikahan Suku Bugis Sidrap Sulawesi
Selatan, Karsa, vol. 20 no. 2 (2012).
Rusman, Samuin. “Adat Perkawinan Keluruhan Awainulu, Kecamatan
Pasarwajo, Kabupaten Buton Ditinjau Dari Hukum Islam”, Skripsi
(Makassar: Fak. Syariah dan Hukum UIN Alauddin, 2015).
Satori, Djam’an Satori Aan Kamariah. Metodologi Penelitian Kualitatif (cet. I:
Bandung: Alfabeta, 2008).
Sembiring, Rosnidar. Hukum Keluarg, a, Depok: Rajawali Pers, 2017.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1995.
Stefie. Antropology Suku Bugis. Jakarta: the London School of Public Relation,
2009.
Suardi, Ismail Wekke. Islam dan Adat :Tinjauan Akulturasi Budayadan Agama
Dalam Masyarakat Bugis, Jurnal Analisis, Vol. XIII. No. 1 (Juni 2013)
Subadi, Tjipto. Metode Penelitian Kualitatif. Muhammadiyah University Pres,
2006.
Tiena, Yulies Masriani. Pengantar Hukum Indonesia, Cet. 12. Jakarta: Sinar
Grafika, 2019.
Tihami dan Sahrani, Sohari. Fikih Munakahat. Depok: Rajawali Pers, 2018.
Tim Sosiologi,. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta:
Yudhistira 2004.
Utomo, Laksanto, Hukum Adat. Depok: Rajawali Pers, 2017.
Utomo, Laksanto. Hukum Adat. Cet. 2.Depok: Rajawali Pers, 2017.
Widi, Endang Widi Winarni, Teori Dan Praktik Penelitian Kualitatif Dan
Kuantitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2021).
Wiratna, Sujarweni. Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2014.
50
BAB I PENDAHULUAN
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
E. Instrumen Penelitian