Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH SINGKAT JAM’UL QUR’AN

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul qur’an
yang di ampu oleh Abdul Wahab, MHI

‫ع‬

Di susun oleh :

M.Irfan Sholeh S20171063


Amad Fauzan S20171053
Alfiyatul laeli S20171042

FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN AHWALUS SAHSIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. makalah ilmiah ini
telah kami susun dengan semaksimal mungkin.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan di
sana sini, baik dari susunan kalimat dan tata bahasanya. Oleh karena itu kritik dan sarannya sangat
kami perlukan disini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat menambah ilmu pengetahuan
kepada pembaca sekalian.
DAFTAR ISI

1. Cover………………………………………………………………….1
2. Kata Pengantar………………………………………….…………….2
3. Daftar isi…………………………………..…………….…………….3
4. BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar belakang……………………………………..……………..4
b. Rumusan masalah…………………………….…….…………….4
c. Tujuan…………………………………………………………….4
5. BAB 2 PEMBAHASAN……………………………….……………..5
a. Pengertian cadar ………………………………………………….5
6. DAFTAR PUSTAKA………………………………….……………..9
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat
oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu qur’an merupakan pedoman umat islam yang
berisi petunjuk dan tuntunan guna mengatur kehidupan di dunia dan dia akhirat. Al qur’an
diturunkan kepada Nabi tidaklah secara langsung, namun berangsur – angsur dalam masa yang
relatif agak panjang, yang dimulai sejak Nabi diangkat menjadi Rasul hingga berakhir ketika Nabi
menjelang wafatnya. Tidak heran jika al qur’an belum sempat dibukukan seperti adanya sekarang,
karena al qur’an pada masa itu belum diturunkan keseluruhannya.
Dan tentulah banyak fase pembukuan al qur’an hingga tersusun rapi seperti yang bisa kita
lihat hari ini. Serta itu tidaklah mudah dalam proses pembukuannya. Sebagai umat Muhammad
sudah sepatutnya kita untuk mempelajari, memperdalam, mengkaji, serta mengamalkan isi al
qur’an itu sendiri, melihat jerih payah para sahabat pada zamannya dulu. Mempelajari al qur’an
tidak cukup dengan belajar membaca, lebih luas lagi sebagai kaum terpelajar kita harus belajar
mengenai ilmu – ilmu al qur’annya. Seperti halnya belajar ulumul Qur’an, dan ilmu – ilmu al
qur’an lainnya. Dan ulumul qur’an merupakan bidang ilmu untuk mempelajari tentang ayat – ayat
Makki Madani, Nasih wal Mansuh, Asbabun Nuzul ( sebab – sebab diturunkannya Qur’an), serta
cara – cara memperlakukan al – qur’an. Sebagai mana yang tertuang dala kitab al qawaaid al
assyasyiyah

‫اعلم أنه البد معرفة مصطلح التفسير قبل قراءة التفسير ليكون االءنسان على بصيرة تا مة منه فيعرف المكي والمدني والناسخ‬
‫والمنسوخ وأسباب النزول ويترتب على ذ لك فهم معا نياآليات‬

Karena ulumul qur’an membahas tentang ilmu – ilmu untuk menafsirkan al qur’an, dan jika kita
mempelajarinya sedikit – sedikit kita bisa untuk menasfirkan al qur’an, walaupun perlu diketahui
bukan Cuma ulumul qur’an ilmu untuk menafsirkan al qur’an, tentu banyak ilmu – ilmu lainya.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul yang kami bahas dalam makalah ini yaitu tentang sejarah Al Qur’an
maka dirumuskan :

1. Apakah yang dimaksud Al Qur’an


2. Apa perbedaan antara Al Qur’an, hadis qudsi, dan hadis nabawi?
3. Apa saja nama – nama Al Qur’an?
4. Apa saja kandungan – kandungan yang terdapat dalam al qur’an ?

C. Maksud dan tujuan

Setelah pembuatan makalah ini kami berharap agar:

1. Sangat bermanfaat bagi sipembaca


2. Menambah wawasan si pembaca
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Devinisi al – Qur’an
Kata “Al qur’an “ secara bahasa adalah bentuk Masdar dari kata qara’ah, yang berati
“bacaan”. 1 Qara’ah mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, menghimpun
huruf – huruf dan kata – kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun
rapi. Pendapat ini berdasarkan firman Allah AWT. ‫“ فاءذاقراناه فاتبعقرانهه‬apabila kami telah
selesai membacanya maka ikutilah bacaannya”. ( Qs. Al qiyamah/75:18).

Qur’anah disini berati (bacaannya/ cara baca). Jadi kata itu adalah masdar menurut wazan
“fu’lan” dengan vokal “u” seperti “gufran” dan “syukran”. Kita dapat mengatakan
qara’tuhu, qira’atan wa qur’anan, dan semua itu artinya sama saja.2

Qur’an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada Muhammad
s.a.w., sehingga qur’an menjadi nam khas kitab itu, sebagai nama diri. Dan secara
gabungan kata itu dipakai untyk nma qur’an secara keseluruhan, begitu juga dengan
penamaan ayat- ayatnya. Maka jika kita mendengar orang membaca ayat qur’an, kita
boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca Qur’an.

Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa al-qur’an adalah isim ‘alam, bukan
kata bentukan, dan sejak awal kata ini digunakan sebagai nama bagi kitab suci umat
islam. Pendapat ini diriwayatkan dari Imam Syafi’i. Menurut Abu Syahbah, pendapat
yang paling banyak dianut oleh ulama’ adalah pendapat yang pertama,3yakni al-qur’qn
dari segi isytiqaq-nya adalah bentuk masdar dari kata qara’a. Sedangkan devinisi al-
qur’an secara istilah adalah:

‫هو كالم هللا المعجز المنل على خاتم األنبياء والمرسلين بواسطة األمين جبرريل عليه السالم المكتوب في المصاحف‬
‫المنقول الينا بااتواتر المتعبد بتالوته المبدوء بسورة الفاتحة المختتم بسورة الناسز‬

“firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang lafadz – lafadzanya
mengandung mu’jizat, membacanya bernilai ibadah, dituruynkan secara mutawatir, di
tulis pada mushaf dimulai denga surat al fatiha dan diakhiri dengan surat an-nas.”4

1
Al- Zarqani, Manabil Irfan fi Ulum al-qur’an, hal.14
2
Manna’ Khalil al-Qattan, studi ilmu-ilmu qura’an, hal. 16
3
Abu Syahbah, al-makdkhal li dirasat al-qur’an al-karim, hal. 19
4
Abdullah Dardum, S.TH.I, sejarah singkat kodifikasi al-qur’an, hal. 5
dengan demikian, qur’an ini dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang di turunkan
kepda Muhammad s.a.w., sehingga Qur’an menjadi nama khas kitab itu sendiri, begitu
juga untuk penamaan ayat – ayatnya. Maka jika kita mendengar orang yang lagi
membaca al qur’an, maka kita bolehmengatakan ia sedang membaca qur’an. Namun
selain dari nama al qur’an ini, tentunya masih banyak lagi nama – nama selainnya, yang
akan diterangkan di pembahasan selanjutnya.

B. Nama – Nama al – Qur’an dan Sifatnya.

Al qur’an yang merupakan kitab suci umat islam lebih dikenal daripada kitab –
kitab lainnya, baik oleh orang – orang non Islam terlebih oleh orang Islam sendiri. Itu
artinya bahwa al – qur’an adalah satu dari empat kitab Allah yang diturunkan ke bumi
yang paling sempurna serta sebagi mu’jizat bagi nabinya Muhammad s.a.w., Allah
menamakan Qur’an dengan beberapa nama di antaranya :

- Qur’an:

)9 : ‫ان هذا القران يهدى للتى هي أقوم (االسراء‬


“ Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus” (al – isra’ 9)

- Kitab :

)10 : ‫لقد أنزلنا اءليكم كتابا فيه ذ كركم (األنبياء‬


“telah kami turunkan kepada mu al kitab yang didalamnya terdapat sebab- sebab
kemuliyaan bagimu ( al anbiya’ ; 10 )

- Al furqan

) 1 : ‫تبارك الذىنزاللفرقان على عبده ليكون للعالمين نذير (االفرقان‬


“ mahasuci Allah yang telah menurunkan al -furqan kepada hamba-nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada semesta alam”

- zikr
) 9: ‫انا لنحن نزلنا الذكر وانا له لحا فظون( الحجر‬

“sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan az – zikr ( al – qur’an ), dan


sesungguhnya Kamilah yang benar – benar akan menjaganya” ( al – hijr : 9 )

- at tanzil

)192 : ‫واءنه لتنز يل رب العالمين ( الشعراء‬

“dan Qur’an ini Tanzil ( diturunkan ) dari Tuhan semesta alam “ ( asy -syuara’ : 192 )

Diantara beberapa nama lain dari Qur’an diatas, nama Qur’an dan Al – kitab lah
yang lebih pouler dari nama – nama yang lainnya. Dalam hal ini Dr. Muhammad
Abdullah Daraz berkata : “ ia dinamakan Qur’an karena ia “dibaca” dengan lisan, dan
dinamakan al – kitab karena ia “di tulis” dengan pena”.5 Dan nampaknya kedua
nama tersebut menunjukkan makna yang sesuai dengan kenyataannya.

C. Perbedaan Qur’an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi

Pertama – tama perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai definisi satu – persatunya,
sebelum beranjak membahas tentang perbedaan antara ketiganya. Yang pertama
adalah Qur’an, karena telah dikemukakan tentang pengertiannya pada pembahasan

5
diawal, maka disini kami akan mengemukakan definisi Hadis Kudsi dan Hadis Nabawi
sebagai berikut :

1. Hadis Kudsi
Secara Bahasa hadis bermakna jadid (baru), lawan kata dari qadim (lama).
Adapun pengertian hadis secara istilah menurut ahli hadis adalah :

‫ما أضيف إلى النبي من قول اوفعل او تقرير‬

“sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad, baik berupa perkataan,


perbuatan, atau ketetapan.”6

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang bersumber dari
Nabi baik berupa perkataan beliau, perbuatan beliau, ataupun ketetapan (takrir)
yang ditetapkan oleh Nabi itu disebut dengan Hadis.

Sedangkan yang dimaksud denga hadis kudsi adalah :

Kata qudsi (kudsi) dinisbatkan kepada kata quds. Nisbah ini menyiratkan rasa
hormat, karena kata itu sendiri menunjukkan kebersihan dan kesucian Allah. Taqdis
sama dengan tathir, dan taqaddasa sana dengan tatahhara (suci, bersih).
7Sebagaimana dengan firman Allah :

)30 : ‫ونحن نسبح بحمدك ونقدسلك (البقرة‬

“padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan diri
kami karena Engkau.” ( al-baqarah : 30)

Hadis kudsi ialah hadis yang disandarkan oleh Nabi s.a.w. kepada Allah.
Maksudnya Nabi meriwayatkannya bahwa itu adalah kalam Allah selain qur’an yang
diturunkan kepadanya. Maka disini Nabi menjadi perawi kalam Allah ini dengan lafal
dari Nabi sendiri. Misalkan :

“ rasulullah mengatakan mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya”. Atau


lebih sederhananya “ Rasulullah berkata : Allah Ta’ala berfirman.”

Contoh :

‫ يد هللا مألى‬: ‫عن أبي هريرة ر ضي هللا عنه عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فيما يرويه عن ر به عز وجل‬
)‫ال يغيضها نفقة سحا ء اليل و النهار ( أ خر جه البخا رى‬

6
Abdullah Dardum, S.TH.I, Ikhtishar ULUM AL-HADIS. Hal 7
7
Manna’ Khalil al-Qattan, studi ilmu-ilmu qura’an, hal 24
“ dari abu Huraira r.a., dari Rasulullah s.a.w mengenai apa yang diriwayatkan dari
Tuhannya azza wa jalla Tangan Allah itu penuh, tidak dikurangi oleh nafakah, baik di
waktu malam ataupun siang hari” Hadis Bukhori.8

2. Hadis Nabawi

Hadis ialah setiap kata – kata yang diucapkan dan dinukil serta disampaikan oleh
manusia baik kata – kata itu diperoleh melalui pendengarannya atau wahyu, baik
dalam keadaan terjaga ataupun dalam keadaan tertidur. Dalam pengertian ini,
qur’an juga dinamai hadis.

“ hadis ( kata – kata) siapakah yang lebih benar selain daripada Allah?” ( an nisa’ :
87)

Begitu juga dengan apa yang terjadi pada manusia di waktu tidurnya juga dinamakan
hadis.

“ dan Engkau telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil dari hadis – hadis
(maksudnya mimpi)” (Yusuf : 101).

Sedang hadis menurut istilah pengertian ahli hadis ialah apa saja yang
disandarkan kepada Nabi s.a.w baik berupa perkataan, perbuatan, dan takrir atau
sifat.

“ sesungguhnya sahny amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang bergantung
pada sifatnya “

Yang berupa perbuatan ialah ajarannya kepada sahabat mengenai bagaimana


cara mengerjakan sholat.

“ salatlah seperti kamu melihat aku sholat”.9

Sedang yang berupa persetujuan ialah seperti ia menyetujui suatu perkara yang
dilakukan salah seorang sahabatnya, baik berupa perkataan ataupun perbuatan, baik
yang dilakukan di hadapan beliau ataupun tidak, namun beritanya sampai
kepadanya. Misalnya mengenai makanan biawak yang dihidangkan kepadanya.

Maka dapat disimpulkan mengenai perbedaan Qur’an dengan hadis kudsi


sebagai berikut :

8
Ibid, 25
9
Ibid, 22 - 23
- Al – Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi dengan lafalnya, dan
dengan itu pula orang arab di tantang untuk membuat qur’an serupa, serta Qur’an
adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiama. Sedang hadis kudsi tidak untuk
menentang dan tidak pula untuk mukjizat.
- Seluruh isi Qur’an dinukil secara mutawatir, sehinnga kepastiannya sudah mutlak.
Sedang hadis kudsi kebanyakan adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih
merupakan dugaan. Adakalanya hadis kudsi itu shahih, terkadang hasan (baik) dan
terkadang pula ada yang da’if ( lemah ).
- Membaca Qur’an merupakan ibadah, dan pernyataan ini terdapat dalam hadis :
“ barang siapa membaca satu huruf dari Qur’an, dia akan memperoleh kebaiakan.
Dan kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak
mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Tapi alif satu huruf,lam satu huruf, dan
mim satu huruf .”10

Perbedaan Hadis Kudsi dengan Hadis Nabawi

Tauqifi. Yang bersifat taufiki, yaitu yang kandungannya diterima oleh Rasulullah
dari wahyu, lalu ia menjelaskan kandungannya dinisbatkan kepada Allah, tetapi dari
segi pembicaraan lebih layak dinisbatkan kepada Rasulullah, sebab kata – kata itu
dinisbatkan kepada yang mengatakannya, meskipun di dalamnya terdapat makna
yang diterima dari pihak lain.
Taufiqi. Yang bersifat tauqifi, yaitu yang disimpulkan oleh Rasulullah menurut
pehamahannya terhadap Qur’an, karena ia mempunyai tugas menjelaskan Qur’an
atau menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad ini diperkuat oleh wahyu
bila ia benar. Dan bila terdapat kesalahan di dalamnya, maka turunlah wahyu yang
membetulkannya.
Dari sini jelaslah bahwa hadis nabawi dengan kedua bagiannya yang taufiqi dan
tauqifi dengan ijtihad yang diakui oleh wahyu.
Hadis kudsi itu maknanya dari Allah, ia disampaikan kepada Rasulullah melalui
salah satu cara penurunan wahyu, sedang lafalnya dari Allah Ta’ala adalah nisbah
mengenai isinya, bukan nisbah mengenai lafalnya. Sebab seandainya hadis kudsi itu
lafalnya dari Allah, maka tidak ada lagi perbedaan antara hadis kudsi dengan Qur’an,
dan tentu pula membacanya pun dianggap ibadah.11

Kandungan – Kandungan Al – Qur’an.

10
Ibid, 26 - 27
11
Ibid, 28
Dalam hal ini akan dijelaskan mengenai apa – apa yang terkandung di dalam al
qur’an :

- 1. Akidah. Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak
Akidah (‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan. Orang
yang berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara terminologi
didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati,
dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan. Akidah
Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan
hadis. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai
dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan
harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya
sehari-hari
Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha
Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini
ke-Maha Esa-an Allah Swt. berarti ia kagir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain
Allah Swt. dinamakan musyrik. Dalam akidah Islam, di samping kewajiban untuk
meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman
yang lain. Tidak dibenarkan apabila seseorang yang mengaku berakidah/beriman
apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman saja.
Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah Swt., iman kepada
malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah Swt., iman kepada Rasul-Rasul
Allah Swt., iman kepada hari akhir, dan iman kepada Qadla’ dan Qadar

- 2. Ibadah dan Muamalah. Ibadah yang artinya mengabdi atau menyembah. Yang
dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt.
dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan
ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah Swt.,
sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdah dan ghairu
mahdah. Ibadah mahdah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan,
seperti: shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdah artinya ibadah
yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk
mencari ridha Allah Swt.

- 3. Akhlak. Akhlak ditinjau dari segi etimologi yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat,
atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari. Dalam
konsep bahasa Indonesia, akhlak semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak
merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah saw.
menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya beliau adalah untuk
memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia. Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah
saw. bersabda: “Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
baik." (HR. Ahmad) dan tentang masalah akhlak ini Nabi pernah berkata : Dari Abu
Darda’ r.a, bahwa Rasulullah bersabda, “ tidak ada suatu amal perbuatan pun dalam
timbangan yang lebih berat dari pada akhlak yang baik” ( HR. Abu Daud dan Tirmidzi)12

- 4. Hukum. Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan
ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah untuk
memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman,
tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak. .
Sebagai sumber hukum ajaran Islam, al-Qur’an banyak memberikan ketentuan-
ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik secara
global (mujmal) maupun terperinci (tafsil)

- 5. Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu. Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam
banyak menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau
kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi
dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut kemudian
dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar
senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah Swt. Karena telah kita ketahui
Bersama bahwasahnya sebagian besar isi Qur’an adalah berisi tentang kisah – kisah
umat terdahulu.
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai
akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang
sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman.” (QS. Yusuf : 111)

- ) 6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi. Al-Qur’an adalah kitab suci
ilmiah. Banyak ayat yang memberikan isyaratisyarat ilmu pengetahuan (sains) dan
teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna
kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Allah Swt. yang Maha memberi ilmu
telah mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup dan memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan baik. -Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu diisyaratkan pada saat ayat al-Qur’an untuk
pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5 ‫ا ْق َرأْ بِاس ِْم‬
‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫علَّ َم‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ‫ الَّذِي‬. ‫ ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْال َ ْك َر ُم‬. ‫ق‬
َ . ‫علَّ َم ِب ْالقَلَ ِم‬ ٍ َ‫عل‬ ِ ْ َ‫ َخلَق‬. َ‫" َر ِبكَ الَّذِي َخلَق‬Bacalah dengan
َ ‫اْل ْن‬
َ ‫سانَ مِ ْن‬
(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, . Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,. Yang mengajar
(manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS.
al-‘Alaq : 1-5). Terdapat banyak kisah frofesor – frofesor kenamaan beralih agama
menuju agama islam karena menemukan penelitian yang hasilnya sudah sejak ribuan
tahun lalu ada dan itu tercantum di dalam Al Qur’an itu sendiri.13

Sehingga pantas saja jika seorang ulama’ serta budayawan seperti Emha Ainun Najib
berkata mengenai semua ayat al qur’an merupakan ayat penelitian.

12
Al Hafid Ibn Hajar Al- Asqallani, bulughul maram, hal. 179
13
Disalin dari : http://www.bacaanmadani.com/2017/10/6-isi-pokok-kandungan-al-quran.html
Terima kasih sudah berkunjung.
Contoh sederhana adalah lafadz ‫هللا اكبر‬
Kalau kita melihat pemandangan bagus atau sesuatu yang kita anngap indah
dipandang, maka secara spontan kita akan melafalkannya. Dan kata itu muncul
ketika mata kita melihat (dalam hal ini kita telah melakukan penelitian melalui apa
yang telah kita lihat) kemudian lafal tersebut muncul.

DAFTAR ISI
Manna’ Khalil al – Qattan, studi ilmu – ilmu Qur’an, Surabaya : PT. Pustaka Literasi AntarNusa
2013

Abdullah Dardum, S.TH.I, Ikhitisar Ulum Al – Hadis, MA “Unggulan” Nurul Islam.

Abdullah Dardum, S.TH.I, Sejarah Singkat kodifikasi al – qur’an perkembangan tafsir dan
qira’at, MA “Unggulan” Nurul Islam.

Ibn Hajar Al Asqallani, Terjemah Bulughul Maram, Jakarta : Pustaka Amani 2000.

Disalin dari : http://www.bacaanmadani.com/2017/10/6-isi-pokok-kandungan-al-quran.html


Terima kasih sudah berkunjung.

Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani, al qawaaid al asyasyiah, As Shofah.

Anda mungkin juga menyukai