TENTANG
DOSEN PEMBIBING
Fadlurrahman, S, Pd.I., M. Pd.
Disusu Oleh :
Amir Abdul Aziz_(1900031305)_(PAI)_(G)
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat
fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
dengan judul “Pokok-Pokok Ulumul Qur’an”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada bapak dosen Al-Qur’an dan
hadist kami mengucapkan terima kasih Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................................................1
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Betapa pun awamnya seorang muslim/muslimat, niscaya is tahu dan memang memang harus
tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama yang dianutnya (Islam) ialah al-Qur’an al-
Karim. Baru kemudian didikuti dengan al-Hadsits/al-Sunnah sebagai sumber penting kedua agama
Islam. Beberapa hari menjelang wafatnya, Nabi Muhammad SAW berwasiat kepada umatnya
supaya berpegang teguh dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut (al-Qur’an dan al-Sunnah).
Mempelajari buku-buku keagamaan yang lain semisal kalam, fiqih, dan khususnya hadits juga
penting, tetapi betapa pun banyaknya buku-buku keagamaan dan keislaman yang tumbuh dan
berkembang dewasa ini, semangat untuk mempelajari ilmu-ilmu al-Qur’an janganlah diabaikan.
Inilah beberapa pokok pikiran yang menjadi dasar utama bagi penulis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Ulumul quran?
2. Bagaimana ruang lingkup dan objek ulumul quran?
3. Bagaimana Pokok-pokok Ulumul Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk memenuhi tugas
dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa pada umumnya mampu
memahami Ulumul quran dan perkembangannya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
al-‘Alaq yang merupakan perintah kepada umat manusia untuk membaca (iqra), penamaannya
termasuk katagori ‘tasmiyah al-maful bil mashdar’ (penamaan isim maful dengan mashdar).
Penamaan ini merujuk pada QS al-Qiyamah (75) ayat 17-18:
Artinya 17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. 18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu..[2]
Dari segi terminologinya al-Qur’an di definisikan para pakar ushul fiqih, fiqih dan bahasa
Arab adalah sebagai ‘Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang lapazh-
lafazhnya mengandung mukjijat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara
mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat al-Fatihah (1) sampai akhir surat
anNas (114)
Definisi al-Quran yang dikemukakan para ulama yang maknanya mampu membedakan
dengan definisi yang lain adalah:
القرآن هو كالم هللا المنزل على محمد عليه السالم المتعبد بتالوته
Artinya: Quran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhamad saw. Yang
pembacanya merupakan suatu ibadah`.
Untuk mendapatkan penjelasan Arti Quran secara istilah (etimologi), maka dikemukakan
pengertian-pengertian sebagai berikut:[3]
Definisi `kalam` (ucapan) merupakan kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan
dengan menghubungkannya dengan Allah ( kalamullah ) berarti tidak semua masuk dalam
kalam manusia, jin dan malaikat.
Batasan dengan kata-kata (almunazzal) `yang diturunkan` maka tidak termasuk kalam Allah
yang sudah khusus menjadi milik-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah: Artinya
: Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu `.(al-Kahfi: 109).
Batasan dengan definisi hanya `kepada Muhammad saw` tidak termasuk yang diturunkan
kepada nabi-nabi sebelumnya seperti taurat, injil dan yang lain.
Sedangkan batasan (al-muta'abbad bi tilawatihi) `yang pembacanya merupakan suatu ibadah`
mengecualikan hadis ahad dan hadis-hadis qudsi .
6
Al-Qur’an sebagai Kalamullah meliputi pengertian kalam Nafsi dan kalam Lafzhi. Kalam
Nafsi adalah kalam dalam pengertian abstrak, ada pada Zat (Diri) Allah,
bersifat qadim dan azali tidak berubah oleh adanya perubahan ruang, waktu dan tempat, dengan
demikian Kalamullah bukanlah makhluk. Sedangkan kalam Lafzhi dalam pengertian yang
sebenarnya (hakikat), dapat ditilis, dibaca dan disuarakan oleh makhluqNya, yakni berupa al-
Qur’an yang biasa dibaca sehari-hari oleh kaum muslimin, dengan demikian kalam Lafzhi
bersifat hadits (baru) dan termasuk makhluk.
Al-Qur’an merupakan formulasi kalam Nafsi Allah ke dalam kalam Lafzhi dan
menempatkannya di Lauh Mahfuzh, sebagaimana firman Allah yang tertuang dalam QS al-Buruj
(85) ayat 21-22. Artinya : 21. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, 22.
Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
Setelah itu Allah mewahyukan kepada Malaikat Jibril untuk diturunkan ke Langit Dunia
(Baitul Izzah) dengan penurunan yang sekaligus, setelah itu Jibril menurunkannya kepada Nabi
Muhammad SAW. secara berangsur-angsur.
Al-Qur’an diturunkan sebagai mukjizat dengan karena kejadiannya luar biasa, redaksinya
indah dan akurat, banyak memberitakan hal ghaib dan memiliki isyarat keilmuan (ilmiah).
c. Arti Ulumul Qur’an
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham dan
menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam yang
disusun secara ilmiah.
Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang al-Qur’an, ilmu dengan
pengertian pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran, adapun definisi al-Qur’an
secara terminologi menurut Abu Syahbah, adalah : ‘Sebuah ilmu yang memiliki banyak objek
pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an, mulai proses penurunan, urutan penulisan,
penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, nasikh-mansukh, muhkam-
mutayabih, sampai pembahasan-pembahasan lain’.[4]
Jadi, yang dimaksud dengan u`lumul-Qu`ran ialah ilmu yang membahas masalah-masalah
yang berhubungan dengan Al-Quran dari segi asbaabu nuzuul."sebab-sebab turunnya al-Qur`an",
pengumpulan dan penertiban Qur`an, pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah, An-
Nasikh wal mansukh, Al-Muhkam wal Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan Qur`an.
7
Terkadang ilmu ini dinamakan juga ushuulu tafsir (dasar-dasar tafsir) karena yang dibahas
berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang Mufassir sebagai sandaran
dalam menafsirkan Qur`an.1
1
Dr. Acep Hermawan Wahyu, M.Ag, Ulumul Qur’an (Bandung : Rosdakarya, 2016) hlm. 2.
8
(d) Munasabah al-Qur’an,
(e) qushah al-Qur’an,
(f) jadal al-Qur’an,
(g) aqsam al-Qur’an,
(h) amtsal al-Qur’an,
(i) nasikh dan mansukh,
(j) muhkam dan mutasyabih,
(k) al-qiraat, dan sebagainya.
Komponen kedua (Kaida-kaidah tafsir) mencakup :
(a) ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menafsirkan al-Qur’an,
(b) sistematika yang hendaknya ditempuh dalam menguraikan penafsiran, dan
(c) patokan-patokan khusus yang membantu pemahaman ayat-ayat al-Qur’an,baik dari ilmu-
ilmu bantu, seperti bahasa dan ushul fiqhi, maupun yang ditarik langsung dari penggunaan al-
Qur,an. Sebagai contoh, dapat dikemukakan kaidah-kaidah berikut :
(a) kaidah ism dan fi’il,
(b) kaidah ta’rif dan tankir,
(c) kaidah istifham dan macam-macamnya,
(d) ma’aniy al-huruf seperti : asa; la’alla, in, iza; dan lain-lain,
(e) kaidah su’al dan jawab,
(f) kaidah pengulangan,
(g) kaidah perintah sesudah larangan,
(h) kaidah penyebutan nama dalam kishah,
(j) kaidah penggunaan kata dan uslub al-Qur’an, dan lain-lain.[6]
Komponen ketiga (metode-metode tafsir) mencakup metode-metode tafsir yang
dikemukakan oleh ulama mutaqaddim dengan ketiga coraknya : al-ra’yu, al-ma’tsur, al-isyariy,
disertai penjelasan tentang syarat-syarat diterimanya suatu penafsiran serta metode
pengembangannya, dan juga mencakup juga metode mutaakhir dengan keempat macamnya
: tahliliy, ijmaliy, muqarran, maudhu’iy.
Komponen keempat (kitab tafsir dan para mufassir) mencakup pembahasan tentang kitab-
kitab tafsir baik yang lama maupun yang baru, yang berbahasa arab, inggris, atau indonesia,
9
dengan mempelajari biografi, latar belakang dan kecenderungan pengarangnya, metode dan
prinsip-prinsip yang digunakan, serta keistimewaan dan kelemahannya.
Dari uraian diatas menggambarkan bahwa “ulumul al-Qur”an mencakup bahasan yang
sangat luas, antara lain ilmu nuzul al-Qur’an, asbab al-nuzul, qiraat, ilmu an-nasikh wa al-
mansukh dan ilmu fawatih as-suwar serta masih banyak yang lainnya. Karena begitu luasnya
cakupan kajian ‘Ulumul Qur’an, maka para ulama harus mengakhiri definisi yang mereka buat
dengan ungkapan “dan lain-lain”. Ungkapan ini menunjukkan, kajian ulumul quran tidak hanya
hal-hal yang disebutkan dalam definisi itu saja, tetapi banyak hal yang secara keseluruhan tidak
mungkin disebutkan dalam definisi. Ibnu Arabi (w 544 H), seperti yang dikutip oleh Az-Zarkasyi,
menyebutkan, Ulumul Qur’an mencakup 77.450 ilmu sesuai dengan bilangan kata-katanya. Hal
itu sesuai dengan pendapat sebagian kaum salaf, yang melihat bahwa setiap kata dalam Al-Quran
mempunyai makna lahir dan bathin, selain itu terdapat pula hubungan-hubungan dan susunan-
susunannya. Maka dengan demikian, ilmu ini tidak terkira banyaknya dan Allah sajalah yang
mengetahuinya secara pasti.[7]
Sedang pemilihan kitab atau pengarang disesuaikan dengan berbagai corak atau aliran
tafsir yang selama ini dikenal, seperti corak : Fiqhi, sufi; ‘ilmi, bayan, falsafi, adabi, ijtima’iy, dan
lain-lain.” Objek Ulumul-Qur’an Objek ulumul-Qur’an adalah al-Qur’an itu sendiri dari seluruh
segi-segi kitab tersebut yang meliputi persoalan turunnya, sanad, qiraat penafsirannya dan lain-
lain. Sehubungan dengan hal tersebut Hatta Syamsudin (2008 : 6) mengamukakan bahwa Objek
Pembahasan Ulumul Qur'an dibagi menjadi tiga bagian besar :[8]
1. Sejarah & Perkembangan Ulumul Qur'an
Meliputi: sejarah rintisan ulumul quran di masa Rasulullah SAW, Sahabat, Tabi'in, dan
perkembangan selanjutnya lengkap dengan nama-nama ulama dan karangannya di bidang ulumul
quran di setiap zaman dan tempat.
10
Meliputi: Pengertian Tafsir & Takwil, Syarat-syarat Mufassir dan Adab-adabnya, Sejarah &
Perkembangan ilmu tafsir, Kaidah-kaidah dalam penafsiran Al-Quran, Muhkam & Mutasyabih,
Aam & Khoos, Nasikh wa Mansukh, dst.2
1. Mawathin al-Nuzul
Mawathin an-Nuzul, ada yang menyebut Auqat wa Mawathin an-Nuzul, merupakan salah satu
ilmu Al-Qur'an yang mempelajari waktu dan tempat turunnya ayat Al-Qur'an.
Sedangkan Auqat wa Mawathin an-Nuzul berasal dari dua kata, yaitu Auqat yang artinya "waktu-
waktu" dan Mawathin artinya "tempat-tempat".
Dalam pembahasannya, dibagi menjadi beberapa bagian, di antaranya: tertib masa turun ayat,
tertib tempat turun ayat, tertib mahdu' yang dibicarakan ayat yang diturunkan, tertib orang yang
dihadapi nabi Muhammad saat ayat diturunkan.
2. Tawarikh al-Nuzul
Tawarikh al-Nuzul adalah Ilmu yang menjelaskan masa turun ayat dan urutan turunnya satu
persatu, dari permulaan sampai akhirnya serta urutan turun surah dengan sempurna. Pada
umumnya, ilmu ini digunakan para penafsir al-Qur'an untuk mengetahui marhalah-marhalah
dakwah Islam secara rinci.
2
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Ulumul Qur’an (Yogyakarta : Itqan publishing) hlm.
11
Asbabun Nuzul menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat. Suatu hal yang karenanya al-Qur’an
diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa
maupun pertanyaan. Para ulama sangat memperhatikan ilmu Asbabun Nuzul ini dalam
menafsirkan al-Qur’an. Oleh karena itu, sebagian ulama menyusun ilmu ini dalam satu kitab secara
khusus.
4. Ilmu Qiraat
Ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan Al-Qur’an yang telah diterima dari Rasul SAW.
Sebagaimana terjadi pada zaman sahabat terjadi perbedaan dalam membaca Al Qur'an. Ada
sepuluh Qiraat yang sah dan beberapa macam pula yang tidak sah.
5. Ilmu Tajwid
Ilmu tajwid menerangkan cara membaca Al-Qur’an dengan baik, menerangkan di mana
tempat memulai, berhenti, bacaan panjang dan pendek, dan sebagainya.
Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu tajwid adalah makharijul huruf (tempat
keluar-masuk huruf), shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar
huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’
(memulai dan menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.
Para ulama menyatakan bahwa hukum mempelajari tajwid itu adalah fardhu kifayah tetapi
mengamalkan tajwid ketika membaca al-Quran adalah fardhu ain atau wajib kepada lelaki dan
perempuan yang mukallaf atau dewasa.
12
Gharib al qur’an adalah Ilmu al Qur’an yang membahas mengenai arti kata dari kata-kata yang
ganjil dalam al Qur’an yang tidak biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari. Banyak lafal
dalam ayat-ayat Alqur’an yang aneh bacaannya.
wujuh jika dibicarakan dalam konteks tafsir Al Qur’an, merupakan salah satu bagian penting yang
menjadi media penafsiran dan penemuan makna Al Qur’an baik secara lafzhiy atau tarkibiy pada
masa sahabat dan tabi’in. Kemudian, pembahasan ini berkembang seiring berkembangnya tafsir.
Karangan-karangan seputar wujuh pun tampil dalam bentuknya yang independent tidak lagi
terkodifikasi menyatu dalam totalitas tafsir.
Ilmu Muhkam Wal Mutasyabih menjelaskan ayat-ayat yang dipandang muhkam (jelas
maknanya) dan yang mutasyabihat (samar maknanya, perlu ditakwil). Secara bahasa kata Muhkam
berasal dari kata ihkam yang berarti kekukuhan , kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan.
Kata muhkam merupakan pengembangan dari kata “ahkama, yuhkimu, ihkaman” yang secara
bahasa adalah atqona wa mana’a yang berarti mengokohkan dan melarang.
Sedangakan kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa berarti keserupaan dan
kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaan antara dua hal.
13
10. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh
Menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansukh (yang dihapuskan) oleh sebagian mufassir.
Ilmu Nasihk dan mansuhk ini adalah ilmu Nasakhi, yaitu ilmu yang membahas ihwal penasakhan(
penghapusan dan penggantian) sesuatu peraturan hukum Al Qur’an. Namun Hampir semua ulama’
menamakannya dengan ilmu nasihk dan mansukh.
Dalam hal ini, munasabah bisa berarti suatu pengetahuan yang diperoleh secara ‘aqli dan bukan
diperoleh melaui tauqifi. Dengan demikian, akallah yang berusaha mencari dan menemukan
hubungan-hubungan, pertalian, atau keserupaan antara sesuatu itu.
14
15. Amtsal Al-Qur’an
Cabang pokok Ulumul Quran ini menerangkan maskud perumpamaan-perumpamaan yang
dikemukan Al-Qur’an. Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl, dan matsil
serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafadz maupun maknanya.
Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari mitsl dan matsal yang berarti serupa atau
sama, dapat juga berarti contoh, teladan, peribahasa atau cerita perumpamaan.
Jidal membahas bentuk-bentuk dan cara-cara debat dan bantahan Al-Qur’an yang dihadapkan
kepada kamu Musyrik yang tidak bersedia menerima kebenaran dari Tuhan.
Kata Jadal atau Jidal menunjuk pada pengertian perdebatan, yaitu; diskusi dengan cara saling
menyalahkan pendapat lain dan membenarkan pendapat sendiri. Dimana kedua pihak saling
mempertahankan pendapat masing-masing.
Al-Qur’an dengan posisinya sebagai petunjuk pada kebenaran yang walaupun seandainya tanpa
diperkuat dengan bukti apapun, kebenaran yang disampaikan oleh Al-Qur’an adalah kebenaran
hakiki. Namun sebagai teks yang berinteraksi dengan realitas yang plural, Al-Qur’an adalah teks
yang essensialnya bersifat informative (kalam khabar), bisa benar bisa juga salah.
15
Adab Tilawah Al-Qur’an merupakan ilmu yang memaparkan tata-cara dan kesopanan yang harus
diikuti ketika membaca Al-Qur’an.3
3
http://irmaalhanaah.wordpress.com/2012/11.wordpress.com/2012/11/11/pengertian-ruang-lingkup-lingkup-
cabang-cabang-ulumul-qur’an/
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemelajaran Ulumul Qur’an sangat penting dalam kehidupan,banyak yang bisa kita
jadikan pembelajaran, penting untuk kita memahami dan mempelajari tentang ulumul Qur’an
supaya menjadi pondasi dalam melawan fitnah-fitnah yang dapat menggoyahkan iman, dengan
memahami dan tau isi atau makna yang ada dalam al-qur’an, kita mampu melawan atas isu-isu
atau pendapat-pendapat yang bisa menjatuhkan keyakinan umat islam.....
Pembahasan pokok-pokok ulumul qur’an di antranya sebagai berikut :
1. Mawathin al-Nuzul
2. Tawarikh al-Nuzul
3. Ilmu Asbab al-Nuzul
4. Ilmu Qiraat
5. Ilmu Tajwid
6. Ilmu Gharib Al-Qur’an
7. Ilmu I’rab Al-Qur’an
8. Ilmu Wujuh wa al-Nazair
9. Muhkam Wal Mutasyabih
10. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh
11. Badai’ Al-Qur’an
12. I’jaz Al-Qur’an
13. Tanasub Ayat Al-Qur’an
14. Aqsam Al-Qur’an
15. Amtsal Al-Qur’an
16. Ilmu Jidal Al-Qur’an
17. Adab Tilawah Al-Qur’an
Itulah ke 17 poin pokok pembahasan ulumul qur’an
17
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Acep Hermawan Wahyu, M.Ag,”Ulumul Qur’an”.Bandung : Rosdakarya
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag,”ulumul Qur’an”.Yogyakarta : Itqan publishing
http://irmaalhanaah.wordpress.com/2012/11.wordpress.com/2012/11/11/pengertian-ruang-lingkup-lingkup-
cabang-cabang-ulumul-qur’an/
18