Anda di halaman 1dari 19

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ULUM AL-QURAN BESERTA

SEJARAH DAN URGENSI DIDALAM ISLAM


Disusun Guna Memenuhi Tugas Akademik
Mata Kuliah : Ulumul Quran
Dosen Pengampu : Mujiburrahman, M.Pd

Disusun Oleh
1. Hanna Mumtahanah 2381110007
2.
3.

FAKULTAS TADRIS KIMIA


IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb

Puji sukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahNya kami dapat menyelesaikan penulisan mnakalah dengan tepat waktu.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih terdapat
kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan yang ada kritik dan saran yang
kontruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Besar
harapan penulis, karya tulis ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Sukoharjo, 9 Februari 2019

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3

ii
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Ulumul Quran......................................................................................3
B. Ruang lingkup Pembahasan Ulumul Quran.........................................................4
C. Sejarah perkembangan Ulumul Quran.................................................................5
Awal mula munculnya Istilah “Ulum al-Quran”.....................................................11
D. Urgensi dari mempelajari Ulumul Quran...........................................................12
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan............................................................................................................14
Daftar Pustaka...............................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa proses kodifikasi al-Qur’an
pada masa khalifah Usman berada pada titik kritis kemanusiaan sesama muslim
karena terjadi saling menyalahkan antara aliran qira’at yang satu dengan aliran
qira’at lainnya, bahkan di antara mereka hampir saling mengkafirkan. Daerah
kekuasaan Islam pada khalifah Usman telah meluas, orang-orang Islam telah
terpencar di berbagai daerah sehingga mengakibatkan kurang lancarnya
komunikasi intelektual diantara mereka. Adanya pengklaiman qiraatnya paling
benar dan qiraat orang lain salah merambah dimana-mana.

Hal ini menimbulkan perpecahan di antara umat Islam. Situasi demikian sangat
mencemaskan Khalifah Usman. Untuk itu ia mengundang para sahabat
terkemuka untuk mengatasinya. Akhirnya dicapai kesepahaman agar mushaf yang
ditulis pada masa Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq yang disimpan di rumah Hafsah
disalin kembali menjadi beberapa mushaf. Hasil penyalinan ini dikirim ke
berbagai kota, untuk dijadikan rujukan bagi kaum muslimin, terutama sewaktu
terjadi perselisihan sistem qira’at. Sementara itu, Khalifah Usman memerintahkan
untuk membakar mushaf yang berbeda dengan mushaf hasil kodifikasi pada
masanya yang dikenal dengan nama Mushaf Imam. Kebijakan khalifah Usman ini
di satu sisi merugikan karena menyeragamkan qiraat yakni dengan lisan Quraish
(dialek orang-orang Quraish), namun disisi lain lebih menguntungkan yakni umat
Islam bersatu kembali setelah terjadi saling menyerang dan menyalahkan antara
satu dengan yang lain.

Berkenaan dengan keadaan di atas, maka pada pertengahan kedua di abad I H, dan
pertengahan awal di abad II H, para ahli qira’at terdorong untuk meneliti dan
menyeleksi berbagai sistem qira’at al-Qur’an yang berkembang pada saat itu.
Hasilnya, tujuh sistem qira’at al-Qur’an yang berhasil dipopulerkan dan
dilestarikan oleh mereka, dinilai sebagai tergolong mutawatir yang bersumber dari
Nabi saw. Inilah yang dikenal dengan sebutan qira’at sab’at (qira’at tujuh).
Sehingga pada masa berikutnya para mufassir memandang perlunya dimasukkan

1
ilmu qiraah dalam ulumul qur’an. Karena dengan adanya perbedaan dalam
pembacaan al-qur’an, menimbulkan perbedaan pula dalam mengistimbatkan
hukum yang terkandung dalam ayat-ayat al-qur’an. Sehingga menjadi bahan
pertimbangan para mufassir dalam menafsirkan al-qur’an. Oleh karena itulah,
tergerak hati kami untuk menyusun makalah mengenai qira’ah selain sebagi tugas,
juga karena ilmu ini memilki urgensi dalam mengistimbatkan hukum islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis angkat pada pembahasan makalah ini,
maka rumusan masalahnya adalah:

1. Apa yang dimaksud Ulumul Quran?

2. Apa saja ruang lingkup Pembahasan Ulumul Quran?

3. Bagaimana sejarah perkembangan Ulumul Quran?

4. Apa saja urgensi dari mempelajari Ulumul Quran?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penulisan


makalah ini sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertianUlumul Quran

2. Menjabarkanruang lingkup Pembahasan Ulumul Quran

3. Mengetahuisejarah perkembangan Ulumul Quran

4. Menjelaskanurgensi dari mempelajari Ulumul Quran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Quran


Kata Ulumul Quran berasal dari bahasa arab. Kata ulum merupakan bentu
jama’ yang berarti ilmu-ilmu, kata ‘ilm adalah bentuk masdar dari kata ‘alima,
ya’lama,yang maknanya sama dengan kata al;fahmu, al-ma’rifah. Ulumul Quran
menjadi sebuah disiplin ilmu dalam kajian Islam, secara etimologi ungkapan ini
berarti ilmu-ilmu al-Quran.

Sedangkan pengertian Ulum al-Quran secara terminologi adalah dapat


dikemukakan beberapa batasan pengertian yang ditampilkan oleh para ulama, baik
klasik maupun kontemporer.

1. Menurut Imam Jahaludin ‘Abdur Rahman al-Suyuthiy

Ulum Quran ialah: Ilmu membahas tentang hal ihwal al-Quran, baik yang
berkaitan dengan turunnya, sanadnya, cara penyampaian maupun maknanya yang
berkaitan dengan lafal-lafalnya serta hukum-hukumnya dan lain-lain.1

2. Syeikh Muhammad ‘Ali al-Shabuniy

Didalam kitab al-Tibyan, memberikan rumusan pengertian ‘ulum al-Quran


yaitu beberapa pembahasan yang ada kaitannya dengan Al-Quran baik mengenai
turunyya, penghimpunannya, urut-urutannya, pencatatannya, pengetahuan tentang
asbabun nuzul, makiyah dan madaniyahnya, nasikh-nasikhnya,muhkam-
mustasyabihannya dan berbagai hal yang pembahasannya terlait erat dengan al-
Quran atau sedikit yang ada hubungan dengannya.2

1
Jahaludin ‘Abdur Rahman al-Suyuthiy, al-Itqan fi ‘Ulum al-Quran, ( Kairo: Syarikah Mushtafa al-
Babi al-Halabi, 1951), h.3
2
Muhammad ‘Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Quran, (Beirut: Dar al-Irsyad, 1970), h.10

3
3. Menurut Muhammad ‘Abd. ‘Azhim al-Zarqaniy:

‘Ulum al-Qur’an ialah, segala macam pembhasan yang berkaitan dengan al-
Qur’an al-karim, baik dari segi turunnya, urutan-
urutannya,pengumpulannya,pengodifikasiannya, bacaanya,
penafsirannya,i’jaznya, nasikh mansukhnya, penolakan terhadap hal-hal yang
dapat menimnbulkan kesangsian terhadap al-Qur’an dan lain-lain.3

Melalui definisi-definisi diatas ulum Al-Quran adalah ilmu yang


membahas segala macam ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Quran baik
seperti halnya ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab.

B. Ruang lingkup Pembahasan Ulumul Quran


Dalam pembahasan diatas bahwa Ulmu al-Quran membahas segala macam
ilmu yang berhubungan dengan al-quran, sehingga dapat dikatakan Ulum al-
Quran cabang-cabang dan cakupannya sangat luas.Sehingga tidak ada ilmu yang
tidak terkait dengan al-Quran. Imam Badruddin al-Zarkasyi mengatakan “bahwa
ilmu-ilmu yang merupakan cabang dari ulum al-Quran itu tidak terhitung
banyaknya”.

Dalam hubungannya ini dapat dikatakan, bahwa menurut para para ahli
jalan untuk memperoleh dan mengetahui ilmu-ilmu al-Quran yang demikian
banyak itu dapat diketahui melalui dua jalur yaitu4

1. Dengan jalannya periwayatan, yaitu melalui keterangan-keterangan yang


diperoleh lewat riwayat.

2. Dengan jalan pembahasan dan penelitian yang sungguh-sungguh, yakni


denghan menggunakan segala kemampuan daya serta pengetahuan yang
berhubungan dengan al-Quran. Oleh itu para ahli membagi ilmu-ilmu al-Quran
kedalam dua bagian, yaitu:

3
Muhammad ‘Abd. ‘Azhim al-Zarqaniy
4
T. M. Hasbi al-Shiddeqiy, sejarah dan pengantar Ilmu al-Quran/Tafsir, (Jakarta;Bulan
Bintang,1990), h.102

4
Pertama, ilmu riwayah yaitu ilmu-ilmu al-Quran yang diperoleh melalui jalur
riwayat seperti tempat diturunkannya, sebab –sebab diturunkannya waktunya, dan
sebagainya.

Kedua, Ilmu dirayah, yaitu ilmu yang diperoleh melalui kemampuan manusia
yang ada melalui jalur pemikiran, penalaran, penelitian. Seperti pendekatan
pengkajian ilmu-ilmu al-Quran melalui ilmu-ilmu pengetahuan umum, seperti
Astronomi, Fisika, Biologi, Geologi, dan ilmu lainnya.

Seperti penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa ilmu-ilmu didalam al-


Quran tidak hanya membahas tentang agama dan bahasa didalam al-Quran saja,
namun banyak ayat –ayat kauniyah yang dapat dijabarkan sehingga dan menjadi
suatu disiplin ilmu yang bersifat lebih umum seperti dalil didalam al-Quran
tentang penciptaan manusia dari segumpalk darah hingga berbentuk suatu bayi
sampai lahir, merupakan contoh al-Quran tidak hanya membahas tentang ilmu
agama saja, namun juga disiplin ilmu umum yang lainnya.

C. Sejarah perkembangan Ulumul Quran


Sejarah perkembangan ulumul quran dimulai menjadi beberapa fase,
dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya,
hingga ulumul quran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas
secara khusus pula.

1. Perkembangan Ulumul Quran Pada Masa Rasulullah SAW

Pada awalnya pembahasan tentang ayat-ayat al-Quran langsung dari


penejelasan Rasulullah SAW. Dan sahabat saat itu jika menemui suatu masalah
langsung bertanya kepada Rasullullah sehingga belum ada perbedaan pendapat
tentang suatu hukum tertentu, karena semua hukum bisa ditanyakkan langsung
dengan Rasulullah.

2. Perkembangan Ulumul Quran Pada Masa Khulafa al Rasyidin

Pada zaman kekhalifaan Abu Bakar dan Umar, ilmu Alquran masih
diriwayatkan melalui penuturan secara lisan.5Ketika Abu Bakar Shiddiq menjadi
khalifah terjadi pertempuran yang sangat sengit antara kaum muslimin dengan
5
Al-Shobuny, Mohammad Aly, at-Tibyan fi Ulumil Qur’an, Alam al-Kitab, Beirut, (tt), h. 52

5
pengikut Musailamah al-Kadzab yang menimbulkan banyak korban. Di pihak
muslimin ada tujuh puluh penghafal Alquran yang gugur, sehingga Umar bin
Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menuliskan Alquran dalam satu
mushaf. Pada mulanya Abu Bakar merasa ragu untuk menerima usul Umar
tersebut dan memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menuliskan Alquran dalam
bentuk mushaf.

3. Perkembangan Ulumul Quran Pada Masa Tadwin (Penulisan Ilmu)

Setelah berakhirnya zaman khalifah yang Empat, timbul zaman Bani


Umayyah. Kegiatan para sahabat dan Tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka
yang tertumpu pada penyebaran ilmu-ilmu Alquran melalui jalan periwayatan dan
pengajaran secara lisan, bukan melalui tulisan atau catatan. Kegiatan-kegiatan ini
dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukuannya. Orang-orang yang paling
berjasa dalam periwayatan ini adalah; khalifah yang Empat, Ibn Abbas, Ibn
Mas’ud, Zaid ibn Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah ibn al-Zubair dari
kalangan sahabat. Sedangkan dari kalangan Tabi’in ialah Mujahid, ‘Atha,
‘Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan al-Bashri, Sa’id ibn Jubair, dan Zaid ibn Aslam di
Madinah. Dari Aslam ilmu ini diterima oleh putranya Abdul Rahman bin Zaid,
Malik ibn Anas dari generasi Tabi’i al-tabi’in. Mereka ini semua dianggap sebagai
peletak batu pertama bagi apa yang disebut ilmu tafsir, ilmu asbab al-nuzul, ilmu
nasikh dan mansukh, ilmu gharib Alquran dan lainnya.6

4. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad II H

Kemudian, Ulumul Quran memasuki masa pembukuannya pada abad ke-2


H. Para ulama memberikan prioritas perhatian mereka terhadap ilmu tafsir karena
fungsinya sebagai Umm al-‘Ulum al-Qur’aniah (Induk Ilmu-ilmu Alquran). Para
penulis pertama dalam tafsir adalah Syu’bah Ibn al-Hajjaj. Sufyan ibn Uyaynah
dan Waqi’ Ibn al-Jarrah[17]Kitab-kitab tafsir mereka menghimpun pendapat-
pendapat sahabat dan tabi’in.

5. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad III H

6
Wahid, Ramli Abdul, Ulumul Quran, Rajawali Pers, Jakarta, h. 17

6
Pada abad ke-3 menyusul tokoh tafsir Ibn Jarir al-Thabari (w. 310 H.). Al-Thabari
adalah mufassir pertama membentangkan bagi berbagai pendapat dan mentarjih
sebagiannya atas lainnya. Ia juga mengemukakan i’rab dan istinbath (penggalian
hukum dari Alquran). Di abad ke-3 ini juga lahir ilmu asbab al-nuzul, ilmu nasikh
dan mansukh, ilmu tentang ayat-ayat Makkiah dan Madaniah. Guru Imam al-
Bukhari, Ali Ibn al- Madini mengarang asbab al-nuzul; Abu Ubaid al-Qasim Ibn
Salam (w.224 H.) mengarang tentang nasikh dan mansukh, qirrat dan keutamaan-
keutamaan Alquran. Muhammad Ibn Ayyub al-Dharis menulis tentang kandungan
ayat-ayat yang turun di Mekkah dan Madinah.Muhammad Ibn Khalaf Ibn al-
Mirzaban (w. 309 H) mengarang kitab al-Hawi fi ’Ulum al-Qur’an.7

6. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad IV H

Di abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Qur’an dan beberapa kitab Ulumul Quran. Di
antara tokoh-tokoh Ulumul Quran ini ialah Abu Bakar Muhammad Ibn al-Qasim
al-Anbari (w. 328 H.) dengan kitabnya ‘Ajaib ulum al-Qur’an. Di dalam kitab ini
al-Anbari berbicara tentang keutamaan-keutamaan Alquran, turunnya atas tujuh
huruf, penulisan mushhaf-mushhaf, jumlah surah, ayat, dan kata-kata Alquran.
Abu al-Hasan al-Asy’ari (w. 324 H.) mengarang al-Mukhtazan fi’ulum al-Qur’an
(Yang Tersimpan di Dalam Ilmu Alquran), kitab yang berukuran besar sekali.Abu
Bakar al-Sijistani. mengarang Grarib al-Qur’an; Abu Muhammad al-Qashshab
Muhammad Ibn Ali al-Kharkhi (w. 360 H.) mengarang Nukat al-Qur’an al-Dallah
’ala al-Bayan fi Anwa’ al-‘Ulum wa al-Ahkam al-Munbiah ’an Ikhtilaf al-
Anam(Titik-Titik Alquran Menunjukkan Kejelasan Tentang Berbagai Ilmu dan
Hukum yang Memberitakan Perbedaan Pikiran Insani) dan Muhammad Ibn Ali al-
Adfawi (w. 388 H.) mengarang Al-istghna’ fi ’Ulum al-Qur’an (Kebutuhan Akan
Ilmu Alquran).8

7. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad V H

Di abad ke-5 muncul pula beberapa tokoh ilmu qirrat, di antaranya ialah
Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa’id al-Hufi. mengarang Al-Burhan fi ’Ulum al-Qur’an dan
i’rab al-Quran. Abu Amral-Dani (w. 444 H.) menulis kitab Al-Taisir fi al-Qiraat

7
Al-Shalih, Shubhi, 1977, Op. Cit., h. 121-122.
8
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Alquran, Bulan Bintang, Jakarta, 1973, h. 14.

7
al-Sab’i dan Al-Mukham fi al-Nuqath. Dalam abad ini juga lahir ilmu amtsal al-
Qur’an yang di antara lain dikarang oleh Al-Mawardi (w. 450 H.).

8. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad VI H

Pada abad ke-6, di samping banyak ulama yang melanjutkan


pengembangan ilmu-ilmu Alquran yang telah ada, lahir pula ilmu mubhamat al-
Qur’an. Abu al-Qasim Abd al-Rahman al-Suhaili (w. 581 H.) mengarang
Mubhamat al-Qur’an. Ilmu ini menerangkan lafal-lafal Alquran yang maksudnya
apa dan siapa tidak jelas. Misalnya kata rajulun (seorang lelaki) atau malikun
(seorang raja). Ibn al-Jauzi ( w.597 H.) menulis kitab Funun al-Afnan fi’Ajaib al-
Qur’an dan kitab Al-Mujtaba fi ’Ulum Tata’allaq bi al-Qur’an.

9. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad VII H

Pada abad ke-7 Abd al-Salam yang terkenal dengan sebutan Al-‘Izz (w. 660 H.)
mengarang kitab Majaz al-Qur’an. ’Alam al-Din al-Sakhawi (w. 643 H.)
mengarang tentang qirrat. Ia menulis kitab Hidayah al-Murtab fi al-Mutasyabih
yang terkenal dengan nama Al-Sakhawiyah. Abu Syamah Abd al-Rahman Ibn
Ismal al-Maqdisi (w. 665 H.) menulis kitab Al-Mursyid al-Wajiz fi ma Yata’allaq
bi al-Qur’an al-‘Aziz.

10. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad VIII H

` Pada abad ke-8 muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru
tentang Alquran. Sementara itu penulis tentang kitab-kitab tentang ilmu-ilmu
sebelumnya telah lahir terus berlangsung. Ibn Abi al-Ishba’ menulis tentang
badai’al-Qur’an. Ilmu ini membahas keindahan bahasa dalam Alquran. Ibn al-
Qayyim ( w.752 H.) menulis tentang Aqsam Alquran. Ilmu ini membahas tentang
sumpah-sumpah Alquran. Najmuddin al-Thufi (w.716 H.) menulis tentang Hujaj
Alquran. Ilmu ini membahas tentang bukti-bukti yang dipergunakan Alquran
dalam menetapkan suatu hukum. Abu al-Hasan al-Mawardi menyusun ilmu
amtsal Alquran. Ilmu ini membahas tentang perumpamaan-permpamaan yang ada
dalam Alquran. Kemudian Badruddin al-Zarkasyi[34] (w. 794 H.) menyusun
kitabnya Al-Burhan fi ’Ulum al-Qur’an.9

9
Nawawi, Rif’at Syauqi dan M. Ali Hasan, Op. Cit., h. 222.

8
11. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad IX H

Pada abad ke-9, muncul beberapa ulama melanjutkan perkembangan ilmu-


ilmu Alquran. Jalaluddin al-Bulqini, menyusun kitabnya Mawaqi’ al-‘Ulum min
Mawaqi’al-Nujum. Menurut al-Suyuthi, Al-Bulqini dipandang sebagai ulama
yang mempelopori penyusunan Ulumul Quran yang lengkap. Sebab dalam
kitabnya mencakup 50 macam ilmu Alquran. Muhammad ibn Sulaiman al-Kafiaji,
mengarang kitab Al-Tafsir fi Qawa’id al-Tafsir. Di dalamnya diterangkan makna
tafsir, takwil, Alquran, surah dan ayat. Di dalamnya juga diterangkan tentang
syarat-syarat mentafsirkan Alquran. Jalaluddin al-Suyuthi (w. 991 H.) menulis
kitab al-Tahbir fi’Ulum al-Tafsir. Penulisan kitab ini selesai pada tahun 873 H.
Kitab ini memuat 102 macam-macam ilmu Alquran. Karena itu, menurut sebagian
ulama, kitab ini dipandang sebagai kitab Ulumul Quran yang paling lengkap.
Namun Al-Suyuthi belum merasa puas dengan karya yang monumental ini
sehingga ia menyusun lagi kitab Al-Itqan fi ’Ulum Al-Qur’an.

12. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad X H

Abad ke-10, boleh dikatakan adalah abad kemunduran karena hanya


seorang penulis yang aktif mengarang, yaitu Imam Jalaluddin

Setelah as-Suyuti wafat pada tahun 911 H, perkembangan ilmu-ilum al-


Alquran seolah-olah telah mencapai puncaknya dan bephenti dengan berhentinya
kegiatan ulama dalam mengembangkan Ulumul Alquran, dan keadaan semacam
itu berjalan sejak wafatnya Imam as-Sayuti sampai akhir abad XIII H.

12. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad kedua belas H

Klau sejak meninggallnya Imam al-Suyuthiy sampai beberapa dasawarsa


berikutnya penyusunan ulum ali-Quran mengalami stagna\, hal ini tampaknya
disebabkan oleh meluasnya sikap taklid dan lain sebagainya, maka pada sekitar
abad kedua belas hijriah ini para ulama sudah ada yang m,ulai tergugah untuk
menyusun dan menyegarkan kembali ilmu-ilmu al-Quran.

12. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad ketiga belas hijriah sampai
sekarang

9
Sejak abad ini ulama-ulama dalam bidang al-Quran dan ilmu-ilmunya
kembali bermunculan. Bahkan tidak hanya dijazirah arab, namun sudah meluas
hingga kepenjuru dunia dan sampai juga ke Indonesia.

di antara mereka itu ialah:

a) Thahir al-Jazairi menyusun kitab Al-Tibyan fi Ulumil Quran yang selesai


tahun 1335 H.

b) Jamaluddin al-Qasimi (w. 1332 H) menyusun kitab Mahasinut Ta’wil.

c) Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani menyusun kitab Manahilul Irfan fi


Ulumil quran (2 jilid).

d) Muhammad Ali Salamah mengarang kitab Manhajul Furqan fi Ulumil quran.

e) Thanthawi Jauhari mengarang kitab al-Jawahir fi Tafsir al-Alquran dan


Alquran wal Ulumul Ashriyah.

f) Muhmmad Shadiq al-Rafi’i menyusun I’jazul Quran.

g) Mustafa al-Maraghi menyusun kitab “Boleh Menterjemahkan al-Alquran”,


dan risalah ini mendapat tanggapan dari para ulama yang pada umumnya
menyetujuinya tetapi ada juga yang menolaknya sepepti Musthafa Shabri seorang
ulama besar dari Turki yang mengarang kitab Risalah Tarjamatil Alquran.

h) Said Qutub mengarang kitab al-Tashwitul Fanni fil Alquran dan kitab Fi
Dzilalil quran.

i) Sayyid Muhammad Rasid Ridha mengarang kitab Tafsir al-Alquranul


Hakim. Kitab ini selain menafsipkan al-Alquran secara ilmiyah, juga membahas
Ulum Alquran.

j) DR. Muhammad Abdullah Darraz, seorang Gupu Besar al-Azhar univepsity


yang diperbantukan di Perancis mengarang kitab al-Naba’al `Adzim, Nadzarratun
Jadidah fil Alquran.

k) Malik bin Nabiy mengarang kitab al-Dzahiratul Alquraniyyah. Kitab in]


membicapakan masalah wahyu dengan pembahasan yang sangat bephapga.

10
l) Muhammad al-Ghazali mengarang kitab Nadzapatun fil Alquran.

m) Dr. Shubhi al-Salih, Guru Besar Islamic Studies dan Fiqhul Lughah pada
Fakultas Adab Universitas Libanon mengarang kitab Mahabits fi Ulumil Alquran.
Kitab ini selain membahas Ulumul Alquran, juga menanggapi dan membantah
secara ilmiyah pendapat-pendapat opientalis yang dipandang salah mengenai
berbagai masalah yang bephubungan dengan al-Alquran

n) Muhammad al-Mubarak, Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Syria,


mengarang kitab al-Manhalul Khalid.

Awal mula munculnya Istilah “Ulum al-Quran”


Penyebutan ulumul al-Quran sebagai penamaan yang murni tidaklah lahir
sejak mulai tumbuh dan berkembangnya ilmu tersebut, perlu waktu yang panjang
dari generasi ke generasi berikutnya. Dalam penetuan sejarah kapan mulanya kata
ulumul al-Quran ini muncul, siapakah tokoh yang paling dahulu
menggunakannya. Mengenai sejarah awal mula munculnya istilah tersebut, dapat
dikemukakan beberapa pendapat para ulama sesuai dengan hasil kajian dan
penelitian mereka berdasarkan kitab-kitab terdahulu. Diantara pendapat tersebut
adalah.

1. menurut Muhammad Abdul Azhim al-Zarqaniy, bahwa istilah ulm al-Quran


resmi sebagai nama bagi suatu ilmudimulai sejak abad kelima hijriah, yakni
dengan disusunnya kitab yang berjudul; al-Burhan fi Ulum al-Quran oleh Ali bin
Ibrahim bin Sa’id al-Hufi al-Mishriy (430 H).10

2. Para sejarah ulum al-Quran, umumnya berpendapat bahwa lahirnya istilah ulum
al-Quran sebagai suatu ilmu adalah sejak abad ketujuh hijriah.11

3. pendapat yang dikemukakan oleh Muhammad Abdul Azhim al-Zarqaniy diatas


ditanggapi oleh Shubhi al-Shalih, dengan mengatakan istilah ulum –al-Quran itu
muncul sebagai nama bagi suatu ilmu telah dimulai sejak abad ke tiga hijriah yaitu

10
Ramli Abdul Wahid, op,cit., h.22 lihat Abd. Azhim al-Zarqaniy, op.cit., h.c 34.
11
Ibid.

11
telah disusun kitab yang berjudul al- Hawi fi ulum al-Quran oleh muhammad bin
khalaf al-Mar zuban (309 H).12

4. Prof. T.M. Hasbi al-Shiddieqiy, tampaknya juga sependapat dengan apa yang
telah dikemukakan oleh Shubi al-Shalih , diatas, dengan menandaskan bahwa kita
dapat mengatakan bahwa kitab yang membahas ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan al Quran dengan menamakan kitab yang disusunnya itu ulum al-Quran
ialah ibnu al-Marzuban yang hidup pada ketiga hijriah.13

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pendapat Subhi al-


Shalih adalah dianggap mendekati kebenaran. Karena menunjukan secara jelas
bahwa Ibnu Marzuban adalah ulama yang pertama kali secara tegas menggunakan
istilah Ulum al-Quran untuk kitabnya al-Hawi fi Ulum al-Quran.

D. Urgensi dari mempelajari Ulumul Quran


Ulumul quran memiliki urgensi yang sangat penting untuk
mempelajarinya, diantaranya adalah :

1. Untuk memahami isi kandungan al-Quran.

2. Untuk mengetahui cara dalam menafsirkan al-Quran disertai dengan


penjelasan tentang tokoh-tokoh ahli tafsir dan kelebihan-kelebihan yang
dimilikinya.

3. Untuk mengetahui ilmu agama dan umum didalam al-Quran.

Oleh karena itu, dengan mempelajari ulumul quran seseorang


diharapkan dapat memahami, menafsirkan dan menerjemahkan al-quran dan
mempertahankan kesucian dan kebenaran al-Quran. Karena yang dikaji adalah
yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang harus diketahui oleh
seoarang mufassir sebagai sandaran dalam memahami makna-makna yang tersurat
maupun yang tersirat dalam al-Quran dan sebagai salah satu cara dalam menggali
ajaran-ajaran yang masih terpendam, menangkap isyarat-isyarat dan makna yang
tersembunyi, menafsirkan al-quran serta menjadikanya sebagai legislasi al-Quran.

12
Ibid.
13
Rifa’at Syauqi Nawawi & M. Ali Hasan , Pengantar Ilmu Tafsir,( Jakarta: Bulan Bintang, 1988). H.
225

12
Pembahasan tentang ulumul quran adalah meliputi semua ilmu yang
berkaitan dengan al-Quran itu sendiri, yaitu berupa ilmu tentang asbabun nuzul,
urutan-urutan pengumpulanya, penulisanya, qiraatnya, tafsirnya, kemukjizatanya,
nasikh dan manshuknya, ayat-ayat makiyah dan madaniyah, ayat muhkam dan
mutasyabih, ilmu gharib al-Quran, ilmu bada’ al-Quran, ilmu tansabul ayat al-
Quran, aqsam al-quran, amtsal al-Quran, ilmu jidal al-Quran, ilmu adabul tilawah
al-Quan dan sebagainya.

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa Salam bersabda :

‫الَلَ ٌة‬ ‫ُأل‬ ‫َأ‬


ِ ‫مَّا َبعْ ُد َفِإ َّن َخي َْر ْال َحدِيثِ ِك َتابُاللَّ ِه َو َخ ْي ُر ْال ُه َدى ُه َدىم َُح َّمد ٍَو َشرُّ ا م‬
َ ‫ُورمُحْ َد َثا ُت َه َاو ُكلُّ ِب ْد َعة‬
‫ٍض‬

“Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk


adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara
adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-
adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867).

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui definisi-definisi ulum Al-Quran adalah ilmu yang membahas
segala macam ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Quran baik seperti halnya
ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab.

Dalam hubungannya ini dapat dikatakan, bahwa menurut para para ahli
jalan untuk memperoleh dan mengetahui ilmu-ilmu al-Quran yang demikian
banyak itu dapat diketahui melalui dua jalur yaitu

1. Dengan jalannya periwayatan, yaitu melalui keterangan-keterangan yang


diperoleh lewat riwayat.

2. Dengan jalan pembahasan dan penelitian yang sungguh-sungguh

Seiring berkembangnya zaman dan setelah sepeninggalan Rasulullah


penafsiran tentang al-Quran mulai berkembang. Tidak hanya penafsiran yang
berkaitan agama saja, seperti ilmu tafsir, asbabun nuzul, dan hukum Islam itu
sendiri. Penafsiran ayat-ayat al-Quran sehingga menjadi disiplin ilmu yang baru
dan muncul seiringan dengan perkembangan zaman maka pembahasan tentang
ayat-ayat al-Quran mulai berkembang pada disiplin ilmu yang bersifat umum.
Seperti ilmu astronomi yang berkembang dari penghitungan kalender hijriah dan
penemuan-penemuan ilmuwan muslim, menjadi sebuah contoh pesatnya
penafsiran ayat-ayat al-Quran yang meliputi ilmu pengetahuan umum.

Sangat penting sekali seseorang mempelajari Al Qur’an sebagai kitab


sucinya yang langsung diberikan garansi oleh Allah sebagai petunjuk yang benar
yang bisa mengantarkan seseorang mencapai tujuan kepada Khaliqnya. Kita

14
mempelajari Al Qur’an baik dari sisi cara membacanya, maupun kandungan
isinya.

Daftar Pustaka

Jahaludin ‘Abdur Rahman al-Suyuthiy, al-Itqan fi ‘Ulum al-Quran, ( Kairo:


Syarikah Mushtafa al-Babi al-Halabi, 1951), h.3

15
Muhammad ‘Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Quran, (Beirut: Dar al-
Irsyad, 1970), h.10

T. M. Hasbi al-Shiddeqiy, sejarah dan pengantar Ilmu al-Quran/Tafsir,


(Jakarta;Bulan Bintang,1990), h.102

Al-Shobuny, Mohammad Aly, at-Tibyan fi Ulumil Qur’an, Alam al-Kitab, Beirut,


(tt), h. 52

Al-Shalih, Shubhi, 1977, Op. Cit., h. 121-122.

Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Alquran, Bulan Bintang, Jakarta, 1973, h.


14.

Nawawi, Rif’at Syauqi dan M. Ali Hasan, Op. Cit., h. 222.

16

Anda mungkin juga menyukai