Disusun Oleh
1. Hanna Mumtahanah 2381110007
2.
3.
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji sukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahNya kami dapat menyelesaikan penulisan mnakalah dengan tepat waktu.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih terdapat
kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan yang ada kritik dan saran yang
kontruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Besar
harapan penulis, karya tulis ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
ii
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Ulumul Quran......................................................................................3
B. Ruang lingkup Pembahasan Ulumul Quran.........................................................4
C. Sejarah perkembangan Ulumul Quran.................................................................5
Awal mula munculnya Istilah “Ulum al-Quran”.....................................................11
D. Urgensi dari mempelajari Ulumul Quran...........................................................12
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan............................................................................................................14
Daftar Pustaka...............................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa proses kodifikasi al-Qur’an
pada masa khalifah Usman berada pada titik kritis kemanusiaan sesama muslim
karena terjadi saling menyalahkan antara aliran qira’at yang satu dengan aliran
qira’at lainnya, bahkan di antara mereka hampir saling mengkafirkan. Daerah
kekuasaan Islam pada khalifah Usman telah meluas, orang-orang Islam telah
terpencar di berbagai daerah sehingga mengakibatkan kurang lancarnya
komunikasi intelektual diantara mereka. Adanya pengklaiman qiraatnya paling
benar dan qiraat orang lain salah merambah dimana-mana.
Hal ini menimbulkan perpecahan di antara umat Islam. Situasi demikian sangat
mencemaskan Khalifah Usman. Untuk itu ia mengundang para sahabat
terkemuka untuk mengatasinya. Akhirnya dicapai kesepahaman agar mushaf yang
ditulis pada masa Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq yang disimpan di rumah Hafsah
disalin kembali menjadi beberapa mushaf. Hasil penyalinan ini dikirim ke
berbagai kota, untuk dijadikan rujukan bagi kaum muslimin, terutama sewaktu
terjadi perselisihan sistem qira’at. Sementara itu, Khalifah Usman memerintahkan
untuk membakar mushaf yang berbeda dengan mushaf hasil kodifikasi pada
masanya yang dikenal dengan nama Mushaf Imam. Kebijakan khalifah Usman ini
di satu sisi merugikan karena menyeragamkan qiraat yakni dengan lisan Quraish
(dialek orang-orang Quraish), namun disisi lain lebih menguntungkan yakni umat
Islam bersatu kembali setelah terjadi saling menyerang dan menyalahkan antara
satu dengan yang lain.
Berkenaan dengan keadaan di atas, maka pada pertengahan kedua di abad I H, dan
pertengahan awal di abad II H, para ahli qira’at terdorong untuk meneliti dan
menyeleksi berbagai sistem qira’at al-Qur’an yang berkembang pada saat itu.
Hasilnya, tujuh sistem qira’at al-Qur’an yang berhasil dipopulerkan dan
dilestarikan oleh mereka, dinilai sebagai tergolong mutawatir yang bersumber dari
Nabi saw. Inilah yang dikenal dengan sebutan qira’at sab’at (qira’at tujuh).
Sehingga pada masa berikutnya para mufassir memandang perlunya dimasukkan
1
ilmu qiraah dalam ulumul qur’an. Karena dengan adanya perbedaan dalam
pembacaan al-qur’an, menimbulkan perbedaan pula dalam mengistimbatkan
hukum yang terkandung dalam ayat-ayat al-qur’an. Sehingga menjadi bahan
pertimbangan para mufassir dalam menafsirkan al-qur’an. Oleh karena itulah,
tergerak hati kami untuk menyusun makalah mengenai qira’ah selain sebagi tugas,
juga karena ilmu ini memilki urgensi dalam mengistimbatkan hukum islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis angkat pada pembahasan makalah ini,
maka rumusan masalahnya adalah:
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ulum Quran ialah: Ilmu membahas tentang hal ihwal al-Quran, baik yang
berkaitan dengan turunnya, sanadnya, cara penyampaian maupun maknanya yang
berkaitan dengan lafal-lafalnya serta hukum-hukumnya dan lain-lain.1
1
Jahaludin ‘Abdur Rahman al-Suyuthiy, al-Itqan fi ‘Ulum al-Quran, ( Kairo: Syarikah Mushtafa al-
Babi al-Halabi, 1951), h.3
2
Muhammad ‘Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Quran, (Beirut: Dar al-Irsyad, 1970), h.10
3
3. Menurut Muhammad ‘Abd. ‘Azhim al-Zarqaniy:
‘Ulum al-Qur’an ialah, segala macam pembhasan yang berkaitan dengan al-
Qur’an al-karim, baik dari segi turunnya, urutan-
urutannya,pengumpulannya,pengodifikasiannya, bacaanya,
penafsirannya,i’jaznya, nasikh mansukhnya, penolakan terhadap hal-hal yang
dapat menimnbulkan kesangsian terhadap al-Qur’an dan lain-lain.3
Dalam hubungannya ini dapat dikatakan, bahwa menurut para para ahli
jalan untuk memperoleh dan mengetahui ilmu-ilmu al-Quran yang demikian
banyak itu dapat diketahui melalui dua jalur yaitu4
3
Muhammad ‘Abd. ‘Azhim al-Zarqaniy
4
T. M. Hasbi al-Shiddeqiy, sejarah dan pengantar Ilmu al-Quran/Tafsir, (Jakarta;Bulan
Bintang,1990), h.102
4
Pertama, ilmu riwayah yaitu ilmu-ilmu al-Quran yang diperoleh melalui jalur
riwayat seperti tempat diturunkannya, sebab –sebab diturunkannya waktunya, dan
sebagainya.
Kedua, Ilmu dirayah, yaitu ilmu yang diperoleh melalui kemampuan manusia
yang ada melalui jalur pemikiran, penalaran, penelitian. Seperti pendekatan
pengkajian ilmu-ilmu al-Quran melalui ilmu-ilmu pengetahuan umum, seperti
Astronomi, Fisika, Biologi, Geologi, dan ilmu lainnya.
Pada zaman kekhalifaan Abu Bakar dan Umar, ilmu Alquran masih
diriwayatkan melalui penuturan secara lisan.5Ketika Abu Bakar Shiddiq menjadi
khalifah terjadi pertempuran yang sangat sengit antara kaum muslimin dengan
5
Al-Shobuny, Mohammad Aly, at-Tibyan fi Ulumil Qur’an, Alam al-Kitab, Beirut, (tt), h. 52
5
pengikut Musailamah al-Kadzab yang menimbulkan banyak korban. Di pihak
muslimin ada tujuh puluh penghafal Alquran yang gugur, sehingga Umar bin
Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menuliskan Alquran dalam satu
mushaf. Pada mulanya Abu Bakar merasa ragu untuk menerima usul Umar
tersebut dan memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menuliskan Alquran dalam
bentuk mushaf.
6
Wahid, Ramli Abdul, Ulumul Quran, Rajawali Pers, Jakarta, h. 17
6
Pada abad ke-3 menyusul tokoh tafsir Ibn Jarir al-Thabari (w. 310 H.). Al-Thabari
adalah mufassir pertama membentangkan bagi berbagai pendapat dan mentarjih
sebagiannya atas lainnya. Ia juga mengemukakan i’rab dan istinbath (penggalian
hukum dari Alquran). Di abad ke-3 ini juga lahir ilmu asbab al-nuzul, ilmu nasikh
dan mansukh, ilmu tentang ayat-ayat Makkiah dan Madaniah. Guru Imam al-
Bukhari, Ali Ibn al- Madini mengarang asbab al-nuzul; Abu Ubaid al-Qasim Ibn
Salam (w.224 H.) mengarang tentang nasikh dan mansukh, qirrat dan keutamaan-
keutamaan Alquran. Muhammad Ibn Ayyub al-Dharis menulis tentang kandungan
ayat-ayat yang turun di Mekkah dan Madinah.Muhammad Ibn Khalaf Ibn al-
Mirzaban (w. 309 H) mengarang kitab al-Hawi fi ’Ulum al-Qur’an.7
Di abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Qur’an dan beberapa kitab Ulumul Quran. Di
antara tokoh-tokoh Ulumul Quran ini ialah Abu Bakar Muhammad Ibn al-Qasim
al-Anbari (w. 328 H.) dengan kitabnya ‘Ajaib ulum al-Qur’an. Di dalam kitab ini
al-Anbari berbicara tentang keutamaan-keutamaan Alquran, turunnya atas tujuh
huruf, penulisan mushhaf-mushhaf, jumlah surah, ayat, dan kata-kata Alquran.
Abu al-Hasan al-Asy’ari (w. 324 H.) mengarang al-Mukhtazan fi’ulum al-Qur’an
(Yang Tersimpan di Dalam Ilmu Alquran), kitab yang berukuran besar sekali.Abu
Bakar al-Sijistani. mengarang Grarib al-Qur’an; Abu Muhammad al-Qashshab
Muhammad Ibn Ali al-Kharkhi (w. 360 H.) mengarang Nukat al-Qur’an al-Dallah
’ala al-Bayan fi Anwa’ al-‘Ulum wa al-Ahkam al-Munbiah ’an Ikhtilaf al-
Anam(Titik-Titik Alquran Menunjukkan Kejelasan Tentang Berbagai Ilmu dan
Hukum yang Memberitakan Perbedaan Pikiran Insani) dan Muhammad Ibn Ali al-
Adfawi (w. 388 H.) mengarang Al-istghna’ fi ’Ulum al-Qur’an (Kebutuhan Akan
Ilmu Alquran).8
Di abad ke-5 muncul pula beberapa tokoh ilmu qirrat, di antaranya ialah
Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa’id al-Hufi. mengarang Al-Burhan fi ’Ulum al-Qur’an dan
i’rab al-Quran. Abu Amral-Dani (w. 444 H.) menulis kitab Al-Taisir fi al-Qiraat
7
Al-Shalih, Shubhi, 1977, Op. Cit., h. 121-122.
8
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Alquran, Bulan Bintang, Jakarta, 1973, h. 14.
7
al-Sab’i dan Al-Mukham fi al-Nuqath. Dalam abad ini juga lahir ilmu amtsal al-
Qur’an yang di antara lain dikarang oleh Al-Mawardi (w. 450 H.).
Pada abad ke-7 Abd al-Salam yang terkenal dengan sebutan Al-‘Izz (w. 660 H.)
mengarang kitab Majaz al-Qur’an. ’Alam al-Din al-Sakhawi (w. 643 H.)
mengarang tentang qirrat. Ia menulis kitab Hidayah al-Murtab fi al-Mutasyabih
yang terkenal dengan nama Al-Sakhawiyah. Abu Syamah Abd al-Rahman Ibn
Ismal al-Maqdisi (w. 665 H.) menulis kitab Al-Mursyid al-Wajiz fi ma Yata’allaq
bi al-Qur’an al-‘Aziz.
` Pada abad ke-8 muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru
tentang Alquran. Sementara itu penulis tentang kitab-kitab tentang ilmu-ilmu
sebelumnya telah lahir terus berlangsung. Ibn Abi al-Ishba’ menulis tentang
badai’al-Qur’an. Ilmu ini membahas keindahan bahasa dalam Alquran. Ibn al-
Qayyim ( w.752 H.) menulis tentang Aqsam Alquran. Ilmu ini membahas tentang
sumpah-sumpah Alquran. Najmuddin al-Thufi (w.716 H.) menulis tentang Hujaj
Alquran. Ilmu ini membahas tentang bukti-bukti yang dipergunakan Alquran
dalam menetapkan suatu hukum. Abu al-Hasan al-Mawardi menyusun ilmu
amtsal Alquran. Ilmu ini membahas tentang perumpamaan-permpamaan yang ada
dalam Alquran. Kemudian Badruddin al-Zarkasyi[34] (w. 794 H.) menyusun
kitabnya Al-Burhan fi ’Ulum al-Qur’an.9
9
Nawawi, Rif’at Syauqi dan M. Ali Hasan, Op. Cit., h. 222.
8
11. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad IX H
12. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad ketiga belas hijriah sampai
sekarang
9
Sejak abad ini ulama-ulama dalam bidang al-Quran dan ilmu-ilmunya
kembali bermunculan. Bahkan tidak hanya dijazirah arab, namun sudah meluas
hingga kepenjuru dunia dan sampai juga ke Indonesia.
h) Said Qutub mengarang kitab al-Tashwitul Fanni fil Alquran dan kitab Fi
Dzilalil quran.
10
l) Muhammad al-Ghazali mengarang kitab Nadzapatun fil Alquran.
m) Dr. Shubhi al-Salih, Guru Besar Islamic Studies dan Fiqhul Lughah pada
Fakultas Adab Universitas Libanon mengarang kitab Mahabits fi Ulumil Alquran.
Kitab ini selain membahas Ulumul Alquran, juga menanggapi dan membantah
secara ilmiyah pendapat-pendapat opientalis yang dipandang salah mengenai
berbagai masalah yang bephubungan dengan al-Alquran
2. Para sejarah ulum al-Quran, umumnya berpendapat bahwa lahirnya istilah ulum
al-Quran sebagai suatu ilmu adalah sejak abad ketujuh hijriah.11
10
Ramli Abdul Wahid, op,cit., h.22 lihat Abd. Azhim al-Zarqaniy, op.cit., h.c 34.
11
Ibid.
11
telah disusun kitab yang berjudul al- Hawi fi ulum al-Quran oleh muhammad bin
khalaf al-Mar zuban (309 H).12
4. Prof. T.M. Hasbi al-Shiddieqiy, tampaknya juga sependapat dengan apa yang
telah dikemukakan oleh Shubi al-Shalih , diatas, dengan menandaskan bahwa kita
dapat mengatakan bahwa kitab yang membahas ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan al Quran dengan menamakan kitab yang disusunnya itu ulum al-Quran
ialah ibnu al-Marzuban yang hidup pada ketiga hijriah.13
12
Ibid.
13
Rifa’at Syauqi Nawawi & M. Ali Hasan , Pengantar Ilmu Tafsir,( Jakarta: Bulan Bintang, 1988). H.
225
12
Pembahasan tentang ulumul quran adalah meliputi semua ilmu yang
berkaitan dengan al-Quran itu sendiri, yaitu berupa ilmu tentang asbabun nuzul,
urutan-urutan pengumpulanya, penulisanya, qiraatnya, tafsirnya, kemukjizatanya,
nasikh dan manshuknya, ayat-ayat makiyah dan madaniyah, ayat muhkam dan
mutasyabih, ilmu gharib al-Quran, ilmu bada’ al-Quran, ilmu tansabul ayat al-
Quran, aqsam al-quran, amtsal al-Quran, ilmu jidal al-Quran, ilmu adabul tilawah
al-Quan dan sebagainya.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui definisi-definisi ulum Al-Quran adalah ilmu yang membahas
segala macam ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Quran baik seperti halnya
ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab.
Dalam hubungannya ini dapat dikatakan, bahwa menurut para para ahli
jalan untuk memperoleh dan mengetahui ilmu-ilmu al-Quran yang demikian
banyak itu dapat diketahui melalui dua jalur yaitu
14
mempelajari Al Qur’an baik dari sisi cara membacanya, maupun kandungan
isinya.
Daftar Pustaka
15
Muhammad ‘Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Quran, (Beirut: Dar al-
Irsyad, 1970), h.10
16