Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ILMU QIRO’AH DAN ROSM AL-QUR’AN


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Studi Qur’an Hadist
Dosen Pengampu: Muhammad Afham Ulumi, S.SY., MH

Disusun Oleh :
1. Ela Safitri (2210510042)
2. Ainun Nafi’ah Fauziyah (2210510043)
3. Sevira Dwi Nur Jannah (2210510062)

B1BIR

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Studi Qur’an Hadist dengan judul “Ilmu Qiro’ah dan Rosm Al-
Qur’an”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Muhamad Afham Ulumi, S.SY., MH pada mata kuliah Studi Qur’an Hadist. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ilmu qiro’ah dan
rosm al-Qur’an beserta isinya, mata kuliah ini diperlukan baik untuk masa kini
maupun masa yang dating, semoga dapat menjadi inspirasi dan menumbuhkan rasa
sadar bagi para pembaca dan juga bagi penulis sendiri.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhamad Afham Ulumi,
S.SY., MH selaku dosen mata kuliah Studi Qur’an Hadist yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dan membagikan
Sebagian pengetahuannya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka, kritik dan saran yang membangun
sangat kami perlukan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr Wb

Kudus, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1. Latar Belakang .............................................................................................1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................2
3. Tujuan Penulisan Makalah ...........................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN .....................................................................................................3
1. Konsep Ilmu Qiro’ah....................................................................................3
2. Konsep Rosm Al-Qur’an..............................................................................6
BAB III
PENUTUP .............................................................................................................13
A. Kesimpulan ................................................................................................13
B. Saran ...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
ILMU QIRO’AH
Ilmu qiro’ah Al-Qur’an adalah salah satu cabang kajian ulumul Qur’an.
Perkembangan ilmu qiro’ah sendiri telah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW,
pada masa itu qiraat terbatas pada para sahabat yang menekuni bacaan (qira’at) Al-
Quran tetapi belum terkodifikasi dengan baik. Ilmu Qiro’ah Al-Qur’an adalah suatu
ilmu untuk mengetahui cara pengucapan lafal-lafal Al-Qur’an, baik yang disepakati
maupun yang diperselisihkan oleh para ahli qiraat. Aspek yang ditelaah dalam studi
ilmu qiro’ah Al-Qur’an ialah ragam bacaan dan sistem qiraat, yang memiliki
hikmah dan manfaat betapa terjaga dan terpeliharanya kitab Allah dari perubahan
dan penyimpangan pada hal kitab ini mempunyai sekian banyak segi bacaan yang
berbeda-beda. Meringankan umat islam dan memudahkan mereka untuk membaca
Qur’an, ini menunjukkan bukti kemukjizatannya Al-Qu’an dari segi kepadatan
makna (i’jaz) nya
ROSM AI-QUR’AN
Rasm Al-Qur’an adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-
Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya
maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Al-Qur’an dikenal juga
dengan sebutan Rasm Al-Utsmani.
Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW, dilakukan oleh para
sahabat-sahabat baik dalam penulisannya maupun urutannya dengan tujuan untuk
menyatukan kaum muslimin pada satu mushab dengan menyeragamkan bacaan
serta menyatukan susunan ayat-ayatnya. Dengan demikian tidak terjadi perbedaan
pemahaman antara mushab yang lain.
Tulisan Al-Qur’an ‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada Sayyidina
Utsman Ra. (Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan Al-
Qur’an yang dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Utsman pada tahun 25 oleh

1
para ulama. Cara penulisan ini biasanya diistilahkan dengan “Rasmul ‘Utsmani’
yang kemudian dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman Ra.
al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir, salah satu sumber hukum islam yang
menduduki peringkat teratas dan seluruh ayatnya berstatus qat’l al-Qurud yang
diyakini eksistensinya sebagai wahyu dari Allah SWT. Dengan demikian, autentitas
serta orsanilitas al-Qur’an benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena Al-
Qur,an adalah wahyu Allah baik dari segi lafadz maupun dari segi maknanya. Sejak
awal hingga akhir turunnya, seluruh ayat al-Qur’an telah ditulis dan
didokumentasikan oleh para juru tulis wahyu yang ditunjuk Rasulullah saw.
Disamping itu seluruh ayat-ayat Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir baik
secara hafalan maupun tulisan.

A. RUMUSAN MASALAH
a) Bagaimana konsep dari Ilmu Qiro’ah?
b) Bagaimana Konsep dari Rosm Al-Qur’an?
B. TUJUAN MASALAH
a) Untuk Mengetahui Konsep Ilmu Qiro’ah
b) Untuk Mengetahui Konsep Rosm Al-Qur’an

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP ILMU QIRO’AH


Al-Qira’at, jamak dari qiraatun, mashdar dari qara’a, yara’u qira’atan.
Menurut istilah yaitu: madzhab pembaca al-Qur’an dari para imam qura’ yang
masing-masing mempunyai perbedaan dan pengucapan al-Qur’an dan
disandarkan pada sanad-sanadnya sampai kepada Rasulullah Saw.1
Qiro’ah dari segi bahasa adalah bacaan. Dengan demikian, qiro’ah al-
Qur’an berarti bacaan al-Qur’an. Menurut istilah, Qiro’ah merupakan suatu
madzhab yang dianut oleh seorang imam dalam membaca al-Qur’an yang
berbeda satu dengan yang lainnya dalam pengucapan al-Qur’an serta disepakati
riwayat dan jalurnya, baik perbedaan dalam pengucapan huruf dan lafadznya.2
Para ulama berpendapat dalam mendefinisikan qiro’ah. Manna’ Khalil
al-Qattan mendefinisikan Qiro’ah sebagai salah satu madzhab pengucapan al-
Qur’an yang dipilih seorang imam Qurra’ sebagai suatu madzhab yang berbeda
dari cabang yang lain.3
Al-Jazari mengartikan Qiro’ah sebagai pengetahuan tentang cara-cara
melafalkan kalimat al-Qur’an dengan perbedaan kalimat al-Qur,an yang
didasarkan pada orang yang meriwayatkannya.4 Menurut M.Natsar Arsyad,
perintis ilmu al-Qur’an diantaranya : Abu Ubaid al-Qassim ibnu salam, Abu
Hatim al-Sajistani, Abu Ja’far ath-Thabari, dan Ismail al-Qadhi.5 Abu Syamah

1
1Muhammad Ali Ash-Sha``abuni, Ikhtisar Ulumul Qur’anPraktis, (Jakarta: Pustaka Amani, 2001)
hlm, 357.
2 Rusydi Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits Teori dan Metodologi, (Yogyakarta:
IRCSoD, 2015) hlm 130 yang dikutip dari Kitab Manahilul ‘Irfan Fi Ulumil Qur’an karya Az-Zarqani,
(Beirut: Darul Fikr, 1988) hlm, 142.
3 Ibid
4 Ibid hlm 143, yang dikutip dari bukunya Abduh Zulfikar Akaha, Al-Qur’an dan Qira’ah (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 1996), hlm, 194.
5 Ibid, yang dikutip dari bukunya M. Natsir Arsyid, Seputar al-Qur’an, Hadits, dan Ilmu (Bandung:
Al-Bayan 1995), hlm, 35-37.

3
al-Dimasyqi menganggap ilmu qiro’ah adalah sebuah disiplin ilmu yang
berbicara tentang cara artikulasi dan ragam perbedaan lafal al-Qur’an yang
disandarkan pada perowi yang mentrasmisikannya.6 Dari beberapa definisi
yang telah disebutkan di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa Abu Syamah
al-Dimasyqi dan Ibn al-Jazari tidak hanya menganggap qiro’ah sebagai sistem
penulisan dan ragam artikulasi lafal, namun keduanya juga menganggap qiro’ah
sebagai disiplin ilmu yang independen.7

1.1 Perkembangan Imu Qiro’ah


Pada dasarnya, ilmu qiro’ah sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw.
Hanya saja masa itu qiro’ah terbatas pada sahabat yang secara khusus
menekuni bacaan al-Qur’an, mengajarkan, dan mempelajarinya. Para sahabat
nabi ini selalu ingin mengetahui ayat yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.
Untuk itu, mereka kemudian menghafalkan bahkan membacakannya di
hadapan Nabi unuk disimak.8
Ilmu Qiro’ah baru dibukukan pada abad ke-3 Hijriah. Para ahli sejarah
mengatakan bahwa orang yang berjasa menuliskan ilmu qiro’ah adalah Imam
Abu Ubaid al-Qasim bun salam (224 H). Abu Ubaid menulis yang
menghimpun qira’at dari 25 orang perawi, dan menamainya dengan kitab
Qira’at.9
Menurut Ibnu Jazari, antuasisme para ulama terhadap ilmu qiro’ah
dilatarbelakangi oleh maraknya kebohongan yang dilakukan para musuh Islam
terhadap al-Qur’an. Pada saat yang bersamaan, ilmu mengenai al-Qur’an dan
hadist sudah memiliki banyak cabang. Alasan lainnya adalah berkaitan dengan
kaum muslim yang sangat memerlukan ilmu qira’at sebagai upaya menjaga dan

6
Wawan Djunaidi, Sejarah Qira’at al-Qur’an di Nusantara, (Jakarta Pusat: Pustaka STAINU, 2010)
hlm, 21
7
Wawan Djunaidi, Sejarah Qira’at al-Qur’an di Nusantara, hlm 22
8
Ibid, yang dikutip dari bukunya Muhammad Thabathaba‟i, Mengungkap Rahasia al-Qur’an
(Bandung: al-Mizan, 1990) hlm, 134.
9
Ibid, Rusydi Anwar, hlm, 133.

4
memelihara al-Qur’an dari perubahan dan pemutarbalikan yang akan dilakukan
oleh musuh-musuh Islam.10

1.2 Qiro’ah yang Diterima dan Ditolak


Para ulama melakukan persyaratan untuk menentukan Qiro’ah yang benar
dan diterima dan yang salah harus ditolak. Beberapa persyaratan itu adalah
sebagai berikut:
1. Qiro’ah harus sesuai dengan kaidah Bahasa Arab
2. Qiro’ah itu harus sesuai dengan salah satu mushaf Utsmani.
3. Qiro’ah itu harus shahih sanadnya.11
Dalam menentukan keshahihan sanad Qiro’ah, Ibnu Jazari membuat
beberapa kelompok kategori, yaitu sebagai berikut:
1. Qiro’ah mutawatir yakni qiro’ah yang diriwayatkan oleh sejumlah
rawi yang banyak dan juga periwayat yang banyak pula, sehingga
tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta.
2. Qiro’ah masyhur, yaitu qiro’ah yang sanadnya bersambung kepada
Rasulullah Saw, tetapi hanya diriwayatkan oleh seorang atau
beberapa orang yang adil dan tsiqah, sesuai dengan salah satu
mushaf Utsmani baik berasal dari imam tujuh, imam sepuluh
maupun imam lain yang diakui.
3. Qiro’ah ahad, yaitu qiro’ah yang sanadnya shahih tetapi menyalahi
Mushaf Utsmani atau kaidah Bahasa Arab atau tidak popular seperti
mutawatir dan masyhur.
4. Qiro’ah syadz, yakni qiro’ah yang sanadnya cacat atau tidak
bersambung kepada Rasulullah Saw.
5. Qiro’ah maudhu, yakni qiro’ah yang nisbatnya kepada seseorang
tanpa dasar. 12

10
Ibid, hlm 134 yang dikutip dari bukunya Sya‟ban Muhammad Ismail, Mengenal Qira’at
alQur’an (Semarang: Dimas, 1993) hlm, 124.
11
Rusydi Anwar, 124.
12
Rusydi Anwar, 135.

5
6. Qiro’ah mudraj, yaitu qiro’ah yang di dalamnya terdapat lafadz atau
kalimat tambahan yang biasanya dijadikan penafsiran bagian ayat
Al-Qur’an, seperti qira’at Ibnu Abbas, laisa alaikum an tabtaghu
fadhlan mirabikum yang kemudian ditambah dengan kalimat
fimawasimilhajj.13

1.3 Manfaat Mempelajari Ilmu Qiro’ah


Dengan memahami ilmu qiro’ah dengan perbedaan-perbedaannya, maka
kita mendapatkan beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:14
1. Membantu kita dalam melakukan kajian tafsir serta dapat menjelaskan
yang masih dianggap global bagi qiro’ah lain, terutama dalam intinbath
hukum. Seperti qiro’ah.
2. Menunjukkan terpeliharanya al-Qur’an dari perubahan dan
penyimpangan, mengingat kitab tersebut mempumyai banyak segi
bacaan.
3. Sebagai salah satu bukti akan kemukjizatan al-Qur’an, baik dari segi
lafdz dan maknanya.

2. KONSEP ROSM AL-QUR’AN


Rosm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasma, yang berarti menggambar
atau melukis15. Kata rasm juga diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau
menurut aturan. Jadi rosm berarti tulisan atau penulisan yang mempunyai
metode tertentu.
Dalam kitab Manahil al-Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an disebutkan bahwa yang
dimaksud Rosm al-Qur’an atau al-Mushaf adalah

‫ﺮﺍﻥ‬ ِ ‫ﻋ ْﻨﻪُ ﻓﻰ ِﻛﺘَﺎ َﺑ ِﺔ َﻛ ِﻠ َﻤﺎ‬


ِ ُ‫ﺕ ﺍﻟﻘ‬ ِ ‫ﺗَﻀَﺎﻩ ﻋُﺜ َﻤﺎﻥ‬
َ ‫ﺭﺿﻰ ﷲ‬ ْ ‫ﺍﻟﻮ‬
‫ﺿ ُﻊ ﺍﻟﺬِﻯ ﺍﺭ‬ َ ‫ﺍﻟﻤﺼﺤﻒ ﻳُ َﺮﺍ ُﺩ ﺑﻪ‬
ِ ‫ﺳ ُﻢ‬
ْ ‫َﺭ‬
‫ﻭ ُﺣ ُﺮ ْﻭ‬

13
Rusydi Anwar, 136
14
Rusydi Anwar,136-137.
15
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta: t.tp. 1954),h.533

6
Artinya : “Rasm mushaf yang dimaksud disini adalah kaidah yang
disepakati oleh Utsman RA. dalam penulisan kalimat-kalimat Al-Qur‟an
dan hurufnya”.

2.1 Perkembangan Rosm al-Qur’an


Di zaman Nabi saw, al-Qur’an ditulis pada benda-benda sederhana,
seperti kepingan- kepingan batu, tulang-tulang kulit unta dan pelepah
kurma.

Tulisan AL-Qur’an ini masih terpencar-pencar dan belum terhimpun


dalam sebuah msuhaf dan disimpan dirumah Nabi Muhammad SAW.
Penulisan ini bertujuan untuk membantu memelihara keutuhan dan
kemurnian Al-Qur’an. Di zaman Abu Bakar, al-Qur’an yang terpancar-
pancar itu di salin kedalam shuhuf (lembaran-lembaran). Di zaman khalifah
Usman bin Affan, al-Qur’an disalin lagi kedalam beberapa naskah. Utsman
membentuk tim 4 yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair,
Saad Ibn al-Ash, dan Abd al-Rahman Abd al-harits. Dalam kerja penyalinan
al-Qur’an, mengikuti ketentuan-ketentuan yang disetujui oleh Khalifah
Usman. Di antara ketentuan-ketentuan itu adalah bahwa menyalin ayat
berdasarkan riwayat mutawatir, mengabaikan ayat-ayat Mansukh dan tidak
diyakini dibaca kembali dimasa hidup Nabi Muhammad SAW.16

2.2 Hukum Dan Kedudukan Serta Pendapat Ulama Tentang Rasm Al-Qur’an.

Kedudukan rasm Usmani diperselisihkan para ulama, pola penulisan


tersebut merupakan petunjuk Nabi atau hanya itjtihad kalangan sahabat.
Adapun pendapat mereka sebagai berikut:
a.) Kelompok pertama (Jumhur Ulama) berpendapat bahwa pola rasm Usmani
bersifat tauqifi dengan alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-
sahabat yang ditunjuk dan dipercaya Nabi Muhammad SAW. Para sahabat
tidak mungkin melakukan kesepakatan (ijma’) dalam hal-hal yang
bertentangan dengan kehendak dan restu Nabi. Bentuk-bentuk inkonsentensi

16
Ibid. h.30-31

7
didalam penulisan al-Qur’an tidak bisa dilihat hanya berdasarkan standar
penulisan baku, tetapi dibalik itu ada rahasia yang belum dapat terungkap
secara keseluruhan. Dengan demikian menurut pendapat ini, hukum
mengikuti rasm Usmani adalah Wajib, dengan alasan bahwa pola tersebut
merupakan petunjuk Nabi (taufiqi).17
b.) Kelompok Kedua berpendapat, bahwa pola penulisan di dalam rasm Usmani
tidak bersifat taufiqi, tetapi hanya bersifat ijtihad bagi para sahabat. Tidak
ditemukan riwayat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu, bahkan
sebuah riwayat yang dikutip oleh Rajab Farjani, sesungguhnya Rasulullah
SAW memerintahkan menulis al-Qur’an, tetapi tidak memberikan petunjuk
teknis penulisannya, dan tidak melarang menulisnya dengan pola-pola
tertentu.18
c.) Kelompok ketiga Mengatakan, bahwa penulisan Al-Qur’an dengan rasm
Imla’I dapat dibenarkan, tetapi kusus bagi orang awam. Bagi para ulama atau
yang memahami rasm Usmani, tetap wajib mempertahankan keaslian rasm
tersebut. Pendapat ini diperkuat al-Zarqani dengan mengatakan bahwa rasm
Imla’I diperlukan untuk menghindarkan umat dari kesalahan membaca Al-
Qur’an, sedangkan rasm Usmani diperlukan untuk memelihara keaslihan
mush haf Al-Qur’an.19

Dari ketiga pendapat diatas penulis lebih cenderung menyatakan, bahwa untuk
penulisan Al-Qur‟an secara utuh sebagai kitab suci umat Islam, semestinya
mengikuti dan berpedoman kepada rasm usmani, hal ini mengingat pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut:

1. Umat Islam diseluruh dunia memiliki kitab suci yang seragam dalam pola
penulisannya, sesuai dengan pedoman aslinya.

17
M.Quraish Shihab, dkk., Sejarah dan ulum Al-Qur’an, (Cet. III; Jakarta Pustaka Firdaus, 2001), h.
95.
18
Muhammaad Rajab Farjani, Kaifa nata Abbad Ma’a ai-Mushaf (t.tp. Daar al-
I’Tisham.1978),h.166.
19
M>Quraish op.cit h 89

8
2. Pola penulisan al-Qur’an dengan rasm Usmani, kalaupun tidak bersifat
taufiqi minimal telah merupakan ijma‟ atau kesepakatan para sahabat Nabi.
Ijla‟ sahabat memiliki kekuatan hokum tersebut yang wajib diikuti, termasuk
dalam penulisan al-Qur’an dengan rasm Usmani (bila dimaksutkan sebagai
kitab suci secara utuh).
3. Pola penulisan al-Qur’an berdasarkan rasm Usmani boleh dikatakansebagian
besar sesuaidengan kaidah-kaidah rasm Imla’ dan hanya sebagian kecil saja
yang menyalahi atau berbeda dengan rasm Imla’.
2.3 Kaidah-Kaidah Rasm Al-Quran
Kaidah ini teringkas dalam enam kaidah:

ْ
1. Hadzf (‫)ﺍﻟ َﺤﺬْﻑ‬
Hadzf artinya membuang. Dalam penulisan Al-Qur’an ada beberapa huruf
yang dibuang. Huruf yang dibuang diantaranya alif, wau, ya’, lam dan nun.
Contoh wau yang dibuang:
ُ ‫ﺍ َ ْﻟﻐَﺎﻭﻥَ )ﺍ َ ْﻟﻐ‬
( َ‫َﺎﻭ ْﻭﻥ‬
Contoh ya’ yang dibuang:
(‫ِﻲ ِﺩﻳ ِْﻦ ) ِﺩ ْﻳ ِﻨ ْﻲ‬
َ ‫َﻭﻟ‬
Contoh lam yang dibuang:
‫)ﻭ ﱠ‬
(‫ﺍﻟﻠ ْﻴ ِﻞ‬ َ ‫َﻭ ﱠﺍﻟ ْﻴ ِﻞ‬
Contoh nun yang dibuang:
) ُ‫َﻟ ْﻢﻧَﻚ‬
(‫ﻧَ ُﻜ ْﻦ‬
ِّ
2. Ziyadah (‫)ﺍﻟﺰ َﻳﺎﺩَﺓ‬
Ziyadah artinya menambah. Huruf yang ditambahkan diantaranya alif, wau,
ya’ dan Ha’.
Contoh penambahan alif:
َ ُ‫ﺃ َ ْﻭ َﻷَﺍﺫْ َﺑ َﺤ ﱠﻨﻪ‬
(ُ‫)ﻷَﺫْ َﺑ َﺤ ﱠﻨﻪ‬
Contoh penambahan wau:
(‫ﺳﺄ ُ ِﺭ ْﻳ ُﻜ ْﻢ‬ ِ ُ ‫ﺳﺄ‬
َ ) ‫ﻭﺭ ْﻳ ُﻜ ْﻢ‬ َ
ْ
3. Hamzah (‫)ﺍﻟ َﻬ ْﻤﺰَ ﺓ‬
Hamzah ditulis dalam bentuk alif, ya’, wau, atau seperti kepala ain.
Hamzah di awal kata ditulis dalam bentuk alif.

9
Contoh:
‫ ﺍِﺑ ٌْﻦ‬،‫ﺎﺭ‬ ْ‫ﻻ‬
ُ ‫ﻧ َﻬ‬ ْ َ‫ﺃ‬
َ ْ َ ‫ ﺍ‬، َ‫ﻧ َﻌﻤْﺖ‬
Hamzah di tengah kata ditulis menyesuaikan dengan harakat pada hamzah
dan huruf sebelumnya. Urutan harakat terkuat antara hamzah dan huruf
sebelumnya adalah kasrah, dhammah, fathah dan sukun. Ditulis dalam
bentuk alif apabila mengacu pada harakat fathah; ditulis dalam bentuk ya’
apabila mengacu pada harakat kasrah; ditulis dalam bentuk wau apabila
mengacu pada harakat dhammah.
ْ ‫ﺼ ُﻞ َﻭ ْﺍﻟ َﻮ‬
4. Fashal dan Washal (‫ﺻﻞ‬ ْ
ْ ‫)ﺍﻟ َﻔ‬
Yang dimaksud fashal atau washal adalah pemisahan atau penggabungan
dalam penulisan. Istilah lainnya adalah maqthu’ dan maushul namun
maksudnya sama. Dalam al-Qur’an, ada dua kata yang ditulis bersambung,
namun kadang pula ditulis terpisah.
Contoh:
‫ﺃ َ ْﻥ ﱠﻻ – ﺃ َ ﱠﻻ‬
‫ِﺇ ْﻥ َﻟ ْﻢ – ِﺇ ﱠﻟ ْﻢ‬
‫ﺃ َ ْﻥ َﻟ ْﻦ – ﺃ َ ﱠﻟ ْﻦ‬
5. Badal (‫)ﺍﻟ َﺒﺪْﻝ‬
Badal artinya mengganti. Adapun dalam rasm utsmani, badal adalah
mengganti huruf dengan huruf yang lain.
Mengganti alif dengan wau:
‫ﺼ َﻠﻮﺓ ُ )ﺍﻟ ﱠ‬
(ٍ‫ َﻛﻤِ ْﺸﻜَﻮﺓٍ ) َﻛﻤِ ْﺸﻜَﺎﺓ‬،(ُ‫ﺼ َﻼﺓ‬ ‫ﺍﻟ ﱠ‬
Mengganti alif dengan ya’:
َ َ ‫ﺳﻔَﻰ )ﻳﺄ‬
(‫ﺳﻔَﺎ‬ َ َ ‫ ﻳﺄ‬،(‫ﻀ َﺤﺎ‬
‫ﻀ َﺤﻰ )ﺍﻟ ﱡ‬
‫ﺍﻟ ﱡ‬

2.3 Karakteristik Rosm Qur’an


Dalam sebuah pandangan global, beberapa Karakteristik Rasm
Usmani dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tulisan-tulisan pada masa itu, tidak memiliki titik, baris dan tanda baca.
Tipologi tulisan Arab seperti ini pada masa itu dapat kita saksikan pada
manuskrip-manuskrip kuno berbahasa Arab pada hari ini.

10
2. Kebanyakan huruf, khususnya huruf-huruf alif belum lagi ditulis; seperti
kata-kata seperti al-rahmân, al-alamin.
3. Sebagian huruf ditulis sama dengan bentuk huruf lainnya; seperti alif
pada kata-kata: zakat, sholat.
2.4 Hukum Menulis Al-Qur’an Sesuai Dengan Rasm Al-Qur’an
Sebagian ulama berpendapat bahwa keharusan kita mengikuti rasm
Utsmani adalah untuk memelihara persatuan, supaya tetap berpegang satu
syiar dan satu istilah. Karena pembuat keputusan adalah Utsman dan
pelaksananya Zaid Ibn Tsabit, seorang penulis wahyu dan kepercayaan
Rasul.
kewajiban mengikuti pola penulisan Al-Qur’an versi Mushaf ,Utsmani
diperselisihkan para ulama. Ada yang mengatakan wajib, dengan alasan
bahwa pola tersebut merupakan petunjuk Nabi (tauqifi). Dengan demikian,
Ulama yang tidak mengakui rasm „Utsmani sebagai rasm tauqifi,
berpendapat bahwa tidak ada masalah jika Al-Qur‟an ditulis dengan pola
penulisan standar (rasm imla’i).
Sebagaimana dijelaskan di atas mengikuti rasm utsmani adalah wajib.
Hukum wajib ini akan bertentangan dengan status shahih dari qiraah yang
lain dan bisa mengharamkan qiraah sahih dan mutawatir lain yang tidak
sesuai dengan rasm utsmani. Syeikh Muhammad Ali Ad Dlibagh
mengatakan bahwa, rasm utsmani adalah salah satu rukun dari rukun-rukun
ketujuh qira'ah al-qur’an, maka setiap qira'ah sama sekali tidak bertentangan
dengan rasm utsmani. Beliau menambahkan bahwa ketika seseorang
menulis al-qur’an yang di dalamnya ada qiraah yang berbeda dan harus
menggunakan tulisan yang berbeda pula, maka yang harus dilakukan
menulisnya sesuai dengan rasm utsmani lalu memberinya harakat atau
tanda-tanda lain, sehingga ia tidak dikatakan menyalahi mushaf utsmani.
Sebab yang diharuskan mengikuti rasm utsmani ialah hanya bentuk
penulisan.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Ilmu Qiro’ah
Ilmu qiro’ah al- Qur’an adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
membaca ayat-ayat al-Qur’an yang berupa wahyu Allah SWT. Al -Quran
dapat dibaca dengan varian qiraat yang berbeda dengan silsilah sanad yang
bersambung kepada Rasulullah Saw, fakta ini menunjukkan bahwa Al
Quran terjaga keasliannya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dalam
penjelasa di atas juga kita dapat melihat usaha dan kerja keras Ulama dalam
mentransformasikan qiraat serta mengkodifikasinya sehingga dapat
dipelajari secara riwayah dan dirayah.
2. Rosm Al-Qur’an
a.) Rasm al-Qur’an sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan
Usman Bin affan dan sahabatnya ketika menulis dan membukukan al-
Qur’an
b.) Rasm al-Qur’an cikal bakal sudah ada sejak masa Rasulullah saw.
Dalam artian pencatatan wahyu oleh para sekretaris Nabi SAW. Yang
ditekan langsung oleh beliau dengan model tulisan pada saat itu. Sedangkan
tulian Al-Qur’an dideklarasikan sebagai ilmu rasm al-Qur’an pada masa
khalifah Usman bin Affan, yang ditandai dengan pembentukan tim penulis
dan pengganda mushaf al-Qur’an dengan menggunakan metode khusus atas
petunjuk khalifah Usman.
c.) Tentang hukum menulis ayat-ayat al-Qur’an menurut rasm al-Qur’an
para ulama berbeda pendapat ada yang berpendapat bahwa itu taufikh dan
ada pula yang berpendapat bahwa itu adalah ijtihad.
Rasm Usmani mempunyai beberapa kaidah-kaidah:
a. Kaidah buang (al-Hadzf)
b. Kaidah penambahan (al-Ziyadah)

12
c. Kaidah hamzah (al-hamzah)
d. Kaidah mengganti (al-Badal)
e. Kaidah sambung dan pisah (wask wa al-fashl).

B. SARAN
Demikian makalah tentang “Ilmu Qiro’ah Dan Rosm Al-Qur’an” semoga
bermanfaat dan menambah wawasan tentang ilmu qiro’ah dan rosm al-
Qur’an beserta isinya, Kami menyadari bahwa makalah yang kami
selesaikan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka,
kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan demi
kesempurnaan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Wahid, Ramli. Ulum Al-Qur’an. Edisi Revisi, Jakarta: P.T Grafindo
Persada, Cet, IV 2002.

AF, Hasanuddin. Anatomi Al-Qur’an perbedaan Qira’at dan pengaruhnya


terhadap istinbat hukum dalam Al-Qur’an.CeI,Jakarta:P.T Raja Grafindi
Persada. 1995.

Ahmad Warsono. Munawir Kamus al-Munawir, Yogyakarta: t.tp. 1954

Al-Zarqazi, Muhammad Ibnu Abdillah, al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an. Jilid


Cairo:Maktabah: Isa al-Babi al-Haklabi wal syirkah, 1997.

Ash-Siddieqy, Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Quran. Semarang: PT Pustaka


Rizki Putra, Cet, III 2009

14

Anda mungkin juga menyukai