Anda di halaman 1dari 14

Rasm Al Qur’an

Di susun untuk memenuhi salah tugas

Mata kuliah : Tarikh Qur’an

Dosen : Nor Faridatunnisa, S. Thl.,M. Hum

Disusun oleh :

Muhammad Ashri

NIM : 2013130052

Imar

NIM : 2013130055

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

FAKULTAS USHULUDDIN

PROGAM STUDI ILMU AL - QUR’AN TAFSIR

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala limpahan rahmat, bimbingan dan petunjuk serta hidayah-Nya,
sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Tarikh Qur’an.

Kami mohon maaf atas kesalahan serta kekhilafan yang kami perbuat baik
sengaja maupun tidak sengaja dan kami mengharapkan kritik dan saran demi
menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan dapat berguna semaksimal
mungkin.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini


tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari Ibu Nor
Faridatunnisa, S. Thl.,M. Hum Selaku dosen mata kuliah Tarikh Qur’an serta semua
pihak yang membantu.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi semua yang membacanya. Semoga Allah SWT memberikan
petunjuk serta rahmat-Nya kepada kita semua.

Palangka Raya, Mei 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
i
KATA PENGHANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1. Latar Belakang......................................................................................1
2. Rumusan Masalah.................................................................................2
3. Tujuan Pembahasan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

1. Pengertian Rasm Al Qur’an .................................................................3


2. Macam-macam Rasm Al Qur’an..........................................................3
3. Kaidah-kaidah Rasm Al Qur'an............................................................4
4. Standarisasi Rasm Al Qur’an................................................................6
5. Diskursus Rasm Al Qur’an...................................................................7
6. Penyempurnaan Rasm Al Qur’an.........................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................9

1. Kesimpulan...........................................................................................9
2. Saran.....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir di maksutkan untuk menjadi petunjuk, bukan
saja bagi anggota masyarakat tempat kitab ini diturunkan, tetapi juga bagi seluruh masyarakat
manusia hingga akhir zaman. Al-Qur’an juga merupakan salah satu sumber hokum islam
yang menduduki peringkat teratas1. Dan seluruh ayatnya berstatus qat’I al-Qurud yang
diyakini eksistensinya sebagai wahyu dari Allah swt.2 Dengan demikian, autentitas serta
orsanilitas al-Qur’an benar-benar dapat di pertanggung jawabkan, karena ia merupakan
wahyu Allah baik dari segi lafadz maupun dari segi maknanya. Sejak awal hingga akhir
turunnya, seluruh ayat Al-Qur’an telah ditulis dan di dokumentasikan oleh para juru tulis
wahyu yang ditunjuk oleh rasulullah saw3. Disamping itu seluruh ayat-ayat Al-Qur’an
dinukilkan atau diriwayatkan secara mutawatir baik secara hafalan maupun tulisan.

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai mukjizat terbesar sekaligus penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur’an
yang awalnya adalah wahyu yang disampaikan untuk dibaca dan dihafal 4 seiring
bertambahnya zaman, berkembang menjadi tulisan5 bahkan dicetak6 dengan alat-alat canggih di
berbagai penerbit di dunia.

Dalam pada itu, Al-Qur’an sebagai yang dimiliki umat Islam sekarang, ternyata telah
mengalami proses sejarah yang cukup unik dalam upaya penulisan dan pembukuannya. Pada
masa Nabi saw, Al-Qur’an belum ditulis dan dibukukan dalam satu mushaf. Ia baru ditulis
pada kepingan-kepingan tulang’ pelepah-pelepah kurmna, dan batu-batu sesuai dengan

1
Abdull Wahab Khallaf, Ilmu ushul al-Fiqh, (Cet. I Mesir:Maktabah al-Da’wa al-Islamiyah, 1968), h.21
2
ibid. h 34
3
Hasanuddin AF, Analomi Al-Qur’an perbedaan Qira’at dan pengaruhnya terhadap istimbath hokum dalam al-
Qur’an, (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h.2.
4
Dibaca dan dihafal ini adalah terjadi ketika awal-awal wahyu turun, yang mana malaikat jibril meminta
Muhammad untuk membaca wahyu kemudian menghafal dan menyampaikannya kepada para sahabat dan
seluruh umat.
5
Berkembang dalam bentuk tulisan berawal dari kekhawatiran khalifah umar bin khattab karena semakin
banyak penghafal al-Qur’an (para hafidz) wafat dalam medan perang, sehingga kumpulan wahyu atau ayat-
ayat itu harus disatukan dalam satu kitab.
6
Berkembang dengan hasil cetakan pastinya terjadi di abad ke 20 an saat teknologi semakin berkembang alat-
alat canggih pun dimaksimalkan agar al-Qur’an semakin mudah dibaca dan semakin cepat disebar luaskan.

1
kondisi peradaban masyarakat waktu itu yang belum mengenal adanya alat tulis menulis
seperti kertas.

2. Rumusan masalah

a. Apa pengertian Rasm Al Qur’an


b. Sebutkan macam-macam Rasm Al Qur’an
c. Sebutkan kaidah-kaidah Rasm Al Qur’an
d. Jelaskan standarisasi Rasm Al Qur’an
e. Jelaskan diskursus Rasm Al Qur’an
f. Bagaimana penyempurnaan Rasm Al Qur’an

3 Tujuan Pembahasan

a. Mengetahui pengertian Rasm Al Qur’an


b. Mengetahui macam-macam Rasm Al Qur’an
c. Mengetahui kaidah-kaidah Rasm Al Qur’an
d. Mengetahui standarisasi Rasm Al Qur’an
e. Mengetahui diskursus Rasm Al Qur’an
f. Mengetahui penyempurnaan Rasm Al Qur’an

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasm Al Qur’an

Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasma, yang berarti menggambar
atau melukis.7 Kata rasm ini juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau
menurut aturan.8 Jadi rasm berarti tulisan atau penulisan yang yang mempunyai
metode tertentu. Adapun yang dimaksut rasm dalam makala ini adalah pola penulisan
Al-Qur’an yang digunakan Usman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis
dan membukukan al-Qur’an.

Rasm Al-Qur’an atau adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf
Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya
maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga dengan
sebutan Rasm Al-Utsmani, Khalifah Usman bin Affan memerintahkan untuk
membuat sebuah mushaf Al-Imam, dan membakar semua mushaf selain mushaf Al-
Imam ini karena pada zaman Usman bin Affan kekuasaaan Islam telah tersebar
meliputi daerah-daerah selain Arab yang memiliki sosio-kultur berbeda. Hal ini
menyebabkan percampuran kultur antar daerah. Sehingga ditakutkan budaya arab
murni termasuk di dalamnya lahjah dan cara bacaan menjadi rusak atau bahkan hilang
tergilas budaya dari daerah lainnya. Implikasi yang paling ditakutkan adalah rusaknya
budaya oral arab akan menyebabkan banyak perbedaan dalam membaca Al-Qur’an.9

B. Macam-macam Rasm Al Qur’an

Dalam mushaf Al-Quran cetak yang beradar saat ini, kita mengenal dua sistem
penulisan rasm Al-Qur'an yang lazim digunakan. Pertama, sistem penulisan dengan
rasm qiyasi atau rasm imla’i, yaitu penulisan kata sesuai dengan pelafalan atau
bacaannya. Namun, penting dicatat bahwa kata-kata yang sudah masyhur dan baku.
Jadi, yang dituliskan dengan menggunakan rasm qiyasi ialah terhadap kata-kata yang
tidak memiliki tulisan baku. Dengan kata lain, tidak ada satu pun Al-Qur’an yang
ditulis seluruhnya dengan rasm qiyasi atau rasm imla’i. Adapun mushaf yang ditulis
dengan rasm qiyasi atau imla’i seperti Mushaf Turki, Mushaf Menara Kudus (Mushaf

7
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta: t.tp. 1954),h.533
8
Moenawir Khalil, al-Qur’an dari masa kemasa (Cet. IV; Soloh:CV RAmdani, 1985),h.27-28
9
https://id.wikipedia.org/wiki/Rasm_al-Qur%27an

3
Turki), dan Mushaf Indonesia jenis Bahriyyah.10 Kedua, sistem penulisan dengan
rasm usmani, yaitu sistem penulisan Al-Qur’an sebagaimana yang telah ditulis pada
masa Khalifah ketiga, Usman bin Affan, oleh tim yang dipimpin oleh Zaid bin Sabit.
Penamaannya dengan rasm usmani adalah karena dinisbahkan kepada Khalifah
Usman bin Affan sebagai khalifah yang memerintahkan penulisan kembali Al-Qur’an
pada masa itu. Dalam rasm usmani terdapat dua riwayat paling masyhur yang diikuti,
yang dikenal dengan sebutan Syaikhani fi ‘ilm ar-Rasm al-‘Usmani (Dua ulama yang
kredibel dalam ilmu rasm usmani) yaitu: (1) riwayat Abu ‘Amr Ad-Dani, yang lebih
dikenal dengan Ad-Dani (w. 444 H) dalam kitab Al-Muqni’ fi Ma’rifati Marsum
Masahif Ahl al-Amsar, dan (2) riwayat Abu Dawud Sulaiman bin Najah yang dikenal
dengan Abu Dawud (w. 496 H.) dalam Mukhtasar at-Tabyin li Hija’ at-Tanzil.11

C. Kaidah-kaidah Rasm Al Qur’an


Mushaf Usmani ditulis menurut kaidah-kaidah tulisan tertentu yang berbeda
dengan kaidah tulisah imlak. Para ulama merumuskan kaidah-kaidah tersebut menjadi
enam istilah.12
1. Kaidah Buang ( al-Hadzf )
a. Membuang atau menghilangkan huruf alif :
1. Dari ya nida ( ya seru )
2. Dari ha tanbi ( ha menarik perhatian )
3. Dari kata na
4. Dari lafal Allah
5. Dari dua kata “ Arrohman “ dan “ sabbihun “
6. Sesudah huruf lam
7. Dari semua bentuk musanna ( dual )
8. Dari semua bentuk jamak shahih, baik muzakkir maupun
muannas
9. Dari semua bentuk jamak yang setimbang
10. Dari semua kata bilang
11. Dari basmalah

b. Membuang huruf “ ya “
10
https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/386-dua-perbedaan-penulisan-rasm-dalam-al-qur-an-cetak
11
https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/386-dua-perbedaan-penulisan-rasm-dalam-al-qur-an-cetak
12
Muhammad Ibnu Abdillah Al-Zarqazi, al-Burhan fi Ulum Ai-Qur’an, (Jilid I, Cairo: Maktabah: Isla al-babi al-
Halabi wa syirkah, 1972), h.376-403.

4
Huruf yang dibuang dari setiap munaqushah munawwan, baik
berbasis raf maupun jar

c. Membuang huruf “ waw “


Huruf waw dibuang apabila bergandengan dengan huruf waw
juga
d. Membuang huruf “ lam “
2. Kaidah penambahan ( al-Ziyadah )
Penambahan (al-ziyadah) disini berarti penambahan huruf alif atau ya
atau hamza pada kata-kata tertentu.
a. Penambahan huruf alif :
1. sesudah waw apda akhir setiap isim jama’ kata benda
berbentuk jamak atau mempunya hokum jamak
2. Penambahan huruf alif sesudah hamza (hamza yang ditulis di
atas rumah ( waw )
b. Penambahan huruf ya
3. Kaidah Hamzah ( al-Hamzah )
Apabilah hamzah berharakat (berbaris) sukun (tanda mati), maka tulis
dengan huruf berharakat yang sebelumnya, kecuali pada beberapa
keadaan.
Adapun hamzah yang berharakat, maka jika ia berada diawal kata dan
bersambung dengan hamah tersebut tambahan, mutlak harus ditulis dengan
alif dalam keadaan berharakat fathah atau kasrah
Adapun jika hamzah terletak ditengah, maka ia ditulis sesuai dengan
huruf harakatnya. Kalau fathah dengan alif, kalau kasrah dengan ya dan
kalau Dhammah dengan waw. Tetapi, apabila huruf yangsebelum hamzah
itu sukun, maka tidak ada tambahan. Namun , diluar tersebut ini kata yang
di kecualikan.
4. Kaidah penggantian ( al-Badal )
Dalam surah al-Baqarah, al-A’raf, Hud, Maryam, Al’Rum, dan al-Zurhur.
Dan kata ta’nis ditulis dengan kata maftuhah pada kata yang terdapat
dalam Surah Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Maidah, Ibrahim, Al-Nahl,
Lukman, Fathir, dan Al-Thur demikian juga yang terdapat pada surah al-
Mujadalah.

5
5. Kaidah sambung dan pisah ( washl dan fashl )
Washl berarti menyambung, disini washl dimaksutkan metode
penyambungkan kata yang mengakibatkan hilang atau dibuangnya huruf
tertentu seperti antara lain
a. Bila an dengan harakat fatha pada hamzanya disusun dengan la, maka
penulisannya bersambung dengan menghilangkan huruf nun, tidak
ditulis.
b. Min yang disusun dengan man ditulis bersambung dengan
menghilangkan huruf nun sehingga menjadi mimman, bukan min man.
6. Kata yang bisa dibaca dua bunyi
Satu kata yang boleh dibaca dengan dua cara dalam bahasa Arab
penulisannya disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Didalam mushaf
Usmani penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif,
seperti pada kalimat maliki yaumiddin yakhdaunallah, ayat-ayat ini boleh
dibaca dengan menetapkan alif (madd) dan boleh dengan suara tanpa alif
sehingga bunyinya pendek.13
D. Standarisasi Rasm Al Qur’an
Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia adalah Mushaf Al-Qur’an yang
dibakukan cara penulisannya (rasm), harakat, tanda baca dan tanda wakafnya
berdasarkan hasil Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Al-Qur’an I s.d IX (1974 s.d
1983) dan dijadikan sebagai pedoman penerbitan mushaf Al-Qur’an di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, mushaf-mushaf yang beredar di Indonesia pada tahun
1970-an didominasi mushaf model Bombay. Mushaf itulah yang kemudian pada
Muker Ulama Al-Qur’an yang berlangsung 9 tahun banyak dijadikan pijakan untuk
menyusun rumusan-rumusan cara penulisan (rasm), harakat, tanda baca dan tanda
wakaf yang nantinya pada Muker ke IX/1983 ditetapkan dalam format yang baru
dengan diberi nama, ‘Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia’ atau ‘Mushaf Standar
Indonesia.
Semua huruf yang dibaca ditulis lengkap dengan harakat, sebaliknya yang
tidak dibaca akan dihilangkan baris harakatnya. Dalam sejarah perkembangan Al-
Qur’an di Indonesia, kehadiran Mushaf Standar Indonesia dinilai cukup efektif dalam
menyeragamkan semua cetakan dan penerbitan Al-Qur’an. Persoalan-persoalan
perbedaan penulisan, harakat, tanda baca dan tanda wakaf hampir tidak lagi terulang.
13
Al-Zakqani, MNuhammad Abd al-Azim, op,cit (jilit I). h.369-373

6
Dalam konteks konsistensi riwayat al-Dani inilah sebenarnya, Mushaf Al-
Qur’an Standar Indonesia yang pada Mukernas Ulama Al-Qur’an di Bogor pada
tanggal 25-27 September 2018 dengan melibatkan 110 Ulama dari dalam dan luar
negeri berusaha untuk disempurnakan.14
E. Diskursus Rasm Al Qur’an
Sebagaimana disinggung sebelumnya, hasil standarisasi mushaf khalifah
‘Uthman (w. 35 H) mulanya dimaksudkan sebagai usaha mempersatukan umat,
namun dalam perkembangan selanjutnya justru menjadi pemicu perpecahan. Hasil
standarisasi tersebut kemudian didistribusikan ke beberapa wilayah Islam. Ada
banyak riwayat yang menyebut tentang jumlah mushaf ‘Uthman yang di
distribusikan ke beberapa wilayah Islam waktu itu. Menurut Abu ‘Amr al-Dani (w.
444 H) berjumlah 4 buah, as-Suyuti (w. 911 H) berjumlah 5 buah, Ibn ‘Ashir
berjumlah 6 buah, Abu Hatim as-Sijistani berjumlah 7 buah, Ibn al-Jazari (w. 833 H),
mushaf tersebut berjumlah 8 buah15
Sejarah mencatat, hasil kodifikasi ‘Uthman relatif cukup efektif untuk dapat
mengikat persatukan umat Islam dalam konteks standarisasi teks al-Qur’an.
Setidaknya tidak lagi terjadi pembukuan jilid tiga setelah fase ini16
Menurut riwayat Abu Ahmad al-‘Askari (w. 382), setidaknya lebih lama dari
peralihan masa kodifikasi Abu Bakar ke era ‘Uthman yang menyebutkan masa
berlakunya tulisan mushaf ‘Uthman. Kaum muslimin membaca al-Qur’an dengan
salinan mushaf ‘Uthman selama empat puluh tahun lebih, hingga pada masa
kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan (685-705 M). Pada masa-masa itu banyak
orang menulis al-Qur’an pada lembaran-lambaran kertas dan akhirnya banyak
tersebar di Irak17
Menurut al-Dani (w. 444 H) dalam al-Muhkam, makna dari ”banyak orang
yang menulis al-Qur’an pada lembaran-lembaran kertas” adalah banyaknya orang

14
https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/327-mengenal-rasm-usmani-mushaf-al-qur-an-standar-indonesia
15
Abu Arwa Taufiq bin Ahmad al-Abqari, al-Ikhtilaf bainal-Masahif al-’Uthmaniyyah (al-Qahirah: Maktabah
Aulad al-Shaikh al-Turath, 1423 H/2002 M), 5-6.
16
Dalam sejarah kodifikasi al-Qur’an, dikenal ada al-jam‘u al-awwal (masa pembukuan al-Qur’an yang
pertama) yakni pada masa kekhalifahan Abu Bakar. Dan al-jam‘u al-thani (masa pembukuan al-Qur’an yang
kedua) yaitu pada masa kekhalifahan ‘Uthman. Setelah dua fase ini tidak lagi diketemukan kasus kodifikasi
serupa yang mampu mendongkrak popularitas kodifikasi al-Qur’an, seperti adanya riwayat penambahan huruf
yang dilakukan ‘Ubaidillah bin Ziyad (w. 67 H) dan al-Hajjaj bin Yusuf al-Thaqafi (w. 95 H).
17
Subhi Salih, Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an, 105.

7
yang keliru membaca kalimah-kalimah dan huruf-huruf dalam al-Qur’an seiring
akulturasi bangsa Arab dan bangsa luar Arab (‘ajam)18
Realita ini dalam sejarah ‘ulum al-Qur’an disinyalir sudah menggejala pada
masa kekhalifahan ‘Abdul Malik. Beberapa pembesar saat itu mengkhawatirkan
kemungkinan terjadinya salah baca bila nash-nash al-Qur’an dibiarkan tanpa titik dan
syakal. Dua pejabat dinasti ini yang tercatat dalam kebijakan mengupayakan alat
bantu adalah ‘Ubaidillah bin Ziyad (w. 67 H) dan al-Hajjaj bin Yusuf al-Thaqafi (w.
95 H). Dalam riwayat ibnu Abi Daud (w. 319 H) ‘Ubaidillah bin Ziyad pernah
memerintahkan orang Persia untuk menambahkan huruf alif (sebagi tanda panjang)
pada dua ribu (2000) kata yang semestinya dibaca panjang, seperti; kanat ditulis
kanat, qalat ditulis dengan qalat.19
F. Penyempurnaan Rasm Al Qur’an
Penyempurnaan tulisan ini mengikuti satu riwayat yang dari dulu memang
lebih dikenal di Indonesia. Ia pun menjamin, meskipun terjadi perubahan hal ini tidak
akan memengaruhi pemaknaan dan kebenaran dari tulisan yang ada.
Sistem penulisan atau mushaf Alquran sendiri memiliki dua mazhab, yaitu
Abu Amr ad-Dani dan Abu Dawud Sulaiman Ibnu Bajjah. Mushaf Timur Tengah
termasuk Brunei Darussalam dan Malaysia kebanyakan mengikuti sistem milik Abu
Dawud. Sementara Indonesia lebih familiar dengan sistem milik Abu Amr ad-Dani.
Fungsi dari perubahan dirasa perlu untuk dibicarakan dan dirapatkan agar ada
legalitas dalam melakukan perubahan. Para ahli dan pakar mushaf al-Utsmani yang
datang dari Jordan, Pakistan, dan Mesir juga Arab Saudi pun sepakat bahwa perlu
dilakukan perubahan penulisan dalam Quran yang beredar di Indonesia.
Setelah ini para anggota LPQM pun akan melakukan pertemuan dan rapat
kecil untuk membahas perubahan penulisan. Jika sudah selesai, master atau contoh
utama isi Alquran akan disebarkan ke setiap penerbit dan percetakan agar terjadi
pembaruan.20

BAB III

PENUTUP

18
Subhi Salih, Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an, 105.
19
Abu Bakar Abdillah bin Sulaiman bin al-As’ab al-Sijistani (Ibnu Abi Daud), Kitab al-Masahif, Editor: Artur
Jeffery (Kairo: Maktabah al-Rahmaniyah, 1355 H/1936 M), cet. Ke-1, 117.
20
https://www.republika.co.id/berita/pfrk90384/penyempurnaan-tulisan-alquran-mengikuti-mushaf-utsmani

8
1. Kesimpulan

Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasma, yang berarti menggambar atau
melukis. Kata rasm ini juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau menurut
aturan.

Rasm Al-Qur’an atau adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf
Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya
maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga dengan
sebutan Rasm Al-Utsmani.

Dalam mushaf Al-Quran cetak yang beradar saat ini, kita mengenal dua sistem
penulisan rasm Al-Qur'an yang lazim digunakan. Pertama, sistem penulisan dengan rasm
qiyasi atau rasm imla’i dan Kedua, sistem penulisan dengan rasm usmani.

Mushaf Usmani ditulis menurut kaidah-kaidah tulisan tertentu yang berbeda


dengan kaidah tulisah imlak. Para ulama merumuskan kaidah-kaidah tersebut menjadi
enam istilah :

a. Kaidah Buang ( al-Hadzf )


b. Kaidah penambahan ( al-Ziyadah )
c. Kaidah Hamzah ( al-Hamzah )
d. Kaidah penggantian ( al-Badal )
e. Kaidah sambung dan pisah ( washl dan fashl )
f. Kata yang bisa dibaca dua bunyi

Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia adalah Mushaf Al-Qur’an yang dibakukan


cara penulisannya (rasm), harakat, tanda baca dan tanda wakafnya berdasarkan hasil
Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Al-Qur’an I s.d IX (1974 s.d 1983) dan dijadikan
sebagai pedoman penerbitan mushaf Al-Qur’an di Indonesia.

Penyempurnaan tulisan ini mengikuti satu riwayat yang dari dulu memang lebih
dikenal di Indonesia. Ia pun menjamin, meskipun terjadi perubahan hal ini tidak akan
memengaruhi pemaknaan dan kebenaran dari tulisan yang ada.

Sistem penulisan atau mushaf Alquran sendiri memiliki dua mazhab, yaitu Abu
Amr ad-Dani dan Abu Dawud Sulaiman Ibnu Bajjah. Mushaf Timur Tengah termasuk

9
Brunei Darussalam dan Malaysia kebanyakan mengikuti sistem milik Abu Dawud.
Sementara Indonesia lebih familiar dengan sistem milik Abu Amr ad-Dani.

2. Saran
Demikianlah makalah yang kami berisikan tentang Rasm Al Qur’an. Makalah
inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin dicapai.
Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai penunjang
pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

Daftar Pustaka

 https://media.neliti.com/media/publications/240231-ilmu-rasm-al-quran 98e24376.pdf
 http://erepository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8200/1/SKRIPSI%20Hajar%20Nur
%20Rohmah.pdf
 https://id.wikipedia.org/wiki/Rasm_al-Qur%27an

10
 https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/327-mengenal-rasm-usmani-mushaf-al-qur-an
standar-indonesia
 https://www.republika.co.id/berita/pfrk90384/penyempurnaan-tulisan-alquran
mengikuti-mushaf-utsmani

11

Anda mungkin juga menyukai