Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

RAMS AL-QUR’AN

Disusun untuk memenuhi satu tugas mata kuliah Ulumul Qur’an

Mata kuliah: ulumul Qur’an

Dosen Pengampu:

Dr.Syarif,MA
Ica Fauziah Husnaini, M.Ag

Disusun Oleh:

Maesa Putri Sabila 12107120

Nawang Lestari 12107104

Runi Deshita Syahrani 12107013

KELAS D

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ulumul Qur’an ini tepat pada
waktunya. Disertai harapan dan doa semoga rahmat dan salamnya senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW,keluarga-nya,para sahabat-nya,serta para pengikut-nya yang
senantiasa menyertai-nya hingga akhir zaman.
Penyususnan makalah yang berjudul Rasm AL-Qur’an ini ditujukan untuk memenehui
salah satu tugas mata kuliah Ulumul Qur’an di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Pontianak.kami berharap dengan terselesaikanya makalah ini,mampu berguna dalam
meningkatkan pemahaman sekaligus wawasan mengenai “Rasm Al-Qur’an”.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr.Syarif,MA selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Ulumul Qur’an di IAIN Pontianak. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.serta ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan terlibat selama proses
penyusunan makalah ini.
Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan,kami menyadari bahwa terdapat
ketidak sempurnaan dalam penyusunan dan penulisan makalah ini.Oleh karena itu,kami
memohon maaf atas kesalahan dan ke-tidak sempurnaan yang di temukan dalam makalah
ini.dengan segala kerendahan hati,kami menerima kritik dan saran yang membangun terhadap
makalah ini,guna perbaikan makalah ini sehingga dapat bermanfaat untuk ke depannya.

Pontianak, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an merupakan kalam allah yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW
melalui Malaikat jibril dalam kurun waktu kurang lebih 23 tahun secara bertahap sesuai
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Setiap kali ada ayat turun, Rasulullah SAW segera
menyampaikannya kepada umat, dan memerintahkan untuk menulisnya.Berdasarkan
tempat turunya wahyu,yaitu di wilayah arab yang belum memiliki budaya tulis
menulis,maka tidak heran bahwa bangsa arab dikatakan lemah dalam penulisan,akan
tetapi mereka unggul dalam hafalan pada masa itu.Selama kurun waktu 23 tahun masa
perwahyuan tersebut,Rasulullah SAW mengerjakan dan memperdengarkan ayat yang di
terima kepada para sahabat secara lisan.
Berdasarkan kebiasaan Rasulullah SAW tersebut,dapat di katakana bahwa pada masa
ini budaya penulisan Al-Qur’an sudah di lakukan bahkan Al-qur’an sudah tersedia dalam
bentuk tulisan,meskipun penulisannya masih tercecer dalam berbagai bentuk.Pasca
wafatnya Rasullah,terjadi perselisihan tentang penggantian tumpuk kekuasaan.Hingga
memperoleh satu keputusan,Abu bakar diangkat sebagai khalifah pengganti
Rasullah.Pada masa ini,terjadilah perang Yamammah pada tahun 12 H yang melibatkan
sebagian besar sahabat penghafal Al-qur’a.Dalam hal ini mengakibatkan banyak para
penghafal Al-Qur’an gugur.Berawal dari peristiwa inilah Umar bin Khatab mengusulkan
agar di lakukan pembukuan Al-Qur’an,karna di khawatirkan Al-Qur’an akan berangsur-
angsur hilang bila hanya mengandalkan hafalan semata.Abu Bakar menyetujui dan
menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai ketua tim koordinasi Al-Qur’an dan
menuliskannya,hingga tulisan tersebut di namakan “mushaf”.
Pasca wafatnya Abu Bakar, mushaf terjaga dengan ketat di bawah tanggung jawab
Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua. Dalam hal ini umar tidak menggandakan
sahifah.karena memang hanya untuk dijadikan naskah orosinil bukan sebagai bahan
hafalan.penjagaan oleh Hafshah ini berlanjut sampai setelah wafatnya umar.begitupun
hafshah wafat, mushaf Al-Qur’an diambil resmi oleh Walid bin Hakam untuk dibakar.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi keraguan antar mushaf.
Seiring maraknya penerbitan mushaf Al-Qur’an, penerbitan Al-Qur’an Timur
Tengah mengambil andil masuk di Indonesia untuk menjajakan mushafnya. Dalam hal ini
yakni mushaf madinah terbitan mujamma al-Malik Fahd Arab Saudi. Berkenan dengan
hal ini, lalu bagaimanakah posisi mushaf Al-Qur’an standar usmani Indonesia yang
menanamkan dirinya sebagai mushaf yang berasal dari usmani, tetapi pada kenyataan nya
jika disandingkan dengan mushaf madinah tersirat perbedaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 1.Apa Pengertian dari Rasm Al-Qur’an?
 2.Bagaimana kaitannya Rasm Qur’an dengan Qiraah?
 3.Sejarah Perkembangan Rasm Al-Qur’an?

1.3TUJUAN PENULISAN MAKALAH

 Untuk mengetahui pengertian dari Rasm Al-Qur’an.


 Untuk memaparkan dan menjelaskan sejarah mengenai perkembangan Rasm Al-
Qur’an
 Untuk memberikan pemahaman terkait pola hukum dan kedudukan serta pendapat ulama
terntang Rasm Al-Qur’an.
 Untuk memberikan pemahaman akan kaidah-kaidah yang terdapat dalam Rasm Usmani.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Rasm Al-Qur’an
Yang dimaksud dengan Rasm Al-Qur’an atau Rasm Utsmani atau Rasm Utsman
adalah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah bin Affan. Rasm
berasal dari kata rasama, yarsamu., rasma, yang berarti menggambarkan atau melukis. Kata
rasm ini juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau menurut aturan. Adapun yang
dimaksud rasm al-qur’an adalah pola penulisan Al-Qur’an yang digunakan Usma bin Affan
dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan al-Qur-an. Rasmul qur’an juga bisa
di artikan sebagai alah satu bagian disiplin ilmu alqur’an yang mana di dalamnya
mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik
dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.
Tulisan al-Quran ‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina utsman
ra oleh para Ulama cara penulisan ini biasanya di istilahkan dengan “Rasmul ‘Utsmani’.
Keberadaan ilmu rasm sangat menentukan terhadap pola bacaan dalam suatu mushaf Al-
Qur’an. Dalam penulisan Al-Qur’an terdapat dua macam rasm yang digunakan, yakni rasm
Usmani dan Imla’i. Rasm Usmani merupakan model penulisan rasm al-qur’an yang
distandarkan masa khalifah “Usman bin Affan” dan para sahabat ketika menulis dan
membukukan al-qur’an. Adapun rasm Imla’I adalah cara menuliskan kalimat sesuai dengan
ucapannya dengan memperhatikan waktu memulai dan berhenti pada kalimat tersebut.
Intinya rasm ini mengacu pada pelafadzan pada waktu kalimat tersebut diucapkan.

2.2.Kaitannya rasm qur’an dengan Qiraah


Secara etimologi Qiraat adalah jamak dari Qira’ah, yang berarti ‘bacaan’, dan ia
adalah masdar dari Qara’a. Secara terminologi atau istilah ilmiyah Qiraat adalah salah satu
Mazhab (aliran) pengucapan Qur’an yang dipilih oleh seorang imam qurra’ sebagai suatu
mazhab yang berbeda dengan mazhab yang lainya.
Qiraat ini ditetapkan berdasarkan sabad-sanadnya sampai kepada Rasulullah. Periode
qurra’ yang mengajarkan bacaan Qur’an kepada orang-orang menurut cara mereka masing-
masing adalah dengan berpedoman kepada masa para sahabat.diantara para sahabat yang
terkenal yang mengajarkan qiraat ialah Ubai, Ali, Zaid bin Sabit, Ibn Mas’ud, Abu Musa Al-
Asy’ari dan lain-lain. Dari mereka itulah sebagian besar sahabat dan Tabi’in di berbagai negri
belajar qira’at yang semuanya bersandar kepada Rasulullah.
Sahabat-sahabat nabi terdiri dari beberapa golongan. Tiap-tiap golongan itu
mempunya lahjah (bunyi suara / sebutan) yang berlainan satu sama lain. Memaksa mereka
menyebut pembacaan atau membunyikan al-Qur’an dengan lahjah yang tidak mereka
biasakan, suatu hal menyukarkan. Maka untuk mewujudkan kemudahan, Allah Yang Maha
Bijaksana menurunkan al-Qur’an dengan lahjah-lahjah yang biasa dipakai oleh golongan
Quraisy dan oleh golongan-golongan yang lain di tanah Arab. Oleh karna itu menghasilkan
bacaan al-Qur’an dalam berbagai rupa atau macam bunyi lahjah. Dan bunyi lahjah yang biasa
ditanah Arab ada tujuh macam. Di samping itu ada beberapa lahjah lagi. Sahabt-sahabat nabi
menerima al-Qur’an dari nabi menurut lahjah bahasa golonganya. Dan masing-masing
mereka meriwayatkan al-Qur’an menurut lahjah mereka sendiri. Sesudah itu munculah
segolongan ulama yang serius mendalami ilmu qira’at sehingga mereka menjadi pemuka
qira’at yang dipegangi dan dipercayai. Oleh karena mereka semata-mata mendalami qira’at
untuk mendakwahkan al-Qur’an pada umatnya sesuai dengan lahjah tadi. Kemudian
muncullah qurra-qurra yang kian hari kian banyak. Maka ada diantara mereka yang
mempunyai keteguhan tilawahnya, lagi masyhu, mempunyai riwayah dan dirayah dan ada
diantara mereka yang hanya mempunyai sesuatu sifat saja dari sifat-sifat tersebut yang
menimbulkan perselisihan yang banyak.
Untuk menghindarkan umat dari kekeliruan para ulama berusaha menerangkan mana
yang hak mana yang batil. Maka segala qira’at yang dapat disesuaikan dengan bahasa arab
dan dapat disesuaikan dengan salah satu mushaf Usmani serta sah pula sanadnya dipandang
qira’at yang bebas masuk kedalam qira’at tujuh, maupun diterimanya dari imam yang
sepuluh ataupun dari yang lain.Meskipun mushaf Utsmani tetap dianggap sebagai satu-
satunya mushaf yang dijadikan pegangan bagi umat Islam diseluruh dunia dalam pembacaan
Al-Qur’an, namun demikian masih terdapat juga perbedaan dalam pembacaan. Hal ini
disebabkan penulisan Al-Qur’an itu sendiri pada waktu itu belum mengenal adanya tanda-
tanda titik pada huruf-huruf yang hampir sama dan belum ada baris harakat.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ‘ustmani yang tidak
berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan
berbagai qira’at. Hal itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara membaca Al-
Qur’an.
Dengan demikian hubungan rasmul Qur’an dengan Qira’at sangat erat. Karena
semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk
mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-Qur’an.Untuk mengatasi
permasalahan tersebut Abu Aswad Ad-Duali berusaha menghilangkan kesulitan-kesulitan
yang sering dialami oleh orang-orang Islam non Arab dalam membaca Al-Qur’an dengan
memberikan tanda-tanda yang diperlukan untuk menolong mereka membaca ayat-ayat al-
Qur’an dan memahami kandungan ayat-ayat al-Qur’an tersebut.

2.3 Sejarah perkembangan Rasm Al-Qur’an


Di zaman nabi saw, al-qur’an dituliskan pada benda-benda sederhana, seperti
kepingan-kepingan batu, tulang-tulang kulit unta dan pelepah kurma. Tulisan Al-Qur’an ini
masih terpencar-pencar dan belum terhimpun dalam sebuah mashaf dan disimpan dirumah
Nabi saw. Penulisan ini bertujuan untuk membantu memlihara keutuhan dan kemurnian Al-
Qur’an. Di zaman Abu Bakar, Al-Qur’an yang terpancar-pancar itu di salin kedalam shuhuf
(lembaran-lembaran). Penghimpunan Al-Qur’an ini dilakukan Abu Bakar setelah menerima
usul dari Umar bin al-Kattab yang dikhawatir akan semakin hilangnya para penghafal Al-
Qur’an sebagaimana yang terjadi pada perang yamamah yang menyebabkan gugurnya 70
orang penghafal Al-Qur’an. Karena itu, tujuan pokok dalam penyalinan Al-Qur’an di zaman
Abu Bakar masih dalam rangka pemeliharaan agar jangan sampai ada yang terluput dari Al-
Qur’an.
Di zaman Khalifah Usman bin Affan, Al-Qur'an disalin lagi kedalam beberapa
naskah. Untuk melakukan pekerjaan ini, Usman membentuk 4 TIM yang terdiri dari Zaid bin
Tsabit,Abdullah bin Az- zubair, Sa'ad bin Al ash, Abd- Al- rahman,Abd-Al Harits.
Dalam kerja penyalinan Al- Qur'an ini mereka mengikuti ketentuan-ketentuan yang disetujui
oleh Khalifah Usman. Di antara ketentuan itu adalah bahwa mereka menyalin ayat
berdasarkan riwayat mutawir, mengabaikan ayat-ayat mansukh dan tidak diyakini dibaca
kembali dimasa hidup Saw. Para ulama menyebut cara penulisannya ini sebagai Rasm Al-
mushaf.
Karena cara penulisan disetujui oleh usman sehingga sering pula dibangsakan oleh
usman. Sehingga mereka sebut rasm usman atau rasm al-usmani. Namun demikian
pengertian rasm ini terbatas pada mushaf oleh tim 4 dizaman usman dan tidak mencakup
rasm abu bakar pada zaman nabi saw. Khalifah usman membakar salinan-salinan mushaf tim
4 karna khawatir akan beredar nya dan menimbulkan dikalangan umat islam.
Kodifikasi mushaf yang telah diganda sebarkan ke berbagai daerah, dengan kaidah
rasm al-Uthmani, ditulis sesuai naskah qur’an awal yang tanpa titik ataupun syakal. Cukupm
sulit membedakan konsonan yang tidak bertanda,, mi
salnya ba; ta; sa; semuanya harus dikenali sesuai koneksnya karena bentuknya sama.
banyaknya kuantitas umat islam yang di satu sisi sangat menggembirakan, ternyata memiliki
ancaman logis, adanya bentuan budaya dan bahasa arab dengan non arab. Dikalangan
masyarakat muslim, seringkali ada kesalahan dalam melafalkan al-Qur’an.
Tidak semua ulama membenarkan ijtihad ini, terlebih karena Abdullah bin Mas’hud
pernah mewanti-wanti para sahabat untuk membebaskan al-qur’an dan tidak mencampurinya
dengan apapun. Pentikan pada mushaf umum tetap tidak dibenarkan. Sampai akhirnya,
muncul ulama-ulama moderat yang membedakan nughat (titik) dan tas’syir (peletakan tanda
pada setiap setiap sepuluh). Teroobosan baru dilakukan oleh imam Nawawy, yang
menyampaikan bahwa peletakan titik dan harakat hukumnya sunnah, karena merupakan
upaya agar al-Qur’an bebas dari kesalahan dan penyimpangan .
Semenetara itu, penandaan makkiyah atau madaniyah, masih saja dilarang oleh
kalangan yang menurut shubby shalih, konservatif,karena bersikukuh bahwa ram al-Qur’an
bersifat tauqifi

Anda mungkin juga menyukai