RASM AL-QUR’AN
Disususn oleh :
Kelompok 2 HTN-B
Ubaidilah (220203110035 )
FAKULTAS SYARIAH
MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat
dan karunianya, Kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk
mata kuliah Ulumul Qur’an dengan judul Rasm Al-Qur’an. Adapun makalah ini
membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengertian Rasm Al-Qur’an,
macam macam Rasm Al-Qur’an, sejarah dan kaidah-kaidahnya serta tanggapan ulama’
mengenai Rasm Al-Qur’an.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan dukungan, do’a, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
kemampuan, pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak sudah berkenan membantu khususnya
kepada beliau Bapak Umar Al Faruq, S.Pd., M.Pd.I serta mengharapkan segala bentuk
saran, masukan bahkan kritik yang membangun supaya makalah ini dapat menjadi
lebih baik dan diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat kepada
pembaca, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat luas.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefisinikan Al-
Quran. Definisi yang cukup populer dan lengkap bahwa Al-Quran adalah kalam
(firman) Allah yang sekaligus sebagai mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dalam bentuk Bahasa Arab, yang sampai kepada umat islam dengan
cara at-tawatur (transmisi penyampaian dari satu generasi ke generasi yang musthil
melakukan kebohongan) yang kemudian termaktub dalam bentuk mushaf dimulai dari
surat al-fatihah dan ditutup dengan surat an-nas1. Al-Qur’an tidak semerta-merta
menjadi sebuah satu kesatuan seperti sekarang. Ada sangat banyak kejadian dan
peristiwa pada zaman nabi sampai sahabat tentang bagaimana Al-Qur’an bisa
diwariskan kepada umatnya. Penulisan mushaf Al-Qur’an tidak hanya tentang menulis
seperti kita pada umumnya, tetapi ada kaidah atau ketentuan khusus untuk merumuskan
tatanan mushaf Al-Qur’an sebagaimana mestinya. Tentu saja proses ini tidak mudah
begitu saja, banyak masalah-masalah yang dihadapi sahabat pada saat itu. Dimulainya
para sahabat-sahabat penghafal Al-Qur’an yang meninggal setelah terjadinya
pembunuhan. Hal ini semakin menjadikan agenda kodifikasi Al-Qur’an yang
sebelumnya belum pernah ada pada zaman Rasulullah SAW supaya Al-Qur’an tetap
terjaga. Kemudian disitulah para sahabat memulai mengkodifikasi Al-Qur’an dari
mulai Abu Bakar Ash Shiddiq sampai disempurnakan pada zaman Utsman bin Affan.
Beliau menggagas rasm Utsmani bersama panitia khusus guna mengkoordinir semua
qira'at yang telah beredar luas di wilayah Islam yang sebelumnya memiliki qira’at
berbeda-beda. Setelah itu, semua bentuk penulisan dan qira’at disamaratakan supaya
tidak ada perbedaan dan perdebatan antara satu sama lain.
B. Rumusan Masalah
1
Quraish Shihab,et al, Sejarah dan 'Ulumal-Quran,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999),h. 39
3
1. Apa definisi dari rasm Al-Qur’an?
2. Bagaimana sejarah perkembangan rasm Al-Qur’an?
3. Apa saja macam-macam jenis rasm Al-Qur’an?
4. Apa saja kaidah-kaidah dalam rasm Utsmani?
5. Bagaimana pendapat ulama’ tentang rasm Al-Qur’an?
6. Apa kaitan rasm Al-Qur’an dengan qira’at?
C. Tujuan Permasalahan
1. Untuk mengetahui definisi dari rasm Al-Qur’an.
2. Untuk memahami perkembangan rasm Al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui macam-macam rasm Al-Qur’an.
4. Guna memahami kaidah-kaidah rasm Utsmani.
5. Mempelajari dan memahami pendapat ulama’ mengenai rasm Al-Qur’an.
6. Mengetahui kaitan rasm Al-Qur’an dengan qira’at.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kitab Manahil al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan Rasm Al-Qur’an atau al-Mushaf adalah:“Rasm mushaf yang dimaksud disini
adalah kaidah yang disepakati oleh Utsman RA. dalam penulisan kalimat-kalimat Al-
Qur‟an dan hurufnya”4
2
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta: t.tp. 1954),h.533
3
Yulia Rahmi, Penetapan Susunan Ayat, Surat dan Rasm Al Quran h. 192
4
Mira Shodiqoh, Ilmu Rasm Quran, h. 92
5
Ibid.
5
Penyusunan Al-Qur’an dilakukan oleh Abu Bakar atas saran Umar bin al-
Kattab yang khawatir para penghafal Al-Qur’an berangsur-angsur menghilang. Pada
masa Khalifah Utsman bin Affan, Al-Qur’an ditranskripsi menjadi beberapa mushaf
Untuk melakukan ini, Utsman membentuk tim beranggotakan empat orang, termasuk
Zaid bin Thabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Saad Ibn al-Ash dan Abd al-Rahman Abd
al-harits .
1. Rasm Qiyasi/Imla’i
Rasm Qiyasi adalah penulisan sesuai lazimnya kita berucap atau bertutur kata. Ada
pendapat mengatakan bahwa rasm ini dibenarkan hanya bagi orang awam. Sedangkan
6
Ramli Abdul Wahid, Ulum Al-Qur’an, Edisi revisi (Cet. IV; Jakarta.P.T. Grafindo Persada, 2002),h.30-
31
6
bagi para ulama atau orang yang memahami rasm Utsmani tetap harus
mempertahankannya.
Al-zarqani memperkuat dengan berkata bahwa rasm Imla’i perlu digunakan untuk
Tsabit.
2. Rasm ‘Arudi
3. Rasm Utsmani
Rasm ini adalah rasm yang ditetapkan pada masa khalifah Utsman bin Affan. Oleh
karenanya ditetapkan dengan nama rasm Utsmani. Mushaf Utsmani disusun oleh
panitia empat yang dibentuk khusus untuk penyusunan Al-Qur’an. Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin zubair, Sa’ad bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits adalah tokoh
dibaliknya, Penulisan ini kemudian diperbanyak yang kemudian dikirim ke Kufah,
Bashrah, Syam, dan ditangan Utsman bin Affan sendiri.
Rasm Utsmani muncul saat penaklukan Armenia dan Azerbaijan, tentara Islam dari
Syam bergabung dengan pasukan dari Irak. Keduanya memiliki qira’at yang berbeda,
sehingga saling mengklaim bahwa qira’atnya yang paling benar. Melihat hal tersebut,
Hudaifiah Al-Yaman melaporkan kejadian tersebut kepada Khalifah Utsman bin Affan
yang kemudian membentuk tim untuk menyalin mushaf milik Abu Bakar dengan
kaidah penulisan yang disetujui oleh khalifah.
7
Muhammad Ibnu Abdillah Al-Zarqazi, al-Burhan fi Ulum Ai-Qur’an, (Jilid I, Cairo: Maktabah: Isla al-
babi al- Halabi wa syirkah, 1972), h.376
7
1). Kaidah Buang (al-Hadzf).
a. Membuang atau menghilangkan huruf ""نcontoh: ( لم نك ( نكن
b. Membuang Huruf " " وcontoh: ) الغاون ) الغاوون
c. Membuang huruf " "لcontoh:( واليل ) والليل
d. membuang huruf " "ىcontoh :)ولى دين ( دينى
2). Kaidah Penambahan (al-Ziyadah)
Penambahan (al-ziyadah) disini berarti dalam kaidah imlai huruf huruf tersebut
tidak ada, namun dalam penulisan di al quran dimunculkan walaupun tidak
memengaruhi bacaan.
a. Penambahan huruf " “ اcontoh: ( او الاذ بحنه ) الذبحنه
b. Penambahan huruf " “وcontoh: ( ساوريكم ) سارىكم
c. Penambahan huruf " “ ىcontoh: ( باييد ) بايد
d. Penambahan huruf" ”هcontoh: ( ماهىه ) هى
3). Kaidah Hamzah (al-Hamzah)
Hamzah ditulis dalam 4 bentuk:
>Hamzah di awal kata ditulis dalam bentuk “ “ اcontoh: انعمت, االنهار,ابن
>Hamzah di tengah kata ditulis menyesuaikan dengan harakat pada hamzah dan
huruf sebelumnya contoh: سال, سئل,سؤال
>Hamzah yang ditulis mufradah atau seperti kepala ‘ain apabila diakhir kata dan
sebelumnya adalah huruf sukun contoh: ملء, ماء,شىء
Tapi ada penulisan hamzah di al quran yang keluar dari ketentuan di atas
diantaranya:) تؤوىه) وفصيلته التي تئوىه
8
>Mengganti ) لنسفعن) لنسفعا ا بحرف ن
6.) Kata yang terdapat dua qiraat dan ditulis salah satunya
Apabila ada kata yang dibaca berbeda oleh para ahli qiraat, maka penulisannya
hanya satu saja diambil dari yang paling banyak menggunakan.
Contoh:
ملك يوم الدين
Kata ) )ملكpada mimnya tidak terdapat alif walaupun dibaca panjang dalam
riwayat imam hafsh karena banyak ahli qiraat membacanya dengan pendek.
9
Terdapat tiga pendapat para ulama tentang persoalan rasm Al Quran ini:
8
ULUMUL QUR’AN ( ILMU-ILMU AL QUR’AN) Ajahari, M.Ag Cetakan I : September 2018 h.36
9
Rosihon Anwar, Ulum Al-quran , CV Pustaka Setia , Bandung , 2010 , hlm 48-53
10
3. Sekelompok ulama lain berpendapat bahwa rasm Al-Qur’an hanyalah istilahi
dan tidak ada larangan menyalahinya jika ingin menulis dengan pola penulisan lainnya.
Di antara ulama yang mendukung pendapat ini adalah Ibn Khaldun dan Qadhi Abu
Bakar. Karena menurut mereka bahwa di dalam Al-Qur’an sendiri tidak pernah ada
ditemukan penjelasan maupun perintah yang mewajibkan penulisan rasm Al-Qur’an
dengan rasm tertentu dan juga tidak ditemukan adanya perintah meninggalkan rasm
tertentu, begitupun dalam sunnah dan qiyas-qiyas syar’i. bahkan sunnah sendiri
memperbolehkan menggunakan rasm mana saja yang mudah, karena rasul tidak pernah
memerintahkan menulis dengan jenis rasm tertentu. Oleh sebab itu tidak adanya
keharusan mengikuti penulisan rasm Utsman karena rasm hanya sekedar symbol atau
isyarat. Dari perbedaan pendapat para ulama di atas disimpulkan bahwa inilah kenapa
terjadi banyak perbedaan pola penulisaan Al Quran karena mereka mempunyai
argumen sendiri.
Dengan demikian hubungan Rasmul Qur’an dengan Qira’at sangat erat. Karena
semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap dalam rasm Al Quran maka semakin
10
Ibid h.53
11
sedikit pula kesulitan untuk mengungkap pengertian pengertian yang terkandung dan
termasuk kesulitan dalam pengucapan didalam Al-Qur’an atau yang disebut qiraat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka Abu Aswad Ad-Duali berusaha
menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh orang-orang Islam non
Arab dalam membaca Al-Qur’an dengan memberikan tanda-tanda yang diperlukan
untuk menolong mereka membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang biasa kita kenal dengan
ilmu nahwu dan memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
• Rasm Al-Qur’an adalah kaidah atau model yang digunakan oleh Utsman bin
Affan dan para sahabat lainnya untuk menulis Al-Qur’an dengan merujuk
pada mushaf yang dikirim ke berbagai daerah dan kota serta mushaf al-Imam
yang berada di tangan Utsman bin Affan sendiri.
• Gaya penulisan kalimat Rasm Al-Qur’an bahasa Arab terbagi menjadi tiga
jenis:
1. Rasm Qiyasi (Menulis dengan Pengucapan/Kesamaan Bahasa) 2. Rasm
A'rudi (Cara Penulisan Kalimat Bahasa Arab Disesuaikan dengan Bahasa
Arab Wazan Sya'ir) 3. Rasm Utsmani (Penulisan Kuri pada masa Utsman dan
diterima oleh dia).
Para ulama telah merumuskan kaidah Rasm Utsmani dalam enam terminologi,
yaitu:
1. Al-Hadz artinya menghilangkan, membuang atau menghilangkan huruf 2.
Al-Ziyadah artinya menambah 3. Al-Hamzah 4. Badal artinya mengganti 5.
Wasal dan Fashal (sambungan dan pisah), 6. Kata dibaca dengan dua bunyi.
• Ada dua pendapat utama tentang Rasm Al-Qur’an oleh ulama yang berbeda
yaitu:
1. Sebagian menganggap bahwa Rasm Al-Qur’an adalah Tauqify.
2. Sebagian besar Ulama berpendapat bahwa Rasm Al-Qur’an bukanlah
Tauqify melainkan naskah kesepakatan adat yang diterima Utsman dan
diterima masyarakat, sehingga setiap orang harus mengikutinya dalam
menulis Al-Qur’an. Tidak ada yang bisa salah dengan ini.
• Hubungan antara Rasmul Quran dan Qira'at sangat erat karena semakin
lengkap petunjuk yang dapat dipahami, maka semakin sedikit pula kesulitan
untuk mengungkapkan makna yang terkandung dalam Al-Qur’an.
B. SARAN
13
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekeliruan, kesalahan dan kekurangan sehingga jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, penulis berharap saran dan masukannya bagi para pembaca agar penulis bisa
memperbaiki kembali makalah ini dengan berpedoman pada sumber-sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan. Serta dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan bisa
menambah wawasan dan pengetahuan baru bagi para pembaca tentang rasm Al-Qur’an
sehingga umat islam bisa mengambil hikmah yang telah Allah SWT berikan dalam
rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Amin.
14
DAFTAR PUSTAKA
15