Anda di halaman 1dari 11

KAHTHTHUL USMANI DAN GHARIB AL-QUR’AN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Tashih Tilawah Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Yulizar Bila, M.Ed.

Oleh :
Aldi Setiawan 21329046

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
ILMU AGAMA ISLAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul Kahththul dan Gharib
Al-Qur’an. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
bapak Yulizar Bila, M.Ed. pada mata kuliah Tashhih Tilawah Al-Qur’an. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kahththul dan Gharib Al-Qur’an bagi
para pembaca dan juga penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Yulizar Bila, M.Ed. selaku dosen mata
kuliah Tashhih Tilawah Al-Qur’an yang telah memberikan saya tugas ini sehingga saya dapat
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai materi tesebut yang sebelumnya belum saya
ketahui.
Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Painan, 07 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................

C. TUJUAN........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KAHTHTHUL USMANI....................................................................

B. SEJARAH PERKEMBANGAN RASM AL-QUR’AN

C. KAIDAH-KAIDAH RASM USMANI..........................................................................

D. PENGERTIAN GHARIB..............................................................................................

E. JENIS-JENIS BACAAN GHARIB...............................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN..............................................................................................................

B. SARAN..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an merupakan pedoman atau petunjuk hidup bagi umat muslim baik pada
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, maka setiap mukmin mempunyai kewajiban untuk
mempelajari dan mengamalkannya. Sebelum bisa mengamalkan al-qur’an semua umat
muslim wajib untuk mempelajarinya, belajar al-qur’an sudah di mulai semenjak kecil bagi
para mukmin. Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir di maksutkan untuk menjadi petunjuk,
bukan saja bagi anggota masyarakat tempat kitab ini diturunkan, tetapi juga bagi seluruh
masyarakat manusia hingga akhir zaman.
Al Qur’an adalah memori kolektif kaum muslimin sepanjang abad sebagai kalam Allah
menyebut dirinya sebagai hudan (petunjuk)1 bagi umat manusia, penjelasan-penjelasan
terhadap petunjuk itu dan sebagai al-furqan (pembeda). Bila diasumsikan bahwa kandungan
Al-Qur’an bersifat universal, berarti aktualitas makna tersebut pada tataran kesejarahan
meniscayakan dialog dengan pengalaman manusia dalam konteks waktu. Oleh karena
fungsinya yang sangat strategis, maka Al-Qur'an harus dipahami secara tepat dan benar
Sejak awal hingga akhir turunnya, seluruh ayat Al-Qur’an telah ditulis dan di
dokumentasikan oleh para juru tulis wahyu yang ditunjuk oleh rasulullah SAW. Disamping
itu seluruh ayat-ayat Al-Qur’an dinukilkan atau diriwayatkan secara mutawatir baik secara
hafalan maupun tulisan. Dalam pada itu, Al-Qur’an sebagai yang dimiliki umat Islam
sekarang, ternyata telah mengalami proses sejarah yang cukup unik dalam upaya penulisan
dan pembukuannya. Pada masa Nabi saw, Al-Qur’an belum ditulis dan dibukukan dalam satu
mushaf. Ia baru ditulis pada kepingan-kepingan tulang’ pelepah-pelepah kurmna, dan batu-
batu sesuai dengan kondisi peradaban masyarakat waktu itu yang belum mengenal adanya
alat tulis menulis seperti kertas.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Khathtul Utsmani
2. Sejarah Perkembangan Rasm Al-Qur’an
3. Kaidah-Kaidah Rasm Usmani
4. Pengertian Gharib
5. Jenis-Jenis Bacaan Gharib
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu khaththul utsmani
2. Mengetahui perkembangan rasm al-qur’an
3. Mengetahui kaidah-kaidah rasm usmani
4. Mengetahui apa itu gharib
Mengetahui jenis-jenis bacaan gharib
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khaththul Utsmani


Khaththul ini memiliki arti penulisan sedangkan utsmani adalah seorang khalifah yang
menjadikan Al-Qur’an utuh seperti yang ada sekarang ini. Jadi khaththul utsmani adalah
orang-orang atau khalifah yang berkontribusi dalam penulisan serta penyusunan al-qur’an.

B. Sejarah Perkembangan Rasm Al-Qur’an


Pada mulahnya mushaf para sahabat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya
mereka mencatat wahyu al-Qur’an tanpa pola penulisan standar, karena umumnya
dimaksutkan hanya untuk kebutuhan pribadi, tidak direncanakan akan diwariskan kepada
generasi sesudahnya. Di zaman Nabi saw, al-Qur’an ditulis pada benda-benda sederhana,
seprti kepingan-kepingan batu, tulang-tulang kulit unta dan pelepah kurma. Tulisan AL-
Qur’an ini masih terpencar-pencar dan belum terhimpun dalam sebuah msuhaf dan disimpan
dirumah Nabi SAW. Penulisan ini bertujuan untuk membantu memelihara keutuhan dan
kemurnian Al-Qur’an.
Di zaman Abu Bakar, Al-Qur’an yang terpancar-pancar itu di salin kedalam shuhuf
(lembaran-lembaran). Penghimpunan Al-Qur’an ini dilakukan Abu Bakar setelah menerima
usul dari Umar ibn al-Kattab yang khawatir akan semakin hilangnya para penghafal Al-
Qur’an sebagaimana yang terjadi pada perang yamamah yang menyebabkan gugurnya 70
orang penghafal Al-Qur’an. Karena itu, tujuan pokok dalam penyalinan Al-Qur’an di zaman
Abu Bakar masih dalam rangka pemeliharaan agar jangan sampai ada yang terluput dari Al-
Qur’an.
Di zaman khalifah Usman bin Affan, Al-Qur’an disalin lagi kedalam beberapa naskah.
Untuk melakukan pekerjaan ini, Utsman membentuk tim 4 yang terdiri dari Zaid bin Tsabit,
Abdullah Ibn Az-Zubair, Saad Ibn al-Ash, dan Abd al-Rahman Abd al_harits. Dalam kerja
penyalinan Al-Qur’an ini mereka mengikuti ketentuan-ketentuan yang disetujui oleh Khalifah
Usman. Di antara ketentuan-ketentuan itu adalah bahwa mereka menyalin ayat berdasarkan
riwayat mutawatir, mengabaikan ayat-ayat Mansukh dan tidak diyakini dibaca kembali
dimasa hidup Nabi saw. Tulisannya secara maksimal maupun diakomodasi ira’at yang
berbeda-beda, dan menghilangkan semua tulisan sahabat yang tidak termasuk ayat Al-
Qur’an. Para penulis dan para sahabat setuju dengan tulisan yang mereka gunakan ini. Para
ulama menyebut cara penulisannya ini sebagai rasm al-Mushaf. Karena cara penulisan
disetujui oleh Usman sehingga sering pula dibangsakan oleh Usman. Sehingga mereka sebut
rasm Usman atau rasm al-Usmani. Namun demikian pengertian rasm ini terbatas pada
mushaf oleh tim 4 di zaman Usman dan tidak mencakup rasm Abu Bakar pada zaman Nabi
saw. Bahkan,Khalifah Usman membakar salinan-salinan mushaf tim 4 karena kawatir akan
beredarnya dan menimbulkan perselisihan dikalangan uman Islam. Hal ini nanti membuka
peluang bagi ulama kemudian untuk berbeda pendapat tentang kewajiban mengikuti rasm
Usmani. Tulisan ini yang tersebar di dunia dewasa ini.

C. Kaidah-Kaidah Rasm Usmani


Mushaf Usmani ditulis menurut kaidah-kaidah tulisan tertentu yang berbeda dengan
kaidah tulisah imlak. Para ulama merumuskan kaidah-kaidah tersebut menjadi enam istilah.
1. Kaidah Buang (al-Hadzf).
a. Membuang atau menghilangkan huruf alif:
1) Dari ya nida (ya seru)
2) Dari ha tanbi (ha menarik perhatian)
3) Dari kata na
4) Dari lafal Allah
5) Dari dua kata “Arrohman” dan sabbihun
6) Sesudah huruf lam
7) Dari semua bentuk musanna (dual)
8) Dari semua bentuk jamak shahih, baik muzakkir maupun muannas
9) Dari semua bentuk jamak yang setimbang
10)Dari semua kata bilangan
11) Dari basmalah
b. Membuang huruf “ya”, Huruf ya dibuang dari setiap manqushah munawwan, baik berbaris
raf maupun jar
c. Membuang huruf waw, Huruf waw dibuang apabila bergandengan dengan waw juga
d. membuang huruf lam
2. Kaidah Penambahan (al-Ziyadah)
Penambahan (al-ziyadah) disini berarti penambahan huruf alif atau ya atau hamza
pada kata-kata tertentu.
a. Penambahan huruf alif
1) sesudah waw apda akhir setiap isim jama’ kata benda berbentuk jamak atau mempunya
hokum jamak
2) Penambahan huruf alif sesudah hamza (hamza yang ditulis di atas rumah waw)
b. Penambahan huruf ya
3. Kaidah Hamzah (al-Hamzah)
Apabilah hamzah berharakat (berbaris) sukun (tanda mati), maka tulis dengan huruf
berharakat yang sebelumnya, kecuali pada beberapa keadaan. Adapun hamzah yang
berharakat, maka jika ia berada diawal kata dan bersambung dengan hamah tersebut
tambahan, mutlak harus ditulis dengan alif dalam keadaan berharakat fathah atau kasrah
Adapun jika hamzah terletak ditengah, maka ia ditulis sesuai dengan huruf harakatnya. Kalau
fathah dengan alif, kalau kasrah dengan ya dan kalau Dhammah dengan waw. Tetapi, apabila
huruf yangsebelum hamzah itu sukun, maka tidak ada tambahan. Namun , diluar tersebut ini
kata yang di kecualikan.
4. Kaidah Penggantian (al_Badal)
Dalam surah al-Baqarah, al-A’raf, Hud, Maryam, Al’Rum, dan al-Zurhur. Dan kata
ta’nis ditulis dengan kata maftuhah pada kata yang terdapat dalam Surah Al-Baqarah, Ali
Imran, Al-Maidah, Ibrahim, Al-Nahl, Lukman, Fathir, dan Al-Thur demikian juga yan
terdapat pada surah al-Mujadalah.
5. Kaidah Sambung dan Pisah (washl dan fashl)
Washl berarti menyambung, disini washl dimaksutkan metode penyambungkan kata
yang mengakibatkan hilang atau dibuangnya huruf tertentu seperti antara lain
a. Bila an dengan harakat fatha pada hamzanya disusun dengan la, maka penulisannya
bersambung dengan menghilangkan huruf nun, tidak ditulis.
b. Min yang disusun dengan man ditulis bersambung dengan menghilangkan huruf
nun sehingga menjadi mimman, bukan min man.
6. Kata yang bisa dibaca dua bunyi
Satu kata yang boleh dibaca dengan dua cara dalam bahasa Arab penulisannya
disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Didalam mushaf Usmani penulisan kata semacam
itu ditulis dengan menghilangkan alif, seperti pada kalimat maliki yaumiddin yakhdaunallah,
ayat-ayat ini boleh dibaca dengan menetapkan alif (madd) dan boleh dengan suara tanpa alif
sehingga bunyinya pendek.

D. Pengertian Gharib
Ghorib berasal dari bahasa Arab yang berarti pergi mengasingkan diri, bacaan yang
asing atau aneh dalam bacaan Al-Qur'an dan sukar dipahami dalam membacanya. Dikatakan
sebagai bacaan asing karena dalam membacanya tidak sesuai dengan kaidah bacaan pada
umumnya. Dengan demikian pemahaman materi pelajaran ghorib adalah kemampuan santri
dalam menguasai materi ghorib yaitu materi yang berisi bacaan Al-Qur'an yang bacaannya
asing atau aneh. Dengan demikian, pemahaman materi pelajaran ghorib dalam penulisan ini
adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan dalam materi pelajaran ghorib,
yaitu materi yang berisi bacaan Al-Qur'an yang bacaannya asing atau aneh dan tidak lazim
dibaca pada umumnya.

E. Jenis Bacaan Gharib


1. Saktah
Yaitu bacaan saktah ditandai dengan huruf sin kecil (‫ )س‬atau dengan tulisan lengkap
saktah ( َ‫) سبك ت‬. Cara membacanya dengan berhenti sejenak tanpa bernapas sepanjang dua
harakat. Contoh bacaan saktah ada pada QS. Yasin ayat 52, yaitu ‫ۜ َه ْرقَ ِدًَب ِه ْي بَ َعثٌََب َه ْي َو ْيلٌََب يَب قَبلُوا‬
َ ‫ ْال ُو ْر‬dan QS. Al Qiyamah ayat 27, yaitu ‫ ق َرا ۜ َه ْي َوقِي َل‬dan
َ ‫سلُوىَ َو‬
ۜ ‫صدَقَ حْ َنَۜ ىُ ر ال َو َعد َهب ٍََۜ ۜذَا‬
lainnya.
2. Isymam
Yaitu bacaan isymam terjadi pada huruf nun yang bertasydid yang merupakan
gabungan dari 2 huruf nun dan berdampingan satu sama lain. Sebab itu, salah satu nun
tersebut dihapus. Contoh bacaan ini hanya ada satu dalam Al Quran. Contoh bacaan isymam
ada padaa QS. Yusuf ayat 11, yaitu ‫ا ت َأ ْ َهي َل‬
3. Imalah
Yaitu bacaan ini berarti membaca fathah ( َ ‫ ) ـ‬yang condong ke kasrah ( ِ ِ - ). Contoh
bacaan imalah juga hanya terdapat pada salah satu surat dalam Al Quran.
Contoh bacaan imalah ada pada QS. Hud ayat 41, yaitu ‫َهجْ َراَُب‬
4. Tashil
Yaitu bacaan tashil pun hanya ada satu dalam Al Quran, yaitu ditandai dengan 2
hamzah yang saling berurutan. Hamzah yang pertama dibaca tahqiiq seperti hamzah pada
umumnya. Sedangkan hamzah yang kedua dibaca tashil.Cara membacanya dengan
membunyikan hamzah seperti huruf ha' yang samar, yaitu antara bunyi hamzah dengan bunyi
alif. Contoh bacaan tashil ada pada QS. Fussilat ayat 44, yaitu ‫َعأَأ ْج َۜ م ِۜ ي‬
5. Naqel
Yaitu bacaan naqel berarti memindahkan kasrah ( ِ ِ - ) pada huruf hamzah ke huruf
sebelumnya. Contoh bacaan ini pun hanya terdapat pada satu surat.
Contoh bacaan naqel:
َ ْ‫ا ِل ْس ُن ِبئ‬
- QS. Al Hujurat ayat 11, yaitu ‫س‬
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpuan
Dari yang telah kita bahas dapat disimpulkan bahwa khaththul utsmani adalah orang-
orang atau khalifah yang berkontribusi dalam penulisan serta penyusunan al-qur’an. Dan
untuk penyusunan al-qur’an sendiri membutukan waktu yang lama. Dan Ghorib berasal dari
bahasa Arab yang berarti pergi mengasingkan diri, bacaan yang asing atau aneh dalam
bacaan Al-Qur'an dan sukar dipahami dalam membacanya dan ada lima jenis bacaan gharib.
B. Saran
Diharapkan dari penyusunan makalah ini, setelah pembaca membaca makalah ini dapat
memahami dan mengerti tentang Kahththul dan Gharib Al-Qur’an. Dalam penyusunan
makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, sehingga penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam menyusun makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Samsukadi, Mochamad. 2015. Sejarah Mushaf Uthmani (Melacak Tranformasi Al-Qur’an


Dari Teks Metafisik Sampai Textus Receptus). 6 (2), Hal. 261.

Munawar, Agil, Said. 2001. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta:
Ciputat Press.

Ningsih, Febria, Dian. 2016. Sejarah Perkembangan Rasm Utsmani. 2 (2), Hal 293.

Anda mungkin juga menyukai