ABAD KE ABAD
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
KABUPATEN BEKASI
2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR.....................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................1
A. Latar Belakang................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................4
C. Tujuan Penelitian............................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................6
A. Periodisasi Perkembangan Tafsir Al-Qur’an..................6
B. Proses Kodifikasi Kitab Tafsir........................................8
C. Periodisasi Penulisan Kitab Tafsir dari Abad ke Abad. . .9
1. Tafsir pada Masa Nabi Muhammad SAW dan Para
Sahabat (abad 1 H)................................................................9
2. Tafsir pada masa Tabi’in...........................................10
3. Tafsir pada Masa Tadwin (Pembukuan Tafsir)..........10
BAB III PENUTUP.................................................................16
A. Kesimpulan...................................................................16
B. Saran.............................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an memuat wahyu Allah SWT, Pencipta alam
semesta, yang ditujukan kepada ummat manusia. Ini
merupakan message dari Allah kepada manusia. Karena itu, al-
Qur’an menjadi sangat urgen bagi kita, untuk berpegang teguh
pada message tersebut.1
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya memperoleh
pahala.2 Diturunkannya Al-Qur’an menjadi tanda kenabian dan
kerasulan Muhammad Saw. Oleh karena itu, Al-Qur’an
merupakan pedoman dan kitab suci bagi umat Islam. Al-
Qur’an diturunkan dengan bahasa arab. Pemahaman makna
ayat Al- Qur’an biasa dijelaskan langsung oleh Nabi
Muhammad Saw pada saat diturunkannya. Hal ini terjadi pada
masa-masa kenabian. Namun, setelah Rasulullah wafat,
penafsiran ayat Al- Qur’an terus berlanjut di tengah-tengah
para sahabat hingga pada saat ini.3
1
adalah menyampaikan (al-tabligh) wahyu Risalah-Nya. Wahyu
Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada
Rasulullah harus dipromosikan kepada umat manusia.4 Pada
waktu Nabi Muhammad SAW masih hidup, para sahabat
selalu merujuk pada beliau dalam memberikan solusi atas
segala problem yang mereka hadapi. Sebab, saat itu wahyu
masih berlangsung dan belum putus. Namun, setelah
Rasulullah wafat, para sahabat dihadapkan sejumlah
permasalahan yang kompleks. Sehingga pada saat itu para
sahabat harus dengan mandiri memecahkan permasalahannya
sendiri. Maka, penafsiran dan ijtihadlah yang menjadi sebuah
alternatif.5
Tentunya ijtihad para sahabat ada yang bertentangan
antara yang satu dengan yang lainnya karena setiap manusia
pasti punya IQ yang berbeda, begitu juga para sahabat Nabi
pun berbeda dalam tingkatan pemahamannya terhadap isi
kandungan al-Qur’an, pengetahuan mereka tentang asba>b al
nuzu>l, kronologis tentang turunnya ayat-ayat al-Qur’an dan
mereka juga berbeda tingkatan pengetahuan arti kosa kata.6
Menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an bukanlah hal yang mudah,
bahkan dulu pada abad pertama Islam, sedikit sekali para
4
Syukron Affani, Tafsir Al-Qur’an Dalam Sejarah Perkembanganya, (Jakarta:
Kencana, 2019), 1.
5
Masyhuri, Merajut Sejarah Perkembangan Tafsir Masa Klasik: Sejarah
Tafsir dari Abad Pertama Sampai Abad Ketiga Hijriyah, Hermeunetik, Vol. 8,
No. 2, Desember 2014.
6
Al Dzahabi, al Tafsir wa al Mufassirun, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1994),
29.
2
ulama menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, mereka sangat hati-
hati dalam masalah tersebut. Namun setelah abad berikutnya
kita menjumpai berbagai model dan corak dalam penafsiran.
Sejarah penafsiran al-Qur’an dimulai dengan
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan hadis Nabi, atau
pendapat sahabat Nabi dan tabi’in.7 Penafsiran tersebut mulai
berkembang dengan pesat, sehingga disadari atau tidak
bercampurlah antara hadis shahih dengan israiliyya>t. Disamping
juga, para sahabat dalam menghimpun data banyak menanyakan
sejarah Nabi-Nabi dan kisah-kisah yang tercantum dalam al-
Qur’an kepada ahli kitab yang memeluk agama Islam seperti
Abdullah ibn Salam, Ka’ab al-Ahbar, hal inilah yang
menyebabkan lahirnya israiliyya>t.
Kebutuhan akan tafsir menjadi lebih penting lagi, jika
disadari bahwa manfaat petunjuk-petunjuk ilahi tidak hanya
terbatas di akhirat kelak. Petunjuk-petunjuk itu pun menjamin
kebahagiaan manusia di dunia, sehingga sangat mendesak
mengingat redaksinya yang beragam, juga sangat dibutuhkan
penafsiran yang bertendensi bukan hanya pada seseorang saja
atau satu generasi. Karena ayat-ayat al-Qur’an selalu terbuka
untuk interpretasi baru dan tidak pernah pasti tertutup dalam
interpretasi Tunggal. Maka interpretasi ini sesuai dan sangat
cocok dengan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an. 8
7
Khaliq Abdurrahman, Usul al Tafsir wa Qawaiduhu, (Kairo, Dar al Nafais,
1998), 3.
8
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, cet. Ke-16 (Bandung: Penerbit
Mizan, 1997), 16.
3
Menelusuri perkembangan penafsiran al-Qur’an yang
demikian panjang dan tersebar luas di segenap penjuru dunia
Islam tentu bukan merupakan perkara mudah. Sebab penelusuran
perkembangan tafsir al-Qur’an selain perlu merujuk ke berbagai
literatur yang ada, juga dapat di lacak dari para pelaku penafsiran
itu sendiri yang lazim dikenal dengan sebutan thabaqat al-
mufassirin (penjenjangan para mufassir).
Akan tetapi menurut Sykron Affani, periodisasi
perkembangan tafsir al-Qur’an itu terbagi 3: masa awal,
pertengahan dan modern-kontemporer.9
Oleh karena itu, makalah ini akan menguraikan
periodisasi penafsiran al-Qur’an serta periodisasi penulisan
kitab tafsir dari abad ke abad dengan uraian yang singkat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah
ini adalah:
a. Bagaimana periodisasi perkembangan tafsir Al-
Qur’an?
b. Bagaimana proses kodifikasi kitab tafsir?
c. Bagaimana periodisasi penulisan kitab tafsir dari abad
ke abad?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini,
9
Lihat Syukron Affani, Tafsir Al-Qur’an Dalam Sejarah Perkembanganya,
(Jakarta: Kencana, 2019), 7-9.
4
yaitu:
a. Untuk mengetahui periodisasi perkembangan tafsir
Al-Qur’an;
b. Untuk mengetahui proses kodifikasi kitab tafsir.
c. Untuk mengetahui periodisasi penulisan kitab tafsir
dari abad ke abad.
d.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
3. Masa kemunduran (tahun 1700-1800 M), yaitu
melemahnya ketiga kerajaan tersebut yang akhirnya
ditandai penaklukan tanah Mesir oleh Napoleon Bonaparte
dari Perancis.
Setelah masa tahun 1800 M, sejarah peradaban Islam
memasuki babak baru modern. Pada babak baru modern,
dinamika peradaban Islam jauh lebih kompleks dari babak-
babak sebelumnya, terutama saat konsep politik negara-bangsa
(nation-state) menjadi fenomina bangsa-bangsa dunia.
Meskipun memiliki fase-fase fenomena tersendiri,
motif-motif perkembangan tafsir al-Qur’an dapat dihubungkan
dengan sejarah peradaban Islam tersebut. Secara umum,
periodisasi tafsir al-Qur’an dibagi kedalam tiga kluster: klasik,
pertengahan dan kontemporer.11
Periodisasi tersebut adalah:
1. Awal, yaitu pada abad 1-2 H/7-8 M yaitu pada masa Nabi,
sahabat dan tabi’in. Pada masa ini, tafsir al-Qur’an bersifat
formatif (pembentukan), dan secara epistemik bersifat
teosentris (al ‘aql al bayani), bernalar quisi-kritis. Periode
ini dikenal dengan istilah “generasi salaf”.
2. Pertengahan, yaitu pada abad ke 3-13 H/9-19 M yaitu
pada masa generasi tabi’ al tabi’in, saat tafsir mulai
dibukukan atau masa kodifikasi tafsir. Masa kodifikasi
tafsir tidak bisa dilepaskan dari masa kodifikasi hadits.
11
Lihat Syukron Affani, Tafsir Al-Qur’an Dalam Sejarah Perkembanganya,
(Jakarta: Kencana, 2019), 8-9.
7
Tafsir al-Qur’an pada masa ini cenderung bersifat afirmatif,
konservatif, sektarian dan ideologis.
3. Modern-kontemporer, yaitu pada abad ke 20 dimana era
pertengahan disimpulkan berakhir. Tafsir al-Qur’an pada
masa ini menyadari kekurangan-kekurangan tertentu dari
masa sebelumnya yang dinilai tidak kompetibel dengan
kebutuhan dan perkembangan zaman. Oleh karena itu,
fenomena tafsir pada masa ini bersifat kritis-reformatif
terhadap metode dan pendekatan penafsiran al-Qur’an era
pertengahan.
12
Lihat Syukron Affani, Tafsir Al-Qur’an Dalam Sejarah Perkembanganya,
(Jakarta: Kencana, 2019), 137-139.
8
menggunakan riwayat-riwayat tanpa sanad.
5) Penulisan tafsir al-Qur’an secara tartib mushafi dengan
sumber kombinasi bi al ma’tsur dan bi al ra’y.
9
2. Tafsir pada masa Tabi’in
Adapun pada masa tabi’in, penafsirannya al-Qur’an
memiliki lima sumber: ayat-ayat al-Qur’an, hadits, pendapat
para sahabat, pendapat para tabi’in sendiri dan israiliyyat. Para
tabi’in menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan pendapatnya
atau dengan israiliyyat, ketika mereka tidak menemukan
penjelasannya dari al-Qur’an atau dari hadits atau pendapat
dari para sahabat.
3. Tafsir pada Masa Tadwin (Pembukuan Tafsir)14
Pembukuan (tadwin) tafsir terjadi pada masa akhir
pemerintahan Daulah Umayah atau pada masa permulaan
pemerintahan Daulah Abbasiyah. Pada masa itu, ulama-ulama
baru mengumpulkan hadits-hadits tafsir yang diterima dari
sahabat dan tabi’in. Mereka menyusun tafsir dengan cara
menyebut sesuatu ayat, lalu menyebut nukilan-nukilan yang
mengenai tafsir ayat itu dari sahabat dan tabi’in.15 Ini terjadi
abad ke-2 H. Pembukuan tafsir dimaksudkan agar al-Qur’an
dapat dipahami oleh mereka yang tidak memiliki kemampuan
Bahasa Arab.
Pada permulaan masa Daulah Abbasiyah itu terjadi
usaha-usaha untuk mengumpulkan hadits-hadits tafsir dari
umumnya hadits. Karenanya hadits tafsir merupakan bagian
10
dari hadits.
a. Tafsir pada abad ke-2 H
Adapun tafsir-tafsir yang terkenal pada abad ke-2 H
adalah:
1) Tafsir As-Suddy (127 H), dalam tafsir ini As-Suddy
menerangkan riwayat-riwayat yang disandarkan kepada
Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas.
2) Tafsir Ibnu Juraij (150 H), dalam tafsir ini Ibnu Juraij
meriwayatkan segala riwayat yang mengenai ayat, shahih
ataupun dla’if.
3) Tafsir Muqatil (150 H), Muqatil banyak sekali belajar
kepada orang-orang Yahudi. Karena itu, Abu Hanifah
menuduhnya seorang yang dusta. Dan begitu pula Ibnu
Mubarak tidak mempercainya.
4) Tafsir Muhammad bin Ishaq.
5) Tafsir Ibnu Uyainah.
6) Tafsir Waki’ bin Jarrah.
Semua tafsir-tafsir ini telah hilang dibawa arus masa,
tak ada yang sampai kepada kita. Namun, kebanyakannyaisi
kandungannya telah dihimpun dalam tafsir Ibnu Jarir al
Thabary (310 H).
b. Tafsir pada abad ke-3 H
Secara umum, pada abad ini ulama tafsir terbagi dua:
1) Ulama tafsir riwayat, seperti: al Waqidy, Ibnu Jarir al
Thabary, Baqy bin Mikhlad dan sebagainya.
2) Ulama tafsir dirayat, seperti: al Allaf (226 H). al Jahidy
11
(225 H), al Nadhdham (231 H) dan sebagainya.
Tafsir Jami’ al Bayan karya al Thabary dan tafsir Baqy
adalah tafsir yang paling terkenal pada abad ke-3 H.
c. Tafsir pada abad ke-4 H
Ciri spesifik tafsir pada abad ke-4 H adalah
menafsirkan al-Qur’an dengan dirayah (bi al ma’qul) dan
mengosongkan cerita-cerita israiliyyat. Tafsir dirayah ini
dikembangkan oleh golongan Mu’tazilah. Maka lahirlah tafsir
yang disusun oleh Abu Muslim al Ashfahany (322 H) yang
bernama Jami’ al Ta’wil, yang mana intisarinya dinukil oleh al
Razi dalam tafsirnya al Muqtathaf.
d. Tafsir pada abad ke-5 H
Diantara tafsir yang muncul pada abad ke-5 H adalah:
1) Tafsir al Kasyaf karya al Zamakhsyary (467-528 H).
2) Al Wajiz fi Tafsir al Qur’an al Aziz karya al Wahidy (468
H).
3) Al Tibyan fi Tafsir al Qur’an karya Abu Ja’far bin Hasan al
Thusy (459 H).
4) Tafsir yang disusun oleh al Tsa’laby (427 H).
e. Tafsir pada abad ke-6 H
Diantara tafsir yang muncul pada abad ke-6 H adalah:
1) Ma’alim al Tanzil karya al Baghawy (516 H).
2) Ahkam al Qur’an karya Ibnu ‘Araby (542 H).
3) Al Muharrar al Wajiz karya Abu Muhammad Athiyah al
Maghriby (542 H).
4) Zad al Masir dan Funun al Afnan karya Ibn al Jauzy (597
12
H).
f. Tafsir pada abad ke-7 H
Diantara tafsir yang muncul pada abad ke-7 H adalah:
1. Al Intishaf karya Ahmad Ibnu Munir al Iskandary (683 H).
2. Mafatih al Ghaibi karya Fakhruddin al Razi (605 H).
3. Anwar al Tanzil karya al Baidlawi (685 H).
4. Al Jami’ fi Ahkam al Qur’an karya Abu Abdullah al
Qurthuby (671 H).
5. Al Jam’u wa al Tafshil fi Ibda’i Ma’ani al Tanzil karya Ibn
al ‘Araby (638 H).
6. Al Inshaf fi Jam’i Baina al Kasyfi wa al Kasyaf karya Ibn
Atsir (606 H).
g. Tafsir pada abad ke-8 H
Diantara tafsir yang muncul pada abad ke-8 H adalah:
1. Madariku al Tanzil wa Haqaiqu al Ta’wil karya Abdullah
Ibn Muhammad dan al Nasafi (701 H).
2. Lubab al Ta’wil fi Ma’ani al Tanzil karya al Khazin (725
H).
3. Al Bahr al Muhith karya Ibn Hayyan (754 H).
4. Al Durar al Laqith min al Bahr al Muhith karya Tajuddin
Ahmad bin Abd al Qadir (749 H).
5. Tafsir al Qur’an al ‘Adzim karya Ibn Katsir (774 H).
6. Anwar al Haqaiq al Rabbaniyyah fi Tafsir al Ayat al
Qur’aniyyah karya Syamsuddin al Ashfahani (749 H).
h. Tafsir pada abad ke-9 H
Diantara tafsir yang muncul pada abad ke-9 H adalah
13
Tanwir al Miqyas min Tafsir Ibn Abbas karya Muhammad Ibn
Ya’qub (817 H).
i. Tafsir pada abad ke-10 H
Diantara tafsir yang muncul pada abad ke-10 H adalah:
1. Tafsir Jalalain karya Jalaluddin al Mahalli (864 H),
kemudian disempurnakan oleh Jalaluddin al Suyuthi (911
H).
2. Turjaman al Qur’an karya al Suyuthi (911 H).
3. Al Siraaj al Munir karya al Khatib al Syirbiny (977 H).
j. Tafsir pada abad ke-11, ke-12 dan ke-13 H
Pada abad ke 11, 12 dan 13 H, kegiatan menyusun tafsir
dan ilmu tafsir seolah-olah berhenti yaitu setelah wafatnya
Imam al Suyuthi pada tahun 911 H. Pada zaman setelah
wafatnya al Suyuthi, tafsir dan ilmu tafsir seolah-olah telah
mencapai puncaknya dan berhenti, dengan berhentinya
kegiatan Ulama dalam mengembangkan tafsir dan ilmu tafsir.
Keadaan itu berjalan sampai akhir abad ke-13 H.
Meskipun demikian, ada juga beberapa Ulama yang
menyusun tafsir, diantaranya adalah:
1. Majma’ al Bahrain wa Mathla’ al Badrain karya
Muhammad bin Muhammad al Karkhi al Bakri (1006 H).
2. Al Futuhat al Ilahiyyah karya Sulaiman Ibn Umar al Syafi’i
(1204 H).
3. Hasyiyah al Shawi karya Ahmad Ibn Muhammad al Shawi
(1241 H).
4. Ruh al Bayan karya Isma’il Haqqi (1127 H).
14
5. Faht al Qadir karya al Syaukani (1250 H).
6. Ruh al Ma’ani karya al Alusi (1270 H).
k. Tafsir pada abad ke-14 H
Diantara tafsir yang muncul pada abad ke-14 H adalah:
1. Fath al Bayan karya Siddiq Hasan Khan (1307 H).
2. Marah Labid karya Muhammad Nawawi al Jawi (1316 H).
3. Mahasin al Ta’wil karya Jamaluddin al Qosimi (1322 H).
4. Tafsir al Manar karya Muhammad Rasyid Ridho (1354 H).
5. Tafsir al Maraghi karya Mushtofa al Maraghi (1364 H).
6. Tafsir Fii Dzilal al Qur’an karya Sayyid Quthub (1385 H).
Dalam abad ini di Indonesia pun muncul bermacam-
macam tafsir, diantaranya adalah:
1. Tarjuman Al-Mustafid karya Abdurrauf ibn Ali al-Jawi al-
Fansuri as-Sinkili.
2. Tamsyiyatul Muslimin fi Tafsiri Kalami Rabbil ‘Alamin
karya KH. Ahmad Sanusi.
3. Tafsir Al-Quranul ‘Adzim (Tafsir Tiga Serangkai) karya H.
Abdul Halim Hasan, H. Zainal Arifin Abbas dan
Abdurrahim Haitami.
4. Al-Ibriz karya KH. Bisri Mustofa.
5. Al-Mahmudy karya KH. Ahmad Hamid Wijaya.
6. Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka.
7. Tafsir An Nur karya Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi
ash-Shiddieqy.
8. Al-Misbah karya Prof. Dr. KH. M. Quraish Shihab.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar pada pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan bahwa kegiatan tafsir Al-Qur’an telah
dimulai sejak masa Nabi Muhammad Saw dan terus
mengalami perkembangan dari masa ke masa, yang pada
gilirannya telah munculnya kitab-kitab tafsir, dan hal ini
terjadi dalam periode tadwīn atau periode kodifikasi tafsir itu.
Setelah masa kodifikasi, maka selanjutnya memasuki masa
modern dan mengalami perkembangan yang sangat
siginifikan.
B. Saran
Sebagai umat Islam dan sebagai peserta Pendidikan
Kader Ulama (PKU) MUI Kab. Bekasi, kita sebaiknya
memahami apa yang dimaksud dengan Tafsir dan bagaimana
historis sejarahnya. Karena untuk menjadi seorang mufassir itu
tentu tidaklah mudah, kita perlu ilmu yang sangat luas dan
rujukan dari semua aspek tafsir Qur’an. Walaupun kita sebagai
manusia biasa tidak akan bisa memahami Al-Qur’an secara
sempurna, namun setidaknya kita bisa mengaplikasikannya
sebagai pedoman hidup. Oleh karena itu, janganlah pernah
puas dalam mencari ilmu. Semoga makalah ini memberi
16
manfaat bagi kita semua. Amin.
17
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Akhmad Taufik dkk, Sejarah Pemikiran dan Tokoh
Modernisme Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005).
Al Dzahabi, al Tafsir wa al Mufassirun, (Kairo, Maktabah
Wahbah, 1994).
Hafidz Abdurrahman, Ulumul Quran Praktis (Pengantar untuk
Memhami alQuran), (Bogor: CV IDeA Pustaka Utama, 2003).
Hasbi ash Shiddieqy, Tafsir al Bajaan, (Bandung: PT. Al-
Ma’arif, 1971).
Khaliq Abdurrahman, Usul al Tafsir wa Qawaiduhu, (Kairo:
Dar al Nafais, 1998).
Manna’u al Qaththan, Mabahits fi Ulum al Qur’an, (Kairo:
Maktbah Wahbah, t.t).
Mashuri & Fuadlali, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Penerbit
Angkasa Bandung, 2021).
Syukron Affani, Tafsir Al-Qur’an Dalam Sejarah
Perkembanganya, (Jakarta: Kencana, 2019).
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, cet. Ke-16
(Bandung: Penerbit Mizan, 1997).
JOURNAL
Idah Suidah, Sejarah Perkembangan Tafsir, Al asma: Journal of
Islamic Education Vol. 3, No. 2, November 2021.
Masyhuri, Merajut Sejarah Perkembangan Tafsir Masa Klasik:
Sejarah Tafsir dari Abad Pertama Sampai Abad Ketiga Hijriyah,
Hermeunetik, Vol. 8, No. 2, Desember 2014.
Amri, Tafsir Al-Qur’an pada Masa Nabi Muhammad Saw hingga
Masa Kodifikasi, ejournal.iainkendari.ac.id. Diakses pada kamis 31
Agustus 2023.
18