Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SIFAT SIFAT AL QUR'AN

Disusun untuk memenuhi tugas:

Mata kuliah: Study Al Qur'an

Dosen Pengampu: Dr. Roizatuk Faruk M.Pd.

Oleh :

Muhammad Danis

M Nuh Maftuhur

(IAIFA)

INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI SUMBERSARI KENCONG


KEPUNG KEDIRI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam ciptaan-Nya.

Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad
Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
yang sempurna dengan bahasa yang sangat indah.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Studi Al Qur'an.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangankekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki kami.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak, sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah pada waktu dan kesempatan berikutnya. Dalam penulisan
makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman- teman yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Bapak Roizatuk
Faruk M.Pd selaku dosen mata kuliah Studi Al Qur'an.

Kami berharap semoga Allah SWT memberikan keberkahan kepada kita semua,
khususnya kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan penulisan
makalah ini, semoga dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin
Yaa Robbal „Alamiin.

Pare, Juni 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN.................................................................................................. 3

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3

C. Tujuan Penulisan................................................................................................ 3

BAB II ..................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4

A. Makna Al Qur'an ................................................................................................ 4

B. Sifat Sifat Keagungan Al Qur'an......................................................................... 5

BAB III................................................................................................................... 13

KESIMPULAN...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terciptanya makalah ini tak lain dan tak bukan, karena tugas yang diberikan dosen
kepada kami. Sebagai seorang mahasiswa, kami ingin memberikan hasil yang
terbaik dalam menjalankan amanat. Selain itu, kami juga ingin membuat sebuah
karya tulis yang bermanfaat umumnya bagi para pembaca, khusunya bagi
penulis.Sesuai tema makalah, yakni “SIFAT SIFAT AL QUR'AN”. Semoga
dengan terciptanya karya tulis ini, kami berharap dapat sedikit membantu
umumnya bagi banyak orang, khususnya bagi penulis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian makna Al Qur'an ?

2. Apa saja sifat sifat keagungan Al Qur'an ?

C. Tujuan Penulisan

1. Memenuhi tugas mata kuliah Study Al Qur'an.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang Makna Al Qur'an dan Keagungan Sifat Al


Qur'an.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. MAKNA AL QUR'AN

Secara bahasa diambil dari kata: ‫ ا ﻗﺮ‬- ‫ﯾﻘﺮا‬- ‫ﻗﺮاة‬- ‫ وﻗﺮاﻧﺎ‬yang berarti sesuatu yang
dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca
Alquran. Alquran juga bentuk mashdar dari ‫ اﻟﻘﺮاة‬yang berarti menghimpun dan
mengumpulkan.

Dikatakan demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf,


kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar1. Oleh karena itu
Alquran harus dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat
hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan
apa yang dialami masyarakat untuk menghidupkan Alquran baik secara teks, lisan
ataupun budaya.

Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan yang


sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu
bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi mulia.2 Dan juga Alquran mempunyai
arti menumpulkan dan menghimpun qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan
katakata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Quran
pada mulanya seperti qira’ah, yaitu mashdar dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan.3

¹ Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), p.17

2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), p.3

3
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2015),p. 15

4
B. SIFAT SIFAT AL QUR'AN

1. Al-Hakim (Yang Bijaksana/Penuh Hikmah)

Allah menyifati kitab-Nya (Al-Qur‟an) dengan “Al-Hakim” (penuh hikmah) di


beberapa ayat, di antaranya:

Pertama; Firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Inilah ayat-ayat Al-Qur‟an yang mengandung hikmat.” (Q.S. Luqman : 2)

Pada ayat ini, Al-Qur‟an datang dengan membawa sifat “Al-Hakim”, yang
mempunyai arti bervariasi (beragam), yaitu:

a. Al-Hakim yang berarti ayat-ayatNya disusun dengan rapi untuk menerangkan


halal dan haram, batasan-batasan dan hukum-hukumnya. Pola Fa‟iil (maksudnya:
kata “Hakiim” dibaca mengikuti pola ini) di sini berarti “muf‟al” (baca: muhkam,
yang berarti “disusun dengan rapi). Ini pendapat Abu Ubaidah dan yang lainnya.
Hal ini dikuatkan oleh firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana
lagi Mahatahu.” (Q.S. Huud : 1)

b. Al-Hakim berarti pemberi keputusan, maksudnya Al-Qur‟an itu berperan


sebagai pemberi keputusan mengenai halal dan haram, pemberian keputusan di
antara manusia terhadap apa yang mereka perselisihkan dengan benar. Hal ini
dikuatkan oleh firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah
mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama

5
mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan
orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.
Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran
tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu
memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Q.S.Al-
Baqarah : 213)

c. Al-Hakim artinya terpelihara dari kebatilan, tiada kedustaan di dalamnya dan


tidak ada pula perbedaan. Ini adalah pendapat Muqatil. As-Sa‟diy rahimahullah
telah menyebutkan beberapa bukti dari susunan ayat-ayat Al-Qur‟an yang penuh
hikmah. Dia berkata:

Di antara bukti keterpeliharaannya adalah memadukan antara seruan dan


ancaman serta nasihat yang terang, yang akan menjadi lurus dengannya jiwa yang
suci, sehingga ia menjadi teguh dan bekerja dengan penuh kesungguhan. Di antara
bukti keterpeliharaannya adalah banyak Anda temukan ayat-ayat Al-Qur‟an yang
diulang-ulang, seperti: kisah umat terdahulu, hukum-hukum taklif dan yang
semacamnya. Seluruhnya memiliki kesamaan dan keselarasan, tidak ada
kontradiksi padanya maupun perbedaan.”4Dan bagaimana mungkin kebatilan akan
mengotori kitab suci yang penuh hikmah ini, sedangkan ia diturunkan dari Dzat
yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Dan hikmah nampak jelas dalam
bangunannya, bimbingannya, cara penurunannya dan metode pengobatan yang
ditawarkan buat jiwa manusia dari kebuntuan arah jalan hidup.5

4
Tafsir al-Sa’diy, (4/101)

5
Lihat Fi Zhilal al-Qur’an, (5/3127)

6
2. Al-‘Azis (Yang Kuat)

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman menggambarkan Al-Qur‟an:

“Dan sesungguhnya Al-Qur‟an itu adalah kitab yang mulia.” (Q.S.Fushshilat : 41)
Maksudnya ia mulia karena sulit untuk disamai dan ditemukan yang semisalnya.6

Al-Azis berarti: sesuatu yang bernilai harganya. Berasal dari kata “Al-Izzah”
yang bermakna kekuatan melindungi; karena sesuatu yang bernilai harganya akan
dilindungi dan dijaga dari upaya untuk mencampakkannya. Dan seperti itu pula
halnya sesuatu yang mulia. Al-„Azis diartikan pula yang menang dan tidak
terkalahkan. Dan seperti itu pula argumentasi-argumentasi AlQur‟an.7

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala menyifati Al-Qur‟an itu dengan sifat kekuatan


seperti ini, karena ia dengan kebenaran maknanya, menjadi terjaga dari segala
upaya untuk menikam dan merendahkannya. Sehingga ia akan selalu dijaga oleh
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala.8

Kesimpulan pendapat para ahli tafsir mengenai sifat Al-„Aziz yang dimiliki

oleh Al-Qur‟anyang adalah sebagai berikut:

1. Ia terjaga dari sentuhan syaitan, tidak ada jalan baginya untuk memasukinya.
Dan ia tidak dapat merubahnya, menambahnya atau menguranginya.

2. Ia begitu mulia dan terhormat di sisi Allah Subhanahu Wa Ta‟ala serta mulia
dari sisi-Nya, maka sudah seyogyanya ia dimuliakan, ditinggikan dan tidak
diabaikan.

3. Bahwa ia tiada bandingannya, terpelihara dari kebatilan dan dari setiap orang
yang ingin merubah atau merusaknya.

4. Manusia tidak akan mampu untuk mengucapkan yang serupa dengannya, karena

6
Lihat al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, hal. 335-336

7
Lihat al-Tahrir wa al-Tanwir, (25/71).

8
Tafsir Ibnu ‘Athiyyah, (5/19)

7
Al-Qur‟an akan selalu menang dan mengalahkannya. Al-Qur‟an bukanlah
makhluk.

3. Al-Karim (Yang Terpuji/Mulia)

Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman menggambarkan tentang AlQur'an:

“Maka aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Qur'an.


Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.
Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia.” (Q.S. Al Waaqi‟ah
: 75-77)

Ini adalah penyifatan Al-Qur'an dengan kemuliaan yang benar-benar melebihi


semua kitab terdahulu dengan sebenarnya. Tidak ada penentang yang sanggup
mencari celah untuk melukai kesuciannya.9 Karena sesungguhnya Allah
Subhanahu wa Ta‟ala telah memuliakan, menguatkan dan meninggikan
kedudukannya atas semua kitab terdahulu. Dan Dia juga telah memuliakannya dari
berbagai tuduhan yang dilontarkan untuknya, seperti bahwa ia adalah sihir, tenung
atau kedustaan.10

Adapun obyek sumpahnya adalah penetapan kebenaran Al-Qur‟an. Bahwa ia


adalah benar, tiada keraguan di dalamnya dan tidak pula ada kebimbangan yang
melekat padanya. Sedangkan Al-Qur‟an itu Al-Karim, yaitu banyak kebaikannya
dan banyak ilmu yang dipancarkannya. Maka setiap kebaikan dan ilmu pada
dasarnya tidak lain bersumber dari Kitab Allah Subhanahu wa Ta‟ala dan
menggali hukum darinya.11

9
Al-Tahrir wa al-Tanwir, (27/304)

10
Fath al-Qadir, (5/160)

11
Tafsir al-Sa’diy (5/168), Zad al-Masir (8/17)

8
4. Al-Majid (Yang Tinggi)

Allah Subhanahu wa Ta'ala mensifati Al-Qur'an dengan ketinggian (keluhuran)


di dalam kitab-Nya yang mulia, Firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala:

“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Qur‟an yang mulia. Yang (tersimpan)
dalam Lauh Mahfuzh.” (Q.S. Al-Buruj : 21-22).

Maknanya adalah bahwa sesungguhnya Al-Qur‟an yang mereka dustakan itu


memiliki kedudukan yang tinggi; baik dalam susunan katanya maupun gaya
bahasanya hingga sampai pada batas i‟jaz (melemahkan dan membuat tidak
berdaya musuh-musuhnya-penj). Ia berada di puncak ketinggian, kemuliaan dan
keberkahan. Ia tidak seperti yang mereka katakan bahwa ia merupakan perkataan
penyair, tukang tenung dan tukang sihir. Karena ia tidak lain adalah Kalam
(perkataan) Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang terpelihara dari perubahan dan
penyimpangan, yang tertulis di Lauh Mahfudz.12

Kesimpulan pendapat ahli tafsir tentang penyifatan Al-Qur‟an dengan sifat Al-
Majid adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur‟an itu merupakan kitab yang mulia, lebih mulia dari kitab apapun.
Kedudukannya sangat tinggi di antara semua kitab-kitab ilahiyah dalam rangkaian
kata dan maknanya.13

b. Luas arti keagungannya, kaya maknanya dan tak terhitung berkahnya,


berlimpah ruah kebaikannya, tak bertepi sifat dan keagungannya.14

c. Al-Qur‟an berada di puncak ketinggian, kemuliaan dan keberkahan, karena


ia menjadi penerang terhadap apa yang disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta‟ala
bagi hamba-hamba-Nya, yang mencakup hukum hukum agama dan dunia. Ia tidak
seperti yang mereka tuduhkan bahwa ia merupakan sya‟ir, tenung dan sihir.15

12
Al-Tafsir Al-Munir, (15/545)

13
Tafsir Abu Al-Su’ud (9/139), Tafsir Al-Samarqandy (3/545), Tafsir Al-Qasimy (6/316)

14
Tafsir Ibnu Katsir (4/497), Tafsir Al-Sa’dy (5/79, 398)

15
Tafsir Al-Baghawy (4/472), Fath Al-Qadir (5/414)

9
5. Al-‘Azhim (Yang Agung)

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah memuji keagungan


AlQur‟an dengan firman-Nya:

“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang
-ulang dan Al-Qur'an yang agung. Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan
pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa
golongan di antara mereka (orangorang kafir itu).” (Q.S. Al Hijr : 87-88).

Makna ayat ini adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman kepada
Nabi-Nya: “Sebagaimana Kami telah berikan kepadamu Al-Qur‟an yang agung,
maka janganlah sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada dunia dan
keindahannya dan apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di
antara mereka (orang-orang kafir itu). Cukuplah dengan apa yang telah Allah
berikan dari Al-Qur‟anyang agung, jangan kamu tergoda dengan apa yang ada
pada mereka berupa kekayaan (kenikmatan hidup) dan kebahagiaan semu.”

Seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta‟ala mengatakan bahwa sesungguhnya


kami telah berikan kepadamu Al-Qur‟an yang agung dan penting, maka janganlah
sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada selainnya dari berbagai macam
urusan dunia.16

Oleh karena itu, Al-Qur‟an merupakan nikmat yang sangat agung. Setiap
kenikmatan sebesar apapun ia, jika dibandingkan dengan Al-Qur‟an, maka ia
sangatlah rendah dan hina. Maka cukupkanlah anda berbahagia dengan nikmat Al-
Qur‟an.17

16
Tafsir Ibnu ‘Athiyyah, (3/373)

17
Lihat Al-Kasysyaf, oleh Al-Zamakhsyari (2/549), Tafsir Al-Tsa’aliby, (2/30)

10
6. Al-Basyir Wa al-Nadzir (yang Memberi Kabar Gembira dan Peringatan)

Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman dalam menggambarkan Al-Qur'an Al-


Azhim:

“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni Al-Qur‟an dalam bahasa Arab, untuk
kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan yang membawa
peringatan.” (Q.S. Fushshilat: 3-4).

Ini merupakan salah satu sifat dari Al-Qur'an, bahwa ia sebagai pembawa
berita gembira bagi siapa yang beriman dengan balasan surga, dan pemberi
peringatan bagi yang kafir dengan ancaman neraka.18

Eksistensi Al-Qur'an sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,


menunjukkan bahwa memahami secara benar apa yang terkandung dalam kabar
gembira dan peringatan merupakan perkara yang terpenting. Dan ini mengharuskan
kita untuk tunduk, menerima, mengimani dan mengamalkannya. Maka upaya
manusia untuk mengetahui apa yang dapat mengantarnya memperoleh pahala yang
terus menerus atau menghindari jalan menuju siksa yang tak terputus adalah
amalan-amalan yang harus diprioritaskan.19

Kekuatan pengaruh Al-Qur'an Al-Azhim, kedahsyatan dan keagungannya


dalam memberikan Targhib (motivasi) dan Tarhib (peringatan) semakin jelas
ketika ia memberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman terhadapnya dan
melakukan amal shalih dengan balasan surga, dan memperingatkan bagi siapa yang
kafir dan bermaksiat kepadanya dengan ancaman neraka.

18
Lihat Tafsir Ibn ‘Athiyyah, (5/4)

19
Lihat op.cit., (27/84), Tafsir Al-Sa’di, (1/744)

11
7. Tidak Dimasuki Kebatilan, Baik Dari Dari Depan Maupun Belakangnya

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam menggambarkan salah satu sifat


Al-Qur‟an yang agung:

“Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur‟an) kebatilan baik dari depan maupun dari
belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”
(Q.S. Fushshilat : 42).

Ar Razi rahimahullah menyebutkan beberapa makna ayat di atas, yang


keseluruhannya sejalan dan tepat dengan Al-Qur'an Al-Azhim. Ia mengatakan:20
“Terkait ayat ini terdapat beberapa pengertian, di antaranya:

Pertama: Tidak didustakan kedatangannya oleh kitab-kitab sebelumnya,


seperti: Taurat, Injil, dan Zabur. Dan tidak akan datang kitab sesudahnya yang
mendustakannya.

Kedua: Apa yang dihukumi benar oleh Al-Qur‟an tidak akan pernah menjadi
batil, demikian pula sebaliknya apa yang dihukuminya sebagai sesuatu yang batil
tidak akan pernah menjadi benar.

Ketiga: Maknanya bahwa Al-Qur‟an itu terpelihara dari segala bentuk


pengurangan, yang datang dari arah depannya ataupun penambahan di dalamnya,
yang datang dari arah belakangnya.

Keempat: Kemungkinan makna yang dimaksud adalah bahwa tidak ada lagi
kitab di kemudian hari yang menjadi penentangnya, dan tidak ada pula kitab-kitab
yang sebelumnya layak untuk menjadi penentangnya.

Kelima: Penulis Kitab Al-Kasyaf21 berpendapat bahwa ini merupakan tamtsil


(perumpamaan), dan yang dimaksud adalah bahwa kebatilan tidak akan datang
masuk padanya, dan tidak ada jalan sedikit pun bagi kebatilan untuk sampai
kepadanya.22

20
Al-Tafsir Al-Kabir, (27/114)

21
Namanya adalah Abu Al-Qasim Mahmud bin Umar Al-Zamakhsyari Al-Khawarizmi, seorang ahli nahwu dan
tafsir. Merupakan salah satu tokoh utama Mu’tazilah. Dilahirkan pada tahun 467 H dan wafat pada tahun 538
H. Di antara karyanya adalah Tafsir Al-Kasyif, Al-Fa’iq fi Gharib Al-Hadits dan Asas Al-Balaghah

22
Lihat Al-Kasysyaf, oleh Al-Zamakhsyari (4/207)

12
BAB III

KESIMPULAN

Alquran secara harfiyah berarti bacaan yang sempurna. Ia merupakan suatu


nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia
mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Alquran,
bacaan sempurna lagi mulia. Dan juga Alquran mempunyai arti menumpulkan dan
menghimpun qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan katakata satu dengan
yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih.

Adapun sifat sifat keagungan Al Qur'an dibagi menjadi 7 yaitu :

1. Al-Hakim (Yang Bijaksana/Penuh Hikmah), Al-Hakim yang berarti ayat-


ayatNya disusun dengan rapi untuk menerangkan halal dan haram, batasan-
batasan dan hukum-hukumnya.

2. Al-‘Azis (Yang Kuat), Al-Azis berarti: sesuatu yang bernilai harganya atau
mulia karena sulit untuk disamai dan ditemukan yang semisalnya.

3. Al-Karim (Yang Terpuji/Mulia), Al-Karim berarti penyifatan Al-Qur'an


dengan kemuliaan yang benar-benar melebihi semua kitab terdahulu dengan
sebenarnya.

4. Al-Majid (Yang Tinggi) maknanya adalah bahwa sesungguhnya Al-Qur'an


yang mereka dustakan itu memiliki kedudukan yang tinggi; baik dalam
susunan katanya maupun gaya bahasanya hingga sampai pada batas i‟jaz.

5. Al-‘Azhim (Yang Agung), Al-Qur'an merupakan nikmat yang sangat agung.


Setiap kenikmatan sebesar apapun ia, jika dibandingkan dengan Al-Qur‟an,
maka ia sangatlah rendah dan hina.

6. Al-Basyir Wa al-Nadzir (Kabar Gembira dan Peringatan), Al Qur'an sebagai


pembawa berita gembira bagi siapa yang beriman dengan balasan surga, dan
pemberi peringatan bagi yang kafir dengan ancaman neraka.

7. Tidak Dimasuki Kebatilan, Baik Dari Dari Depan Maupun Belakangnya,


Tidak didustakan kedatangannya oleh kitab-kitab sebelumnya,

13
DAFTAR PUSTAKA

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996)

Tafsir Al Qurthuby

Tafsir Al Munir

Tafsir Ibnu katsir

Al-Huda wa Al-Bayan fi Asma’ Al-Qur’an

Al-Tahrir wa Al-Tanwir

14

Anda mungkin juga menyukai