Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HADIS QUDSI,HADIS NABAWI DAN ALQUR’AN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“STUDY HADIS”

Dosen Pengampu:

Habieb Bullah M.Th.I

Disusun Oleh:

Iftitah

Imay Siti Rosmayanti

Septa Dhea

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM

PACET-MOJOKERTO

2020

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah, karena
dengan taufik-Nya lah kita bisa melakukan aktifitas-aktifitas sehari-hari demi
memewujudkan cita-cita yang luhur berguna bagi nusa dan bangsa

Kedua kalinya sholatullah wasalamuhu yang senantiasa kita limpahkan


kapada pimpinan sejati kita yakni nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari zaman yang penuh kemiskinan motivasi hingga pada hari yang selalu
memberikan kita jalan yang lurus yakni agama islam,

Dengan ini kami berharap kepada seluruh teman-teman mahasiswa apabila


dalam pembuatan makalah ini kurang sempurna kami mohon untuk mengkritik
makalah ini, karna kami sadar kemempuan kami jauh dari sempurna maka dari itu
untuk mengevaluasi apa yang telah kami cetak, dengan tujuan supaya penulisan
yang selanjutnya lebih baik,

Harapan penulisan makalah ini supaya teman-teman mahasiswa


agarmemahami tentang pengertian asbabun nuzul dan seluk beluknya dan semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami sendiri dan umumnya bagi
pembaca .

Wassalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Mojokerto, 15 Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

A. Pengertian Alquran..........................................................................................5

B Pengertian Hadis Nabawi................................................................................7

C. Pengertian Hadis Qudsi..................................................................................7

D. Persamaan antara Alqur’an,Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi..........................8

E. Perbedaan antara Alqur'an,Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi...........................8

F. Contoh Hadis Qudsi,Hadis Nabawi dan Alqur'an...........................................9

BAB III..................................................................................................................11

PENUTUP..............................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dan utama dalam ajaran
agama Islam tentunya menempati posisi yang signifikan. Mengingat
posisinya yang signifikan itu maka diperlukan adanya pemahaman yang
komprehensif terkait dengan eksistensi al-Qur’an. Selain al-Qur’an, setiap
muslim juga mengenal adanya sumber hokum yang kedua yakni Hadis
atau Sunnah, baik Hadis Qudsi maupun Hadis Nabawi.
Keduanya menjadi sumber hukum Islam yang diyakini dan
dipedomani oleh seluruh umat muslim. Keduanya memiliki perbedaan-
perbedaan. Perbedaan di antara keduanya harus diketahui oleh setiap
muslim sebagai landasan awal dalam memahami keduanya lebih lanjut.
Pemahaman yang baik terhadap keduanya akan mempengaruhi kualitas
ibadah dari setiap muslim.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Alquran ?
2. Apa Definisi Hadis Nabawi ?
3. Apa Definisi Hadis Qudsi ?
4. Apa saja Persmaan antara Alqur’an,Hadis Nabawi dan Hadis
Qudsi?
5. Apa saja Perbedaan antara Alqur’an,Hadis Nbawi dan Hadis
Qudsi?
6. Apa saja Contoh Hadis Qudsi,Hadis Nabawi dan Alquran ?
C. Tujuan Penulisan
1. Apa Definisi Alquran ?
2. Apa Definisi Hadis Nabawi
3. ?Apa Definisi Hadis Qudsi ?
4. Apa saja Persmaan antara Alqur’an,Hadis Nabawi dan Hadis
Qudsi?
5. Apa saja Perbedaan antara Alqur’an,Hadis Nbawi dan Hadis
Qudsi?
6. Apa saja Contoh Hadis Qudsi,Hadis Nabawi dan Alquran ?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alquran
Secara etimologi, para ulama’ berselisih pendapat tentang asal-usul kata
al-Qur’an. Di antaranya adalah menurut Manna’u Kholil al-Qotthonbahwa kata al-
Qur’an (‫رأن‬FF‫)الق‬ merupakan kata benda (mashdar) dari kata kerja -‫رأة‬FF‫ق‬-‫رأ‬FF‫يق‬-‫رأ‬FF‫ق‬
‫قرأنا‬   yang berarti membaca/bacaan. Kata ‫قرأنا‬   berwazan ‫فعالن‬ dan
berarti ‫ول‬FFF‫مفع‬  yakni ‫روء‬FFF‫مق‬  yang berarti “yang dibaca”. Pendapat pertama ini
diamini oleh Muhammad ‘Abdul ‘Adhim as-Zarqani di dalam kitab karangannya.
Menurut al-Farra’ seorang ahli bahasa yang telah menulis kitab ma’anil
Qur’an, kata al-Qur’an berasal dari kata ‫رائن‬FF‫الق‬, jamak dari ‫قرينة‬  yang berarti
indikator (petunjuk). Oleh karena sebagian ayat-ayat al-Qur’an serupa satu sama
lain, sehingga seolah-olah sebagian ayat-ayatnya itu merupakan indikator
(petunjuk) dari yang dimaksud oleh ayat lain yang serupa
Dari pendapat para pakar di atas,. Jumhur ulama’  sepakat dengan
pendapat, bahwa kata al-Qur’an (‫)القرأن‬ merupakan kata benda (mashdar) dari kata
kerja ‫قرأنا‬-‫رأة‬FFFFFFFFFFFF‫ق‬-‫رأ‬FFFFFFFFFFFF‫يق‬-‫رأ‬FFFFFFFFFFFF‫ق‬   yang berarti membaca/bacaan.
Kata ‫قرأنا‬   berwazan ‫فعالن‬ dan berarti ‫مفعول‬  yakni ‫مقروء‬  yang berarti “yang dibaca
ini. Dan ini juga diperkuat dengan kenyataan bahwa al-Qur’an sendiri
menggunakan kata ‫قرأن‬  tanpa al ta’rif dengan arti bacaan. Misalnya dalam firman
Allah:
)78( ‫مكنون‬ٍ ٍ ‫فى كتا‬ )77( ‫إنّه لَقرأن كريم‬
‫ب‬
“Sesungguhnya (al-Qur’an ini) adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab
yang terpelihara”.[7]
Dan juga firman Allah:
)18( ‫فإذا ق َرْأ نَه فاتّبِ ْع قرْ أنه‬ )17( ‫إن علينا ج ْم َعه و قرأنَه‬
ّ

"sesungguhnya kami yang mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya


(17) apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu (18) 1

1 Ahmad, Muhammad, dan Mudzakir M.. Ulumul Hadis. Cet. X; Bandung: [t.p]., 2000

5
Sedangkan secara terminologi, para ulama’ juga berbeda pendapat.
Menurut Muhammad ‘Abdul ‘Adhim az-Zarqoniy,
‫كالم هللا الذى الريب فيه‬
 al-Qur’an adalah perkataan (kalam) Allah, bukan perkataan Manusia,
dan tidak ada keraguan padanya.[9]
Menurut imam 'ali al-shabuni dalam al-tibyan fi 'ulumul qur'an
mendefenisikan al-qur'an sebaga berikut :
‫ل‬FF‫ جبري‬,‫طة االمين‬FF‫ بوااس‬,‫لم‬FF‫ محمد صلى هللا عليه وس‬, ‫كالم هللا المعجز المنزل على خاتم الرسول‬
‫ورة‬FF‫ة والمختتم بس‬FF‫ بسورة الفاتح‬,‫ بتالوته‬F‫ المتعبد‬,‫ المنقول الينا بالتواتر‬,‫ المكتوب فى المصاحف‬,‫عليه السالم‬
‫الناس‬
‘’Firman allah yang mengandung mu'jizat, di turun kan kepada nabi yang
terakhir, yakni nabi muhammad saw, melalui perantaraan malaikat jibril, di tulis
dalam mushaf, diriwayat kan secara mutawatir,bernilai ibadah bagi yang
membaca nya,di mulai dengan surah al-fatihah dan di akhiri dengan surah an-
nas’’

Dari definisi menurut para pakar di atas, penulis merumuskan definisi al-
Qur’an yang mengandung sifat-sifat sebagai berikut:2
1)      Kalâmullah
2)      Mengandung mu’jizat
3)      Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4)      Diturunkan melalui malaikat Jibril.
5)      Tertulis dalam mushaf.
6)      Disampaikan dengan jalan mutawâtir.
7)      Membacanya merupakan ibadah
8)      Diawali dengan surat al- Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.

2 Al-Amidi. Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam. Muassasah Al-Halaby: Kairo, t.th.

6
B. Definisi Hadits Nabawi
Secara etimologi, ‫حديث‬ memiliki makna sebagai berikut:
1)       ‫جديد‬ yaitu baru, lawan dari   ‫ديم‬FFFFF‫ق‬ . jama’nya: ,‫دثاء‬FFFFFُ‫ ح‬,‫داث‬FFFFF‫ِح‬
‫حُ دُث‬.  pernyataan itu diamini oleh Ahmad Warson Munawwir dalam kamus al-
Munawir kata ‫ديث‬FFFFFF‫الح‬ sama dengan ‫ادث‬FFFFFF‫الح‬ jamaknya ‫داث‬FFFFFF‫ح‬artinya
ِ sama
dengan ‫الجديد‬ yaitu baru
2)      ‫ريب‬FF‫ق‬ artinya, yang dekat, yang belum lama terjadi seperti dalam
perkataan: ‫باإلسالم‬
ِ ‫حديث األحْ ِد‬ =orang yang baru memeluk agama Islam. Jama’nya:
‫ حُ دُث‬,‫ حُدثاء‬,‫حداث‬ .
ِ

Secara terminologi, hadits Nabawi adalah :

‫ما اضيف الى النبي صلى هللا عليه وسلم من قول او فعل او تقرير او صفة‬
apa yang di sandar kan kepada nabi saw, baik berupa ucapan, perbutan,
ketetapan, maupun sifat nya.

Setelah menelaah definisi Hadits Nabawi menurut para pakar, maka bisa di
ambil kesimpulan  bahwa Hadits Nabawi adalah segala yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW, baik yang berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifat
beliau.3

C. Definisi Hadits Qudsi


Secara etimologi, kata qudsi dinisbahkan kepada kata quds (kesucian).
Karena kata quds itu sendiri menunjukkan kebersihan dan kesucian secara bahasa.
Maka kata taqdîs berarti mensucikan Allah. Taqdîs sama dengan tathhîr, dan
taqaddasa sama dengan tathahhara (suci, bersih Seperti dalam firman Allah:
‫و نحن نسبّح بحمدك و نق ّدس لك‬
“dan kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan diri kami
karena Engkau’’
Secara terminologi, hadits qudsi :

‫ما اخبر هللا نبيه بااللهام او بالمنام فاخبر الني صلى هللا عليه وسلم من ذلك المعنى بعبارته نفسه‬
‘’berita ( wahyu ) yang di sampaikan allah kepada nabinya ( muhammad
saw ) melalui ilham atau mumpi lalu beliau menyampaikan makna nya dengan
redaksi dari nabi saw sendri’’

Untuk memudahkan pemahaman para pembaca, saya menyertakan contoh


hadits qudsi. Adapun contohnya adalah sebagai berikut:

3 Hamzah, Muchotob. Studi Al-Qur’an Komprehensif. t.t. Gama Media, 2003.

7
, Dari Abi Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT
berfirman: “aku sesuai dengan apa yang menjadi dugaan hamba-Ku. Aku
bersamanya bila dia menyebut-Ku. Bila dia menyebut-Ku di dalam dirinya, maka
Akupun menyebutnya di khalayak orang ramai yang lebih baik dari itu...”.4

D. Persamaan Antara Al-Qur’an, Hadits Nabawi dan Hadits Qudsi


Persamaan antara ketiganya adalah sebagai berikut:

al-Qur’an Hadits NB Hadits Qds

Sumber dari Allah Sumber dr Allah Sumber dr Allah

Boleh dijadikan hujjah Boleh dijadikan Boleh dijadikan


hujjah hujjah

Sumber hukum Islam Sumber hukum Sumber hukum


Islam Islam

E. Perbedaan Antara Al-Qur’an, Hadits Nabawi dan Hadits Qudsi

Perbedaan antara ketiganya adalah sebagai berikut:

al-Qur’an Hadits NB Hadits Qds

Makna dan lafalnya Makna dari Makna dari Allah, namun


dari Allah pemahaman Nabi lafal dari Nabi sendiri
terhadap Firman
Allah, kata dan
lafadznya dari Nabi
sendiri

Dinisbahkan hanya Dinisbahkan kepada Diriwayatkan dengan


Kpd Allah Rasulullah disandarkan Kpd Allah

Dinukil secara Khabar ahad (ada Khabar ahad (ada kalanya


mutawatir kalanya sahih, hasan, sahih, hasan, dhaif)
seluruhnya dhaif)
(kebenaran mutlak)

Membacanya saja Membacanya saja Membacanya saja belum


mrpakan ibadah belum ibadah ibadah

4 al-Qattan, Khalil, Manna. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj. oleh Mudzakir. [t.t.] [t.p.] [t.t

8
Boleh dibaca di Tidak boleh dibaca Tidak boleh dibaca di waktu
waktu sholat di waktu sholat sholat

Menyentuhnya harus Menyentuhnya tidak Menyentuhnya tidak harus


dalam keadaan suci harus dalam keadaan dalam keadaan suci.
(tidak berhadats) suci.

Menjadi Mu’jizat Bukan mu’jizat Bukan mu’jizat

F. Contoh Hadis Qudsi,Hadis Nabawi dan Alqur’an


َ ‫تَ َّد غ‬F‫ اِ ْش‬:‫صلَي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل هللاَ تَ َعالَى‬
َ ‫بِي َعلَى َم ْن‬F‫َض‬
َ‫ظلَ ُم َم ْن ال‬ َ ‫ قَا َل النَّبِ ُّي‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫ع َْن علٍ ٌّي َر‬
)‫(الطبراني‬. ْ‫صرًا َغي ِْري‬ ِ ‫يَ ِج ُد لَهُ نَا‬

Dari Ali r.a. dia berkata: telah bersabda Nabi Sallohu'alaihi wasallam: Allah
Subhanallohu wa ta'ala berfirman: “Aku sangat murka kepada orang yang
melakukan kedzaliman (menganiaya) terhadap orang yang tidak ada pembelanya
selain Aku.”(H.R. ath-Tabrani).

Hadis Nabawi

Hadis Qauliyah

ٌ َ‫ت ُم ْست ََجب‬


َّ ‫ات الَ َش‬
,‫ك فِ ْي ِه َّن‬ ُ َ‫ ثَال‬:‫صلَي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ ‫ث َدع ََوا‬ َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫ع َْن اَبِى هُ َري َْرةَ َر‬
ْ ‫َد ْع َوةُ ْال‬
)‫مظلُوْ ِم َو َد ُع َوةُ ْال ُم َسافِ ِر َو َد ُع َوةُ اَ ْل َولَ ِد َعلَى َولِ ِد ِه (رواه الترمدى‬

Abu Hurairah rodiallohu.a'n berkata, bahwa Rasullullah Sallohu'alahi wasallam


bersabda, “Ada tiga do’a yang mustajab dan tidak diragukan lagi, yaitu doa orang
yang teraniaya, doa orang berpergian, dan kedua orang tua kepada anaknya” (H.R.
Turmudzi)

2. Hadis Fi’liyah

َ ِ‫ َرَأيْتَ َرسُوْ ُل هللا‬: ‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ُع َم َر قَا َل‬


َّ ‫ا َم فِ ْى‬FFَ‫لَّ َم ِإ َذ ق‬F‫ ِه َو َس‬F‫صلَي هللاُ َعلَ ْي‬
ْ‫ دَو‬F‫ا َح‬FFَ‫ ِه َحتَّى يَ ُكوْ ن‬F‫ َع يَ َد ْي‬Fَ‫الَ ِة َرف‬F‫الص‬
ُ ‫ْأ‬ ْ َ ِ‫َم ْن ِكبَ ْي ِه َو َكا نَ يَ ْف َع ُل َذل‬
‫ ِم َع هللاُ لِ َم ْن‬F‫"س‬
َ ‫وْ ُل‬FF‫ع َو يَق‬ ُ
ِ ْ‫و‬FF‫هُ ِمنَ الرُّ ك‬F‫ َع ر َس‬Fَ‫ك ِإ َذ َرف‬ ِ ْ‫و‬FF‫ ُر الرُّ ُك‬Fَ‫ك ِح ْينَ يُ ْكب‬
َ Fِ‫ ُل َذل‬F‫ع َو يَف َع‬
)‫ك فِى ال ُّسجُوْ ِد (رواه البخاري‬ َ ِ‫َح ِم ْيدَه" َوالَ يَ ْف َع ُل َذل‬

Dari Abdullah bin Umar rodiallohu.'an, ia berkata: “Aku melihat Rasullullah


Sallohu'a wasallam, apabila beliau berdiri melaksanakan shalat, beliau
mengangkat kedua tangannya setentang kedua bahunya, dan hal tersebut
dilakukan beliau ketika bertakbir hendak ruku’, dan beliau juga melakukan hal itu
ketika bangkit dari ruku’, seraya membaca “sami’allahu liman hamidah”. Beliau
tidak melakukan hal itu (yaitu mengangkat kedua tangan) ketika sujud. (H.R.
Bukhari).5

5 Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Cet. IX; Jakarta:
Bulan Bintang, 198

9
3. Ayat qur'an

Santun dan tidak pemarah

(Ali-'Imran: 134, Asy-Syura: 37)

َ‫اس ۗ َوهَّللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬


ِ َّ‫ضرَّا ِء َو ْال َكا ِظ ِمينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِينَ َع ِن الن‬
َّ ‫" الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ فِي ال َّسرَّا ِء َوال‬

(yaitu) o

rang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,


dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali-'Imran: 134)6

BAB III

6 As-Shabuni, M. Ali. Al- Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-Arshad, t.t.

10
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Secara etimologi, para ulama’ berselisih pendapat tentang asal-usul kata
al-Qur’an. Di antaranya adalah menurut Manna’u Kholil al-Qotthonbahwa
kata al-Qur’an (‫)القرأن‬ merupakan kata benda (mashdar) dari kata kerja -‫قرأ‬
‫قرأنا‬-‫قرأة‬-‫يقرأ‬   yang berarti membaca/bacaan. Kata ‫قرأنا‬   berwazan ‫فعالن‬ dan
berarti ‫مفعول‬  yakni ‫مقروء‬  yang berarti “yang dibaca”. Pendapat pertama ini
diamini oleh Muhammad ‘Abdul ‘Adhim as-Zarqani di dalam kitab
karangannya.
 Setelah menelaah definisi Hadits Nabawi menurut para pakar, maka bisa di
ambil kesimpulan  bahwa Hadits Nabawi adalah segala yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW, baik yang berupa perkataan, perbuatan,
taqrir, atau sifat beliau.
 Hadis Qudsi adalah ’berita ( wahyu ) yang di sampaikan allah kepada
nabinya ( muhammad saw ) melalui ilham atau mumpi lalu beliau
menyampaikan makna nya dengan redaksi dari nabi saw sendri’’
 Persamaan antara ketiganya adalah sebagai berikut:

al-Qur’an Hadits NB Hadits Qds

Sumber dari Allah Sumber dr Allah Sumber dr Allah

Boleh dijadikan hujjah Boleh dijadikan Boleh dijadikan


hujjah hujjah

Sumber hukum Islam Sumber hukum Sumber hukum


Islam Islam

 Perbedaan antara ketiganya adalah sebagai berikut:

11
al-Qur’an Hadits NB Hadits Qds

Makna dan lafalnya Makna dari Makna dari Allah, namun


dari Allah pemahaman Nabi lafal dari Nabi sendiri
terhadap Firman
Allah, kata dan
lafadznya dari Nabi
sendiri

Dinisbahkan hanya Dinisbahkan kepada Diriwayatkan dengan


Kpd Allah Rasulullah disandarkan Kpd Allah

Dinukil secara Khabar ahad (ada Khabar ahad (ada kalanya


mutawatir kalanya sahih, hasan, sahih, hasan, dhaif)
seluruhnya dhaif)
(kebenaran mutlak)

Membacanya saja Membacanya saja Membacanya saja belum


mrpakan ibadah belum ibadah ibadah

Boleh dibaca di Tidak boleh dibaca Tidak boleh dibaca di waktu


waktu sholat di waktu sholat sholat

Menyentuhnya harus Menyentuhnya tidak Menyentuhnya tidak harus


dalam keadaan suci harus dalam keadaan dalam keadaan suci.
(tidak berhadats) suci.

Menjadi Mu’jizat Bukan mu’jizat Bukan mu’jizat

DAFTAR PUSTAKA

12
Ahmad, Muhammad, dan Mudzakir M.. Ulumul Hadis. Cet. X; Bandung: [t.p].,
2000.

Al-Amidi. Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam. Muassasah Al-Halaby: Kairo, t.th.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya:


CV. Karya Utama, 2005.

DEPDIKNAS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. I, Ed. IV; Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Hamzah, Muchotob. Studi Al-Qur’an Komprehensif. t.t. Gama Media, 2003.

Mardan. Al-Qur’an Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara Utuh.


Jakarta: Pustaka Mapan, 2009.

al-Qattan, Khalil, Manna. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj. oleh Mudzakir. [t.t.] [t.p.]
[t.th].

al Quthan, Manna’. Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an, terj. Halimuddin, Pembahasan


Ilmu al-Qur’an. Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.

Saleh, Subhi. Mabahis Fi Ulum Al-Qur’an. Muassasah Ar-Risalah: Mesir, 1404H.

As-Shabuni, M. Ali. Al- Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-Arshad, t.t.

Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Cet. IX; Jakarta:
Bulan Bintang, 198 [

13

Anda mungkin juga menyukai