“STUDY HADIS”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Iftitah
Septa Dhea
FAKULTAS TARBIYAH
PACET-MOJOKERTO
2020
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah, karena
dengan taufik-Nya lah kita bisa melakukan aktifitas-aktifitas sehari-hari demi
memewujudkan cita-cita yang luhur berguna bagi nusa dan bangsa
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Pengertian Alquran..........................................................................................5
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dan utama dalam ajaran
agama Islam tentunya menempati posisi yang signifikan. Mengingat
posisinya yang signifikan itu maka diperlukan adanya pemahaman yang
komprehensif terkait dengan eksistensi al-Qur’an. Selain al-Qur’an, setiap
muslim juga mengenal adanya sumber hokum yang kedua yakni Hadis
atau Sunnah, baik Hadis Qudsi maupun Hadis Nabawi.
Keduanya menjadi sumber hukum Islam yang diyakini dan
dipedomani oleh seluruh umat muslim. Keduanya memiliki perbedaan-
perbedaan. Perbedaan di antara keduanya harus diketahui oleh setiap
muslim sebagai landasan awal dalam memahami keduanya lebih lanjut.
Pemahaman yang baik terhadap keduanya akan mempengaruhi kualitas
ibadah dari setiap muslim.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Alquran ?
2. Apa Definisi Hadis Nabawi ?
3. Apa Definisi Hadis Qudsi ?
4. Apa saja Persmaan antara Alqur’an,Hadis Nabawi dan Hadis
Qudsi?
5. Apa saja Perbedaan antara Alqur’an,Hadis Nbawi dan Hadis
Qudsi?
6. Apa saja Contoh Hadis Qudsi,Hadis Nabawi dan Alquran ?
C. Tujuan Penulisan
1. Apa Definisi Alquran ?
2. Apa Definisi Hadis Nabawi
3. ?Apa Definisi Hadis Qudsi ?
4. Apa saja Persmaan antara Alqur’an,Hadis Nabawi dan Hadis
Qudsi?
5. Apa saja Perbedaan antara Alqur’an,Hadis Nbawi dan Hadis
Qudsi?
6. Apa saja Contoh Hadis Qudsi,Hadis Nabawi dan Alquran ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alquran
Secara etimologi, para ulama’ berselisih pendapat tentang asal-usul kata
al-Qur’an. Di antaranya adalah menurut Manna’u Kholil al-Qotthonbahwa kata al-
Qur’an (رأنFF)الق merupakan kata benda (mashdar) dari kata kerja -رأةFFق-رأFFيق-رأFFق
قرأنا yang berarti membaca/bacaan. Kata قرأنا berwazan فعالن dan
berarti ولFFFمفع yakni روءFFFمق yang berarti “yang dibaca”. Pendapat pertama ini
diamini oleh Muhammad ‘Abdul ‘Adhim as-Zarqani di dalam kitab karangannya.
Menurut al-Farra’ seorang ahli bahasa yang telah menulis kitab ma’anil
Qur’an, kata al-Qur’an berasal dari kata رائنFFالق, jamak dari قرينة yang berarti
indikator (petunjuk). Oleh karena sebagian ayat-ayat al-Qur’an serupa satu sama
lain, sehingga seolah-olah sebagian ayat-ayatnya itu merupakan indikator
(petunjuk) dari yang dimaksud oleh ayat lain yang serupa
Dari pendapat para pakar di atas,. Jumhur ulama’ sepakat dengan
pendapat, bahwa kata al-Qur’an ()القرأن merupakan kata benda (mashdar) dari kata
kerja قرأنا-رأةFFFFFFFFFFFFق-رأFFFFFFFFFFFFيق-رأFFFFFFFFFFFFق yang berarti membaca/bacaan.
Kata قرأنا berwazan فعالن dan berarti مفعول yakni مقروء yang berarti “yang dibaca
ini. Dan ini juga diperkuat dengan kenyataan bahwa al-Qur’an sendiri
menggunakan kata قرأن tanpa al ta’rif dengan arti bacaan. Misalnya dalam firman
Allah:
)78( مكنونٍ ٍ فى كتا )77( إنّه لَقرأن كريم
ب
“Sesungguhnya (al-Qur’an ini) adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab
yang terpelihara”.[7]
Dan juga firman Allah:
)18( فإذا ق َرْأ نَه فاتّبِ ْع قرْ أنه )17( إن علينا ج ْم َعه و قرأنَه
ّ
1 Ahmad, Muhammad, dan Mudzakir M.. Ulumul Hadis. Cet. X; Bandung: [t.p]., 2000
5
Sedangkan secara terminologi, para ulama’ juga berbeda pendapat.
Menurut Muhammad ‘Abdul ‘Adhim az-Zarqoniy,
كالم هللا الذى الريب فيه
al-Qur’an adalah perkataan (kalam) Allah, bukan perkataan Manusia,
dan tidak ada keraguan padanya.[9]
Menurut imam 'ali al-shabuni dalam al-tibyan fi 'ulumul qur'an
mendefenisikan al-qur'an sebaga berikut :
لFF جبري,طة االمينFF بوااس,لمFF محمد صلى هللا عليه وس, كالم هللا المعجز المنزل على خاتم الرسول
ورةFFة والمختتم بسFF بسورة الفاتح, بتالوتهF المتعبد, المنقول الينا بالتواتر, المكتوب فى المصاحف,عليه السالم
الناس
‘’Firman allah yang mengandung mu'jizat, di turun kan kepada nabi yang
terakhir, yakni nabi muhammad saw, melalui perantaraan malaikat jibril, di tulis
dalam mushaf, diriwayat kan secara mutawatir,bernilai ibadah bagi yang
membaca nya,di mulai dengan surah al-fatihah dan di akhiri dengan surah an-
nas’’
Dari definisi menurut para pakar di atas, penulis merumuskan definisi al-
Qur’an yang mengandung sifat-sifat sebagai berikut:2
1) Kalâmullah
2) Mengandung mu’jizat
3) Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4) Diturunkan melalui malaikat Jibril.
5) Tertulis dalam mushaf.
6) Disampaikan dengan jalan mutawâtir.
7) Membacanya merupakan ibadah
8) Diawali dengan surat al- Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.
6
B. Definisi Hadits Nabawi
Secara etimologi, حديث memiliki makna sebagai berikut:
1) جديد yaitu baru, lawan dari ديمFFFFFق . jama’nya: ,دثاءFFFFFُ ح,داثFFFFFِح
حُ دُث. pernyataan itu diamini oleh Ahmad Warson Munawwir dalam kamus al-
Munawir kata ديثFFFFFFالح sama dengan ادثFFFFFFالح jamaknya داثFFFFFFحartinya
ِ sama
dengan الجديد yaitu baru
2) ريبFFق artinya, yang dekat, yang belum lama terjadi seperti dalam
perkataan: باإلسالم
ِ حديث األحْ ِد =orang yang baru memeluk agama Islam. Jama’nya:
حُ دُث, حُدثاء,حداث .
ِ
ما اضيف الى النبي صلى هللا عليه وسلم من قول او فعل او تقرير او صفة
apa yang di sandar kan kepada nabi saw, baik berupa ucapan, perbutan,
ketetapan, maupun sifat nya.
Setelah menelaah definisi Hadits Nabawi menurut para pakar, maka bisa di
ambil kesimpulan bahwa Hadits Nabawi adalah segala yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW, baik yang berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifat
beliau.3
ما اخبر هللا نبيه بااللهام او بالمنام فاخبر الني صلى هللا عليه وسلم من ذلك المعنى بعبارته نفسه
‘’berita ( wahyu ) yang di sampaikan allah kepada nabinya ( muhammad
saw ) melalui ilham atau mumpi lalu beliau menyampaikan makna nya dengan
redaksi dari nabi saw sendri’’
7
, Dari Abi Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT
berfirman: “aku sesuai dengan apa yang menjadi dugaan hamba-Ku. Aku
bersamanya bila dia menyebut-Ku. Bila dia menyebut-Ku di dalam dirinya, maka
Akupun menyebutnya di khalayak orang ramai yang lebih baik dari itu...”.4
4 al-Qattan, Khalil, Manna. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj. oleh Mudzakir. [t.t.] [t.p.] [t.t
8
Boleh dibaca di Tidak boleh dibaca Tidak boleh dibaca di waktu
waktu sholat di waktu sholat sholat
Dari Ali r.a. dia berkata: telah bersabda Nabi Sallohu'alaihi wasallam: Allah
Subhanallohu wa ta'ala berfirman: “Aku sangat murka kepada orang yang
melakukan kedzaliman (menganiaya) terhadap orang yang tidak ada pembelanya
selain Aku.”(H.R. ath-Tabrani).
Hadis Nabawi
Hadis Qauliyah
2. Hadis Fi’liyah
5 Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Cet. IX; Jakarta:
Bulan Bintang, 198
9
3. Ayat qur'an
(yaitu) o
BAB III
6 As-Shabuni, M. Ali. Al- Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-Arshad, t.t.
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi, para ulama’ berselisih pendapat tentang asal-usul kata
al-Qur’an. Di antaranya adalah menurut Manna’u Kholil al-Qotthonbahwa
kata al-Qur’an ()القرأن merupakan kata benda (mashdar) dari kata kerja -قرأ
قرأنا-قرأة-يقرأ yang berarti membaca/bacaan. Kata قرأنا berwazan فعالن dan
berarti مفعول yakni مقروء yang berarti “yang dibaca”. Pendapat pertama ini
diamini oleh Muhammad ‘Abdul ‘Adhim as-Zarqani di dalam kitab
karangannya.
Setelah menelaah definisi Hadits Nabawi menurut para pakar, maka bisa di
ambil kesimpulan bahwa Hadits Nabawi adalah segala yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW, baik yang berupa perkataan, perbuatan,
taqrir, atau sifat beliau.
Hadis Qudsi adalah ’berita ( wahyu ) yang di sampaikan allah kepada
nabinya ( muhammad saw ) melalui ilham atau mumpi lalu beliau
menyampaikan makna nya dengan redaksi dari nabi saw sendri’’
Persamaan antara ketiganya adalah sebagai berikut:
11
al-Qur’an Hadits NB Hadits Qds
DAFTAR PUSTAKA
12
Ahmad, Muhammad, dan Mudzakir M.. Ulumul Hadis. Cet. X; Bandung: [t.p].,
2000.
DEPDIKNAS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. I, Ed. IV; Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
al-Qattan, Khalil, Manna. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj. oleh Mudzakir. [t.t.] [t.p.]
[t.th].
As-Shabuni, M. Ali. Al- Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-Arshad, t.t.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Cet. IX; Jakarta:
Bulan Bintang, 198 [
13