DEFINISI AL-QUR’AN
Studi Al-Qur’an
Disusun oleh:
Dosen Pengampu :
INSTITUT ATTANWIR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ustadz Khoirul Faizin M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah Studi Al-Qur’an yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Page | ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................
Page | iii
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 1
e. Mengetahui perbedaan antara Al-Qur’an dan Hadits Qudsi
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila dilihat dari dua sisi, alquran memiliki dua makna tinjauan dari segi etimologi
(bahasa) dan terminologi (istilah). Ditinjau dari segi bahasa, Al-Qur’an merupakan bentuk
masdar atau kata benda dari lafadz qara’a, yaqra’u, qira’atan wa qur’anan yang berarti
membaca. Sedangkan menurut Manna Kholil Al-Qattan, qara’a memiliki arti jam’u wa
dlommu, mengumpulkan dan menghimpun. Qiraah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-
kata satu dengan yang lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur.¹1
Kita sering menghubung-hubungkan lafadz Al-Qur’an dengan akar kata atau kata
dasar qara’a yaqra’u (يقرأ- )قرأatau dengan istilah lain bahwa lafadz Al-Qur’an itu mahmuz (
وز88)مهم. Pandangan semacam ini wajar, karena memang banyak ulama yang berpendapat
demikian. Namun sebagian ulama lain menolak bila disebut asal kata lafadz Al-Qur’an itu
membaca, tetapi dari kata yang lain, bahkan ada juga yang berpendapat lafadz Al-Qur’an itu
adalah lafadz asli yang bukan bentukan dari kata lain.
Az-Zajjaj menegaskan bahwa lafadz Al-Qur’an itu terbentuk dari asalnya yaitu al-
qar’u ()القرء, yang bermakna al-jam’u ( ) الجمعatau berkumpul atau bergabung. Wazannya
adalah fu’la’( ) ُفْع َالءsebagaimana lafadz ghufran( )غفران. Seperti orang Arab menyebut : ( جمع
)الماء في الحوضyaitu air telah berkumpul atau bergabung dalam telaga. Al-Qur’an itu disebut
demikian karena pada hakikatnya merupakan gabungan dari kitab-kitab samawi
sebelumnya.²2
Al-Lihyani punya pendapat mirip dengan Az-Zajjaj di atas, bahwa lafadz Al-Quran itu
mahmuz dan merupakan bentukan dari kata dasar al-qar’u ()القرء, namun maknanya menurut
beliau adalah talaa ( )تالatau membaca. Pendapat inilah yang barangkali paling sering kita
dengar dari banyak kalangan.³3
Berbeda dengan Al-Lihyani, Al-Farra’ berpendapat bahwa kata Al-Qur’an itu tidak
terbentuk dari kata qara’a – yaqra’u ()قرأ – يقرأ, tetapi merupakan bentukan dari kata dasar
1
Manna’ Khalil al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar) hal 16
2
Jalaluddin As-Suyuthi, Studi Alquran komprehensif (Surakarta: Indiva Pustaka, 2008), hlm. 218
3
ibid., hlm 218
Page | 2
al-qarain (رائن8 )القyang merupakan bentuk jama’ dari qarinah (ة8)قرين. Makna qarinah itu
sebanding, karena tiap ayat Al-Qur’an dengan ayat lainnya sebanding.⁴4
Demikian juga dengan Al-Asy’ari yang berpendapat agak mirip dengan Al-Farra’ di atas,
bahwa lafadz Al-Qur’an itu merupakan bentukan dari sebuah kata dasar, yaitu qarana ()قرن
yang berarti menggabungkan, sebagaimana kalimat qarana asy-syai’a bisy-syai’i (قرن الشيء
)باالشيء, maknanya menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal itu karena ayat
dan surat di dalam Al-Qur’an digabungkan satu dengan yang lain⁵.5
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa alquran merupakan mukjizat yang
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang tidak mungkin terdapat kesalahan
didalamnya baik di masa lampau maupun masa yang akan datang. Sesuai dengan firman
Allah SWT dalam pembuka surat Al-Baqarah yang berbunyi :
ِّلۡل ُم َّتِقۡي َۙن ُهًدى ِفۡي ِۛه َر ۡي َۛب اَل اۡل ِڪٰت ُب ٰذ ِلَك آلّۚٓم
“Alif Lām Mīm. Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa”. QS. Al-Baqarah: 1-2.
Allah sendiri yang menjaga dan menjamin ke-otentikan dan orisinilitas Al-Qur’an dari
berbagai upaya penyelewengan dan manipulasi teks lewat firmanNya :
4
ibid., hlm 218
5
ibid., hlm 218
6
ibid., hlm 218
7
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Attibyan Fi Ulumil Quran (Karachi: Maktabah Albusyro, 2011) hlm 7
Page | 3
َلٰح ـِفُظۡو َن َلٗه َو ِاَّنا الِّذ ۡك ر َنَّز ۡل َنا َنۡح ُن ِاَّنا
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran, dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya”. QS. Al-hijr : 9.
Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa Al-Qur’an atau Qur’an merupakan
nama khusus bagi kitab yang berisi firman Allah Swt. Yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Kita tahu, beberapa utusan Allah Swt. juga menerima kitab dengan
penamaan yang berbeda. Misalnya, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Zabur yang
diturunkan kepada Nabi Daud, Injil yang diturunkan khusus kepada Nabi Isa.
Bahkan, ada sebagian ulama berpendapat bahwa penamaan Al-Qur’an tidak lain
karena kitab ini mencakup inti dari kitab-kitab Allah Swt. yang sudah diturunkan pada
beberapa nabi dan rasul yang lain, serta mencakup inti dari semua ilmu.⁸ 8 Mereka
mendasarkan pendapat tersebut kepada firman Allah Swt. Sebagai berikut:
َو َنَّز ْلَنا َع َلْيَك اْلِكَتاَب ِتْبَيَنا ِلُك ِّل َش ْي ٍء َو ُهًدى َو َر ْح َم ٌة َو ُبْش َر ى ِلْلُم ْس ِلِم ين
“...Dan, Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al- Qur’an) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang- orang yang berserah
diri.” (QS. An-Nahl [16]: 89).
Sekalipun tidak sedikit para ulama yang memberikan definisi beragam tentang Al-Qur’an,
tetapi Manna’ Khalil al-Qattan justru berpendapat bahwa pada hakikatnya Al-Qur’an itu
sangatlah sukar diberi batasan dengan definisi-definisi logika yang mengelompokkan segala
jenis, bagian- bagian serta ketentuan-ketentuannya yang khusus. Karena itu, definisi Al-
Qur’an tidak pernah mempunyai batasan pengertian yang benar-benar konkret.⁹9
Pada dasarnya, alquran memiliki beberapa nama yang langsung diberikan oleh Allah
SWT. Berikut beberapa nama bagi Al-Qur’an :
1. Al-Qur’an
Allah Swt. memberi nama kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
dengan nama Al-Qur’an. Hal ini sebagaimana firman-Nya sebagai berikut:
8
Manna’ Khalil al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015) hlm 17
9
ibid., hlm 18
Page | 4
ِإَّن َهٰـ َذ ا ٱْلُقْر َء اَن َيْهِد ى ِلَّلِتى ِهَى َأْقَو ُم َو ُيَبِّش ُر ٱْلُم ْؤ ِمِنيَن ٱَّلِذ يَن َيْع َم ُلوَن ٱلَّص ٰـِلَح ٰـِت َأَّن َلُهْم َأْج ًۭر ا َك ِبيًۭر ا
"Sesungguhnya, al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus
dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin mengerjakan amal shalih bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar." (QS. al-Israa' [17]: 9).
2. Al-Kitab
َلَقْد َاْنَز ْلَنٓا ِاَلْيُك ْم ِكٰت ًبا ِفْيِه ِذ ْك ُر ُك ْۗم َاَفاَل َتْع ِقُلْو َن
“Sungguh, telah Kami turunkan kepadamu sebuah Kitab (Al-Qur'an) yang di
dalamnya terdapat peringatan bagimu. Maka apakah kamu tidak mengerti? ” (Qs. Al-
anbiya :10)
3. Al-Furqan
َع ْبِدِه َع َلى اْلُفْر َقاَن َنَّز َل اَّلِذ ي َتَباَر َك, َنِذ يًرا للَع َلِم يَن ِلَيُك وَن
"Maha Suci Allah yang telah menurunkan al Furqaan (al-Qur'an) kepada hamba-
Nya, agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam." (QS.al- Furqaan [25]: 1).
4. Adz-Dzikr
Dalam buku Mabahits fi Ulûmi al-Qur’an, Manna Khalil al-Qattan juga menyebutkan
bahwa kata adz-dzikr sebagai nama lain dari Al-Qur’an. Hal ini didasarkan pada firman Allah
Swt. Sebagai berikut:
5. At-Tanzil
Nama lain Al-Qur'an adalah At-Tanzil. Hal ini didasarkan pada firman Allah Swt.
sebagai berikut :
Page | 5
اْلَع َلِم يَن َر ِّب َلَتنِزيُل َو ِإَّنُه
Istilah Hadits Qudsi terdiri dari dua kata, hadits dan qudsi. Hadits menurut bahasa
artinya baru. Hadits menurut istilah adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Shallallahu Alaihhi wa Sallam, yang berupa ucapan, perbuatan, ataupun
persetujuannya atau sesuatu yang disandarkan kepada shohabat ataupun tabi’in.
Qudsi secara bahasa diambil dari kata qudus, yang artinya suci. Disebut Hadits
Qudsi, karna perkataan ini dinisbathkan kepada Allah, Al-Quddus, Dzat Yang Maha Suci.
Qudsi secara istilah adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Shallallahu
Alaihhi wa Sallam yang sanadnya itu kepada Allah Azza wa Jalla dari selain Al-Qur’an.
Menurut pendapat Manna’Al-qattan, Hadits Qudsi adalah Hadits yang secara makna
datang dari Allah, sementara yang menjelaskan Rosulullah SAW, sehingga Hadits Qudsi
adalah berita dari Allah kepada Nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian Rosulullah
SAW menyampaikan hal itu dengan ungkapan beliau sendiri. Untuk itu, Al-Qur’an lebih
utama dibanding Hadits Qudsi¹¹.11
Contohnya : Diriwayatkannya oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu Dzar
Radliyallahu Anhu dari Nabi seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasannya Allah
berfirman,
10
ibid., hlm 19-20
11
Manna’ Khalil al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu Hadits (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar) hlm 25-26
Page | 6
Kedua: Rasulullah bersabda, “Allah berfirman…”
Contohnya: Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
Shallahu laihi wa Sallam bersabda,
1. Al-Qur’an, mu’jizat yang tetap yang kekal sepanjang masa, yang terjaga dari
perubahan dan pergantian, yang lafadnya itu tersambung dalam semua kalimat dan juga huruf
dan gaya bahasanya itu tersambung.
2. Haram meriwayatkannya dengan ma’na.
3. Haram menyentuhnya bagi orang yang hadas, dan haram membaca bagi orang yang
junub atau sejenisnya.
4. Adanya pengharusan membaca Al-Qur’an ketika sholat.
5. Penamaannya Al-Qur’an yang berarti banyak dibaca.
6. Adanya unsur ibadah saat membacanya, setiap satu huruf Al-Qur’an dicatat
sepuluh.
7. Penamaan jumlah dari Al-Qur’an itu dinamakan ayat, dan penamaan susunan
tertentu dari ayat-ayat dinamakan surat.
8. Lafadz dan ma’nannya itu langsung dari Allah dengan perantara wahyu yang jelas
sepakat dari ulama’ beda dengan hadits kalo hadits tidak mempunyai keutamaan seperti itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Page | 7
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa al-Quran
memiliki definisi yang beragam. Secara bahasa, sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Quran
berasal dari kata qara’a – yaqra’u yang berarti membaca. Al-farra’ memiliki pandangan yang
berbeda mengenai asal kata Al-Quran. Beliau berpendapat asal kata Quran adalah qara’in,
jama’ dari lafadz qorinah yang berarti sebanding. Namun sebagian ulama yang lain
berpendapat bahwa lafadz Al-Quran adalah nama asli yang Allah sematkan layaknya pada
lafadz Taurat dan Injil. Sedangkan secara istilah, para ulama bersepakat bahwa al-Quran
adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang membacanya
merupakan suatu ibadah.
Hadits Qudsi adalah hadits yang datangnya dari Allah kepada nabi-Nya melalui
mimpi atau ilham, kemudian Rasulullah SAW menyampaikannya dengan ungkapan beliau
sendiri.
Demikian makalah pengertian Al-Quran dan hadis qudsi serta perbedaan keduanya
yang telah penulis uraikan. Apabila dijumpai kesalahan dan ketidaksesuain dalam makalah
ini, kritik dan saran penulis harapkan agar kedepannya penulis dapat belajar dan
mengevaluasi kesalahan tersebut. Kurang lebihnya penulis aturkan terimakasih dan semoga
makalah singkat ini bisa bermanfaat bagi semua pembacanya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
¹ Manna’ Khalil al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar) hal 16
² Jalaluddin As-Suyuthi, Studi Alquran komprehensif (Surakarta: Indiva Pustaka, 2008), hlm.
218
Page | 8
⁶ ibid., hlm 218
⁷ Muhammad Ali Ash-Shabuni, Attibyan fi ulumil quran (Karachi: Maktabah Albusyro, 2011)
hlm 7
⁸ Manna’ Khalil al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2015) hlm 17
⁹ ibid., hlm 18
¹¹ Manna’ Khalil al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu Hadits (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar)
hlm 25-26
Page | 9