Anda di halaman 1dari 16

QIRA’AT AL-QUR’AN

MAKALAH
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan
Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu:
Nurlila Kamsi, M.Pd

Disusun Oleh:
Eka Selpi Oktariani
NIM.23862070002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
BUMI SILAMPARI LUBUKLINGGAU
TAHUN 2024 M / 1445 H
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Qira’at Al-Quran” guna memenuhi salah satu syarat perkuliahan

Ulumul Qur’an.

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan

makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi

penulis.

Lubuklinggau, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................2
C. Tujuan ........................................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Qira’at ......................................................................................4
B. Sejarah Ilmu Qira’at .....................................................................................6
C. Macam-macam Qira’at .................................................................................7
D. Sumber Qira’at .............................................................................................9

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan ..............................................................................................12
B. Saran ........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran merupakan satu petunjuk dari Allah s.w.t. kepada umat

manusia yang terkandung di dalamnya petunjuk dan pengisian komprehensif

sekaligus membantu kelancaran dan kebaikan kehidupan manusia di dunia dan

di akhirat. Al-Quran merupakan kitab samawi yang unik yang mana kandungan

maknanya bersumberkan dari kalam Allah s.w.t. serta dijamin terpelihara

sepanjang zaman. Di dalam al-Quran, turut terdapat pelbagai ilmu yang perlu

digali oleh manusia untuk kelangsungan hidup. Antara ilmu dari al-Quran yang

sangat penting kepada masayarakat manusia adalah ilmu Qiraat.(Muhammad

Zaid, 2020)

Pada masa hidup Nabi Muhammad SAW, perhatian umat terhadap kitab

Al-Qur‟an ialah memperoleh ayat-ayat Al-Qur‟an itu, dengan mendengarkan,

membaca, dan menghafalkannya secara lisan dari mulut kemulut. Dari Nabi

kepada para sahabat, dari sahabat yang satu kepada sahabat yang lain, dan dari

seorang imam ahli bacaan yang satu kepada imam yang lain.

Qira‟at atau macam-macam bacaan itu sudah ada sejak zaman

Rosulullah SAW, dan beliau mengajarkan kepada para sahabat sebagaimana

beliau menerima bacaan itu dari malaikat jibril. Dan begitu turun ayat-ayat Al-

Qur‟an, maka dengan segera Nabi membacakan kepada para sahabat, dan

mereka menulisnya, menyimpan dan membacanya ketika sholat atau ibadah-

ibadah yang lainnya sevara berulang-ulang siang dan malam.

1
Qira‟at merupakan salah satu cabang ilmu Al-Qur‟an, tetapi tidak

banyak orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang orang tertentu saja,

biasanya kalangan akademik. Banyak factor yang menyebabkan hal itu, di

antarnya adalah ilmu ini tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan

muamalah manusia sehari-hari, tidak seperti ilmu fiqih, hadist dan tafsir

misalnya yang dapat dikatakan berhubungan langsung dengan kehiduopan

manusia. Hal ini karena ilmu qira‟at tidak mempelajari masalah-masalah yang

berkaitan secara langsung dengan halal atau haram atau hukum-hukum tertentu

dalam kehidupan manusia.

Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk untuk dipelajari karena

banyak hal yang harus dikuasai, antara lain penguasaan bahasa arab secara

mendalam, penguasaan ilmu ini sangat berjasa dalam menggali, menjaga dan

mengajarkan berbagai “cara membaca” Al-Qur‟an yang benar benar sesuai

dengan yang telah diajarkan Rosulullah SAW.

Para ahli qira‟at telah mencurahkan segala kemampuannya demi

mengembangkan ilmu ini. Ketelitian dan kehati-hatian mereka telah

menjadikan Al-Qur‟an terjaga dari adanya kemungkinan penyelewengan dan

masuknya unsur-unsur asing yang dapat merusak kemurnian Al-Qur‟an.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Qira‟at?

2. Bagaimana sejarah Ilmu Qira’at?

3. Apa Macam-macam Qira’at?

4. Apa sumber Qira’at?

2
C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui apa pengertian Qira’at.

2. Untuk Mengetahui sejarah ilmu Qira’at.

3. Untuk mengetahui macam-macam Qira’at.

4. Untuk Mengetahui apa sumber Qira’at.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qiraat

Al-qira’at menurut bahasa adalah bentuk jam’ dari qira’ah, masdar

sama’i dari qara’a, yaqra’ qira’ah. Qira’at, atau Ilmu Qira’at adalah ilmu yang

membahas tentang cara membaca kalimat-kalimat al-Qur’an dan perbedaannya

sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh para imam qira’at dari

Rasulullah SAW.(Sugiarto, 2016)

Ilmu Qira’at bersumber dari Rasululllah SAW. tetapi istilah ini belum

ada pada masa Rasulullah. Istilah Ilmu Qira’at ini muncul pada masa tabi’in.

Ulama yang pertama kali menulis Ilmu Qira’at adalah Abu Ubaid al-Qasim ibn

Sallam (l. 157 H. – w. 224H.), sedangkan yang pertama kali menulis kitab al-

Qira’at as-Sab’ adalah Abu Bakr ibn Mujahid (l. 245 H. – w. 324 H. ). sehingga

bisa dipastikan bahwa istilah Qira’at muncul pada masa ini. Peletak pertama

Ilmu Qira’at adalah Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam. Ibn al-Jazari

menyebutkan, bahwa ulama yang pertama kali meneliti Ilmu Qira’at dan

menjelaskan yang qira’at syadz serta mengkaji tentang sanadnya, membedakan

yang shahih dari yang maudhu’, adalah Harun ibn Musa al-Qari’ (w. 179 H.),

Sedangkan yang pertama kali menyusun kitab Ilmu Qira’at adalah Abu Ubaid

al-Qasim ibn Sallam.(Almeida et al., 2016)

Secara etimologis, lafaz qira’at merupakan bentuk masdar dari akar kata

qara’a-yaqra’u-qira’atan wa qur’anan yang berarti bacaan. Makna asalnya

juga mempunyai arti “mengumpulkan” dan “menghimpun”, artinya

4
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu

ucapan yang tersusun rapi. dapat disimpulkan bahwa cakupan qira’at itu

adalah:

1. Yang dimaksud dengan qira’at dalam pembahasan ini yaitu, cara

mengucapkan lafaz-lafaz Al-Qur’an sebagaimana yang diucapkan oleh

Nabi SAW, atau diucapkan oleh Sahabat di hadapan Nabi kemudian beliau

men-taqrir-kannya.

2. Cara mengucapkan lafaz-lafaz Al-Qur’an, baik itu berupa: hazf, isbat,

taskin, tahrik, fasl, wasl, ibdal, atau lainnya sebagaimana yang diucapkan

oleh Nabi SAW.

3. Qira’at Al-Qur’an tersebut diperoleh berdasarkan periwayatan dari Nabi

sampai kepada imam-imam qira’at

4. Qira’at Al-Qur’an adakalanya hanya memiliki satu versi qira’at saja, dan

ada kalanya memiliki beberapa versi qira’at. Di sisi lain adakalanya para

ulama bersepakat terhadap versi qira’at tertentu dan adakalanya terjadi

ikhtilaf.

Disamping itu, qira’at berbeda dengan tajwid, meskipun sama-sama ilmu

tentang pengucapan dan pelafalan Al-Qur’an. Qira’at berkaitan dengan

pengucapan lafaz-lafaz Al-Qur’an yang berkenaan dengan substansi lafaz,

kalimat ataupun dialek kebahasaan. Sedangkan tajwid berkaitan dengan

kaidah-kaidah yang bersifat teknis dalam upaya memperindah bacaan Al-

Qur’an, dengan cara membunyikan huruf-huruf Al-Qur’an tersebut sesuai

dengan makhraj serta sifat-sifatnya.(Khairunnas Jamal Afriadi Putra, 2020)

5
B. Sejarah Ilmu Qira’at

Terdapat keragaman pendapat terkait sejarah kelahiran dan

perkembangan ilmu Qiroat terutama dalam hal waktu dan tempat. Ada yang

mengatakan qiraat (keragaman bacaan) itu terjadi sejak turunnya Alquran, dan

ada juga yang mengatakan kemunculannya sejak bacaan Alquran bersentuhan

dengan dialek-dialek yang berbeda seiring dengan masuknya islam ke berbagai

daerah yang berbeda. Munculnya berbagai persoalan yang diakibatkan oleh

persentuhan budaya bacaan Alquran dengan dialek-dialek Arab lainnya waktu

itu, menyebabkan lahirnya kebolehan (rukhsah) dari rasululloh atas untuk

membacakan Alquran yang beragam.

Belum lagi pada masa sahabat (masa Utsman ibn Affan), ketika Alquran

dibukukan masih tertulis dalam bentuk tulisan yang belum dibubuhi titik dan

harokat. Realitas ini pun memberikan celah munculnya keragaman dalam

membaca Alquran di kalangan ummat islam berikutnya (kaum tabi‟in).

Demikian pula pada masa tabi‟in, keragaman bacaan Alquran ini sangat

mewarnai, seiring dengan telah menyebarnya para sahabat yang membawa

bacaannya masing-masing. Para tabi‟in meniru dan mengadopsi bacaan-

bacaan tersebut dari sahabat yang ditugaskan berdakwah di berbagai daerah.

Perkembangan selanjutnya ditandai dengan munculnya masa pembukuan

qira‟at. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa orang yang pertama kali

menuliskan ilmu qira‟at adalah Imam Abu Ubaid al-Qasim bin Salam yang

wafat pada tahun 224 H. Ia menulis kitab yang diberi nama al-Qira‟at yang

menghimpun qira‟at dari 25 orang perawi. Pendapat lain menyatakan bahwa

6
orang yang pertama kali menuliskan ilmu Qira‟at adalah Husain bin Usman

bin Tsabit al-Baghdadi al-Dharir yang wafat pada tahun 378 H. Dengan

demikian mulai saat itu Qira‟at menjadi ilmu tersendiri dalam „Ulum al-

Qur‟an.(Zulaeha et al., 2018)

C. Macam-macam Qira’at

Seperti halnya hadis, qira’at juga terdiri dari berbagai macam.(M.Ridha,

2014)

a) Dilihat dari segi kuantitas terdiri dari:

1. Qiraah sab’ah(qira’ah tujuh)

Kata sab’ah artinya adalahimam-imamqiraatyang tujuh. Mereka itu

adalah :Abdullah bin Katsir ad-Dari (w. 120 H), Nafi bin Abdurrahman

bin Abu Naim (w. 169 H),Abdullah al-Yashibi (q. 118 H), Abu ‘Amar

(w. 154 H), Ya’qub (w. 205 H), Hamzah (w.188 H), Ashim ibnu Abi al-

Najub al-Asadi.

2. Qiraat Asyrah(qira’at sepuluh)

Yang dimaksudqiraat sepuluhadalahqiraat tujuhyang telah disebutkan

di atasditambah tigaqiraatsebagai berikut : Abu Ja’far. Nama

lengkapnya Yazid bin al-Qa’qa al-Makhzumi al-Madani. Ya’qub (117–

205 H) lengkapnya Ya’qub bin Ishaq bin Yazid binAbdullah bin Abu

Ishaq al-Hadrani, Khallaf bin Hisyam (w. 229 H)

3. Qiraat Arba’at Asyarh(qira’at empat belas)

Yang dimaksudqiraat empat belasadalahqiraatsepuluh sebagaimana

yang telahdisebutkan di atas ditambah dengan empatqiraatlagi, yakni :

7
al-Hasan al-Bashri (w. 110H), Muhammad bin Abdurrahman (w. 23 H),

Yahya bin al-Mubarak al-Yazidi and-Nahwial-Baghdadi (w. 202 H),

Abu al-Fajr Muhammad bin Ahmad asy-Syambudz (w. 388 H)

b) Dilihat dari segi kualitas

Para ulama berbeda-beda pada pendapatnya mengenai kualitas qiraat,

antara lain Al-Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan fi Ulum Al-Quran‖

menyebutkan bahwa secara kualitas qira’at terbagi menjadi: mutawatir,

masyhur, ahad, syadz, mudraj, maudlhu.(Suheli, 2019)

1. Mutawatir adalah sesuatu yang penukilannya oleh orang banyak yang

tidak memungkinkan adanya kebohongan dari awal sampai akhir

sanadnya

2. Masyhur adalah sesuatu yang sahih sanadnya namun tidak sampai ke

tingkatan mutawatir, namun sesuai dengan kaidah bahasa arab atau sesuai

dengan rasm usmani.

3. Ahad adalah sesuatu yang sahih sanadnya, namun tidak sesuai dengan rasm

usmani atau kaidah bahasa arab.

4. Syadz adalah sesuatu yang tidak sahih sanadnya, seperti bacaan (malaka yau

middin) surat AlFatihah dengan bentuk fiil madli atau kata kerja lampau.

5. Mudraj adalah sesuatu yang ditambahkan dalam qira’at dengan bentuk

penafsiran.

6. Maudlu adalah bacaan yang tidak ada aslinya, atau kaidahnya.

8
D. Sumber Qira’at

Berdasarkan kenyataan maupun argumentasi yang tegas dan kuat,

seorang muslim harus mempercayai bahwa Al-Qur’an itu baik lafaz (redaksi)

maupun makna berasal dari Allah Swt. Tidak ada padanya campur tangan

Rasulullah SAW maupun malaikat Jibril AS, apalagi kekuasaan untuk menukar

letak huruf dan ayat-ayatnya dari satu tempat ke tempat lain.

Di sisi lain, qira’at merupakan bahagian daripada Al-Qur’an itu sendiri,

maka qira’at pastilah bersumber dari wahyu Allah Swt, tidak ada campur

tangan selain dari-Nya.

Dalil-dalil yang menunjukkan bahwa hal tersebut banyak sekali, baik dari

Al-Qur’an maupun dari Sunnah. Berikut ini akan penulis sebutkan beberapa di

antaranya:(Mohamad, 2016)

1. Dalil Al-Qur’an

Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjukkan secara jelas dan pasti

bahwa Rasulullah SAW tidak pernah untuk menukar huruf maupun kalimat

Al-Qur’an. Sebagaimana yang termaktub pada QS. Yunus [10]: 15 berikut:

ْ ُ ُْ َ َ ٰ َ ٰ ُ ْ َ َ َ ُ َ َ ْ َّ َ َ ٰ َ ُ ٰ ََ ُْٰ َ
‫َواِ ذا تتلى عل ْي ِه ْم ا َياتنا َب ِين ٍتٍۙ قال ال ِذين لا َي ْرج ْون ِلقا َۤءنا ائ ِت ِبق ْرا ٍن غ ْي ِر هذآ ا ْو َب ِدلهۗ قل َما‬
ُ َ َ َ َّ َ ْ َْ َ ُ ْ َ ُ ُ
‫اب‬َ ‫اف ا ْن َع َص ْي ُت َرب ْي َع َذ‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫ي‬
ْ
ْ ‫َيك ْون ِل ْ ٓي ان ا َب ِدل ٗه ِم ْن ِتلقاۤئ َنف ِس ْي ِۚان اَّتب ُع ِالا َما ُي ْو ٰٓحى ِالَّيۚ ِ ِان‬
ِ ِ ٓ ِ ِ
َ
‫َي ْو ٍم ع ِظ ْي ٍم‬
15. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami secara jelas, orang-
orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat)
berkata, “Datangkanlah kitab selain Al-Qur’an ini atau gantilah!”
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidaklah pantas bagiku menggantinya
atas kemauanku sendiri. Aku tidak mengikuti, kecuali apa yang diwahyukan
kepadaku. Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang dahsyat jika
mendurhakai Tuhanku.”

9
Juga disebutkan dalam QS. An-Najm [53]: 3 – 5

ُ ْ ُ َ ٗ ََّ ٰ ْ َّ ُ ْ ْ َ ُ ْ
ٍۙ‫َو َما َين ِطق ع ِن ال َه ٰوى ِان ه َو ِالا َوح ٌي ُّي ْوحىٍۙعل َمه ش ِد ْيد الق ٰوى‬

3. dan tidak pula berucap (tentang Al-Qur’an dan penjelasannya)


berdasarkan hawa nafsu(-nya).

4. Ia (Al-Qur’an itu) tidak lain, kecuali wahyu yang disampaikan


(kepadanya)

5. yang diajarkan kepadanya oleh (malaikat) yang sangat kuat (Jibril)

Kemudian juga disebutkan dalam QS. Al-Haqqah [69]: 44-46.

َ ْ ُ ْ َ ْ َ ََ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ََ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ََّ َ ْ َ َ
َۖ‫او ْي ِلٍۙ لاخذنا ِمنه ِبال َي ِم ْي ِنٍۙ ثَّم لقطعنا ِمنه ال َوتِ ْين‬
ِ ‫ولو تقول علينا بعض الا‬
‫ق‬

44. Sekiranya dia (Nabi Muhammad) mengada-adakan sebagian saja


perkataan atas (nama) Kami,

45. niscaya Kami benar-benar menyiksanya dengan penuh kekuatan.

46. Kemudian, Kami benar-benar memotong urat nadinya.

Ketegasan Al-Qur’an menyatakan bahwa Rasulullah Saw tidak sanggup

sedikitpun mengganti huruf-huruf Al-Qur’an, sekaligus menunjukkan

bahwa selain Rasulullah SAW pun pasti tidak akan sanggup mengganti

hurufhuruf Al-Qur’an, apapun kedudukannya.

2. Dalil Sunnah

Jika Al-Qur’an telah dengan pasti menyatakan bahwa sumber qira’at adalah

wahyu Allah Swt, maka Sunnah juga menerangkan dengan jelas tentang itu.

Di antara hadis-hadis yang menunjukkan hal ini adalah sebagai berikut:

10
Artinya:
Dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Jibril mengajarkan Al-Qur’an untukku dalam satu huruf. Kemudian aku
datang kembali kepadanya dan aku senantiasa meminta tambah kepadanya.
Ia (Jibril AS) pun menambahnya untukku sehingga berjumlah tujuh huruf.
(HR. Bukhari).

Artinya:
Dari Ubay bin Ka’ab RA, ia berkata: Rasulullah SAW menemui Jibril lalu
berkata: wahai Jibril! Sesungguhnya aku diutus kepada umat yang buta
huruf. Dalam satu riwayat disebutkan: orang-orang yang buta huruf. Di
antara mereka ada perempuanyang lemah, orang tua bangka, hamba
sahaya laki-laki dan perempuan serta orang yang tidak dapat membaca
apapun. Jibril berkata: Wahai Muhammad! Sesungguhnya Al-Qur’an
diturunkan dalam tujuh huruf.

Demikianlah hadis-hadis yang menunjukkan secara jelas bahwa qira’at

itu dari sisi Allah Swt. Qira’at itu diwahyukan kepada Rasulullah Saw dan hak

serta tugas beliau hanyalah menyamoaikannya kepada umatnya.

Para sahabat menerima qira’at secara talaqqiyah dari Rasulullah Saw dan

selanjutnya Sahabat menyampaikan kepada Tabi’in juga secara talaqqiyah.

Demikian pula selanjutnya dari Tabi’in kepada orang-orang yang sesudahnya

dan seterusnya hingga sampai kepada kita saat ini secara mutawatir melalui

sanad yang sahih.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Qiraat adalah perbedaan cara pengucapan lafadz, metode dan riwayat Al-

Qur’an yang disandarkan oleh tujuh imam qurra. Syarat qiraah shahih yaitu

harus sesuai dengan kaidah bahasa Arab, sesuai dengan rasm utsmani, dan

memiliki sanad shahih. Macam-macam tingkatan qiraat yaitu mutawatir,

masyhur, ahad, syadz, maudhu’ dan mudraj. Tokoh qiraat sab’ah ada tujuh

yaitu Ibnu ‘Amir, Ibn Katsir, ‘Ashim, Abu Amr, Hamzah, Nafi’ dan al-Kisa’i.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya

penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas

dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di

pertanggung jawabkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, C. S. de, Miccoli, L. S., Andhini, N. F., Aranha, S., Oliveira, L. C. de,
Artigo, C. E., Em, A. A. R., Em, A. A. R., Bachman, L., Chick, K., Curtis, D.,
Peirce, B. N., Askey, D., Rubin, J., Egnatoff, D. W. J., Uhl Chamot, A., El‐
Dinary, P. B., Scott, J.; Marshall, G., Prensky, M., … Santa, U. F. De. (2016).
Qiraat Al-Qur’an & Tafsirnya. 5(1), 1689–1699.

Khairunnas Jamal Afriadi Putra. (2020). Pengantar Ilmu Qira’at.

M.Ridha. (2014). Kriteria Dan Ketentuan Qira’at Al-Qur’an. Al-Qisthu: Jurnal


Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, 12, 79–84.
http://ejournal.iainkerinci.ac.id/index.php/alqisthu/article/view/1208

Mohamad, S. (2016). Pengaruh Ilmu Qira’at dalam Pengajian Islam. Jurnal Al-
Turath, 1(1), 1–12. http://spaj.ukm.my/jalturath

Muhammad Zaid. (2020). Sejarah Pembelajaran Ilmu Qiraat Di Darul Quran : Satu
Pemerhatian History of Qiraat ’ S Knowledge Learning At Darul Quran : an
Observation. Jurnal Qiraat, 3.

Sugiarto. (2016). Telaah Terhadap Qira’at lL-Quran. 4(1), 1–23.

Suheli, A. (2019). Qira ’ at al Quran. Universitas Islam Negeri Sultan Maulana


Hasanudin Banten, 04(2019), 2.

Zulaeha, E., Ag, M., Faizzah, I., Rusydati, S., & Ag, K. M. (2018). Meretas Nilai-
Nilai Multikultural dalam Pembelajaran Ilmu Qiroat.

Anda mungkin juga menyukai