Anda di halaman 1dari 15

QIRA’AT AL-QUR’AN

(Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ulumul Qur’an)


Dosen Penngampu: Hendrriyadi, M.H.I

DISUSUN OLEH :

Kelompok 7
Ahmad Maulana 2321020133
Muhammad Alfarizi 2321020075
Sinta Yustika 2321020111

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah dan nikmat yang banyak
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad. Kami berterima kasih kepada Hendrriyadi,
M.H.I selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an.

Makalah ini kami susun untuk pemenuhan tugas kelompok dan untuk menjadi
bahan pelajaran pada sub-bahasan yang dimaksudkan. Isi yang akan membahas yaitu
tentang Qira’at Al-Qur’an. Demikian lah, kami menyadari banyak sekali kekurangan
dalam makalah ini. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandar Lampung, 22 April 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Pengertian qira’at .............................................................................................. 3


B. Latar belakang timbulnya perdebadaan qira’at ................................................. 4
C. Sebab-sebab perbedaan qira’at .......................................................................... 6
D. Macam-macam qira’at ...................................................................................... 7
E. Urgensi mempelajari qira’at .............................................................................. 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Qira'at Al-Qur'an mengacu pada berbagai metode membaca Al-Qur'an
yang telah muncul sepanjang sejarah Islam. Untuk memulai, penting untuk
mengakui bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad (saw) secara
lisan dan dalam dialek tertentu, yang dikenal sebagai dialek Quraisy. Bacaan
asli ini dihafal dan ditransmisikan oleh para sahabat Nabi, memastikan
pelestarian dan keasliannya.
Seiring berjalannya waktu dan Islam menyebar ke berbagai daerah,
bahasa Arab beragam, yang mengarah ke variasi dalam dialek dan pengucapan.
Perbedaan regional ini secara alami mempengaruhi pembacaan Al-Qur'an,
sehingga menimbulkan gaya qira'at atau pembacaan yang berbeda. Salah satu
tokoh paling awal dan paling menonjol dalam perkembangan qira'at adalah
sahabat Nabi, Abu Bakr (ra dengan dia). Dia mengambil sendiri untuk secara
cermat menyusun dan mengkodifikasi Al-Qur'an menjadi teks standar, yang
dikenal sebagai naskah Utsman. Ini berfungsi sebagai patokan untuk
pengucapan dan pelafalan.
Selama berabad-abad, para sarjana mendedikasikan diri mereka untuk
mempelajari dan menganalisis seluk-beluk teks Al-Qur'an, yang mengarah
pada munculnya tujuh qira'at kanonik. Qira'at ini dinamai ulama terkenal yang
diakui karena keahlian mereka dalam membaca, seperti Imam Hafs dan Imam
Warsh. Penting untuk dicatat bahwa qira'at yang berbeda ini tidak mengubah
makna atau esensi Al-Qur'an; sebaliknya, mereka mewakili cara valid yang

1
berbeda untuk melafalkan teks yang sama. Variasi mungkin termasperbedaan
vokalisasi, perpanjangan huruf tertentu, atau perbedaan tata bahasa kecil.
Studi qira'at Al-Qur'an adalah bidang khusus dalam beasiswa Islam,
membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang tata bahasa Arab,
linguistik, dan konteks historis di mana variasi muncul. Para sarjana yang
terlibat dalam penelitian ini bertujuan untuk melestarikan keindahan dan
keragaman bacaan Al-Qur'an, sambil memastikan keakuratan dan
kepatuhannya terhadap wahyu asli. Kesimpulannya, qira'at Al-Qur'an adalah
aspek penting dari warisan Islam yang menampilkan kekayaan linguistik
bahasa Arab dan upaya cermat para sarjana dalam melestarikan bacaan Al-
Qur'an sepanjang sejarah. Ini adalah topik yang membutuhkan penelitian serius
dan konsultasi sumber otoritatif untuk benar-benar memahami kedalaman dan
kepentingannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan qira’at?
2. Bagaimana latar belakang timbulnya perbedaan qira’at?
3. Apa saja sebab-sebab perbedaan qira’at?
4. Apa saja macam-macam qira’at?
5. Apa urgensi dari mempelajari qira’at?
C. Tujuan
1. Memahami definisi dari qira’at.
2. Mengetahui latar belakang timbulnya qira’at.
3. Mengetahui faktor penyebab perbedaan qira’at.
4. Mengetahui macam-macam qira’at.
5. Mengetahui urgensi dari mempelajari qira’at.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qira’at

Istilah qira'at berasal dari bahasa Arab ‫قراءات‬ jamak (plural) dari

‫ قراءاة‬secara etimologi merupakan akar kata (masdar) dari ‫ قرأ‬yang berarti


membaca. Sedangkan menurut istilah ilmiah, qira'at adalah salah satu mazhab
pengucapan Qur'an yang dipilih oleh salah seorang imam qurra sebagai suatu
mazhab yang berbeda dengan mazhab lainnya. Dalam kajian Ilmu Tafsir, qira'at
berarti: "Suatu aliran dalam melafalkan Al-Qur'an yang dipelopori oleh salah
satu imam qira'at yang berbeda dari pembacaan imam-imam yang lain, dari segi
pengucapan huruf-huruf, atau hay'ahnya, tapi periwayatan qira'at tersebut
darinya serta jalur yang dilaluinya disepakati".1 Adapun definisi qiraat menurut
para ulama yaitu,
a. Az-Zarqani
Dalam terjemahan bukunya, qiraat merupakan mazhab yang dianut oleh
seorang imam Qira'at yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan Al-
Qur'an serta kesepakatan riwayat-riwayat dan jalur-jalurnya, baik
perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf ataupun bentuk-bentuk
lainnya.
b. Ibn al-Jazari
Merumuskan bahwa qira'at ialah Ilmu yang menyangkut cara-cara
mengucapkan kata-kata Al-Qur'an dan perbedaan-perbedaannya dengan
cara menisbatkan kepada penukilnya.

1
Shubhi al-Shalih, Mabähits fi 'Ulûm Al-Qur'ân, Cet. 26, (Libanon: Dar al-Ilm li al-Malāyin,
2005), hal. 101.

3
c. Al-Qasthalani
Qiraat adalah suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati atau
diperselisihkan ulama yang menyangkut persoalan lughat, hadzaf, l'rab,
itsbat, fashl, dan washl yang kesemuanya diperoleh secara periwayatan.
d. Az-Zarkasyi
Qira'at adalah perbedaan cara mengucapkan lafaz-lafaz Al-Qur'an, baik
menyangkut huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf tersebut,
seperti takhfif (meringankan), tatsqil (memberatkan), dan atau yang
lainnya.
e. Abu Hayyan Al-Andalusi
Qiraat merupakan ilmu yang membahas tentang teknis melafadzkan lafadz-
lafadz Al- Quran.
f. Badruddin Az-Zarkasyi
Qiraat ialah ikhtilaf lafadz-lafadz wahyu dalam penulisan huruf-huruf atau
teknikmembunyikannya yang terdiri dari takhfif, tatsqil dan lainnya. Dari
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa qiraat merupakan tata
carapengucapan atau membunyikan lafadz-lafadz dalam al-quran. Dengan
demikian daripenjelasan-penjelasan di atas, maka ada tiga pengertian
qira’at yang dapat ditangkapdari definisi di atas, yaitu:
a) Qira’at berkaitan dengan cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an yang
dilakukan salahseorang imam dan berbeda cara yang dilakukan imam-
imam lainnya.
b) Cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an itu berdasarkan atas riwayat yang
bersambungkepada Nabi. Jadi bersifat tauqifi, bukan ijtihadi.
c) Ruang lingkup perbedaan qira’at itu menyangkut persoalan lughat,
hadzaf, i’rab,itsbat, fashl dan wash
B. Latar Belakang Timbulnya Perdebadaan Qira’at
Qira'at Al-Qur'an mengacu pada berbagai metode membaca Al-Qur'an
yang telah muncul sepanjang sejarah Islam. Untuk memulai, penting untuk

4
mengakui bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad (saw) secara
lisan dan dalam dialek tertentu, yang dikenal sebagai dialek Quraisy. Bacaan
asli ini dihafal dan ditransmisikan oleh para sahabat Nabi, memastikan
pelestarian dan keasliannya.2
Seiring berjalannya waktu dan Islam menyebar ke berbagai daerah,
bahasa Arab beragam, yang mengarah ke variasi dalam dialek dan pengucapan.
Perbedaan regional ini secara alami mempengaruhi pembacaan Al-Qur'an,
sehingga menimbulkan gaya qira'at atau pembacaan yang berbeda. Salah satu
tokoh paling awal dan paling menonjol dalam perkembangan qira'at adalah
sahabat Nabi, Abu Bakr (ra dengan dia). Dia mengambil sendiri untuk secara
cermat menyusun dan mengkodifikasi Al-Qur'an menjadi teks standar, yang
dikenal sebagai naskah Utsman. Ini berfungsi sebagai patokan untuk
pengucapan dan pelafalan.
Selama berabad-abad, para sarjana mendedikasikan diri mereka untuk
mempelajari dan menganalisis seluk-beluk teks Al-Qur'an, yang mengarah
pada munculnya tujuh qira'at kanonik. Qira'at ini dinamai ulama terkenal yang
diakui karena keahlian mereka dalam membaca, seperti Imam Hafs dan Imam
Warsh. Penting untuk dicatat bahwa qira'at yang berbeda ini tidak mengubah
makna atau esensi Al-Qur'an; sebaliknya, mereka mewakili cara valid yang
berbeda untuk melafalkan teks yang sama. Variasi mungkin termasuk
perbedaan vokalisasi, perpanjangan huruf tertentu, atau perbedaan tata bahasa
kecil. Studi qira'at Al-Qur'an adalah bidang khusus dalam beasiswa Islam,
membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang tata bahasa Arab,
linguistik, dan konteks historis di mana variasi muncul. Para sarjana yang
terlibat dalam penelitian ini bertujuan untuk melestarikan keindahan dan

2
Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Diråsåt fi 'Ulûmal-Qur'an, terj. Amirul Hasan dan
Muhammad Halabi, (Yogyakarta: Titian Ilahi, 1996), hal. 121-123.

5
keragaman bacaan Al-Qur'an, sambil memastikan keakuratan dan
kepatuhannya terhadap wahyu asli.
Kesimpulannya, qira'at Al-Qur'an adalah aspek penting dari warisan
Islam yang menampilkan kekayaan linguistik bahasa Arab dan upaya cermat
para sarjana dalam melestarikan bacaan Al-Qur'an sepanjang sejarah. Ini adalah
topik yang membutuhkan penelitian serius dan konsultasi sumber otoritatif
untuk benar-benar memahami kedalaman dan kepentingannya.
C. Sebab-Sebab Perbedaan Qira’at
Alasan perbedaan qira'at sangat penting. Qira'at mengacu pada berbagai
metode membaca Al-Qur'an yang telah muncul sepanjang sejarah Islam.
Pertama-tama, sangat penting untuk mengakui bahwa Al-Qur'an diturunkan
kepada Nabi Muhammad (saw) secara lisan dan dalam dialek tertentu yang
dikenal sebagai dialek Quraish. Bacaan asli ini dihafal dan dikirim oleh para
sahabat Nabi, memastikan pelestarian dan keasliannya.
Seiring berjalannya waktu dan Islam menyebar ke berbagai daerah,
bahasa Arab beragam, yang mengarah ke variasi dalam dialek dan pengucapan.
Perbedaan regional ini secara alami mempengaruhi pembacaan Al-Qur'an,
sehingga menimbulkan gaya qira'at atau bacaan yang berbeda. Salah satu tokoh
paling awal dan paling menonjol dalam perkembangan qira'at adalah Abu Bakr
(ra), seorang sahabat Nabi. Dia mengambil sendiri untuk secara cermat
menyusun dan mengkodifikasi Al-Qur'an menjadi teks standar, yang dikenal
sebagai manuskrip Utsman. Ini berfungsi sebagai referensi untuk pengucapan
dan pelafalan.3
Selama berabad-abad, para sarjana mendedikasikan diri mereka untuk
mempelajari dan menganalisis seluk-beluk teks Al-Qur'an, yang mengarah
pada munculnya tujuh qira'at kanonik. Qira'at ini dinamai ulama terkenal yang

3
Manna' Al-Qaththän, Mabähits fi 'Ulüm Al-Qur'an, Cet. 3, (Al-Riyadh Maktabah Al-Ma'arif
li al-Nasyr wa al-Tauzi, 2000), hal.171.

6
diakui karena keahlian mereka dalam pembacaan, seperti Imam Hafs dan Imam
Warsh. Penting untuk dicatat bahwa qira'at yang berbeda ini tidak mengubah
makna atau esensi Al-Qur'an; sebaliknya, mereka mewakili cara yang valid dan
berbeda untuk melafalkan teks yang sama. Variasi mungkin termasuk
perbedaan dalam vokalisasi, perpanjangan huruf tertentu, atau perbedaan tata
bahasa kecil.
Studi tentang qira'at adalah bidang khusus dalam keilmuan Islam, yang
membutuhkan pemahaman mendalam tentang tata bahasa Arab, linguistik, dan
konteks historis di mana variasi ini muncul. Para sarjana yang terlibat dalam
penelitian ini bertujuan untuk melestarikan keindahan dan keragaman bacaan
Alquran sambil memastikan akurasi dan kepatuhan terhadap wahyu asli.
Kesimpulannya, qira'at Al-Qur'an merupakan aspek integral dari
warisan Islam, menampilkan kekayaan linguistik bahasa Arab dan upaya
cermat para sarjana dalam melestarikan pembacaan Al-Qur'an sepanjang
sejarah. Ini adalah topik yang menuntut penelitian serius dan konsultasi sumber
otoritatif untuk benar-benar memahami kedalaman dan signifikansinya.
D. Macam-Macam Qira’at
Menurut al-Suyûthí, qira'at itu ada enam macam yaitu:
1. Qira at Mutawatir yaitu qira'at yang diriwayatkan oleh sejumlah besar
perawi yang tidak mungkin mereka bersepakat untuk berdusta, dari
sejumlah orang yang seperti itu dan sanadnya bersambung hingga
penghabisannya yakni Nabi SAW. Dan inilah yang umum dalam hal qira'at.
2. Qira'at Masyhür yaitu qira'at yang shahih sanadnya, di mana perawinya 'adil
dan dhabid. Qira'at tersebut sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan salah
satu Mushaf 'Usmani serta terkenal pula di kalangan para ahli qira'at
sehingga qira'at ini tidak dikatagorikan ke dalam qira'at yang salah atau syaz
namun tidak mencapai derajat mutawatir. Qira'at seperti ini merupakan
qira'at yang dapat digunakan.

7
3. Qira`at Ahâd yaitu qira'at yang shahih sanadnya tetapi menyalahi rasm
'Utsmâni dan kaidah bahasa Arab atau sesuai dengan rasm Usmani dan
kaidah bahasa Arab, namun tidak terkenal seperti halnya qira'at masyhur.
Qira'at seperti ini tidak dapat dibaca dan tidak wajib untuk diyakini, 18
Misalnya qira'at yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari 'Ashim al-Jahdari
dari Abū Bakr bahwa Nabi Saw.membaca surat al-Rahman ayat 76 : dengan

‫ رفارف حضر‬dan ‫ عباقري‬dan yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Abbas


bahwa Nabi Saw. Membaca surat al-Taubah ayat 128: dengan fathah få

pada kata ‫أنفسكم‬

4. Qira at Syaz yaitu qira'at yang tidak shahih sanadnya. Seperti surat al-

Fatihah ayat 4: yang dibaca dalam bentuk fi'il madhi dan menasabkan ‫يوم‬

5. Qira at Maudhü yaitu qira'at yang tidak ada asalnya. Seperti qira'at al-
Khuza'î yang dinisbahkan kepada Imam Abu Hanifah dalam firman Allah

surat Fathir ayat 28: yang dirafa'kan lafadh dan dinasabkan ‫العلماء‬

6. Qira at Mudraj yaitu qira'at yang menambahkan kalimat penafsiran dalam


ayat-ayat al-Qur'an. Seperti qira'at Sa'ad bin Abi Waqas yang membaca

frman Allah surat al-Baqarah ayat 198: dengan menambah lafadh ‫في‬
‫ مواسم الحج‬setelah lafadh ‫ من ربكم‬Kalimat ‫ في مواسم الحج‬adalah
penafsiran yang ditambahkan ke dalam ayat. Keempat macam yan terakhir
ini tidak dapat diamalkan bacaannya. Jumhur berpendapat bahwa qira'at
tujuh itu mutawatir. Sedangkan qira'at yang syaz tidak boleh dibaca baik di
dalam maupun di luar shalat, karena ia bukan al-Qur'an, sedangkan al-
Qur'an hanya ditetapkan dengan sanad yang mutawatir, sedangkan qira'at
yang syaz tidak mutawatir.

E. Urgensi Mempelajari Qira’at

8
Ilmu Qira'at sangat penting bagi kita semua terutama sebagai orang
yang mukmin, sebagai panduan dan acuan membaca Al Qur'an. Mempelajari
ilmu Qiraat mempunyai kepentingan dan peranannya yang saling berkaitan di
dalam ilmu syariah Qiraat adalah satu ilmu yang sangat penting dan mempunyai
peranannya yang tersendiri. Antara kepentingan dan peranannya ialah
memudahkan ahli fuqaha' (ahli fiqh) untuk mendapatkan hukum.4
Qiraat menjadi dasar penting dalam bidang ilmu fiqh kerana untuk
mengetahui atau menentukan sesuatu hukum dan untuk menistinbat sesuatu
hukum, Mempelajari ilmu Qiraat di dalam ilmu syariah amatlah penting dengan
penggunaan nas-nas syara' di dalam al-Qur'an terhadap hukum yang bersifat
umum (kalli) yang diutamakan dan kemungkinan nas-nas tersebut untuk
menerima pelbagai pemahaman. Penggunaan nas-nas ini juga merupakan faktor
keluasan dan kehebatan yang terdapat dalam syariat Islam. Ini adalah
pandangan yang diutarakan oleh Yusuf al-Qardhawi yang merupakan seorang
professor yang diiktiraf seluruh dunia sebagai pemikir islam dan ulama
kontemporari. Selain itu, kepentingan ilmu Qiraat ialah sebagai keperluan asasi
bagi pelaksanaan syariat Islam. Asasi bagi pelaksanaan yang perlu dilakukan
bagi melaksanakan syariat Islam ialah salah satu daripada berkaitan dengan
peranan al- Qur'an iaitu pelaksanaan ajaran Islam secara menyeluruh
berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah. Kesimpulan yang boleh dibuat talah
pentingnya peranan ilmu Qiraat di dalam ilmu syariah bagi ahli fuqaha' untuk
menentukan sesuatu hukum. Sesungguhnya ilmu Qiraat sebagai ilmu al-Qur'an
dan merupakan ilmu yang sangat luas.5

4
Muhammad 'Abd. Al-Adhim al-Zarqani, Manahil al-Irfan fi 'Ulüm Al- Qur'an, jilid 1,
(Beirut: Dår al-Ihya' al-Turâts al-'Arabiy, tt), hal.288.
5
Departemen Agama RI, Mukadimah Al-Qur'an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan),
Cet. 3(Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), hal.314.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa qira’at merupakan
tata cara pengucapan atau membunyikan lafadz-lafadz dalam al- quran.
Terdapat tiga pengertian qira'at yang dapat ditangkap dari definisi di atas, yaitu:
a) Qira'at berkaitan dengan cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur'an yang dilakukan
salah seorang imam dan berbeda cara yang dilakukan imam-imam lainnya. b)
Cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur'an itu berdasarkan atas riwayat yang
bersambung kepada Nabi. Jadi bersifat tauqifi, bukan ijtihadi. c) Ruang lingkup
perbedaan qira at itu menyangkut persoalan lughat, hadzaf, i'rab. itsbat, fashl
dan wash Qiraat menjadi dasar penting dalam bidang ilmu fiqh kerana untuk
mengetahui atau menentukan sesuatu hukum dan untuk menistinbat sesuatu
hukum, Macam- macam qiraat dari segi kuantitas ialah Qiraat Sab'ah (qira ah
tujuh), Qiraat Asyrah (qira'at sepuluh), dan Qiraat Arba'at Asyarh (qira'at empat
belas), sedangkan dari segi kualitas qiraat teragi menjadi Qiraat Mutawatir.
Qiraat Masyhur, Qiraat Maudhu (palsu). Qiraat Syadz (menyimpang), Qiraat
Ahad, dan Qiraat yang menyerupai hadist Mudraj (sisipan). Dengan
mempelajari qiraat kita dapat mendapatkan manfaat diantaranya yaitu
mendapat pahala, akan terpelihara dari kesalahan dalam menyeut kalimah-
kalimah al-qur'an, dan dapat membedakan antara apa yang boleh dibaca dan
apa yang tidak boleh dibaca.
C. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kami mengharapkan masukan yang
membangun. Semoga bermanfaat dan senantiasa menjadi manusia yang selalu

10
menjaga atau memelihara Al-Qur'an dengan baik. Sebagai bahan kajian yang
baik maka perlu untuk mengkaji setiap apa yang disajikan di dalamnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Mukadimah Al-Qur'an dan Tafsirnya (Edisi


yang Disempurnakan), Cet. 3, Jakarta: Departemen Agama
RI, 2009.
Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Dirâsât fi 'Ulûmal-Qur'ân, terj.
Amirul Hasan dan Muhammad Halabi, Yogyakarta: Titian
Ilahi, 1996.
Manna' Al-Qaththân, Mabahits fi 'Ulûm Al-Qur'ân, Cet. 3, Al-Riyadh:
Maktabah Al-Ma'arif li al-Nasyr wa al-Tauzi', 2000.
Muhammad 'Abd. Al-'Adhim al-Zarqâni, Manahil al-Irfan fi 'Ulûm Al-
Qur'an, jilid 1, Beirut: Dår al-Ihya' al-Turâts al-'Arabiy, tt.
Muhammad Ali al-Shabûni, Al-Tibyân fi 'Ulûm Al-Qur'an, Al-Qahirah:
Dâr al-Shabuni, 1999.
Shubhi al-Shalih, Mabāhits fi 'Ulûm Al-Qur'ân, Cet. 26, Libanon: Dår
al-llal-Malâyîn, 2005.

12

Anda mungkin juga menyukai