net/publication/329644580
CITATIONS READS
0 25,725
1 author:
Nuril Qamariyah
IAIN Madura
8 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Nuril Qamariyah on 14 December 2018.
MAKALAH
Oleh:
NURIL QAMARIYAH
NIM. 18380012034
KELAS C
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa hidup Nabi Muhammad SAW, perhatian umat terhadap
kitab Al-Qur‟an ialah memperoleh ayat-ayat Al-Qur‟an dengan
mendengarkan, membaca dan menghafalkannya secara lisan dari mulut ke
mulut.
Pada periode pertama, Al-Qur‟an belum dibukukan, sehingga dasar
pembacaan dan pelajarannya masih secara lisan. Hal ini berlangsung terus
sampai pada masa sahabat, masa pemerintah Khalifah Abu Bakar dan
Umar r.a. Pada masa mereka, Kitab Al-Qur‟an sudah dibukukan dalam
satu mushaf. Pembukuan Al-Qur‟an tersebut merupakan ikhtiar khalifah
Abu Bakar r.a. atas inisiatif Umar bin Khattab r.a. Pada masa Khalifah
Utsman bin Affan r.a. mushaf Al-Qur‟an itu disalin dan dibuat banyak,
serta dikirim ke daerah-daerah Islam yang pada waktu itu sudah menyebar
luas guna menjadi pedoman bacaan pelajaran dan hafalan Al-Qur‟an.
Hal itu diupayakan Khalifah Utsman, karena pada waktu ada
perselisihan sesama muslim di daerah Azzerbeijan mengenai bacaan Al-
Qur‟an. Perselisihan tersebut hampir saja menimbulkan perang saudara
sesama umat Islam. Sebab, mereka berlainan dalam menerima bacaan
ayat-ayat Al-Qur‟an karena oleh Nabi Muhammad SAW diajarkan cara
bacaan yang relevan dengan dialek mereka masing-masing. Tetapi karena
tidak memahami maksud tujuan Nabi Muhammad SAW, lalu tiap
golongan menganggap hanya bacaan mereka sendiri yang benar, sedang
bacaan yang lain salah, sehingga mengakibatkan perselisihan. Itulah
pangkal perbedaan qira‟at dan tonggak sejarah tumbuhnya ilmu qira‟at. 1
Tatkala para qari‟ sudah tersebar di berbagai pelosok. qira‟at
tersebut diajarkan secara turun temurun dari guru ke guru, sehingga
sampai pada para imam qira‟at, baik yang tujuh maupun sepuluh.
1
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), 242-243.
Sebab-sebab mengapa hanya tujuh imam qira‟at yang masyhur
padahal masih banyak imam-imam qira‟at lain yang lebih tinggi
kedudukannya, karena sangat banyaknya periwayat qira‟at mereka. Ketika
semangat dan perhatian generasi sesudahnya menurun, mereka lalu
berupaya untuk membatasi hanya pada qira‟at yang sesuai dengan khaf
mushaf serta dapat mempermudah penghafalan dan pendabitan
qira‟atnya.2
Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah ini, kami akan
menyajikan bahan seminar kelas yang berjudul “Ilmu Qira’at Al-Qur’an”
sehingga kita mengetahui makna yang sesungguhnya.
B. Fokus Masalah
1. Apa pengertian dari Ilmu Qira‟at Al-Qur‟an?
2. Apa saja kriteria Qira‟at yang diterima?
3. Siapa saja Madzhab Qira‟ah yang Mu‟tabar?
4. Bagaimana pengaruh perbedaan Qira‟at terhadap Istinbath Hukumnya?
5. Apa saja faedah mempelajari Ilmu Qira‟at Al-Qur‟an?
6. Buatlah contoh perbedaan Qira‟at pada Qs. Al-Fatihah [1] dan
implikasinya pada pemaknaan Ayat-ayatnya!
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Ilmu Qira‟at Al-Qur‟an.
2. Untuk mengetahui kriteria Qira‟at yang diterima.
3. Untuk mengetahui Madzhab Qira‟ah yang Mu‟tabar.
4. Untuk mendeskripsikan pengaruh perbedaan Qira‟at terhadap istinbath
hukumnya.
5. Untuk mengetahui faedah mempelajari Ilmu Qira‟at Al-Qur‟an.
6. Untuk mendeskripsikan contoh perbedaan Qira‟at pada Qs. Al-Fatihah
[1] dan Implikasinya pada pemaknaan ayat-ayatnya.
2
Manna‟ Khalil Al-Qaththan, Studi-studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera Antar Nusa, 2016),
249.
BAB II
PEMBAHASAN
diambil dari kata قرأlalu dibentuk mashdarnya menjadi قراءة – وقرآان- قرأ
القراءة ىي اختالف ألفاظ الوحي املذكور يف كتابة احلروف أوكيفية النطق هبا من ختفيف
وتثقيل وغريمها
“Qira’ah adalah perbedaan lafadzh-lafadzh wahyu yang disebutkan (Al-
Qur’an) dalam penulisan huruf, atau cara mengucapkan lafadzh Al-
Qur’an seperti ringan dan berat serta lainnya.”
القراءات مذىب من مذاىب النطق ىف القرآن يذىب بو إمام من األئمة القراء مذىبا خيالف
غريه ىف النطق ابلقرآن الكرمي وىي بابتة سأااييهىا إ ى راو هلل ملسو هيلع هللا ىل
“Qira’at adalah salah satu madzhab dari beberapa madzhab artikulasi
(kosa kata) Al-Qur’an yang dipilih oleh salah seorang Imam Qira’at yang
berbeda dengan madzhab lainnya serta berdasarkan pada sanad yang
bersambung hingga Rasulullah SAW.”
3
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: Rajawali Press,
2014), 143-144.
4
Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1998), 15.
5
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), 340-341.
Ibnul Jauzi dalam Kitab Munjidul Muqrin mengganti syarat-syarat
kedua (harus shahih sanadnya) dengan harus mutawatir. Karena, riwayat
Al-Qur‟an tidak bisa diterima kecuali dengan sanad mutawatir. Contoh,
sanad-sanad qira‟at yang lebih dari qira‟at asyrah itu sanadnya shahih
semua, akan tetapi berupa hadis ahad yang tidak mutawatir, sehingga
bukan Al-Qur‟an dan tidak dapat diterima. Yang dapat diterima harus
yang sanadnya mutawatir saja.6
6
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), 345-346.
7
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, 148.
8
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2014), 52.
a. Qalun, nama lengkapnya Abu Musa Isa bin Mina az-Zarqa,
penguasa Bani Zahrah. Lahir pada tahun 120 H dan meninggal
tahun 220 H. Beliau seorang Qari‟ penduduk Madinah dan
sekitarnya.
b. Warsy, nama lengkapnya Utsman bin Sa‟id al-Qibthi al-Mishri,
penguasa Quraisy. Lahir tahun 110 H dan meninggal pada tahun
197 H di Mesir.9
2. Ibnu Katsir, nama lengkapnya Abdullah Abu Ma‟bad al-Athar ad-Dari
al-Farisi al-Makki. Lahir pada tahun 45 H dan meninggal tahun 120 H.
Beliau belajar qia‟at dari sahabat Nabi SAW ialah Abdullah bin
Sa‟ib.10 Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Al-Bazzi, nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Abdullah
Abu al-Hasan al-Bazzi. Beliau seorang qari‟ di Makkah dan
Muadzin di masjid al-Haram. Lahir pada tahun 170 H dan
meninggal pada tahun 250 H.
b. Qunbul, nama lengkapnya Muhammad bin Abdurrahman al-
Makhzumi Abu Umar al-Makki. Beliau lahir pada tahun 195 H dan
meninggal pada tahun 291 H.11
3. Abu Amr bin al-Ala, nama lengkapnya Zabban bin al-Ala at-Tamimi
al-Mazani al-Bashari. Lahir pada tahun 68 H dan meninggal tahun 154
H. Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al-Azdi al-
Baghdadi an-Nahwi adh-Dharir. Wafat tahun 26 H.
b. As-Susi, nama lengkapnya Shaleh bin Zaid Abu Syu‟aib as-Susi ar-
Ruqi. Beliau muqri‟ dhabit dan tsiqah dan meninggal tahun 261 H.
4. Ibn Amir ad-Dimasyqi, nama lengkapnya Abdullah Abu Imran al-
Yahshabi. Beliau seorang Imam qira‟ah di Syam. Lahir tahun 21 H dan
meninggal tahun 118 H. Adapun dua orang perawinya yang terkenal
adalah:
9
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, 152.
10
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, 52.
11
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, 152.
a. Hisyam bin Ammar, nama lengkapnya Abu al-Walid as-Sullami ad-
Dimasyqi. Bliau seorang imam, khatib, dan mufti penduduk
Damaskus. Lahir tahun 153 H dan meninggal tahun 245 H.
b. Ibnu Dzakwan, nama lengkapnya Abu Amr Abdullah bin Ahmad
al-Fahri ad-Dimasyqi. Lahir tahun 173 H dan meninggal tahun 242
H. Beliau seorang qari‟ di Syam dan Imam di Masjid Jami‟
Damaskus.
5. „Ashim bin Abi an-Najud al-Kufi, nama lengkapnya Abu Bakar Ibnu
Bahdalah al-Hannath. Penguasa Bani As‟ad, qari‟ terkemuka di Kufah.
Meninggal tahun 127 H. Adapun dua orang perawinya yang terkenal
adalah:
a. Syu‟bah, nama lengkapnya Abu Bakar bin „Iyasy al-Asadi an-
Nahsyali al-Kufi al-Hannath. Lahir tahun 95 H dan meninggal tahun
193 H.
b. Hafsh bin Sulaiman, nama lengkapnya Abu Umar al-Asadi al-Kufi
al-Bazzar. Lahir tahun 90 H dan meningeal tahun 180 H.
6. Hamzah bin Habib az-Zayyat, nama lengkapnya Abu „Imarh al-Kufi
at-Taimi. Lahir tahun 80 H dan meninggal tahun 156 H. Beliau belajar
qira‟at dari Abi Muhammad Sulaiman bin Mahran Al-A‟masy dan
Humran bin A‟yan.12 Adapun dua orang perawinya yang terkenal
adalah:
a. Khalaf bin Hisyam, nama lengkapnya Abu Muhammad al-Asadi al-
Bazzar al-Baghdadi. Lahir tahun 150 H dan meninggal tahun 229 H.
b. Khallad, Nama Lengkapnya Abu Isa bin Khalid asy-Syaibani asy-
Shairafi al-Kufi. Beliau wafat tahun 220 H.
7. Al-Kisa‟I, nama lengkapnya Abu al-Hasan Ali bin Hamzah, asli Persia
dan menjadi Imam di Kufah dalam bahasa Arab. Lahir tahun 119 H
dan wafat tahun 189 H. Adapun dua orang perawinya yang terkenal
adalah:
a. Abu al-Haris, nama lengkapnya al-Laits bin Khalid al-Baghdadi dan
wafat tahun 240 H.
12
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, 53.
b. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al-Azdi al-
Baghdadi an-Nahwi adh-Dharir. Wafat tahun 246 H.13
Selain tujuh orang qari yang terkenal itu masih terdapat tiga orang
qari‟ lagi yang cukup populer, namun tingkatan qira‟at mereka masih di
bawah qira‟at dari tujuh qari‟ di atas, di antaranya ialah:
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh
itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka Telah suci, Maka campurilah
13
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, 153-154.
14
Athaillah, Sejarah Al-Qur’an; Verifikasi tentang Otentisitas Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), 345.
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri.”
Berkaitan dengan ayat ini, di antara Imam Qira‟at tujuh, yaitu Abu
Bakar Syu‟bah (Qira‟at „Ashim riwayat Syau‟bah), Hamzah, dan Al-Kisa‟i
membaca kata dengan memberi syiddah pada huruf tha‟ dan ha.
versi pendapat para ulama mengenai maksud kata itu, yaitu bersetubuh,
bersentuh, dan sambil bersetubuh. Sedangkan para ulama fiqh ada yang
berpendapat bahwa persentuhan laki-laki dan perempuan itu membatalkan
wudhu‟. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa bersentuhan itu tidak
membatalkan wudhu‟, kecuali kalau berhubungan badan.15
15
Rosihun Anwar, Ulum Al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 157-158.
16
Ainul Yaqin, Ulumul Qur’an (Pamekasan: Duta Media, 2016), 98.
c. Bukti kemukjizatan Al-Qur‟an dari segi kepadatan makna, karena
setiap qira‟at menunjukkan sesuatu hukum syara‟ tertentu tanpa perlu
pengulangan lafadzh. Misalnya Qs. Al-Maidah ayat 6:
17
Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera Antar Nusa, 2016), 256-257.
F. Contoh Perbedaan Qira’at pada Qs. Al-Fatihah [1] dan Implikasinya
pada Pemaknaan Ayat-ayatnya
Qs. Al-Fatihah [1]: 1-7
Ayat Al-Qur‟an, pada kata atau lafal tertentu, dibaca dengan berbagai
bentuk bacaan. Para Imam qari‟ sesuai dengan apa yang mereka
riwayatkan dari Nabi Muhammad SAW berbeda dalam membacanya,
yakni meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Menggunakan huruf yang berbeda, yaitu suatu qira‟at berbeda dengan
qira‟at lainnya dalam persoalan huruf yang digunakan dalam suatu
kata.
18
Athaillah, Sejarah Al-Qur’an; Verifikasi tentang Otentisitas Al-Qur’an, 357.
„Ashim, al-Kisa‟i, dan Ya‟kub. Ketika dibaca panjang maka kata ملك
berarti pemilik hari pembalasan. Sedangkan Imam Nafi, Ibnu Katsir,
Abu Amr, Ibnu Amir, Hamzah membacanya dengan memendekkan
huruf mim-nya sehingga maknanya adalah raja/merajai hari
pembalasan.19
19
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, 47-49.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Qira‟at Al-
Qur‟an adalah ilmu yang mempelajari tentang cara membaca ayat-ayat
Al-Qur‟an yang berupa wahyu Allah SWT, dipilih oleh salah seorang
imam ahli qira‟at, berbeda dengan cara ulama lain, berdasarkan
riwayat-riwayat mutawatir sanadnya dan selaras dengan kaidah-kaidah
bahasa Arab serta cocok dengan bacaan terhadap tulisan Al-Qur‟an
yang terdapat dalam salah satu mushaf Utsman.
Perbedaan qira‟at terkadang berpengaruh dalam menetapkan
ketentuan hukum, antara lain ada pada Qs. Al-Baqarah ayat 222 dan
Qs. An-Nisa‟ ayat 43.
Kemudian, dari variasinya qira‟at yang shahih ada beberapa
manfaatnya, yaitu: Pertama, Menunjukkan betapa terjaganya Al-
Qur‟an dari perubahan dan penyimpangan. Kedua, Meringankan umat
Islam dan memudahkan untuk membaca Al-Qur‟an.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna‟ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor: Litera Antar Nusa,
2016.