Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

QIRA’AT QU’RAN

Ulumul Quran

Dosen Pengampu:

Hendrayadi S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh:

Nurfitri 221012100079

Wardah Putri Aprilia 221012100201

Khofih Anwarul Hasan 221012100003

Yogi Reynaldi Putra 221012100117

PROGRAM SARJANA STRATA SATU

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS PAMULANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Makalah ini dengan judul, “QIRA’AT QURAN”.

Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas

bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan

sumbangan baik materi maupunpikirannya. Makalah ini disampaikan untuk

memenuhi kelengkapan syarat penilaian mata kuliah “QIRA’AT

QURAN”.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat

memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih

baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,

kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu

kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang Selatan, 15 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................2

C. Tujuan Penelitian.............................................................................................3

BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A. Pengertian Qira’at...........................................................................................4

B. Macam-Macam Qira’at...................................................................................5

C. Latar Belakang Timbulnya Perbedaan............................................................8

D. Manfa’at Keragaman Qira’at........................................................................12

BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................13

B. Saran..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang menjadi pegangan dan rujukan

seluruh kaum muslimin. Pada masa awal islam, mushaf Al-Qur’an tidak bertitik

dan berharkat. Ini memungkinkan Al-Qur’an dibaca dengan bacaan berbeda-beda.

Pada satu mushaf suatu kalimat dibaca dengan bacaan tertentu dan pada mushaf

lain kalimat tersebut dibaca dengan bacaan lain. Agar dapat menjadi pegangan

(menghindari perbedaan), hanyalah orang-orang yang benar-benar tsiqat (kuat

hafalannya) dan meriwayatkan sampai pada Nabi SAW yang dipercayai atau

menjadi pegangan menyampaikan Al Qur’an.

Pada masa hidup Nabi Muhammad SAW, perhatian umat terhadap kitab Al-

Qur’an ialah memperoleh ayat-ayat Al-Qur’an itu, dengan mendengarkan,

membaca, dan menghafalkannya secara lisan dari mulut kemulut. Dari Nabi

kepada para sahabat, dari sahabat yang satu kepada sahabat yang lain, dan dari

seorang imam ahli bacaan yang satu kepada imam yang lain.

Qira’at atau macam-macam bacaan itu sudah ada sejak zaman Rosulullah

SAW, dan beliau mengajarkan kepada para sahabat sebagaimana beliau menerima

bacaan itu dari malaikat jibril. Dan begitu turun ayat-ayat Al-Qur’an, maka

dengan segera Nabi membacakan kepada para sahabat, dan mereka menulisnya,

menyimpan dan membacanya ketika sholat atau ibadah-ibadah yang lainnya

sevara berulang-ulang siang dan malam.

1
Qira’at merupakan salah satu cabang ilmu Al-Qur’an, tetapi tidak banyak

orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang orang tertentu saja, biasanya

kalangan akademik. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, di antarnya adalah

ilmu ini tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia

sehari-hari, tidak seperti ilmu fiqih, hadist dan tafsir misalnya yang dapat

dikatakan berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. Hal ini karena ilmu

qira’at tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara langsung

dengan halal atau haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia.

Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk untuk dipelajari karena banyak

hal yang harus dikuasai, antara lain penguasaan bahasa arab secara mendalam,

penguasaan ilmu ini sangat berjasa dalam menggali, menjaga dan mengajarkan

berbagai “cara membaca” Al-Qur’an yang benar benar sesuai dengan yang telah

diajarkan Rosulullah SAW.

Para ahli qira’at telah mencurahkan segala kemampuannya demi

mengembangkan ilmu ini. Ketelitian dan kehati-hatian mereka telah menjadikan

Al-Qur’an terjaga dari adanya kemungkinan penyelewengan dan masuknya unsur-

unsur asing yang dapat merusak kemurnian Al-Qur’an.

Dalam hal ini pemakalah akan memaparkan tentang pengetian qira‟at,

macam-macam qira’at, dan latar belakang timbulnya perbedaan serta manfaat

keragaman qira’at.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Qira’at?

2. Apa saja macam-macam Qira’at?

2
3. Bagaimana latar belakang timbulnya perbedaan?

4. Bagaimana manfaat keragaman Qira’at?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahuai apa itu pengertian Qira’at.

2. Untuk mengetahuai macam-macam Qira’at.

3. Untuk mengetahuai latar belakang timbulnya perbedaan.

4. Untuk mengetahuai manfa’at keragaman Qira‟at.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qira’at

Qira’at menurut bahasa adalah bentuk Jama’ dari yang berarti

“bacaan”, bentuk mashdar dari yang memiliki arti “menghimpun atau

mengumpulkan”.

Sedangkan qira’at menurut istilah „ulama berbeda beda pendapat dalam

mendefinisikannya akan tetapi intinya sama:

Menurut Syekh Muhammad Ali As Shabuni dalam kitabnya Attibyan Fii

Ulumil Qur’an, qira’at yaitu: ”suatu madzahab yang bermadzahab pada salah

seorang imam qurra‟ yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan Al-

Quranul karim dan qira’at tersebut bersanad langsung kepada Rasulullah SAW.”

Menurut Manna‟ Al-Qattaan “qira’at ialah suatu aliran yang bermadzahab

kepada salah satu imam qurra’ yang berbeda dengan yang lainnya mengenai cara

pengucapan Al-Qur’anul Karim”

Menurut Prof.Dr. H. Abdul Djalal H.A “Qira’at yaitu salah satu cara

membaca Al-Qur’an yang selaras dengan kaidah bahasa arab, dan sanadnya

mutawatir serta cocok dengan salah satu dari beberapa mushaf Ustmani.

Menurut Abdul Adzim Az Zarqaani “Qira’at adalah suatu madzhab (aliran)

yang mengikuti beberapa imam qurra‟ yang berbeda dengan yang lainnya dalam

pengucapan Al-Qur‟anul karim, disertai beberapa riwayat dan jalur yang telah

disepakati”.

4
Menurut Dr. Nuruddin Atir didalam kitabnya “Qira’at adalah suatu ilmu

yang mempelajari tentang cara pengucapan kalimat-kalimat di dalam Al- Qur‟an

dan perbedaan perbedaan dalam pengucapannya”

B. Macam-Macam Qira’at
Macam-macam Qira’at itu bisa ditinjau dari segi Bilangan Qira’at (I’dadul

Qira’at) dan dari segi sanadnya.

1. Bilangan Qira’at (I’dadul Qira’at)

Qira‟ah yang masyhur di tinjau dari segi bilangan ada tiga yaitu, Qira’ah

Sab’ah, Qira’ah Asyra, Qira’ah Arba’a Asyra.

a) Qira’at Sab’ah, adalah Qira’at atau bacaan yang mengikuti tujuh Imam

qira’at, tujuh imam tersebut yaitu:

1. Ibnu Amir

2. Ibnu Katsir

3. Ashim Al Kuti

4. Abu Amr

5. Hamzah Al-Kufi

6. Imam Nafi’

7. Al Kasai

b) Qira’at Asyra adalah qira’at yang didasarkan kepada sepuluh imam

qira’at,yaitu tujuh imam yang sudah tersebut diatas ditambah tiga imam

lagi, adapun tiga imam itu:

1. Abu Ja’far yazid bin Qo’qo Al Qari

2. Abu Muhammad Ya’qub bin Ishaq Al Hadramy

5
3. Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam bin Tsu’lab

c) Qira’at Arba’a Asyra adalah qira’at yang bacaannya disandarkan pada

empat belas imam qira’at, empat belas imam qira’at tersebut yaitu dari

sepuluh imam qira’at asyra dan ditambah empat imam lagi, adapun empat

imam tersebut yaitu:

1. Hasan Al Bashry

2. Ibnu Muhaisi

3. Yahya Ibnul Bubarak Al Yazidi

4. Abul Faraj Ibnul Ahmad Asy-Syambudzy.

2. Segi sanad

Imam Asshuyuti menukil dari ibnu Al Jazari bahwa qira‟at itu dibagi

menjadi enam bagian:

a. Mutawatir

Qira’at Mutawatir adalah qira’at yang diriwayatkan satu golongan dari

golongan yang lain yang tidak dimungkinkan adanya kesepakatan untuk berdusta

dan semislanya, qira’at ini merupakan qira’at yang sering dipakai pada umumnya.

b. Masyhur

Qira’at masyhur adalah qira’at yang memiliki sanad yang shohih, dengan

perawi yang adil, dhabit (kuat hafalannya) dan yang dengan demikian Qira’at

masyhur ini juga sesuai dengan kaiddah arab, dan Mushaf Ustmani. Seperti qira’at

yang disampaikan oleh imam tujuh atau sepuluh atau juga oleh imam lainnya dari

beberapa imam yang maqbul. Qira’ah ini masyhur dikalangan para qurra’ dan

tidak ditemukan didalanya suatu qira’ah yang keliru dan menyimpang, namun

6
qira’ah masyhur ini tidak sampai pada derajat mutawatir.Seperti qira’ah dari tujuh

imam yang disampaikan dengan cara yang berbeda beda, sebagai perawi

meriwayatkan dari imam yang tujuh, sedangkan sebagian yang lainnya tidak.

c. Ahad

Qira’at Ahad adalah qira’at yang memiliki sanad yang shohih, namun

qira‟at ini menyalahi rasm ustmani dan kaidah arab.

d. Syadz (menyimpang)

Qira’at Syadz adalah qira’at yang tidak sah sanadnya, seperti qira’at Ibnu

Samaifa’

e. Qira’at Maudhu’ (palsu)

Qira’at maudhu’ adalah qira’at yang tidak ditemukan asal usulnya. Seperti

qira’at yang dikumpulkan oleh Imam Muhammad ibn Ja’far Al- Khuza’i.

f. Qira’at Mudraj

Qira’at mudraj adalah qira’at yang menyerupai hadist.

Mushannif dalam kitabnya Al Itqaan menuturkan bahwa qira’at itu dibagai

menjadi, qira’at mutawatir, masyhur, ahad, syad, maudhu‟, mudraj. Seangkan

menurut Imam Al Qodi Jalaluddin Al Balqoini qira’ah itu dibagi menjadi tiga:

mutawatir, ahad, syadz. Adapun yang mutawatir itu adalah qira’at sab’ah,

sedangkan qira’ah ahad dibagi menjadi tiga:

1. Qira’ah yang menyempurnakan qira’ah asyra

2. Qiraa’ah yang menyerupai qira’ah asyra

3. Qira’ahnya para sahabat

7
Adapun qira’ah syadz itu adalah qira’ahnya beberapa tabi’in seperti imam

A’masy, Imam Yahya bin Wasath, Ibnu Jubair, dll.

Ulama qira’at bersepakat bahwa qira’ah yang bisa diterima ialah yang

sesuai dengan ketentuan: bahwa “setiap qira’at yang sesuai dengan kaidah arab

walupun hanya dari satu sisi saja, dan sesuai dengan penulisan salah satu mushaf

walaupun masih ihtimal (tidak pasti), serta memilik sanad yang shoheh”. Qira’at

tersebut bisa diterima jika memenuhi tiga syarat berikut yaitu:

1. Sesuai dengan kaidah arab walau hanya dari satu sisi

Yang dimaksud dengan syarat ini adalah qira‟ah tersebut harus sesuai

dengan salah satu kaidah dari beberapa kaidah bahasa arab, jika terdapat

perbedaan didalamnya maka, tidak sah memperlihatkan qira‟at tersebut.

2. sesuai dengan penulisan salah satu mushaf walaupun masih ihtimal.

Dalam syarat ini pengucapan kalimat harus sesuai dengan rasm mushaf

secara hakiki, apabila ucapan tersebut sesuai dengan yang ditulis

3. Memiliki sanad yang shohih.

Yaitu qira‟at yang diriwayatkann oleh imam yang adil, dabith (kuat

hafalannya), dan semisalnya hingga sampai pada Rosulullah tanpa adanya

keraguan.

C. Latar Belakang Timbulnya Perbedaan


Di dalam buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Rosihon Anwar, terdapat

beberapa hal yang menjadi latar belakang timbulnya perbedaan qira’at, ada yang

secara historis dan ada pula secara penyampain yang akan di perinci sebagaimana

berikut:

8
1. Secara historis

Qira’at sebenarnya telah muncul semenjak Nabi masih ada walaupun tentu

saja pada saat itu Qira’at bukan merupakan sebuah disiplin ilmu. Ada beberapa

riwayat yang mendukung asumsi diatas:

Suatu ketika Umar bin Khoththab berbeda pendapat dengan Hisyam bin

Hakim Ketika membaca Al-Qur’an. „umar tidak puas terhadap bacaan Hisyam

sewaktu membacakan Surat Al Furqan. Menurut Umar bacaan Hisyam Tidak

benar dan bertentangan dengan apa yang di ajarkan Nabi kepadanya. Namun,

Hisyam menegaskan pula bahwa bacaannyapun berasal dari Nabi. Seusai Sholat,

Hisyam diajak menghadap Nabi seraya melaporkan peristiwa diatas. Nabi

menyruh Hisyam mengulangi bacaannya sewaktu sholat tadi. Setelah Hisyam

melakukannya, Nabi bersabda:

Artinya”memang begitulah Al-Qur‟an diturunkan. Sesungguhnya Al

Qur‟an ini diturunkan dalam tujuh Huruf, maka bacalah oleh kalian yang kalian

anggap mudah dari tujuh huruf itu”

Didalam Riwayatnya, Ubai pernah bercerita:

“saya masuk ke masjid untuk mengerjakan sholat, kemudian datanglah

seorang dan membaca surat An Nahl, tetapi bacaannya berbeda dengan bacaan

saya. Setelah selesai, saya bertanya, “siapakah yang mebacajkan ayat itu

kepadamu?” ia menjawab, “Rasulullah SAW”. Kemudian, datangalh seorang

mengerjakan sholat dengan membaca permula‟an surat An-Nahl(16), tetapi

bacaannya berbeda dengan bacaan saya dan bacaan teman tadi. Setelah sholatnya

9
selesai, saya bertanya, “siapakah yang membacakan ayat itu kepadamu?” ia

menjawab “Rosulullah SAW”. Kedua orang itu lalu saya ajak menghadap Nabi,

Beliau meminta salah satu dari kedua orang itu membacakan lagi surat itu. Setelah

bacaannya selesai, nabi bersabda “baik”. Kemudian, Nabi meminta kepada yang

lian agar melakukan hal yang sama. Dan Nabi pun menjawabnya baik.”

Menurut catatan sejarah, timbulnya penyebaran Qira‟at dimulai pada masa

Tabi’in , yaitu pada Awal II H. takkala para Qari’ suda tersebar di berbagai

pelosok. Mereka lebih suka mengemukakan qira’at gurunya dari pada mengikuti

qira’at imam-imam lainya. Qira’at-qira’at tersebut diajarkan secara turun temurun

dari guru ke guru, sehingga sampai kepada imam qira‟at, nbaik yang tujuh,

sepuluh, atau yang empat belas.

Kebijakan Abu bakar As Siddiq yang tidak mau memusnahkan mushaf-

mushaf lain selain yang telah di susun zaid bin tsabit, seperti mushaf yang dimilik

ibn Mas’ud, Abu Musa Al Asy’ari, Miqdad Bin Amr, Ubay bin Ka’ab, dan Ali bin

Abi Thalib, mempunyai andail besar dalam kemunculan qira’at yang kian

beragam. Perlu dicatat bahwa mushaf-mushaf itu tidak berbeda dengan yang

disusun zaid bin Tsabit dan kawan-kawannya, kecuali pada dua hal saja,yaitu

kronologi surat dan bagian bacaan yang merupakan penafsiran yang ditulis

dengan lahjah tersendiri karena mushaf-mushaf itu merupakan catatan pribadi

merka masing-masing.

Adanya mushaf-mushaf itu disertai dengan penyebaran para qari’

keberbagai penjuru, pada gilirannya melahirkan sesuatu yang diinginkan, yakni

timbulnya qira‟at yang semakin baeragam. Lebih-lebih setelah terjadinya

1
transformasi bahasa dan akulturasi akibat bersentuhan dengan bangsa bangsa

bukan arabin sehingga pada akhirnya perbedaan qira’at itu sudah pada kondisi

sebagaimana yang di saksikan Hudzaifah Al Yamamah dan yang kemudian

dilaporkan terhadap Ustman.

2. Secara penyampaian

Menurut analisis yang disampaikan Sayyid Ahmad Khalil, pebedaaan qir‟at

itu bermula dari car seorang guru membacakan qira‟at itu kepada murid-

muridnya. Kalu diruntut, cara membaca Al-Qur’an yang berbeda beda itu,

sebagiamana dalam kasusu „umar dan Hisyam, diperbolehkan oleh Nabi. lalu,

beberapa ulama mencoba merangkum bentuk-bentuk perbedaan cara melafalkan

Al-Qur’an itu sebagai berikut:

1. Perbedaan dalam I‟rab atau Harkat kalimat tanpa perunbahan makna dan

bentuk kalimat.

2. Perbedaan pada I’rab dan harkat (baris) kalimat sehingga mengubah

maknanya.

3. Perbedaan pada perubahan huruf antara perubahan I‟rab dan bentuk tulisannya,

sementara maknaya berubah.

4. Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada bentuk tulisannya, tetapi

maknyan tidak berubah

5. Perbedan pada kalimat dimana bentuk dan maknanya berubah pula.

Misalnya pada ungkapan thl‟in mandhud menjadi thalhin mandhud.

6. Perbedaan pada mendahulukan dan mengakhirkannya.

7. Perbedaan dengan menambah dan mengurangi huruf

1
Di dalam buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Rosihon Anwar ini, beliau

menuturkan beberapa sebab terjadinya perbedaan qira’at, dan diantara sebab-

sebab munculnya beberapa qira’at yang berbeda adalah sebagai berikut.

1. Perbedaan qira’at Nabi. Artinya dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada para

sahabatnya, Nabi memakai beberapa versi qira’at.

2. Pengakuan dari Nabi terhadap berbagai qira‟at yang berlaku dikalangan

kaum muslimin waktu itu. Hal ini menyangkut dialek diantara mereka dalam

mengucapkan kata-kata didalam Al-Qur‟an

3. Adanya riwayat dari para sahabat Nabi menyangkut berbagai versi qira‟at

yang ada.

4. Adanya lahjah atau dialek kebahasaan dikalangan bangsa Arab pada masa

turunnya Al-Qur‟an.

D. Manfa’at Keragaman Qira’at


Dan diantara keragaman Qira’at itu memiliki beberapa manfa’at

sebagaimana berikut:

1. Menunjukkan terjaga dan terpelihara kitabullah dari perubahan

dan penyimpangan , walaupun mempunyai aneka ragam bacaan yang berbeda-

beda.

2. Meringankan umat islam dan memudahkan mereka untuk membaca al-Qur‟an

3. Bukti kemukjizatan al-Qur‟an dari segi kepadatan maknanya, karena setiap

Qira’at menunjukkan sesuatu hukum syara’tertentu tanpa perlu pengulangan

lafadz

4. Penjelasan terhadap sesuatu yang masih global dalam Qira’at lain.

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Qira‟ah adalah suatu madzhab yang dianut oleh seorang imam yang

berbeda dengan imam yang lainnya dalam segi pelaflan Al-Qur‟an dan

sanadnya bersambung langsung kepada Rasulullah SAW

2. Macam macam qira‟at itu bisa ditinjau dari dua segi, segi hitungan dan

segi sanad. Adapun qira‟at dari segi bilangan ada tiga, yaitu:qira‟at

sab‟ah, qira‟at „asyra, qira‟at arba‟a asyra. Sedangkan qira‟at ditinjau

dari segi sanad ada enam macam, yaitu: mutawatir, masyhur, ahad, syadz,

maudhu‟, mudraj.

3. Latar belakang timbulnya perbedaan itu ada secara historis dan ada secara

pengucapan. Adapun secara penyampaian:

a) Perbedaan dalam I‟rab atau Harkat kalimat tanpa perunbahan makna dan

bentuk kalimat.

b) Perbedaan pada I‟rab dan harkat (baris) kalimat sehingga mengubah

maknanya.

c) Perbedaan pada perubahan huruf antara perubahan I‟rab dan bentuk

tulisannya, sementara maknaya berubah.

d) Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada bentuk tulisannya, tetapi

maknyan tidak berubah.

e) Perbedan pada kalimat dimana bentuk dan maknanya berubah pula.

Misalnya pada ungkapan thl‟in mandhud menjadi thalhin mandhud.

1
f) Perdaan pada mendahulukan dan mengakhirkannya.

g) Perbedaan dengan menambah dan mengurangi huruf.

4. Dan diantara keragaman Qira‟at itu memiliki beberapa manfa‟at

diantaranya, yaitu:

a. Menunjukkan terjaga dan terpelihara kitabullah dari perubahan

dan penyimpangan

b. Meringankan umat islam dan memudahkan mereka untuk membaca al-

Qur‟an

c. Bukti kemu‟jizatan al-Qur‟an dari segi kepadatan maknanya

d. Penjelasan terhadap sesuatu yang masih global dalam Qira’at lain.

B. Saran
Semoga dengan dituliskanya makalah tentang Qira’at ini bisa

menjadikan ilmu pengetahuan kita bertambah. Penulis menyadari masih

terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam ,.makalah ini, maka dari

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

1
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mawardi. Ulumul Qur’an. 2011. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

AL Qattan, Manna. Mabahist Fii Ulumil Qur’an. 1973. Surabaya: Al


Hidayah.

Al-Maliki, Sayyid Muhammad Alwi. Keistimewaan-Keistimewaan


AlQur‟an. 2011. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Anwar, Rosihon. Ulum Al Qur’an. 2010. Bandung: CV Pustaka Setia.

As Shabuni, Muhammad Ali. 2003. At Tibyan Fii Ulumil Qur‟an. Jakarta:


Daarul Kitab Al Islamiyah.

Az Zarqaani, Abdul Adzim. Manaahilul Irfaan. 2010. Beirut:Daarul Kitab


Al Amaliyah.

Djalal H.A, Abdul. Ulumul Qur’an. 2013. Surabaya: CV Dunia


Ilmu

Hermawan, Acep.Ulumul Qur’an. 2013. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai