QIRAAT AL-QUR’AN
Disusun oleh :
Ilham Maulana
Sahrur Ramadan (11950515212)
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah kami
yang berjudul “Qiraat Al-Qur’an’.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Kelompok 9
DAFTAR ISI ................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan............................................................................................................1
B. Tujuan makalah.......................................................................................................2
C. Batasan Masalah.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.............................................................................................................9
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Qiraat merupakan salah satu cabang ilmu dalam ‘Ulum al-Qur’an, namun tidak banyak
orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja, biasanya kalangan akademik.
Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, di antaranya adalah, ilmu ini tidak berhubungan
langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari; tidak seperti ilmu fiqih, hadis,
dan tafsir misalnya,yang dapat dikatakan berhubungan langsung dengan kehidupan manusia.
Hal ini dikarenakan ilmu qira’at tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara
langsung dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia.
Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk dipelajari, banyak hal yang harus diketahui
oleh peminat ilmu qira’at ini, yang terpenting adalah pengenalan al-Qur’an secara mendalam
dalam banyak seginya, bahkan hafal sebagian besar dari ayat-ayat al-Qur’an merupakan salah
satu kunci memasuki gerbang ilmu ini; pengetahuan bahasa Arab yang mendalam dan luas
dalam berbagai seginya, juga merupakan alat pokok dalam menggeluti ilmu ini, pengenalan
berbagai macam qiraat dan para perawinya adalah hal yang mutlak bagi pengkaji ilmu ini.
Hal-hal inilah barangkali yang menjadikan ilmu ini tidak begitu populer.
Meskipun demikian keadaannya, ilmu ini telah sangat berjasa dalam menggali, menjaga
dan mengajarkan berbagai “cara membaca” al-Qur’an yang benar sesuai dengan yang telah
diajarkan Rasulullah SAW. Para ahli qiraat telah mencurahkan segala kemampuannya demi
mengembangkan ilmu ini. Ketelitian dan kehati-hatian mereka telah menjadikan al-Qur’an
terjaga dari adanya kemungkinan penyelewengan dan masuknya unsur-unsur asing yang dapat
merusak kemurnian al-Qur’an. Makalah ini akan memaparkan tentang ilmu Qira’at al-Qur’an,
dapat dikatakan sebagai pengenalan awal terhadap Ilmu Qira’at al-Qur’an.
1
B. Tujuan makalah
C. Batasan Masalah
1. Apakah pengertian dari Qiraat Al-Qur’an
2. Siapakah 7 imam Qiraat Al-Qur’an
3. Apa sajakah macam-macam dari Qiraat Al-Qur’an
4. Bagaimana adab adab dalam membaca Al-Qur’an
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
2
XII. BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi qira’at merupakan kata jadian (masdar) dari kata kerja
qara’a(membaca). Sedangkan secara terminologiada beberapa definisi yang
dikemukakan oleh para ulama antara lain:
1. Ibnu al-Jazari:
2. Al-Zarqasyi:
3. Al-Shabuni:
Qira’at adalah suatu mazhab cara melafalkan Alqur’an yang dianut oleh salah
seorang imam berdasarkan sanad-sanad yang bersambung kepada Rasulullah
saw.Dari definisi tersebut walaupun redaksi berbeda-beda, tapi pada hakikatnya
mempunyai makna yang sama, yakni ada beberapa cara melafalkan Alqur’an
walaupun sama-sama berasal dari sumber yang sama yaitu Rasulullah saw. Dengan
demikian, bahwa qira’at berkisar pada dua hal: pertama, qira’at berkaitan dengan
cara melafalkan Al-Qur’an yang dilakukan oleh seorang imam dan berbeda dengan
imam lainnya
2
B. 7 Imam Qiraat
Al Qurraa’ As Sab’ah (Tujuh Ahli Qira’at) yang terkenal, yang disebutkan oleh Abu
Bakr bin Mujahid rahimahullah, dan dikhususkan penyebutan dikarenakan mereka –
menurut Abu Bakr bin Mujahid- terkenal dengan ketelitian, amanah, dan lamanya mereka
dalam menggeluti ilmu Qira’at, dan kesepakatan pendapat para Ulama untuk mengambil
Qira’at dari mereka.
Imam Qira‘at yang berjumlah tujuh ditambah tiga imam Qira’at sebagai pelengkap
(yang menggenapkan) Qira’at sepuluh adalah sebagai berikut:
2. Ibnu Katsir
2
5. Ashim Al Kuufi
6. Hamzah Al Kuufi
7. Al kisaa’a Al Kuufi
sebenarnya banyak, sejak Abu Ubaid al-Kasim Ibnu Salam sebagai orang yang pertama
mengarang buku masalah qira’at, setelah itu bermunculan ahli-ahli qira’at yang
menyebabkan para ulama berbeda-beda dalam system qira’at. Masalah itu mulai pada
permulaan abad ke 2 H, yaitu setelah banyak orang dinegeri Islam menerima qira’at dari
beberapa imam dan berakhir pada akhir abad ke 3 H. (Ali al-Shabuni: 1988). Di mana pada
abad itu qira’at dibukukan, maka lahirlah ragam qira’at yang masyhur sebagai berikut:
qira’at yang disandarkan kepada imam qira’at yang tujuh mereka adalah Abdullah al-
Katsir al-Dari, Nafi’ bin Abdrrahmana bin Abi Naim, Abdullah al-Yasibi, Abu Amar,
Ya’kub, Hamzah dan Ashim
yaitu qira’at tujuh ditambah tiga ahli qira’at yaitu Yazid bin al-Qa’qa al-Maksumi al-
madani, Ya’kub bin Ishak dan Khallaf bin Hisyam.
2
2. Dari Segi Kualitas
Sistem qira’at dari segi kualitas masih banyak ulama yang berbeda pendapat, seperti
hasil penelitian al-Jazari mengolompokkan kedalam lima bagian (Muh. Alawy al-Maliki al-
Hasani: 1999) yaitu:
disampaikan oleh sekolompok orang mulai dari awal sampai akhir sanad tidak mungkin
sepakat untuk berdusta.maka sebagian ulama sepakat yang termasuk dalam kelompok ini
adalah qira’ah sab’ah, qira’at asyarah, dan qira’at arba’ahasyarah.
memiliki sanad yang shahih, tetapi tidak sampai pada kualitas mutawatir, hanya sesuai
dengan kaedah bahasa Arab dan tulisan mushaf usmani.
c. Qira’at ahad
yaitu, qira’at yang memiliki sanad shahih, tetapi menyalahi tulisan mushaf usmani dan
kaedah bahasa Arab.
mudraj (sisipan) yaitu adanya sisipan pada bacaan dengan tujuan penafsiran.
2
Ketika membaca Al-Qur’an, maka seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab
berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur’an:
1. Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang.
2. Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat
yang dibaca.
2
4. Membaguskan suara ketika membacanya.
Membaca Al-Qur’an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan
tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang
banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara khusyu’.
2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbedaan pembacaan atau pelafalan kitab suci Al-Qur’an bukan berarti tidak
sesuai dengan Al-Qur’an itu sendiri, karena perbedaan itulah timbul yang namanya
Ilmu Qiraat Al-Qur’an, tidak semua orang dapat membuat perbedaan bacaan
tersebut. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Ada 7 imam
yang dapat kita anut pembacaannya diantaranya Ibnu Katsir dari Makkah, Nafi’
dari Madman, Ashim dari Kufah, Hamzah dari Kufah, Al-Kisa’i dari Kufah, Abu
Amr bin al- ‘Ala’ dari Basrah, Ibnu ‘Amir. Dalam perbedaan pembacaan Al-Qur’an
tentunya akan menjadikan perbedaan dalam penafsiran, tetapi bukan berarti bentuk
penyelewengan Al-Qur’an. Dan Qira’at ini muncul pada Nabi Muhammad saw
sampai sekarang.
2
DAFTAR PUSTAKA