Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH,KLASIFIKASI QIRO’AH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an
Dosen Pengampu:
Abdurrohim,M.Pd

Oleh:
Sarifa Roudlotul Jannah :22208402331014
Habbatil Mutsiroh :22208402331011

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QOLAM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim,

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


senantiasa melimpahkan Rahmat dan Ridlo-Nya kepada hambanya yang bertaqwa
dan berkat Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Sejarah Qiro’ah dan Klasifikasi Qiro’at. Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Studi Hadis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Abdurrohim M.P.d
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Studi Al Qur’an, Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin


agar dapat membuat yang terbaik, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan, hal ini semata-mata karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 10 Mei 2023

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3. Tujuan Pembahasan ............................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................... 2
2.1. Sejarah Perkembangan Ilmu Qiro’at ....................................................... 2
2.2. Klasifikasi Qiro’at.................................................................................. 4
2.3 Pengertian Qiro’at ................................................................................... 6
BAB III : PENUTUP................................................................................... 8
3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 8
3.2. Saran...................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah SWT telah memberikan mukzizatkan berupa Al-Qur’an kepada nabi
Muhammad SAW yang masih terjamin kemurniannya sampai sekarang. Al-Qur’an
dan hadis adalah pedoman hidup bagi umat islam. Hadits tidak dihimpun begitu
saja tanpa melalui persyratan, aturan, dan kaidah-kaidah yangat sangat rumit yang
telah ditetapkan oleh para ulama demi menjaga kemurnian hadits itu sendiri.

Hadits adalah ilmu tentang perkataan, perbuatan dan risalah baginda nabi
Muhammad SAW yang harus disertai sand-sanadnya agar bisa membedakan sahih,
hasan dan kedhaifan hadis baik secara matan maupun sanadnya. Suatu hadits tidak
akan diterima, kecuali yang meriwayatkannya memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan oleh para jumhur ulama. Dalam makalah ini kan dibahas tentang seputar
sejarah qiro’at dan klasifikasi qiro’at .

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Sejarah Qiro’at?
1.2.2 Apa saja Klasifikasi Qiro’at?
1.2.3 Pengertian Qiro’at?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami terkait Sejarah Qiro’at.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami terkait Klasifikasi Qiro’at.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami terkait Pengertian Qiro’at.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Perkembangan Ilmu Qiro’at

Sebagaimana di ketahui bahwa terdapat perbedaan pendapat tentang waktu


mulai di turunkannya qira‟at, yaitu ada yang mengatakan qira‟at mulai di turunkan
di Makkah bersamaan dengan turunya Al Qur‟an. Ada juga yang mengatakan
qira‟at mulai di turunkan di Madinah sesudah peristiwa Hijrah, dimana sudah mulai
banyak orang yang masuk Islam dan saling berbeda ungkapan Bahasa Arab dan
dialeknya

Memang tidak tercatat mengenai kapan tepatnya ilmu qira‟at itu muncul. Tetapi
yang jelas, mula-mula orang yang pertama menulis tentang ilmu Qira‟at tersebut
adalah Abu Ubaid Al- Qosim Ibn Salam (wafat tahun 244 H). Beliau telah
mengumpulkan para imam qira‟at dengan bacaannya masing-masing, para tokoh
lain yang turut mempelopori lahirnya ilmu Qira‟at adalah Abu Hatim Al-Sijistany,
Abu Jafar al-Thabary dan Ismail al-Qodhi.

Di zaman Sahabat, para qari dan huffaz yang terkenal adalah Usman bin Affan,
Ali bin Abi Talib, Ubay bin Ka‟ab, Zaid bin tsabit, Ibnu Mas‟ud, Abu Darda‟ dan
Abu Musa AlAsy‟ari. Merekalah yang dikirim oleh Khalifah Usman ke wilayah
Islam bersama Mushaf Usmani yang telah disediakan. Dari Hasil didikan para qari
zaman sahabat, muncullah pakar-pakar qira‟at generasi tabiin, dan sesudahnya.

Berbicara mengenai sejarah qira’at tidak lepas kaitannya dengan sejarah awal
mula diturunkannya Alquran, penulisan serta pengkodifikasiannya Terdapat tiga
fase sejarah terbentuknya ilmu qira’at mulai dari masa awal evolusi sampai pada
masa pelembagaan madzhab-madzhab qira’at. Fase pertama adalah pada masa
Rasulullah, kemudian dilanjutkan fase kedua yaitu pada masa sahabat sampai pada
fase ketiga yaitu pada masa tabi’in yang merupakan masa evolusi disiplin ilmu
dalam sejarah peradaban Islam.

Pada abad ketiga Hijriyah, Qiraat ini terus berkembang hingga sampailah pada
Abu Bakar Ahmad Ibn Musa Ibn Abbas Ibn mujahid yang terkenal dengan

2
panggilan Ibn Mujahid (wafat tahun 324 H) di Bhagdad. Beliaulah yang
membukukan Qira‟ah sa‟bah atau tujuh Qiraat dari tujuh imam yang dikenal di
Mekkah, Madinah, Kufah, Basrah, dan Syam. tujuh imam Qari‟ tersebut ialah

1. Ibn Amir Nama lengkapnya Abu Imran Abdullah bin Amir al-Yashubi yang
merupakan seorang Qodhi di Damaskus pada masa pemerintahan Ibn Abd al-
Malik.Beliau lahir pada tahun 21 H. Beliau berasal dari kalangan tabi‟in yang
belajar Qiraat dari alMughirah Ibn Abi Syihab al-Mahzumi, Usman bin Affan dan
Rsulullah SAW. Beliau wafat tahun 118 H Damaskus. Rowi beliau yang terkenal
dalam Qiraat yaitu Hisyam (wafat tahun 245H) dan Ibn Dzakwan (wafat tahun 242
H)

2. Ibn Katsir Nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah Ibn Katsir Al-Dary
al-Makky. Beliau adalah imam Qiraat di Mekkah dari kalangan tabi‟in yang pernah
hidup bersama sahabat abdullah Ibn Zubair, Abu Ayyub al-Anshari dan Anas Ibn
Malik. Beliau wafat tahun 291 H, rowinya yang terkenal adalah Al Bazy (wafat
tahun 250 H) dan Qunbul (wafat tahun 291 H)

3. „AshimAl-Khufy Nama lengkapnya „Ashim Ibn Abi Al-Najud al-Asadi.


Beliau seorang tabi‟in yang wafat sekitar tahun 127-128 H di Kuffah. Beliau
merupakan imam qira‟at Kufah yang paling bagus suaranya dalam membaca al-
qur‟an. Kedua perawinya yang terkenal adalah Syu‟bah (wafat tahun 193 H) dan
Hafs (wafat tahun 180 H).

4. Abu Amr Nama lengkapnya Abu Amr Zabban Ibn A‟la Ibn Ammar al-
Bashri yang sering juga dipanggil Yahya. Beliau merupakan satu-satunya imam
qiraat yang paling banyak guru qira‟at nya. Beliau seorang guru besar qira‟at di
Kota Bashrah yang wafat di Kuffah pada tahun 154 H. Rowinya yang terkenal ialah
Abu Amr adDury (wafat tahun 246 H) dan Ibnu Zyad as- Susy (wafat tahun 261
H).

5. Hamzah Nama lengkapnya Hamzah Ibn Habib Ibn Imarah al-Zayyat al-
Fardh alThaimi yang sering dipanggil Ibn Imarah. Beliau berasal dari kalangan
hamba sahaya ikrimah Ibn Robbi‟ Mthaimi yang wafat di Hawan pada masa

3
khalifah Abu Ja‟far alManshur tahun 156 H. Kedua perawinya yang terkenal adalah
Kholaf (w. 229 H) dan Khollad (w 220 H)

6. Nafi‟ Nama lengkapnya Abu Ruwaim Nafi‟ Ibn Abd Al-Rahman Ibn Abi
Na‟im alLaisry. Beliau lahir di Isfahan pada tahun 70 dan wafat di Madinah pad
tahun 169 H.. Perawinya adalah Qolun (w. 220 H) dan Warsy (w. 197 H).

7. Al-Kisa‟i Nama lengkapnya Abul Hasan Ali Ibn Hamzah Ibn Abdillah Al-
Asady. Selain imam Qori‟ beliau terkenal juga sebagai imam nahwu golongan
Kufah.. Beliau wafat pada tahun 189 H di Ray Perawinya yang terkenal adalah Abd
alHaris (wafat tahun 242 h) dan Ad-Dury (wafat tahun 246 H).

2.2 Klasifikasi Qiro’at

Klasifikasi qiraat ini didasarkan pada dua hal, kuantitas (jumlah) imam
madzhabnya dan kualitas jalur sanadnya. Pertama, Berdasarkan kuantitas atau
jumlah imam madzhabnya, qiraat terbagi menjadi tiga macam:

1. Qiraat as-Sab’ah (qiraat tujuh) yang dinisbatkan kepada 7 (tujuh) imam


qiraat yang terkenal yaitu: Nafi’, Ashim, Hamzah, Abdullah ibn ‘Amr,
Abdullah ibn Katsir, Abu Amru ibn al-Ala, dan Ali al-Kassa’i.

2. Qiraat al-Asyarah (qiraat sepuluh), qiraat yang dinisbatkan kepada


imam qiraat yang tujuh sebelumnya ditambah dengan 3 (tiga) imam
qiraat yang lain, yaitu: Abu Ja‘far, Ya‘qub dan Khalaf.

3. Qiraat al-Arba’ah ‘asyarah, yaitu imam qiraat yang sepuluh ditambah


dengan 4 (empat) Imam qiraat lainnya, yaitu: Imam Hasan al-Basri, Ibn
Muhaisin, Yahya al-Yazidi dan al-Syambuzi (Muhammad Abd al-Azim
al-Zarqani, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, Juz 1, hlm 416-417).
Klasifikasi qiraat yang kedua berdasarkan kualitas sanad atau jalurnya, qiraat
terbagi menjadi lima macam/tingkatan, seperti berikut:

1. Mutawatir, yaitu qiraat yang diriwayatkan oleh banyak orang


(periwayat) yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta, dan sanadnya

4
bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Kategori ini
menurut mayoritas ulama adalah qiraat sab’ah. Contohnya: QS. al-
Fatihah 1:4 (‫ )ماَلِكِ يَو ِم الدِي ِن‬Imam Ashim membacanya dengan tanwin
dhammah pada huruf kaf ‫ ك‬sedang yang lain membaca sebagaimana
dalam teks.

2. Masyhur, yaitu qiraat sahih sanadnya sampai kepada Rasulullah saw,


tetapi tidak mencapai derajat mutawatir, hanya diriwayatkan oleh
seorang atau beberapa orang yang adil dan tsiqah, sesuai dengan bahasa
Arab dan sesuai dengan rasm Utsmani serta terkenal di kalangan ahli
qiraat. Qiraat macam ini dapat digunakan dan boleh dibaca pada waktu
shalat atau di luar shalat. Adapaun bacaan al-Qur’an pada tingkatan ini
adalah bacaan yang disandarkan kepada tiga imam qiraat, yaitu Abu
Ja’far ibn Qa’qa al-Madani, Ya’qub Khadrami, dan Khalaf ibn Hisyam
al-Bazzar. Contoh QS. al-Fatihah 1:7 ‫ب‬ َ َ‫ط الَّذِي َن اَنعَمت‬
ِ ‫علَي ِهم ۙ غَي ِر ال َمغضُو‬ َ ‫ص َرا‬
ِ
‫علَي ِهم َو ََل الض َّۤا ِلي َن‬
َ Ya’qub al-Hadrami membacanya dengan dhammah pada
huruf mim ‫علَي ِه ُم َو ََل الض َّۤا ِلي َن‬
َ ‫ب‬
ِ ‫غَي ِر ال َمغضُو‬ Sedangkan yang lain
membacanya seperti yang tertulis dalam teks lafad yang kebanyakan
beredar.

3. Ahad, yaitu qiraat yang sahih sanadnya, tetapi menyalahi (tidak sesuai)
dengan rasm Utsmani dan kaidah bahasa Arab serta tidak terkenal
seperti kedua tingkatan qiraat di atas. Qiraat macam ini tidak dapat
digunakan dan tidak wajib menyakininya.

4. Syaz, yaitu qiraat yang sanadnya cacat (tidak sahih) dan tidak
bersambung sanadnya kepada Rasulullah saw. Qiraat ini tidak bisa
dijadikan pegangan dalam membaca al-Qur’an.

5. Maudhu’, yaitu qiraat yang tidak ada asalnya, dibuat-buat dan


dinisbatkan kepada seseorang tanpa dasar. Qiraat ini juga tidak diakui
keabsahannya.

6. Mudraj, yaitu qiraat di dalamnya terdapat tambahan qiraat sebagai


penafsiran al-Qur’an seperti qiraat Sa‘ad ibn Abi Waqqas ‫َو َل ُه اَخ اَو‬

5
‫اُخت‬dengan menambah‫ مِن اُم‬pada akhir kalimat tersebut (Halimah
B, “Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya dalam Istinbaht Hukum” hal.
97-108)
Jadi macam-macam dan tingkatan qiraat di atas yang termasuk bacaan yang sahih
dan boleh digunakan bacaannya adalah qiraat mutawatir dan masyhur, sementara
qiraat ahad, syaz, maudhu’, dan mudraj adalah yang tidak sahih dan tidak boleh
digunakan bacaannya.

2.3 Pengertian Qiro’at

Qira’at merupakan ilmu yang sangat penting dalam kajian ulum al-Quran,
dikarenakan ilmu ini sangat erat kaitannya dengan pemaknaan ayat-ayat Alquran.
Menurut bahasa qira’at merupakan masdar sima’i yang berbentuk jamak dari fi’il
madhi qara’a. Sedangkan menurut istilah para ulama berbeda-beda dalam
mendefinisikannya. Az-Zarqani misalnya menjelaskan, bahwasannya qira’at adalah
suatu madzhab yang dianut oleh seorang imam dari para imam ahli qira’at yang
berbeda dengan yang lainnya dalam pelafalan ayat Alquran didukung kesamaan
(kesesuaian) berbagai riwayat dan thoriq yang bersumber darinya, baik itu
perbedaan dalam pelafalan huruf atau bentuknya. Ad-Dimasyqi mendefinisikan
qira’at adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tata cara pengucapan ayat
Alquran dan perbedaannya dengan menyandarkan bacaan tersebut kepada para
perawinya. Hal ini sejalan dengan definisi Ibnu Jazari sebagaimana yang dikutip
Az-Zarqani dalam kitabnya “qira’at adalah disiplin ilmu yang mempelajari tata cara
melafalkan ayat Alquran dan perbedaannya dengan menyandarkanbacaan tersebut
pada perawinya. Lain halnya dengan Az-Zarkasyi yang mendefinisikan qira’at
dengan mengomparasikannya dengan definisi Alquran sebagai berikut:Yang
kurang lebih pemahamannya seperti:“Perlu diketahui bahwa Alquran dan qira‟at
merupakan dua entitas yang berbeda. Alquran adalah wahyu yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw yang berfungsi sebagai penjelas dan sebagai mu‟jizat
(bagi Rasulullah) Sedangkan qira‟at adalah perbedaan lafadz- lafadz Alquran
dalam hal penulisan huruf maupun cara pengucapannya seperti takhfif, tasydid, dan
lain-lainnya ”

6
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan fokus dan objek
(ontologi) kajian ilmu qira’at adalah Alquran al-Karim dari segi redaksinya yakni
bagaimana cara pelafalan redaksi tersebut. Ilmu ini juga merupakan ilmu riwayah
atau ilmu yang disandarkan pada penukilan dari para imam ahli qira’at secara
berkesinambungan kepada Nabi Muhammad. Oleh karenanya metode
mendapatkannya (epistemologi) ilmu qira’at harus melalui riwayat yang bersumber
dari Rasulullah saw.5 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan qira’at
merupakan perkara tauqifi, tidak ada unsur ijtihad dalam ilmu ini, dikarenakan
semua riwayat bacaan Alquran disandarkan pada pengucapan perawi secara
berkesinambungan. Adapun manfaat (aksiologi) ilmu qira’at adalah untuk
mempertahankan keaslian redaksi yang disampaikan. Hal tersebut sebagaimana
yang dikatakan Wawan Djunaedi “fungsi sistem riwayat tidak lain untuk
mempertahankan orisinalitas informasi (data) yang disampaikan secara berantai”

7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari kajian yang penulis paparkan diatas terlihat jelas bahwa Al Quran dapat
dibaca dengan varian qiraat yang berbeda dengan silsilah sanad yang
bersambung kepada Rasulullah Saw, fakta ini menunjukkan bahwa Al Quran
terjaga keasliannya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dalam kajian ini
juga kita dapat melihat usaha dan kerja keras Ulama dalam
mentransformasikan qiraat serta mengkodifikasinya sehingga dapat dipelajari
secara riwayah dan dirayah. Ditambah lagi bahwa riwayat mutawatirah yang
sampai kepada kita berjumlah sepuluh (qiraah „asyrah) boleh dibaca dalam
salat dan dihitung sebagai ibadah ketika membacanya.

3.2. Saran
Semoga makalah yang penulis susun bisa membantu pembaca lebih
memahami tentang ketentuan-ketentuan shalat berjama’ah lebih mendalam.
Mohon permakluman dari semuanya jika dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Oleh karena itu, kritik
dari pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan.

8
Daftar Pustaka
1 . Lihat Ibnu Manzhur, Lisanul Arab, Vol 1(Darul ma‟ariif Kairo,tanpa tahun) h.3563

2 . Az Zarkasyi , Al Burhan Fi ulumil Qur‟an(Kairo, Darul Hadits,2006 ) hlm. 222

3 . Muhammad‟ Ali Al-Shabuni, Al-Tibyan fi‟ulum Al-qur‟an. Maktabah Al Ghazali,


Damaskus, 1390. hlm, 223.

4 . Lihat Muhammad Az Zarqani, Manahilul „ Irfan fi Ulumil Quran, Edit „ Ali Abdul
Basith, (Kairo Maktabatul Iman2014) hal 348-352.

5 . Qiraat syazzah adalah Qiraat yang tida memenuhi tiga syarat rukun Qiraat yang telah
ditetapkan Ulama

6 . Al Jazary, Thayyibatun Nasyr Fil Qiraa‟atil Asyrah, Editor, Muhammad Tamim az


Zu‟by.( Damaskus, Daar Al Ghautsani, 2012) hal 32

7 . Lihat „Abdul Fattah, Al Budur Az Zahirah fil Qiraat „Asyirah Kairo ,darussalam
2010) cet III hal.19

Anda mungkin juga menyukai