Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Azam El Fata, Lc., M.A.
1443 H/2022 M
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya , kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu . Tak lupa pula shalawat
serta salam semoga dicurahkan kepada junjungan Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan menuju kebenaran, juga kepada sanak keluarga-
Nya, para sahabat-Nya dan ummat-Nya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah. Mestinya tidak lengkap dan jauh dari kesempurnaan tetapi
mudah mudahan bisa bermanfaat bagi kita semua dan teman seperjuangan. Oleh karena itu
penulis berharap agar pembaca memberikan kritik dan saran serta masukan-masukannya.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
A. Kesimpulan................................................................................................................ 14
B. Saran .......................................................................................................................... 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits rasulullah adalah salah satu dari dua sumber pokok ajaran agama islam,
dan salah satu dari dua wahyu yang diturunkan kepada rasulullah SAW. Hadits
rasulullah jika di lihat dari sisi kodifikasinya, maka ia telah dibukukan sejak zaman
rasulullah, akan tetapi masih bersifat personal. Kemudian datang generasi tabi‟
tabi‟in. pada masa ini muncul lah mushannaf yang ditulis oleh para ulama pada masa
itu, seperti kitab muwatha‟, sunan, musannaf, jami‟, dan kitab- kitab ajza‟. Pada
periode berikutnya yaitu periode thabi‟ul athba sekitar abad ke-3 hijriyah, pada
periode ini kitab- kitab hadits dibukukan dengan memiliki corak yang berbeda dengan
priode sebelumnya, seperti kitab al-jami‟ al-shahih karya imam bukhari dan al-jami‟
karya imam at-tirmidzi dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi imam muslim ?
2. Bagaimana latar belakang penyusunan kitab ?
3. Apa syarat- syarat imam muslim dalam kitab shahihnya ?
4. Bagaimana sistematika dan metode penyusunan kitab shahihnya?
5. Bagaimana kritik dan pembelaan terhadap shahih muslim ?
C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui bagaimana biografi imam muslim
2. Dapat mengetahui bagaimana latar belakang penyusunan kitabnya
3. Dapat mengetahui syarat- syarat imam muslim dalam kitab shahihnya
4. Dapat mengetahui bagaimana sistematika dan metode penyusunan kitab shahihnya
5. Dapat mengetahui apa saja kritik dan pembelaan terhadapa kitab shahih imam
muslim.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H atau 817 M. Imam Muslim
bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin
Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi. Naisabur, yang sekarang ini termasuk wilayah
Rusia, dalam sejarah Islam kala itu termasuk dalam sebutan Maa Wara'a an Nahr,
artinya daerah-laerah yang terletak di sekitar Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia
Tengah. Pada masa Dinasti Samanid, Naisabur menjadi pusat pemerintahan dan
perdagangan selama lebih kurang 150 tahun. Seperti halnya Baghdad di abad
pertengahan, Naisabur, juga Bukhara (kota kelahiran Imam Bukhari) sebagai salah
satu kota ilmu dan pusat peradaban di kawasan Asia Tengah. Di sini pula
bermukim banyak ulama besar.
Perhatian dan minat Imam Muslim terhadap ilmu hadits memang luar biasa. Sejak
usia dini, beliau telah berkonsentrasi mempelajari hadits. Pada tahun 218 H, beliau
mulai belajar hadits, ketika usianya kurang dari lima belas tahun. Beruntung,beliau
dianugerahi kelebihan berupa ketajaman berfikir dan ingatan hafalan. Ketika
berusia sepuluh tahun, Imam Muslim sering datang dan berguru pada seorang ahli
hadits, yaitu Imam Ad Dakhili. Setahun kemudian, beliau mulai menghafal hadits
Nabi SAW,dan mulai berani mengoreksi kesalahan dari gurunya yang salah
menyebutkan periwayatan hadits.
Bagi Imam Muslim, Baghdad memiliki arti tersendiri. Di kota inilah beliau berkali-
kali berkunjung untuk helajar kepada ulama-ulama ahli hadits. Kunjungannya yang
terakhir beliau lakukan pada tahuun 259 H. Ketika Imam Bukhari datang ke
Naisabur, Imam Muslim sering mendatanginya untuk bertukar pikiran sekaligus
berguru padanya. Pada tahun 218 H Imam Muslim memulai pendidikan belajar
5
hadis dengan berkelana keberbagai daerah seperti Irak, Hijaz, Syam, Mesir.
Banyak ulama-ulama yang beliau datangi kemudian dijadikan guru hadis.
Keterangan Imam Al Dzahabi juga diikuti oleh Ibnu shalah dalam kitabnya Imam
An Nawawi, Syarah Shahih Muslim bahwa: “ orang-orang di atas merupakan
guru Imam Muslim dan juga guru Imam Bukhari yang ditemui secara langsung
tanpa ada penghalang orang lain. Imam Muslim juga belajar hadis dengan Imam
Bukhari saat beliau berguru dengan orang tersebut. Oleh karena itu secara tidak
langsung Imam Muslim merupakan murid Imam Bukhari karena telah menemani
Imam Bukhari belajar hadis sampai beliau menjadi ulama hadis yang hebat.
Dan diantara murid- murid imam muslim adalah imam at- tirmidzi, yahya bin
shaid, ibrahim bin muhammad bin sufyan.
6
d. Pujian ulama terhadap Imam Muslim
Sifat rajin dan ketelitian Imam Muslim menjadikannya sebagai ulama yang
menghipun hadis terbanyak. Penelitian dari Universitas Damaskus, Syiria,
memberikan data bahwa hadis yang dicantumkan dalam Kitab Al Jami' Al Shahih
terdapat 3.000 hadis jika tanpa pengulangan. Andaikan dihitung dengan
pengulangan berjumlah 10.000 hadis. Sedangkan menurut Al Khuli, ulama hadis
dari mesir berkata bahwa jumlah hadis dalam Shahih Muslim ada 4.000 hadis jika
tanpa pengulangan. Jika dihitung dengan pengulangan terdapat 7.275 hadis.
Jumlah seluruh hadis dalam kitab tersebut ada 300.000 hadis yang diseleksi Imam
Muslim selama 15 tahun.
3.Kitab Ilal.
4. Auham Al Muhadisin.
6. At Tamyiz.
8. Tabaqat At Tabi'in.
9. Al Muhdharamiyyin
10.Asma'Wal Kunya.
11.Al Afrad.
7
Keterangan di atas merupakan sebagian karya Imam Muslim yang sudah
masyhur. Saat ini sebagian besar karyannya sudah dicetak dan banyak
ditemukan dalam media dan toko buku di area pesantren. Banyak karya Imam
Muslim yang belum tersebar luaskan seperti Kitab Sualat Imam Ahmad bin
Hambal, Al Intifa' Biahubi As Siba', Hadis Umar bin Syu'aib dan masih
banyak lagi. Demikian keterangan yang diucapkan pemilik karya Tadzkirat Al
Huffaz, Imam Az Zahabi
Ada 2 hal yang melatar belakangi Penyusunan Kitab Al Jami' Al Shahih, yaitu :
8
Sifat negatifnya mengkritik para ahli hadis, menjadikan ulama yang lain
ingin membuat kitab hadis sebagai tandingan untuknya.
1. beliau tidak meriwayatkan hadits kecuali dari para periwayat yang adil,
dhabith (kuat hafalan), dan dapat dipertanggungjawabkan kejujurannya.
2. beliau sama sekali tidak meriwayatkan hadits kecuali hadits-hadits musnad
lengkap dengan sanad-nya), muttashil (sanad-nya bersambung), dan marfu'
(berasal dari Nabi saw). Keterangan Imam Muslim dalam muqaddimah
kitab Shahih-nya akan lebih memberikan gambaran yang cukup jelas
kepada kita mengenai syarat-syarat yang diterapkan Imam Muslim dalam
karya besarnya.
3. Beliau mengklasifikasikan hadits menjadi tiga katagori: hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh rawi adil dan kuat hafalan; hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh rawi yang tidak diketahui keadaannya (majhul al-hal)
dan sedang-sedang saja kekuatan hafalan dan ingatannya; hadits-hadits
9
yang diriwayatkan oleh rawi yang lemah (hafalan dan ingatan) dan rawi
yang haditsnya ditinggalkan orang . Untuk hadits katagori ketiga, Imam
Muslim tidak meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya. Sementara apabila
Imam Muslim meriwayatkan hadits katagori pertama, beliau senantiasa
menyertakan pula hadits katagori kedua.
Sebagai buah karya yang monumental, kitab Shahih Muslim memiliki
beberapa ciri khusus, di antaranya;
1. beliau menghimpun matan-matan hadits yang satu tema lengkap
dengan sanad-nya pada satu tempat (bab), tidak memisahkannya dalam
tempat yang berbeda, serta tidak mengulang-ulangnya, kecuali dalam
kondisi yang mengharuskan, seperti untuk menambah faedah pada
sanad atau matan hadits.
2. Ketelitian dan kecermatan dalam menyampaikan kata-kata selalu
dipertahankannya secara optimal, sehingga apabila seorang rawi
berbeda dengan rawi lain dalam penggunaan redaksi yang berbeda,
padahal makna (substansi) dan tujuannya sama ;yang satu
meriwayatkan dengan suatu redaksi dan rawi lain meriwayatkan
dengan redaksi yang lain pula; maka dalam hal ini Imam Muslim
menjelaskannya.
3. beliau berusaha menampilkan hadits-hadits musnad (hadits yang
sanad-nya Muttashil) dan marfu' (hadits yang dinisbahkan kepada Nabi
saw). Karenanya, beliau tidak memasukkan perkataan-perkataan
sahabat dan tabiin.
4. Imam Muslim juga tidak banyak meriwayatkan hadits muallaq (hadits
yang sanad-nya tidak ditulis secara lengkap). Di dalam kitab Shahih-
nya hanya memuat 12 Hadis muallaq yang kesemuanya difungsikan
sebagai mutabi' atau penguat, bukan sebagai hadits utama (inti).
Pokok pembahasan kitab Al-Jami‟u al-shalih karya Imam Muslim ialah hadis-
hadis shahih yang berpusat pada Rasulullah saw. saja. Metode dan sistematika
10
penyusunannya sama seperti yang digunakan al-Bukhari, beliau mengumpulkan
hadis-hadis yang tersusun dari perkataan sahabat dan fatwa-fatwa para tabi‟in
dalam hal menghimpun hadis-hadis shahih saja, yang kemudian disusunnya sesuai
dengan bab-bab ilmu, baik mengenai persoalan fiqih maupun khilafah.
Imam Nawawi dalan kitab syarah Shahih Muslim menjelaskan sistematika kitab
shahih muslim
1. Kitab ini dibuat dengan sistematika seperti model kitab sunan , yaitu kitab
yang berjumlah 54 kitab dengan 3450 bab yang disusun berdasarkan bab-
bab fikih, karena fikih sangat dominan pada masa itu.
2. Urutan kitab nya dimulai dari kitab imana, ibadah, muamalah, jihad,
makanan dan minuman, pakaian, adab dan keutamaan-keutamaan serta
diakhiri dengan kitab tafsir.
3. Imam Muslim menggunakan beberapa hal yang agak berbeda dengan
sistematika kitab sunan, yaitu ia memisahkan kitab sfat al-munafiq dari
kitab al iman, kitab al „ilm ditempatkan pada posisi akhir, hadis-hadis
tentang adab diperinci menjadi beberapa kitab. Selain kitab al-adab, ada
pula kitab al-salam, padahal dapat dimasukkan dalam kitab al-adab juga.
Ada pula kitab al-birr wa al-silah wa al-adab.
11
E. Kritik dan pemebelaan terhadap kitab shahih muslim
Menurut para ulama ahli hadis, kitab ini memiliki beberapa kelebihan, di
antaranya:
Para ulama hadis umumnya menilai bahwa kualitas hadis dalam kitab ini
menempati posisi kedua setelah kitab Shahih al Bukhari. Hal ini karena kriteria
seleksi keshahihan hadis yang dipakai oleh Imam Muslim lebih longgar daripada
yang dipakai oleh Imam Al-Bukhari. Jika Imam Al-Bukhati mensyaratkan
pertemuan antara guru dan murid bagi hadis dalam kitabnya, maka Imam Muslim
dapat menerima periwayatan hadis asalkan guru dan murid tersebut pernah hidup
dalam satu masa tertentu, tanpa harus pernah bertemu.
Meskipun ulama sepakat kalau Shahih Muslim merupakan kitab otentik setelah
Al-Qur'an, akan tetapi tidak luput juga dari kritikan. Ada juga kritikan yang
mengarah pada metode yang digunakan. Di antara kritikan yang diungkapkan
untuk Imam Muslim adalah
1. dalam kitabnya terdapat 130 hadis yang mengandung 'illat atau cacat. Ada
Rijal dalam Shahih Muslim yang mendapat sorotan sebanyak 160 orang.
2. Selain itu kritikan muncul dari Ahmad Amin yang berkata: beberapa hadis
yang diriwayatkan Imam Muslim itu tidak masuk akal dan tidak benar”.
12
Akan tetapi komentar ini dibantah oleh Al Husaini bahwa Ahmad Amin
kurang teliti saat mengkritik hadis. Apa yang disangka Ahmad Amin bisa
menjadi benar ketika lebih cermat lagi kalau meneliti.
3. Ada juga yang berkomentar bahwa hadis Shahih Muslim sebagian ada
yang kurang diteliti karena ada riwayat yang berbeda dari keterangan yang
lebih mutawattir seperti Al Qur-an.
Semua tuduhan yang mengarah pada rijal Shahih Muslim ditanggapi Ibnu Hajar
Al Asqalani dengan tegas bahwa Imam Muslim lebih tahu dari pada yang
mengkritik. Ketika ada yang berani mengkritik Shahih Muslim, maka kritikan
itulah yang harus dipertanyakan. Banyak rawi-rawi yang adil dan tsiqah menurut
ahli hadis, tetapi belum memenuhi syarat tsiqah menurut Imam Muslim. Atho' bin
Saib,Yazid bin Abi Ziyad, dan Laits bin Abi Sulaim merupakan rawi yang
memenuhi syarat hadis Shahih menurut Imam Muslim tapi menurut ulama lain
belum memenuhi kriteria.
Meskipun Shahih Muslim banyak sekali kritikan, tidak bisa kritikan tersebut
mengeluarkan status Shahih Muslim menjadi kitab otentik setelah Al-Qur'an,
karena hadis-hadisnya sesuai dengan persyaratan ulama dan juga dapat digunakan
sebagai penjelas Al-Qur'an.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H atau 817 M. Imam
Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin
Muslim bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi, Perhatian dan minat Imam
Muslim terhadap ilmu hadits memang luar biasa. Sejak usia dini, beliau
telah berkonsentrasi mempelajari hadits. Pada tahun 218 H, beliau mulai
belajar hadits, ketika usianya kurang dari lima belas tahun.
Beruntung,beliau dianugerahi kelebihan berupa ketajaman berfikir dan
ingatan hafalan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Asy'ar, Wahid. Sistematika Penyusunan Kitab shahih muslim. januari 20, 2016.
musthalahulhadits.blogspot.com (accessed mei 17, 2022).
Muslim, Abu Husein. Biografi singkat imam muslim dan al- hafidz al-mundziri.
HIKAM PUSTAKA, 2021.
15