Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BIOGRAFI SINGKAT IMAM BUKHARI DAN MUSLIM

Disusun Oleh:
 BAYU
 LATIF
 SELLA
 INDRI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ACEH TAMIANG


2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan do’a dan Puji syukur Kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Hidayah dan karunia-Nya sehingga saya telah menyelesaikan makalah yang
berjudul Biografi singkat Imam Bukhari dan Muslim merupakan salah satu tugas untuk
memenuhi mata kuliah.

Pada kesempatan ini saya sampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada
Dosen Pengampu yang telah membimbing dalam mata kuliah, Penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih jauh dari sempurna dan kurang memadai. Saran dan kritik dari berbagai
pihak sangat di harapkan. Akhirnya semoga makalah ini memberikan berkah dan manfaat
kepada pembaca.

Aceh Tamiang, Maret


2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Manfaat...........................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
I. Biografi Imam Bukhari..................................................................................................5
a. Lahirnya Sang Imam......................................................................................................... 5
b. Ayah Al Bukhari.................................................................................................................. 6
c. Ibu Al Bukhari..................................................................................................................... 6
d. Perjalanan Ilmu Imam Al Bukhari................................................................................7
e. Keutamaan Sang Imam Muhaddist..............................................................................9
f. Penulisan Kitab Shahih Al Bukhari...........................................................................10
II. Biografi Imam Muslim.................................................................................................12
1.Sistematika Penulisan Dan Kandungan Sahihnya............................................................. 13
2.Penilaian Dan Komentar Para Ulama Dan Pakar............................................................... 15
3.Kitab-Kitab Syarahnya......................................................................................................... 16
BAB III................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
Kesimpulan......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana yang diketahui bersama, kegiatan penghimpunan hadis Nabi saw. yang
dilakukan oleh ulama-ulama hadis terdahulu merupakan sebuah usaha yang tidak mudah
dilakukan dan membutuhkan perjalanan waktu yang panjang. Tidak mengherankan bila
seorang ulama dapat menghabiskan waktu belasan atau berpuluh tahun untuk dapat
menyusun sebuah kitab hadis.
Dalam kegiatan penghimpunan hadis tersebut, ulama hadis mengadakan perlawatan
ke berbagai daerah untuk mengunjungi tempat tinggal para periwayat hadis. Masa hidup para
penghimpun hadis itu ada yang sezaman dan ada yang tidak sezaman. Selain itu, bentuk
susunan dan metode penelitian yang mereka gunakan untuk menghimpun hadis juga berbeda-
beda berdasarkan hasil ijtihad mereka masing-masing. Dengan demikian tidak seluruh hadis
Nabi saw. terhimpun dalam satu kitab. Sebab lainnya lagi sehingga tidak seluruh hadis
terhimpun dalam suatu kitab tertentu ialah karena mungkin ada suatu riwayat hadis yang
tidak sampai kepada penghimpun tertentu; atau mungkin riwayat hadis itu sampai juga
kepadanya, namun menurut hasil penelitiannya riwayat dimaksud tidak memenuhi kriteria
yang telah ditetapkannya. Jadi memang cukup beralasan, mengapa kitab himpunan hadis
Nabi saw. tidak satu macam saja.1
Sumber dari segala sumber hukum yang utama atau yang pokok di dalam agama
Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Selain sebagai sumber hukum, AlQur’an dan As-
Sunnah juga merupakan sumber ilmu pengetahuan yang universal. Untuk mengetahui As-
Sunnah atau hadits-hadits Nabi, maka salah satu dari beberapa bagian penting yang tidak
kalah menariknya untuk diketahui adalah mengetahui profil atau sejarah orang-orang yang
mengumpulkan hadits, yang dengan jasa-jasa mereka kita yang hidup pada jaman sekarang
ini dapat dengan mudah memperoleh sumber hukum secara lengkap dan sistematis serta
dapat melaksanakan atau meneladani kehidupan Rasulullah untuk beribadah seperti yang
1
M. Quraisy Syihab dalam mengantarkan buku M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Cetakan
kedua, Bulan Bintang, Jakarta, 1995, h. xiv

3
dicontohkannya. Untuk itu pada makalah kami ini ditulis tentang profile sejarah hidup salah
satu tokoh penghimpun hadits yang paling terkenal serta sekilas penjelasan tentang kitab
hadits-nya yang masyhur Abad ketiga Hijriah merupakan kurun waktu terbaik untuk
menyusun atau menghimpun Hadits Nabi di dunia Islam. waktu itulah hidup enam
penghimpun ternama Hadits Sahih yaitu: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud,
Imam Tirmizi, Imam Nasa’i, Imam Ibn Majah Tokoh islam penghimpun dan penyusun hadits
itu banyak, dan yang lebih terkenal di antaranya seperti yang disebut diatas. Adapun urutan
pertama yang paling terkenal diantara enam tokoh tersebut di atas adalah Imam Bukhari,
yang mana biografinya menjadi isi dari makalah kami kali ini.

B. Rumusan Masalah

Selama ini mungkin sudah sangat banyak orang yang mengenal dan mengetahui
berbagai hadits shahih yang terkenal, seperti Shahih Bukhari, dan Shahih Muslim. Yang
mana hadits tersebut mereka jadikan untuk menghukumi berbagai aktivitas kehidupan mereka
setelah al –Qur’an. Namun sebagian besar dari kita tidak begitu mengenal dan mengetahui
tentang penyusun atau penghimpunnya.
Sesuai dengan permasalahan yang ada tadi, maka makalah ini mengulas tentang tokoh
penghimpun hadits dengan batasan – batasan sebagai berikut:
1. Biografi Imam Bukhari
2. Biografi Imam Muslim

C. Manfaat

a. Bagi Penulis Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai ilmu hadits dan
tokoh penghimpunnya.
b. Bagi Pembaca
1. Dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan.
2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bila dilain waktu ada tugas
pembuatan makalah dengan materi yang ada hubungannya dengan isi dari
makalah ini.

4
BAB II

PEMBAHASAN

I. Biografi Imam Bukhari


a. Lahirnya Sang Imam
Imam Al Bukhari, lahir di hari jum’at setelah shalat jum'at di hari ke 13 dari
bulan Syawal di tahun 194 Hijriyah di Bukhara. Nama beliau adalah Muhammad.
Nasab beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughirah bin
Bardizbah bin Badzidzbih.2
Kunyah beliau adalah Abu Abdillah, Sedangkan Laqobnya adalah Imamul

Muhaditsiin atau Amirul Mu’minin fiil Hadist.23 Jika dilihat dari dua nama akhir
yang ada didalam nasab beliau, secara dzahir bisa dikatakan bahwa beliau berasal
dari keturunan ajamiyyun (non-arab). Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa
nama Bardizbah adalah dari bahasa persia, yang memiliki arti petani atau
penanam tanaman.4
Imam Tajjuddin as Subki mengatakan bahwa ayah dari Bardizbah ada- lah
Badzidzbih. Syaikh Al Mubarokfuri mengatakan bahwa tidak ditemukan dari
penulisan sejarah yang menjelaskan tentang keadaan dari moyang al bukhari yakni
Bardzizbah dan Badzidzbih kecuali penjelasan bahwa mereka adalah orang-orang
persia dan wafat diatas agama kaum mereka terdahulu .5
Adapun anak dari Bardzizbah adalah Al Mughiroh adalah seseorang yang
baru masuk islam di tangan Yaman Al Ju’fi. Dan dia adalah penguasa negeri
Bukhara ketika itu. Dan ketika itu telah menjadi kebiasaan apabila seseorang
berislam di tangan seseorang maka dia akan menisbatkan dirinya kepada orang yang
mengajaknya kepada islam dan ini merupakan bentuk dari Al Wala’ didalam
Islam. Kebiasaan ini pula dijelaskan oleh Al Imam Ibnu Hajar Al Asqolani
didalam muqaddimah Fathul Bari.6

2
Sirah Al Bukhari - Syaikh Al Mubarokfuri hal 51
3
Idem
4
Hayaatul Bukhari hal. 13
5
Sirah Al Bukhari - Syaikh Al Mubarokfuri hal 53
6
Sirah Al Bukhari - Syaikh Al Mubarokfuri hal 55

5
b. Ayah Al Bukhari

Ayah Imam Bukhari adalah Abul Hasan(kunyahnya) Ismail. Beliau termasuk


Kibarnya Muhadditsin, Beliau adalah murid dan sahabat dari Imam Malik. Hanya saja
tidak didapati satupun karya dari beliau. Namun telah datang kabar dari Hamad bin
Zaid, Imam Malik dan Abi Muawiyyah dan selainnya bahwa beliau bertemu dengan
Abdullah ibnul Mubarak dan mengambil ilmu darinya. Adapun murid-murid dari
Ismail (ayah bukhari) tersebar di wilayah iraq dan diantaranya adalah Ahmad bin Hafs
dan Nasir ibnul Husain.7
c. Ibu Al Bukhari

Disebutkan oleh para ulama bahwasannya Ibu dari Imam Al Bukhari adalah
seorang hamba yang shalihah dan memiliki banyak karamah-karamah. Dan
diantaranya adalah ketika Bukhari kecil kehilangan pengelihatannya sampai buta.
Maka ibu beliau tidak berhenti mendoakan agar pengelihatan Bukhari kecil
dikembalikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa.
Diriwayatkan oleh Imam Al Lika’iy didalam kitab Syarhussunnah dida- lam
Bab Karamah Para Wali. Bahwasannya ketika Bukhari kecil kehilangan
Pengelihatannya Ibunya tidak berhenti mendoakannya agar penglihatannya
dikembalikan oleh Allah. Sampai pada satu waktu Ibu Al Bukhari bermimpi melihat
Nabi Ibrahim Alaihissalam berkata kepadanya bahwa penglihatan Bukhari kecil telah
dikembalikan oleh Allah disebabkan banyaknya doa yang telah dia panjatkan8.
Didalam riwayat Abu Ali Al Ghasaniy disebutkan bahwa dikembalikannya
penglihatan Imam Bukhari karena sebab banyaknya doa dan tangisan Ibunya kepada
Allah.
Syaikh Al Mubarakfuri juga mengatakan bahwa tidak ditemukan riwayat
sebab hilangnya penglihatan Bukhari kecil. Imam Bukhari sendiri menulis tentang
biografi ayahnya didalam kitab tarikh al kabir dan juga Al Hafidz Ibnu Hibban
didalam Kitab Ats-Tsiqot.
Nash didalam Kitab Ats-Tsiqot mengkatakan “Ismail bin Ibrahim Ayah dari
Al Bukhari meriwayatkan dari Hamad bin Zaid dan Imam Malik, dan
meriwayatkan dari Ismail para Ahlul Iraq”.
7
Sirah Al Bukhari - Syaikh Al Mubarokfuri hal 57
8
Sirah Al Bukhari - Syaikh Al Mubarokfuri hal 61

6
Dan juga dikatakan “Al Alamah Ismail adalah Seorang yang Bertaqwa dan
Wara’, Ahmad bin Hafs mengatakan ‘Aku mendatangi rumah Ismail ayahn- ya Abu
Abdillah (Al Bukhari) ketika sedang dalam keadaan sakaratul maut. Dan beliau
mengatakan, Aku tidak mengetahui dari hartaku sedirhampun yang aku dapat
dari yang haram dan tidak ada sedirhampun yang aku dapat dari yang
syubhat’”9
Ini adalah sifat wara' yang luar biasa bagaimana Ayah Al Bukhari men- jaga
harta untuk nafkah dan kehidupan keluarganya dari perkara yang haram bahkan pula
dari yang syubhat. Dan diantara bukti bahwa Ayah Al Bukhari memiliki banyak
keutamaan bisa dilihat bahwa beliau adalah salah seorang dari Ahlul Hadist dan
termasuk para sahabat dari Para Imam Ahlul Hadist.
Para Ulama memang sangat menyarankan agar seseorang itu dib- iasakan
dengan dunia ilmu-ilmu islam sejak usia seorang anak masih senja. Adz Dzahabi
rahimahullah berkata didalam kitabnya Tarikh al Islam, "Merupakan perkara yang
disukai ketika seseorang mendatangi ilmu sejak usia senjanya, dan itu akan
membantunya untuk menyegerakan kecerdasannya".10

d. Perjalanan Ilmu Imam Al Bukhari

Setelah Ayah Al Bukhari wafat ketika Al Bukhari masih kecil, maka segala
urusan Al Bukhari pun ditanggung oleh Ibunya. Harta peninggalan ayahnya pun tak
besar. Maka ketika usianya sampai pada usia mumayyiz maka Imam Bukharipun mulai
menghafal hadist-hadist dan ilmu-ilmu islamiyyah.

Muhammad Ibnu Abi Hatim Al Warraq11 mengatakan, "Aku mendengar Al


Bukhari mengatakan 'Aku mulai tertarik untuk menghafal Hadist ketika aku masih
berada di Kuttab (madrasah pendidikan untuk anak-anak)'. Maka Al Warraaqpun
berkata 'Berapa usiamu ketika itu?' Maka Imam Al Bukhari Menjawad 'Usiaku
sekitar 10 tahun atau kurang dari itu'.12
Disebutkan dalam riwayat yang masyhur bahwasannya satu waktu ketika Ad
Dahiliy sedang mengajar sebagaimana kebiasannya, dan didalam majelis itu hadir
bukhari kecil, maka Ad Dahiliy menyebutkan satu sanad dari sebuah hadist. Beliau
9
Sirah Al Bukhari - Syaikh Al Mubarokfuri hal 58
10
Sirah Al Bukhari - Syaikh Al Mubarokfuri hal 70
11
Ibnu Abi Hatim Al Warraaq adalah murid sekaligus juru tulisnya Imam Al Bukhari, Beliau adalah Abu Ja'far
Muhammad bin Abi Hatim Al Warraq
12
Sirah Al Bukhari - Syaikh Al Mubarokfuri hal 7

7
berkata "Sufyan dari Abi Az-Zubair dari Ibrahim..." Maka Bukhari kecil berkata
"Sesungguhnya Abi Az-Zubair tidak meriwayatkan dari Ibrahim" Maka kemudian Ad
Dahiliy menegurnya. Maka Imam Bukhari mengatakan "Kembalilah pada ushulmu
(Catatan Aslinya) apabila engkau masih memilikinya" Maka Ad Dahiliy masuk
kedalam dan melihat catatannya. Kemudian kembali dan beliau berkata kepada
bukhari kecil "Bagaimana yang benar wahai anak muda?" Maka Bukhari kecil
berkata "Az Zubair yang dimaksud adalah Ibnu Adiy, meriwayatkan dari Ibrahim"
Maka Ad Dahiliy mengambil penanya dan membetulkan tulisannya sembari
mengatakan "Engkau Benar". Maka manusiapun bertanya kepadanya "Di Usia
berapakah engkau ketika itu?" Maka Al Bukhari menjawab "Usiaku sebelas
tahun". 13
Al Imam Al Bukhari juga menyebutkan bahwa ketika usianya mencapai 16
tahun beliau telah menghafal Kitab Hadist milik Ibnul Mubarak dan Waki'.14
Kehidupan Al Bukhari kecil sangat berat, bisa jadi karena keadaan dunianya yang
semakin sempit sepeninggal ayahnya. Al Warraq berkata "Kehidupan Al Bukhari
sangatlah berat pada masa kecilnya, bahkan salah seorang guru kami Muhammad bin
Salam berkata 'Apakah kalian ada yang melihat kehidupan dari anak yang lebih berat
daripada anak ini (Al Bukhari) ?'"15
Ishaq ibnu Ahmad berkata "Muhammad bin Ismail Al Bukhari melaku- kan perjalanannya ke
Iraq disekitar Tahun 210 Hijriyah"16. atau sekitar Umur 16 Tahun. Dibawah ini bisa dilihat
perjalanannya Imam Al Bukhari didalam menuntut ilmu.17

13
Riwayat yang semisal, Hidayatus Saari hal 50
14
Hayaatul Bukhari hal. 15
15
Hidaayatussaari hal 58
16
Hidayatussaari hal 51
17
Gambar ini kami dapat dari laman twitter, namun gambar yang mirip juga dimuat didalam Muqaddimah kitab
Shahih Al Bukhari yang kami miliki. Cet. Muasasah Ar-risalah

8
Imam Bukhari mengatakan "Aku masuk ke Syam, Mesir, Mauritania kemudian
ke Basrah sebanyak empat kali sampai aku bertinggal di hijaz selama enam tahun. dan
Aku tidak menghitung berapa banyak aku telah masuk ke Kuffah dan Baghdad
bersama para Muhadditsin"18
Al Imam juga menyebutkan jumlah dari guru-gurunya adalah sekitar 1080
guru dan seluruhnya adalah para ahlul hadist dan tingkatan tertinggi dari gurunya
adalah dari kalangan tabi'in.19
Abu Hatim Sahl ibnu Assarii berkata "Al Bukhari berkata 'Aku bertemu
dengan lebih dari 1000 orang syaikh dari Ahlu Hijaz, Makkah, Madinah, Bashrah,
Baghdad , Syam dan Mesir..."20
Beliau juga mengatakan "Tidaklah seseorang akan menjadi seorang
Muhaddist yang sempurna sampai dia menulis (mengambil ilmu) dari orang-
orang yang tingkatannya lebih dari dirinya, dari yang semisal dirinya dan dari
yang lebih rendah dari dirinya"21. Dan Ini merupakan bentuk ketawadhu'an dari
Imam Al Bukhari.
Meskipun Guru dari Imam Bukhari sangat banyak, tapi beliau selektif dalam
memilih guru. beliau berkata "Aku menulis hadist dari 1000 orang dari kalangan
Ulama bahkan lebih, dan tidaklah aku menulis dari seo- rangpun kecuali dia
berkata, Iman adalah Ucapan dan Amal"22.

e. Keutamaan Sang Imam Muhaddist

Imam Al Bukhari memiliki banyak keutamaan sebagaimana yang disebutkan


oleh para Ulama. Diantaranya adalah kecerdasaannya didalam Ilmu Hadist sampai
diakui oleh para ulama di zamannya.
Abu Bakar bin Abi Utaab Al A'yyas menyebutkan "Kami menulis hadist dari
Muhammad bin Ismail ketika dia masih usia muda"23

18
Idem
19
Hayaatul Bukhari hal. 16
20
Hidayaatus Saari 54
21
Hayaatul Bukhari hal. 16
22
Hidayatus Saari 54
23
Disebutkan bahwa beliau masih muda yang kurang lebih di usia ketika baru tumbuhnya jenggot dan kumis
(tidak terlalu terlihat dan maish jarang-jarang. Sekitar umur 18 atau kurang dari itu. Hayaatul Bukhari hal. 16

9
Diantara keutamaan lain dari Imam Al Bukhari adalah Kuatnya Hafa- lannya.
Disebutkan oleh Hasyid bin Ismail (seorang muhadist dari Tashkin yang kini menjadi
ibukota dari Uzbekistan).
Beliau mengatakan "Pernah ketika kami masih muda dan kami menuju kepada para
masayikh di Basrah, maka Al Bukhari nampak berbeda dengan kami, dia tidak menulis
satupun hadist sampai datang satu hari setelah 16 hari kami bersama, maka kemudian
dia berkata 'Kebanyakan dari kalian telah menulis hadist-hadist, maka tunjukkanlah apa
yang telah kalian tulis, maka kami memperlihatkan kepadanya bahwa kami telah
menulis lebih dari 15.000 hadist. Maka kemudian Imam Al Bukhari memb- aca seluruh
hadist tersebut hanya dari hafalannya, bahkan sampai kami menjadikan hafalannya
sebagai rujukan benar salahnya catatan kami".24
Abu Hatim mengatakan "Aku mendengar Al Bukhari mengatakan 'Aku tidak
akan menjadikan bagiku seorang musuhpun di akhirat' maka aku berkata
kepadanya 'Sesungguhnya ada sebagian dari manusia yang dengki kepadamu,
mereka mengatakan bahwa engkau suka menyakiti manusia' Maka diapun
berkata 'Sesungguhnya apa yang telah kami ri- wayatkan semuanya adalah
riwayat (dari Nabi) dan kami tidak menukil apapun dari diri-diri kami sendiri, Nabi
Shalallau Alaihi Wasallam bersabda (beliau menyebutkan hadist tentang seburuk-buruk
manusia adalah yang ditinggalkan manusia karena kejahatannya)’’

f. Penulisan Kitab Shahih Al Bukhari

Apabila kita berbicara tentang Al Imam tentu saja tidak terlepas dari karya-
karyanya yang menakjubkan, diantaranya adalah Shahih Al Bukhari yang kita
kenal saat ini.Ibnu Hajar Al Asqolani menyebutkan latar belakang penulisan kitab
shahih Al Bukhari, adalah ketika dia mendengar salah seorang gurunya yang juga
disebut Amirul Mu'minin fiil Hadist wal Fiqh yaitu Ishaq bin Ibrahim Al Handholiy
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Rohuya. Imam Al Bukhari berkata "Saat
kami berada di sisi Ishaq ibn Rohuya, beliau berkata 'Seandainya saja kalian
mengumpulkan pada sebuah kitab ringkasan atas seluruh sunnah Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wasallam' Maka Imam Bukhari mengatakan 'Maka ucapan itu

24
Hayaatul Bukhari hal. 17

10
menancap kedalam hatiku maka aku berusaha untuk mengumpulkan hadist-hadist
di dalam Al Jami As Shahih'.
Kitab Shahih Al Bukhari memiliki nama asli "Al Jami' Ash Shahih Al
Musnad min Hadist Rasulillahi Shalallahu Alaihi Wasallam wa Sunnatuhu wa
Ayyahumu". Dan Imam Al Bukhari menyelesaikan kitabnya setelah 16 tahun
menuliskan dan menyeleksi hadist-hadist dari total 600.000 hadist.Pada riwayat lain
juga disebutkan bahwa Beliau menulis kitab Al Jami' sebanyak 3 kal i.

Guru – gurunya dalam Keilmuan Dalam perjalanannya ke berbagai negeri,


Imam Bukhari bertemu dengan guru-guru terkemuka yang dapat dipercaya. Beliau
mengatakan: "Aku menulis hadits dari 1.080 guru, yang semuanya adalah ahli hadits
dan ber¬pendirian bahwa iman itu adalah ucapan dan perbuatan."
Di antara para guru itu adalah:
 Ali bin al-Madini
 Ahmad bin Hanbal
 Yahya bin Ma'in
 Muhammad bin Yusuf al-Firyabi
 Maki bin Ibrahim al-Balkhi
 Muhammad bin Yusuf al-¬Baykandi
 Ibnu Rahawaih
 Abu Asim An-Nabil
 Muhammad bin Isa At-Tabba'
 Ubaidullah bin Musa
 Muhammad bin Salam Al-Bikandi
 Ishak bin Mansor
 Khalad bin Yahya bin Safuan
 Ayub bin Sulaiman bin Bilal
 Ahmad bin Isykab, dan masih banyak yang lainnya. Jumlah guru
yang haditsnya diriwayatkan dalam kitab sahihnya sebanyak 289 guru.
Karya – karya Imam Bukhari
1. Al-Jami' ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari
2. Al-Adab al-Mufrad (Bidang Akhlaq)
3. Adh-Dhu'afa ash-Shaghir
4. At-Tarikh ash-Shaghir (Kisah sejarah singkat)

11
5. At-Tarikh al-Ausath (Kisah Sejarah)
6. At-Tarikh al-Kabir
7. At-Tafsir al-Kabir
8. Al-Musnad al-Kabir (Hadits – hadits yang besar)
9. Qadhaya ash Shahabah wa Tabi'in
10. Kitab al-Ilal
11. Raf'ul Yadain fi ash-Shalah (Kemashlahatan)
12. Birr al-Walidain (Berbakti kepada kedua orang tua)
13. Kitab ad-Du'afa (Kemiskinan)
14. Asami ash-Shahabah
15. Al-Hibah (Pemberian)
16. Khalq Af'al al-Ibad (Akhlak dalam ibadah)
17. Khair Al-Kalam fi Al-Qiraah Khalf al-Imam
18. 1Kitab Al – Kuna

II. Biografi Imam Muslim

Beliau adalah Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi an-
Naisaburi, berasal dari suku Qusyairi yang merupakan kabilah Arab terkenal.25 Lahir
tahun 204 H dan ada yang mengatakan tahun 206 H. Sejak berusia dini ia telah
belajar, yakni tahun 218 H. Ia belajar kepada guru-gurunya di negerinya, kemudian
melakukan pengembaraan untuk menuntut ilmu. Berkali-kali ia pergi ke Baghdad. Di
tengah-tengah perjalanan ilmiah itu, ia banyak bertemu imam hadis dan para hafidz di
Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan lain-lain.26 Sewaktu Imam Bukhari datang ke Naisabur,
ia banyak menemui beliau. Keutamaan dan keluasan ilmunya segera di kenal. Ia
berguru kepada Imam Ahmad ibn Hambal, guru Bukhari Ishaq ibn Rahuyah dan
masih banyak yang lain. Adapun yang meriwayatkan darinya (muridnya) antara lain
Imam Turmidzi, Ibn Khuzaimah, Yahya ibn Sa’id, dan Abdurrahman ibn Abi Hatim.27
Imam Muslim berhasil mencapai puncak keilmuan sehingga beberapa imam
lebih mendahulukan beliau daripada guru-guru yang lain masa itu dalam perihal
hadis. Imam-imam masa itu sangat memuji beliau, demikian juga mayoritas ahli ilmu
sesudah beliau. Imam Muslim menyusun banyak buku, seperti: al-Asma’ wa al-
Kunya, Ifrad asy-Syamiyin, al-Aqran, al-Intifa’ bi julud as-Siba’, al-Musnad al-Kabir,
al-Jami’, al-Tamyiz, Rijal ‘Urwah, dan lain-lain. Namun karya terpentingnya adalah
al-Musnad as- al-Mukhta¡ar min as-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an Rasul Allah. 28 Kitab ini
biasa diringkas dengan sebutan Sah³h Muslim. Imam Muslim wafat pada tanggal 25

25
Yahya ibn Syaraf an-Nawawi ad-Dimsyiqi as-Syafi’i, Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawi, Juz-1, Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah, Beirut, 1995, h. 3
26
Muhammad ¬iya’ ar-Rahman al-A’zhimi, Dirasat fi al-Jarh wa at-Ta’d³l, Maktabah al-Ghurba’ al-Atsriyyah,
Madinah, 1995, h. 414
27
 Lihat lebih lanjut dalam Sah³h Muslim bi Syarh an-Nawawi, op cit., h.
28
Muhammad Mushtafa Azami, Memahami Ilmu Hadis, Penerjemah: Meth Kieraha, Cetakan ketiga, Lentera,

12
Rajab tahun 261 H di Nashr Abad, salah satu kampung di Naisabur dalam usia 55
tahun.29 Ia meninggalkan lebih dari dua puluh karya dalam bidang hadis dan dalam
bidang lainnya yang mengindikasikan kedalaman ilmunya, selain kekuatan
pemahaman dan keluasan ilmunya.

1. Sistematika Penulisan Dan Kandungan Sahihnya


Imam Muslim menyusun kitabnya itu (Sah³h Muslim) dari tiga ratus ribu hadis
yang didengarnya langsung. Untuk menyeleksinya, ia menghabiskan waktu sekitar
lima belas tahun. Dalam hal ini ia menyatakan: “aku tidak akan meletakkan suatu
hadis pun dalam kitabku kecuali dengan hujjah, dan aku tidak akan menggugurkan
suatu hadis pun dari kitabku kecuali dengan hujjah pula.” Ia juga mengatakan:
“Tidaklah semua hadis yang ada padaku aku letakkan dalam kitabku ini. Aku hanya
meletakkan yang disepakati kesa¥³¥annya oleh ulama.” Maksudnya, hadis yang
memenuhi syarat-syarat yang telah disepakati ulama.30

Imam muslim sangat bangga dengan kitab Sah³h-nya, mengingat jerih payah
yang telah ia curahkan ketika mengumpulkannya. Ibnu ¢olah menyebutkan bahwa
Imam Muslim pernah berkata: “Seandainya para ahli hadis selama 200 tahun
menuliskan/mengumpulkan hadis, maka hasil mereka adalah al-Musnad ini.” Yakni
kitab - nya tersebut.”31

Menurut perhitungan M. Fuad ‘Abd al-Baqi, kitab ini berisi 3.033 hadis.
Metode perhitungan tidak didasarkan pada sistem isnad, tetapi pada subyek. Seperti
kita ketahui, mu¥addi£in biasa menghitung melalui isnad. Maka jika metode ini
diterapkan, jumlahnya mungkin akan meningkat dua kali. 32 Al-Khatib menyebutkan,
apabila hadis-hadis dalam Muslim tersebut dihitung berdasarkan sanad-sanad yang
beragam, maka jumlahnya mencapai sepuluh ribu hadis.33

29
Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Penerjemah: Tim Pustaka Firdaus, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1993,
h. 350
30
 Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, U¡l al-Had³s: ‘Ulmuh wa Mu¡thalahuh, Dar al-Fikr, Beirut, 1989, h. 315
31
 Muhammad az-Zahran³, Tadwin as-Sunnah an-Nabawiyyah, Maktabah as-Shad³q, Madinah, tt, h. 122
32
M. M. Azami., Memahani.. op cit., h. 166: lihat juga, Akram ¬iya’ al-‘Umr³, Buhu£ fi T±rikh as-Sunnah al-
Musyarrifah, Maktabah al-‘Ulm wa al-Hukm, Madinah, 1984, h. 247
33
l-Khatib, op cit., h. 316

13
Baik Imam al-Bukhari atau Imam Muslim tidak seorang pun di antara
keduanya yang menyebut secara tegas syarat-syarat yang diterapkan dalam
meletakkan hadis pada kitab shahihnya. Yang dapat diketahui bahwa masing-masing
men-takhrij hadis yang memenuhi syarat-syarat, yakni bersambung sanadnya,
diriwayatkan oleh perawi yang adil lagi34 dari perawi lain yang adil lagi «abith pula,
sejak awal sampai akhir sanadnya 35dan tanpa ‘illat.36

Imam muslim berbeda dengan Imam al-Bukhari dalam menentukan dan


menghukumi kebersambungan sanad. Ia berpendapat bahwa kesejamanan (al-
mu’a¡arah) cukup bisa menjadikan suatu riwayat diterima, meski tidak ada riwayat
yang valid tentang bertemunya perawi dengan gurunya. Sedangkan al-Bukhari tidak
menilainya sebagai mutta¡il, kecuali ada riwayat yang valid bahwa keduanya pernah
saling bertemu (liqa’).37 Imam Muslim menilai bahwa perawi £iqat tidak akan
meriwayatkan kecuali dari orang yang dia dengar dari orang itu, dan tidak akan
meriwayatkan dari orang itu kecuali hadis-hadis yang didengarnya.

Kesimpulannya adalah bahwa Imam Muslim merasa cukup dengan


kesejamanan antara perawi dengan gurunya (‘an’anah), sedang Imam al-Bukhari tidak
merasa cukup dengan kesejamanan, tetapi mensyaratkan adanya pertemuan antara
keduanya meskipun hanya sekali. Namun menurut al-Khatib, syarat yang digunakan
oleh Imam Muslim itu tidak menurunkan kualitas kitabnya, meskipun harus diakui
syarat al-Bukhari lebih ketat. Namun yang jelas keduanya men-takhrij hadis-hadis
yang memenuhi syarat-syarat .38

34
Secara leksikal, «abith berarti kukuh, kuat cermat, terpelihara, dan hapal dengan sempurna. Dengan demikian
periwayat yang «abith adalah periwayat yang kukuh, cermat dan kuat hapalannya. Secara terminologis, Ibn Hajar
al-‘Asqalani menjelaskan bahwa «abith adalah orang yang kuat hapalannya terhadap sesuatu yang pernah didengarnya,
kemudian mampu menyampaikan hapalan tersebut manakala diperlukan. Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis, Citapustaka
Media, Bandung, 2005, h. 169
35
secara bahasa dapat berarti: yang jarang, yang menyendiri, yang asing, ganjil, menyalahi aturan, dan menyalahi
orang banyak. Ulama berbeda pendapat tentang pengertian sya©© dalam hadis. perbedaan pendapat yang menonjol ada tiga
macam. Yakni, pendapat yang dikemukakan oleh al-Syafi’i, al-Hakim, dan Abu Ya’la al-Khalil³. Lebih lanjut lihat: M.
Syuhudi Ismail, op cit., h. 139
36
‘Illat berarti penyakit, sebab, alasan, atau halangan. Dengan demikian, tidak ada ‘Illat-nya berarti hadis tersebut
tidak berpenyakit, tidak ada sebab yang melemahkannya, dan menghalanginya. Secara terminologis, ‘Illat adalah suatu sebab
yang tidak nampak atau samar-samar yang dapat mencacatkan kesahihan suatu hadis. Jika dikatakan suatu hadis tidak
ber-’illat, berarti hadis tersebut tidak memiliki cacat disebabkan adanya hal-hal yang tidak baik, yang samar-samar.
Dikatakan samar-samar, karena jika dilihat dari segi lahirnya, hadis tersebut terlihat sahih. ‘Illat tersebut mengakibatkan
kualitas hadis menjadi lemah atau tidak sahih. Ramli Abdul Wahid, op cit., h. 170.
37
Akram ¬iya’ al-‘Umr³, op cit., h. 247
38
‘Ajaj al-Khatib, op cit., h. 316

14
Oleh karena itu, ketelitian dan kehati-hatian Imam Muslim dalam menetapkan
syarat-syarat dalam Sah³h-nya, menempatkan kitabnya berada pada posisi yang tinggi
sebagai sumber rujukan yang valid dalam menghimpun hadis Nabi saw. Sikap
ketelitian dan kehati-hatian Imam Muslim dalam memasukkan hadis ke dalam
kitabnya seperti terdapat dalam Kitab at-Tamyiz. Apabila seorang rawi keliru dalam
meriwayatkan sebuah hadis, maka Imam Muslim kemudian menyebutkan riwayat-
riwayat lain yang banyak sekali untuk menjelaskan kekeliruan itu. Misalnya, hadis
tentang salat malam. Ibnu Abbas menuturkan bahwa ia berdiri di sebelah kiri Nabi
saw, kemudian Nabi saw menariknya kesebelah kanan. Yazid ibn Abu Ziyad
meriwayatkan hal itu dari Kuraib, bahwa Ibnu Abbas berdiri di sebelah kanan Nabi
saw. kemudian Nabi menariknya ke sebelah kiri. Untuk menjelaskan kekeliruan
dalam riwayat ini, Imam Muslim kemudian menuturkan tiga belas sanad, atau dengan
kata lain, tiga belas hadis berasal dari Kuraib, di mana disebutkan bahwa Nabi saw
menarik Ibnu Abbas dari sebelah kiri ke sebelah kanan.39

Selain itu, Imam Muslim juga menuturkan sanad-sanad secara lengkap dengan
cabang-cabangnya sampai pada masa beliau, yaitu abad ketiga. Tetapi beliau hanya
cukup menyebutkan orang-orang (sanad-sanad) dari generasi ketiga saja, yaitu orang-
orang yang hidup pada paruh pertama dari abad kedua. Seandainya beliau
menyebutkan sanad-sanad itu selengkapnya dengan bentuknya yang terakhir pada
masa beliau sendiri, maka barangkali beliau akan menyebutkan enam puluh atau tujuh
puluh hadis.40

2. PENILAIAN DAN KOMENTAR PARA ULAMA DAN PAKAR

Dapat diakui bahwa Imam Muslim telah mencurahkan segenap


kemampuannya untuk menyusun kitab secara ilmiah yang bertumpu pada syarat-
syarat kesah³han yang telah disepakati oleh para ahli hadis dan umat Islam dapat
menerimanya dengan sangat baik. Dalam hal ini, Ibn Taimiyah mengatakan: “Di atas
bumi ini, tidak ada kitab yang lebih ¡a¥³¥ dibanding Sah³h al-Bukhari dan Sah³h
Muslim setelah Alqur’an.”41

39
Muhammad Mustafa Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, Penerjemah: Ali Mustafa Yakub,
Pustaka Firdaus, Cetakan kedua, Jakarta, 2000, h. 645
40
Ibid, h. 646
41
‘Ajjaj al-Khatib, op cit., h. 317

15
Sementara Imam ad-Dahlaw³ mengatakan: “Adapun kitab al-Bukahri dan
Muslim, ahli hadis telah berpendapat bahwa hadis-hadis mutta¡il marfu’ yang ada di
dalamnya pasti berkualitas dan kedua kitab itu secara mutawatir telah kita terima dari
para penyusunnya.42

Untuk periwayat berstatus al-Mukharrij, ulama pada umumnya berpendapat


bahwa hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim mempunyai kedudukan
yang lebih tinggi daripada yang diriwayatkan oleh selain al-Bukhari dan Muslim.
Tetapi dalam hal ini perlu dinyatakan bahwa ketentuan tersebut bersifat umum.
Maksudnya, hadis yang termaktub dalam kitab-kitab al-bukhari dan Muslim pada
umumnya berkualitas lebih tinggi daripada hadis yang termaktub dalam kitab-kitab
hadis selain dari kedua kitab hadis tersebut. Dengan demikian tidak tertutup
kemungkinan, ada hadis tertentu yang termaktub dalam kitab lain, misalnya dalam
Sunan Abi Daud, kualitasnya lebih tinggi daripada hadis yang termaktub dalam al-
Bukhari ataupun Muslim. Karena bagaimanapun juga, kualitas sanad hadis ditentukan
oleh kualitas para periwayat dan persambungannya, serta bukan ditentukan oleh kitab
yang menghimpunnya. Ulama menempatkan al-Bukhari dan Muslim pada kedudukan
yang lebih tinggi daripada para al-Mukharrij lainnya karena kriteria kesahihan sanad
yang diterapkan oleh al-Bukhari dan Muslim di kitab nya masing-masing lebih ketat
daripada para al-Mukharrij lainnya.43
3. Kitab-Kitab Syarahnya
Ulama-ulama hadis setelah Muslim banyak memberikan komentar yang berupa
syarah atau ringkasan terhadap Kitab Imam Muslim tersebut. Tercatat jumlahnya
hampir 50 buah kitab syarah dan ringkasan (ikhtiar), antara lain:

1. Al-Mu'lim bi Fawa-id Muslim karya Imam Al-Maziri (wafat tahun 536) yang
belum tuntas, lalu kemudian dilanjutkan oleh muridnya, Al-Qadhi 'Iyadh
(wafat tahun 544 H), dengan kitabnya Ikmal Al-Mu'lim li Fawa-id Muslim
2. Al-Mufhim karya Imam Abul 'Abbas Al-Qurthubi (wafat tahun 656 H)
3. Al-Minhaj karya Imam Al-Nawawi (wafat tahun 676 H)
4. Ikmal Al-Ikmal karya Abu Abdillah Al-Ubay (wafat tahun 827 H)
5. Mukmil Ikmal Al-Ikmal karya Imam Al-Sanusi (wafat 895 H)
6. Al-Dibaj karya Imam Al-Suyuthi (wafat tahun 911 H)
42
Ibid.
43
M. Syuhudi Ismail, op cit., h. 192-193

16
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, ada beberapa kesimpulan yang dapat
diambil dari makalah ini antara lain:

1. Imam Bukhari adalah seorang ahli hadits yang sangat terkenal dan mendapat gelar
tertinggi bagi ahli hadits yaitu Amir al – Mu’minin fi al – hadits (pemimpin orang
mukmin dalam hadits).
2. Imam Bukhari mempunyai sifat dan bukti pekerti yang sangat baik. Kejeniusan dan
keunggulannya tampak sejak kecil. Ia mempunyai daya hafal dan daya ingat yang
sangat hebat.
3. Imam Bukhari sangat tekun dan teliti dalam menyeleksi dan menghafal hadits.
4. Pengembaraannya ke berbagai negeri membuat dia mempunyai jumlah guru yang
sangat banyak. Semua gurunya berbobot dan dapat dipercaya.
5. Imam Bukhari sangat produktif dalam berkarya, terbukti dengan banyaknya buku
yang telah ia karang. 6. Dalam menyusun kitabnya, ia menggunakan metode
sistematika kitab shahih dan sunan, yaitu dengan memakai istilah kitab dab bab

Dan bahwa Imam Muslim adalah ulama hadis yang telah berjasa besar dalam
menghimpun dan menyeleksi hadis Nabi saw. sehingga tersusun sebuah kitab hadis yang
memiliki kevalidan dan tingkat kesahihan yang tinggi. Beberapa ulama menyebutkan
bahwa al-Bukhari dan Muslim menjadi kitab rujukan setelah Alquran al-Karim. Sebagai
ciptaan manusia, kitab Muslim juga tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan yang
mengundang berbagai komentar dan kritikan dari ahli-ahli hadis sesudahnya. Tetapi
bagaimanapun juga, Imam Muslim telah memberikan sebuah karya besar yang sangat
berguna bagi generasi sesudahnya khusus berkaitan dengan hadis-hadis Rasulullah,
sekaligus meninggalkan sebuah karya tulis ilmiah yang berkualitas dan bernilai tinggi.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi generasi selanjutnya untuk dapat menghargai dan
memberikan apresiasi yang besar atas karyanya tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azami.M.M.. Memahami Ilmu Hadis. Jakarta : Lentera, 2003 ___________, Studi


Kitab Hadis, I, Yogyakarta: Teras, 2003
Sirah Al Bukhari - Syaikh Al Mubarokfuri

M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Bulan Bintang, Cetakan kedua,
1995

Muhammad az-Zahrani, Tadw³n as-Sunnah an-Nabawiyyah, Maktabah Madinah, tt

Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis, Citapustaka Media, Bandung, 2005

Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Penerjemah: Tim Pustaka Firdaus,


Pustaka Firdaus, Jakarta, 1993

Yahya ibn Syaraf an-Nawawi ad-Dimsyiqi as-Syafi’i, Muslim bi Syarh an-Nawawi,


Juz-1, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut, 1995

18

Anda mungkin juga menyukai