Anda di halaman 1dari 19

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Pada Mata Kajian Kitab Hadits

Dosen Pengampu : Durrotul Yatimah, M.A.

Disusun oleh kelompok 3 :

Nadira Rizkia 20211446

Nazifa Salsabila 20211454

Nirwana Kumkelo 20211460

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
TAHUN 1443 H/ 2022 M

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya
kepada kami, sehingga makalah Kajian Kitab Hadits yang membahas tentang “Kitab Shahih
Ibn Hibban dan Shahih Ibn Khuzaima” ini dapat diselesaikan dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamya, dan kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Makalah ini kami buat berdasarkan referensi yang kami
temukan dari berbagai sumber-sumber yang ada.

Demikian sedikit pengantar dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampu Ibu Durrotul Yatimah,
M.A. yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, dan kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah-makalah yang akan kami buat di masa yang
akan mendatang.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 6 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 4
C. Tujuan Pembelajaran ......................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
A. Biografi Ibnu Khuzaima dan Ibnu Hibban ........................................................................ 5
1. Nama, Nasab dan Keturunan Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban ................................. 5
2. Kepribadian dan Mazhab Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban ........................................ 6
3. Rihlah Ilmiah Guru dan Murid Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban ............................... 7
4. Karya-Karya Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban ............................................................ 8
5. Penilaian Ulama tentang Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban ....................................... 11
B. Kitab Shahih Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban............................................................. 12
1. Latar Belakang Penyusunan dan Penamaan Kitab ...................................................... 12
2. Isi Kitab ...................................................................................................................... 13
3. Metode Kitab Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban ........................................................... 14
4 Penilaian Para Ulama Mengenai Kitab Ibn Khuzaimah dan Ibnu Hibban .................... 16
BAB III.................................................................................................................................... 17
PENUTUP............................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................................ 17
DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa lalu, mengingat sejarah dan mengetahui orang-orang yang berjasa
menyebarkan agama Allah dan sunah Rasul. Sangat penting kita lakukan dalam rangka
memahami apa yang diajarkan serta menghindari kesalahpahaman dalam memahami suatu
hadits. Pada Abad ke-2 H dilakukan upaya pembukuan hadits secara resmi oleh Umar ibn Abd
al-Aziz. Upaya tersebut menjadikan hadits berkembang secara pesat. Dibutuhkan pengetahuan
yang luas untuk mengetahui setiap perbedaan yang ada, dalam memahami kitab-kitab hadits
yang jumlahnya sangat banyak.
Dalam makalah ini akan memaparkan dua ulama hadits yaitu ibnu Khuzaimah dan
muridnya ibnu Hibban, yang telah mengumpulkan hadits-hadits. Diharapkan setelah
mempelajari materi ini, akan menambah wawasan kita tentang hadits dan para ulama yang telah
mengumpulkan hadits. Yang selanjutnya diharapkan bisa menjadi motivasi untuk menciptakan
karya ilmiah yang berkaitan dengan kajian hadits.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana nasab Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Huzaimah?


2. Bagaimana kepribadian Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Huzaimah?
3. Bagaimana Rihlah Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Huzaimah?
4. Bagaimana penilaian ulama terhadap Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Huzaimah?
5. Bagaimana penyusunan dan penamaan kitab shahih Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu
Huzaimah?
6. Bagaimana isi kitab shahih Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Huzaimah?
7. Bagaimana penilaian para ulama tentang kitab shahih Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu
Huzaimah?

4
C. Tujuan Masalah

1. Agar mengetahui nasab Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Huzaimah
2. Agar mengetahui kepribadian Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Huzaimah
3. Agar mengetahui Rihlah Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Huzaimah
4. Agar mengetahui penilaian ulama terhadap Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Huzaimah
5. Agar mengetahui penyusunan dan penamaan kitab shahih Imam Ibnu Hibban dan Imam
Ibnu Huzaimah
6. Agar mengetahui isi kitab shahih Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Huzaimah
7. Agar mengetahui penilaian para ulama tentang kitab shahih Imam Ibnu Hibban dan Imam
Ibnu Huzaimah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI IBN KUZAIMAH DAN IBN HIBBAN

Nama, nasab dan keturunan Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban

a. Ibn Khuzaimah (223/311 H./838 924 M.)

Penyusun kitab shohih ini mempunyai nama lengkap abu bakar Muhammad ibn ishaq ibn
kuzaima al-naysaburi yang dilahirkan pada bulan shafar tahun 223 H, di nasyabur. Pada
masanya ia adalah seorang imam yang sangat ahli di nasyabur dan mujtahid sangat populer
dalam bidag hadits, serts digelari “al- imam al-‘aimmah” (imam dari segala imam). Al-sabqi
memberinya gelar pemuka besar bagi imam islam. Ia mempelajari fiqh dari al-Rabi’ dan al-
muzani serta perna menjadi imam di khurasan. Ia wafat ada malam sabtu tanggal 2 Dzulqa’dah
311 H dan dikuburkan di hajrah dekat rumahnya1.

b. Ibn Hibban (270-354 H)

Beliau mempunyai kunyah Abu hatim, nasab lengkab beliau adalah Muhammad bin hibban
bin ahmad bin hibban bin mu’adz bin Ma’bad bin sahid bin hadiyyah bin murroh bin sa’d bin
yazid bin murroh zaid bin Abdullah bin darim bin hanzhalah bin malik bin zaid manat bin
tamim al-tamimi al-busti, dan al-busti adalah nisbah kepada bustu, salah satu desa di khurasan. 2

Kepribadian dan madzhab ibn Khuzaimah dan ibn Hibban

a. Ibn Khuzaimah

Dari segi kepribadiannya ibn Khuzaimah dikenal sebagai orang yang sangat baik banyak
orang yang memberikan kesaksian dan komentar tentang hal ini. Ia dikenal sebagai orang yang
berani menyampaikan kebenaran, kritik dan koreksi sekalipun terhadap penguasa, terutama jika
berkaitan dengan penyampaian hadits yang keliru. Hal ini yang ialakukan ketika mengkritik

1
Toton w. wahyuni S. “membahas kitab shaih ibn kuzaimah”. 2002. h.1
2
N.I.silviantoro, dkk,”telah metodologi penyahihan ibnu hibban terhadap hadits”, dalam jurnal dirasat
Islamiyah. Vol.6.2, Mei 2019, h.83-84.

6
isma’il bin ahmad, salah seorang penguasa pada saat itu, yang menyampaikan hadits dimana
didalam sanadnya terdapat periwayatan yang tidak jelas yaitu Abu Zar al-Qadi. Demikianlah
kesaksian yang diberikan oleh abu bakar bin baluih. 3 Ibn khuzaimah pun dikenal memiliki
kecerdasan atau daya hafal yang luar biasa, sangat dermawan dan suka bersedekah, ini dibuktikan
dengan banyaknya penilayan ulama, kerabat dan guru-gurunya terhadap beliau.

Ada tiga madzhab dalam mengkritik rijal hadits; (i) tasyaddud (ketat), , ibn mayn. ‘Ali ibn
madini. Dan al-bukhari, .; (ii) mutawassith (moderat), . imam Ahmad; dan (iii) tasahul (longgar)
dan tasamuh (toleran), ., ibn khuzaimah, ibn hibban, ibn abi hatim, al-hakim, . implikasinya, akan
ada perbedaan dalam menuntukan shahih atau tidaknya suatu hadits.4

Dalam kriteria penerimaan suatu hadits, ibn khuzaimah ( dan ibn hibban). Menurut banyak
ulama, megikuti madzhab yang dikembangkan ‘Abd al-Rahman ibn al-mahdi dan ahmad ibn
hanbal (w.241 H). madzhab ini akan toleran atau longgar (tasamuh) dalam menilai rijal untuk
hadits yang berkaitan dengan ganjaran, siksaan, dan fadhilah, sedangkan jika hadits yang
berkaitan dengan hukum dan masalah halal-haram, mereka ketat (tasyaddud). Sementara, hadits
yang diriwayatkan dari ahli bid’ah juga diperselisihkan antara diterima atau tidaknya.
Kebanyakan ali hadits, riwayat mereka boleh diterima dengan syarat orangnya jujur. Ini
dilakukan oleh antara lain al-bukhari, muslim, ibn khuzaimah, . apabila dilihat dari kandungan
kitab shahih hasil kompilasi ibn kuzaimah yang, yang tampaknya, sebagian besar berupa hadits-
hadits hukum (juriprudensi; fiqh), maka berarti ibn khuzaimah semestinya ketat (tasyaddud)
dalam mayortis hadits.5

b. Ibn Hibban6

Ibn Hibban dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang sangat kental dengan nuansa religius,
sehigga ia menjadi seorang muslim yang taat beribadah. Disamping itu, ia juga mendapat
bimbingan langsung dari orangtuanya mengenai dasar-dasar agama. Karenanya tak heran jika
sejak kecil iya suda menguasai berbagai disiplin keilmuan islam, seperti fikih, akhlak, sejarah
dan hadits.

Dalam blog yang ditulis oleh hambawang juga disebutkan bahwa dalam keputusannya, ia
menekuni pelajaran hadits tanpa mengabaikan bidang keilmu lainny. Setiap ia hendak mendalami
suatu disiplin ilmu, iapun mendatangi guru yang ahli dibidang tersebut dan mati-matian untuk
mendapatkan ilmunya (terlebih ketika ia hendak menekuni bidang hadits).

Lima syaratan ibnu hibban dalam menukil hadits ke dalam kitabnya, ia tulis di muqoddimah
yang kemudian bliau jelaskan secara terperinci, dan degan lima persyaratan ini, menjadikan kitab
hadits beliau termasuk kitab yang berkualitas, banyak dipuji dan direkomendasi para ulama,
karena akan jarang kita jumpai kesalahan padanya kecuali sedikit. Namun, metodologi ibnu
hibban dianggap tasahul dalam memberi persyaratan hadits shahih yang telah disepakati ulama,
yang memungkinkan rawi majul ke dalam kategori tsiqah, dan inilah yang dikritisi oleh para
ulama. Diantara contoh haditsnya adalah hadits tentang yasin, sehingga derajatnya dha`if, 7
dengan tetap memperhatikan beberapa ketentuan: (a) memastikan penyimakannya dari gurunya,

3
Zainul Arifin, studi kitab hadits. (Surabaya; Al-Muna, 2013), cet. Ke-1,h.160-162.
4
Witono, wahyuni, “membahas kitab shahih ibn khuzaima”,h.11.
5 Witono, wahyuni, “membahas kitab shahih ibn khuzaima”,h.11-12.
6 N.I. silviantoro, dkk, “telaah metodologi penyahihan ibnu hibban terhadap hadits”, h.94-96.
7 N.I. silviantoro, dkk, “telaah metodologi penyahihan ibnu hibban terhadap hadits”,h.83

7
dan muridnya mendengar darinya lansung, (b) tidak mursal dan munqathi’, (c) tidak ada jarh dan
ta’dil padanya, dan semua guru dan muridnya tsiqah. 8

Rihlah Ilmiah Guru dan Murid ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban

a. Ibn Khuzaimah9

Keinginan dan semangat belajar sudah dimiliki beliau semenjak kecil, hal itu terlihat dari
keinginan ibn Huzaimah yang sangat besar untuk belajar kepada salah seorang ulama besar
hadits bernama Ibn Qutaibah. Akan tetapi, sang Ayah melarang dan menyuruh beliau
mempelajari al-Qur’an terlebi dahulu. Setelah mempelajari dan menghatamkan al-Qur’an, Ibn
Huzaimah pun memulai perantauannya dengan pergi ke Marwa. Di kota inilah Ibn Huzaima
bertemu dengan Muhammad bin Hisham yang nantinya menjadi perantara pertemuannya
dengan Ibnu Qutaybah. Baru di usia 17 tahun. (sekitar tahun 240/855 M), ibn khuzaimah benar-
benar memulai petualangannya untuk menjelajahi lahan keilmuan. Setidaknya ada beberapa
kota yang beliau jadikan objek petualangannya, anatara lain: irak, syam,mekkah, Madinah dan
mesir. Di kota-kota tersebut ibn khuzaimah mengasa dirinya sebagai seorang faqih sekaligus
muhaddis handal dan teruji.

Di beberapa wilayah rantaunya, ibn khuzaimah banyak belajar kepada para ulama. Guru-
gurunya antara lain: ishaq bin rahawayh, Muhammad bin humaid (keduanya merupakan guru
ibn huzaimah semasa kecil), Muhammad bin ghayalan, ‘utbah bin abdillah AL-Mawarzi, Ali
bin hujrin, Ahmad bin mani bishr bin Mu’adh abu kurayb, ‘abdul jabbar bin Al-Ala , ahmad bin
Ibrahim al-Dawraqi, ishaq bin shanin, ‘amr bin ali ziyad bin ayub, Muhammad bin bashhar,
Muhammad bin muthanna, al-husayn bin hurayn bin hurays, Muhammad bin abd al-ala al-
san’ani, Muhammad bin yahya, ahmad bin abdah al-dabbi, Nasr bin ali, Muhammad bin
Abdillah al-makharami, yunus bin Abd al-A’la dan banyak lagi.

Disamping beraudiensi dengan belajar pada ulama, ibn khuzaimah juga sering bertukar
posisi guru dan murid dengan ulama hadits lainnya, murid sekaligus gurunya yang terkenal salah
satunya adalah al-bukhari dan musli . kedua ulama ini tersohor perna mengambil riwayat hadits
dari keduanya. Beberapa murid ibn khuzaimah lainya natara lain: Muhammad bin Abdullah bin
abdul hakam, ahmad bin al-mubarak, Ibrahim bin abi thalib, abu hamid bin al-sharqi, Abu al-
Abbas al-daghuli, Abu Ali al-husain bin Muhammad al-Naysaburi, Abu hatim Al-Busthi dan
banyak lagi yang lainnya.

b. Ibn Hibban

Imam ad-Dzahabi berkata, “ibnu hibban mulai menuntut ilmu di atas tahun 300”. Beliau
menemui para masyaikh pada masanya di negeri-negeri mereka dan juga ulama-ulama senior
untuk mendapatkan sanad yang lebih tinggi. Perjalanan beliau mencangkup sijistan, harah,
marwa, sinj, sughd, Bukhara,basrah, kuffah, naisabur,damaskus, Beirut, mesir, dan lain-lain.
Jumlah keseluruhan guru-guru beliau dalam perjalanan menuntut ilmu mencapai dua ribu lebih.
Ibnu hibban berkata “barangkali kita telah menulis dari dua ribu syaikh lebih, mulai dari syasy

8N.I. silviantoro, dkk, “telaah metodologi penyahihan ibnu hibban terhadap hadits”,h.107.
9Hilmy Firdausy, ‘’Mengenal Sahih Ibn Khuzaimah Sistematika Metodologi dan posisinya di Antara kitab
Sahih’’. Jurnal Ushuluddin, Vol. 25 No.2. Juli-Desember 2017, h. 190

8
sampai iskandariah” diantara guru-guru beliau yang terdapat dalam kitabnya shahih ibn hibban
, at-taqaasim wa Al-anwa`, adalah abu ya’la Ahmad bin ali bin mutsanna Al-maushul, hasan
bin sufyan Asyaibani, Abu Abbas Muhammad bin hasan Al-Asqolani, Abu-iahaq imron bin
musa bin mujasyid Al-jurjani, dan alin-lain.

Banyak dari murid-murid ibnu hibban yang mengambil hadits darinya, dan mereka dating
dari segala penjuru. Al-hakim, salah satu murid beliau, berkata “perjalanan kepadanya adalah
untuk mendengarkan kitab-kitabnya” dalam memilih murid-muridnya ibn hibban tidak
sembarangan memilih murid sehingga di antara murid-muridnya ada yang menjadi ulama besar
dan menjadi tokoh huffazh. Berikut adalah nama-nama murid beliau:

Abu Abdullah Hakim An-Naisaburi (w.403 H ), penulis kitab Al-mustadrak ‘Ala shahihain,
Abu hasan Ali bin umar bin Amad bin Mahdi Ad-Daruquthni (w.385 H), salah satu imam yang
terkenal dengan hafalan, pemahaman dan kawara’an dan juga pengarang kitab As-sunan dan
AL-illal. Selai itu ada juga Abu abdillah Muhammad bin ishaq bin manda (w.395 h) Abu ‘Ali
manshur bin abdillah al-dzahabi al-Harawi (w. tahun 401 H), Abu ‘umar Muhammad bin ahmad
al-zauzani rahimahumullah. 10

Karya-karya ibn Khuzaimah dan ibn Hibban

a. Ibn Khuzaimah

Selama masa hayatnya ibn Khuzaimah banyak menghasilkan karya tulis, abu ‘Abd al
hakim menyebutkan karya ibnu khuzaimah mencapai lebih dari 140 buah, namun yang jelas
eksistensinya sampai sekarang hanya dua, yaitu al tauhid da shahih (yang akan dibahas).

Dr. M.M al A’zhami menyatakan 35 kitab (yang perna disebut dalam kitab al-tauhid dan
shahih), disini saya akan sebutkan 20 sja diantaranya yaitu’

(1) al Asyribah (2)al-imamah (3)al-ahwal (4) al-iman (5) al-iman wa al nuzur(6) al birr wa
al silah (7) al buyu (8) al tafsir (9) al taubah.(10) Al tawakkal(11) al jana’iz (12) al jihad,
(13) ala du’a, (14) al da’awat, (15)zikr Na’im al Jannah, (16) zikr Na’am aljannah(17)al
shadaqat (18) al shadaqat min kitabihi al kabir,(19) sifat nuzul al-qur’an(20) al
mkuhtashar min kitab al shalah. Dan lain2nya.

b. Ibn Hibban

Apabila karya-karya seorang tokoh adalah cermin ilmunya, maka karya-karya imam ibn
hibban membuktikan kekokohan kakinya dan keluasan pengetahuannya, serta menunjukkan
kelihuran derajatnya dan ketinggian kedudukannya. Ia merupakan seorang fuqaha (ahli fiqih)
dalam madzhab syafi’I, selai itu ia ahli dalam bahasa arab, ilmu kalam (teologi). Juga ia
merupakan seorang ilmuan kedokteran dan astronomi, sampai-sampai imam ibnu hajar
berkata:

10 Silviantoro, dkk “telah metodologi penyahihan ibnu hibban terhadap hadits”,h.85.

9
Shahih ibnu khuzaimah 13; Ali bin Al husain Al Dirhami menceritakan kepada kami dengan
hadisia berkata:mu’tamir menceritakan kepada kami dari sufyan ats-tsauri dari muharib bin
ditsar dari ibnu buraidah dari ayahnya, ia berkata, “Rasulullah saw dulu berwudhu untuk
setiap sholat kecuali pada waktu Makkah ditaklukkan, beliau disibukkan dengan berbagai
urusan kemuian beliau menjamak antara zhuhur dan ashar dengan sekali wudhu.

“Dia adalah pemilik berbagai macam ilmu, kepandaia yang melampaui batas, dan hafalan
yang luas sampai kepuncak. Semoga Allah merahmatinya.”

• Diantara karya-karya imam ibnu hibban adalah.

1) At-Taqasim wa Al-Anwa

2) Al-Hidayah At-Tawarikh, dalam sepuluh jilid

3) ‘Ilal Auham At-Tawarikh, dalam sepuluh jilid

4) ‘Ilal Hadits Az-Zuhri, dua puluh jilid

5) ‘Ilal Hadits Malik, sepuluh jilid

6) Ma Khalafa Fihi Ats-Tsauri Syu’bah, tiga jilid

7) Ma Khalafa Fihi Ahlu Al-Madinah min As-Sunan, dalam sepuluh jilid

8) Ma Infaradah Fihi Ahlu Makkah min As-Sunan,sepulu jilid

9) Ma’Inda Syu’bah ‘an Qatadah, dua jilid

10) Ghara’ib Ak-Akhbar, dua puluh jilid

Dan masi banyak lagi karya-karya beliau.

Kitab Shahih Ibn Hibban, Sebelum menjadi kitab yang berjudul Shahih Ibnu Hibban yang
dikenal saat ini, judul asli dari kitab ini ialah At-Taqasim wa Al-Anwa. Nama lengkap kitab
ini sesuai yang diberi oleh penulisnya ialah Al-Musnad Ash-Shahih ‘Ala At-Taqasim wa Al-
Anwa min Gairi Wujud Qath’in fi Sanadiha wa La Tsubut Jarhin fi Naqiliha (Musnad yang
shahih berdasarkan pembagian-pembagian dan jenis-jenis tanpa ada keterutusan dalam
sanadnya dan tanpa tetapnya cacat pada orang-orang yang meriwayatkanya).

Kitab ini di tahqiq oleh amir Ala’uddin al-farisi dengan diberi judul al-ihsan taqrib shahih
Ibnu Hibban. Karena penilaian shahih pada hadits-hadits ini berdasarkan kepada ibnu Hibban
dalam menilai tsiqah orang yang tertutup, sesuai dengan metode yang ditetapkan dan
disyaratkan dalam penilaian hadits. Itu sebabnya penahqiq juga melakukan kajian ulang
terhadap sanad dengan tujuan mengetahui sejauh, mana kesesuainnya dengan syarat hadits
shahih menurut jumhur ulama. Salah satunya seperti syarat yang ditetapkan oleh imam al-
Bukhari dana Imam Muslim. Dan penahqiq juga memberikan keterangan pada kitabnya,
seperti ungkapan. “sanadnya shaih menurut syarat Bukhari dan Muslim”, “berdasarkan syarat
bukhari”, atau “ berdasarkan syarat muslim”.

10
Dalam penamaan kitab ini, imam ibnu Hibban mengikuti gurunya, ibnu Khuzaimah, dan
juga lebih dikenal dengan judul Al-ihsan fi taqrib shahih ibnu hibban, namun, kitab shahih
ibnu hibban saat itu telah tercetak dengan judul shahih. Ibnu hibban bi at-Tartib ibni balban
(shahih ibn hibban dengan penataan ibnu balban), sebagaimana perincian di bawa ini:

• Nama kitab: Shahih Ibnu Hibban bi at-tartib ibi balban

• Jumlah jilid: 18 jilid

• Tahun terbit:1997

• Penerbit: muasasah ar-risalah, Beirut, Lebanon

Kemudian dapat diketahui bahwa dahulu naskah kitab ini pertama terbit pada akhir abad
ke-8, penerbitan kitab tersebut dari dar Al-kutub Al-mishriyah. Pada naskah tersebut, tidak
terdapat nama dan tanggal penyalinan. Kitab tersebut berjumlah Sembilan jilid.

Disetiap karya seseorang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitupun dengan
kitab Shahih Ibnu Hibban ini, diantara kelebihannya adalah terlihat pada jalur riwayatnya (dalam
hadits) tidak terjadi keterputusan sanad dan tanpa tetapnya aib pada orang-orang yang
meriwayatkannya dan mengandung faedah-faedah yang langka. Sedangkan kekurangannya yaitu
penyusunan yang dilakukan oleh ibn hibban aneh dan asing yang tidak pernah dipakai ulama ahli
hadits lainnya sehingga untuk mencari hadits didalamnya menjadi susah. Dalam melakukan
istinbath, ibnu hibban kadang-kadang melakukan hal yang aneh dan asing mengenai apa yang dia
simpulkan dan dipandangnya, sehingga dia mendapatkan dalam nash sesuatu yang tidak terlintas
dalam hati seorang pun.

Penilaian Ulama tentang Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban

a. Ibn Khuzaimah

berikut adalah beberapa penilaian ulama mengenai imam Ibnu Khuzaimah

1).Abu tahir Muhammad bin al-fadl (w.387 h/997 M) cucu ibn khuzaimah, menyatakan bahwa
kakeknya suka bekerja keras dan suka memberi uang dan pakaian kepada pecinta ilmu meskipun
sesungguhnya yang dimilikinya itu sangat terbatas.

11
2).Al-hakim menyatakan bahwa ibn khuzaimah sering melakukan dakwah secara besar-besaran
di bustan dihadiri oleh banyak orang baik kaya maupun miskin.

3).Abu ali al-husaini bin Muhammad al-hafidzh al-naisaburi berkata,, “Aku belum pernah
menemukan orang hebat ibn khuzaimah, beliau sangat mampu menghafal hukum-hukum fiqih
dari hadits-hadits Nabi dan al-Qur’an.

4). Al-Daruqutni yang menyatakan bahwa ia adalah seorang pakar hadits yang sangat terpercaya
dan sulit mencari bandingannya.

5). Al-Rabi’, salah seorang guru ibn Khuzaimah dalam bidang fiqih. Ibnu Rawawih dan al-
Muzani, juga menuturkan secara tulus bahwa ia pun banyak memperoleh manfaat dari ibn
khuzaimah.

b. Ibn Hibban.

1). Ibnu al-shalah (577-643 h), beliau memberi komentar terhadap metodologi ibnu hibban ketika
mengomentari kitab Mustadrak al-hakim, dia (al-hakim, 321-405 h) terlalu memudahkan
persyaratan hadits shahih, dan menyahihkan sebua hadits. Dan yang mendekatinya dalam hukum
adalah ibnu hibban al-busti Rahimahumallah.11

2). Ibnu Hajar (773-852 h) sebagaimana telah di ketahui bahwa ibu hibban tidak melazimkan
bahwa haits yang beliau keluarkan dalam kitab shahih-nya haruslah shahih menurut ulama lain,
tapi terkadang ada hadits yang kedudukannya di bawah shahih hal itu secara umum tidak
menyalahi persyaratan yang beliau tetapkan, bahkan secara umum beliau temasuk ulama yang
cukup konsisten dengan persyaratan tersebut.hal ini ditegaskan oleh syaikhul islam ibnu hajar al-
‘asqalani dengan perkataan beliau: apabila ditetapkan demikian, maka engkau mengetahui bahwa
hukum hadits-hsdits yang ada dalam kitab ibnu khuzaimah dan ibnu hibban adalah sah yang
dengannya dapat di jadikan argumentasi, karena berada dalam kisaran antara shahih dan hasan
selama tidak tampak pada sebagiannya illat qadihah (cacat yang berat). 12

3). Al-sakhawi (w.tahun 902 h) komentar al-sakhawi bisa kita jumpai tatkala beliau memberi
syarah terhadap perkataan al-iraqi, beliau mengatakan perkataan al-‘iraqi, (yaitu, ibn hibban
mendekati al hakim) adalah dalam hal terlalu mudah (menyahihkan hadits) hal ini menuntut
penelitian terhadap hadits-haditsnya juga, karena dia tidak terikat pada orang-orang adil saja,
bahkan boleh jadi mengeluarkan (hadits) dari para perawi yang tidak dikenal, apalagi madzhab
beliau adalah memasukkan hadits hasan kedalam hadits shahih. Padahal syaikh kami, ibn Hajar
membantah orang yang menisbatkan ibn Hibban kepada sikap tasahul kecuali dari sisi ini. 13

B. Kitab Shahih Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban

Latar Belakang Penyusunan dan Penamaan Kitab Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban

11 ‘utsman bin`Abdurrahman Abu ‘amr bin shalah al-syahrazuri, ‘ulum al-hadits Ii ibn al-shalah (Beirut:Darul
fikr,t.t.),h.22
12 Ahmad bin Ali, bin hajar al-asqalani, al-nukat ‘ala kitab ibi shalah (madina al-jami’ah al-islamiyah,1984 M),h.

64.
13 Muhammad bin Abdurrahman syamsuddin Abdul khair al-sakhawi al-syafi’I, fath al-mughits bi syarh alfiyah

al-hadits (Riyadh:maktabah dar al-minhaj,1426 H), h.64

12
a. Ibn Khuzaimah

Secara umum, banyak sekali model penyusunan kitab yang dikenal dalam ilmu hadis.
Misalnya model kitab jāmi’ yang memuat seluruh pembahasan dalam Islam, baik itu menyangkut
hal ‘ibādah, mu’āmalah, munākahah sampai makanan, minuman, dan perilaku umum umat Islam.
Selain itu dikenal juga kitab sunan, yaitu kitab hadis yang pola penyusunannya dimulai dan
mengikuti alur bahasan fiqih. Seperti kitab Sunan Abū Dāwūd, Sunan al-Tirmidhī dan lainnya.
Ada juga model kitab almustakhrajāt ‘alā al-jawāmi’, kitab al-mustadrakāt, kitab al-zawā’id,
kitab almusannaf, al muwāta’āt, al-targhīb wa al-tarhīb, dan lain sebagainya.

Sedangkan kitab “sahih” adalah jenis kitab – terlepas dari isi dan sistematika
penyusunannya yang berbeda-beda – yang oleh penulisnya dipastikan mengakomodir hadis-hadis
sahih. Sahih Ibn Khuzaimah, kalau dilihat dari kacamata sistematika penyusunannya, tergolong
dalam kitab-kitab sunan. Penyusunan dan isinya adalah hadis-hadis fiqih. Namun, beliau
termasuk salah satu penulis yang memastikan (iltazama sāhibuhu) hadis-hadis yang tercantum
dalam kitabnya adalah hadis sahih, termasuk juga Sahih Ibn Hibbān. Dalam bagian ini
karakteristik umum yang dimaksud adalah sistematika penyusunan dan metode penulisan hadis
yang digunakan oleh Ibn Khuzaimah. Karakteristik semacam ini bisa dijumpai langsung oleh
pembaca ketika membuka lembaran-lembaran Sahih Ibn Khuzaimah. Dibandingkan beberapa
kitab Sahih yang ditulis di abad III, sistematika dan pola penulisan Sahih Ibn Khuzaimah cukup
berbeda dan terlihat lebih sistematis.

b. Ibn Hibban

Sebelum menjadi kitab yang berjudul Shahih Ibnu Hibban yang dikenal saat ini, judul asli
dari kitab ini ialah At-Taqasim wa Al-Anwa. Nama lengkap kitab ini sesuai yang diberi oleh
penulisnya ialah Al-Musnad Ash-Shahih ‘Ala At-Taqasim wa AlAnwa min Gairi Wujud Qath’in
fi Sanadiha wa La Tsubut Jarhin fi Naqiliha (Musnad yang shahih berdasarkan pembagian-
pembagian dan jenis-jenis tanpa ada keterputusan dalam sanadnya dan tanpa tetapnya cacat pada
orang-orang yang meriwayatkannya).

Dalam penamaan kitab ini, Imam Ibnu Hibban mengikuti gurunya, Ibnu Khuzaimah, Dan
juga lebih di kenal dengan judul Al-Ihsan fi Taqrib Shahih Ibni Hibban. Namun, kitab Shahih
Ibnu Hibban saat ini telah tercetak dengan judul Shahih Ibnu Hibban bi at-Tartib Ibni Balban
(Shahih Ibnu Hibban dengan penataan Ibnu Balban), sebagaimana perincian dibawah ini;

• Nama kitab: Shahih Ibnu Hibban bi at-Tartib Ibni Balban

• Jumlah jilid: 18 Jilid

• Tahun terbit: 1997

• Penerbit: Muasasah ar-Risalah, Beirut, Lebanon

Kemudian dapat diketahui bahwa dahulu naskah kitab ini pertama terbit pada akhir abad ke-8.
Penerbitan kitab tersebut dari Dar Al-Kutub Al-Mishriyah. Pada naskah tersebut, tidak terdapat
nama dan tanggal penyalinan. Kitab tersebut berjumlah sembilan jilid.

Isi Kitab Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban

13
a. Ibn Khuzaimah

Sesuai dengan naskah makhtutat yang ditahqiq oleh Muhammad Mustafa Azami, jumlah
keseluruhan hadis yang tercantum dalam Sahih Ibn Khuzaymah adalah 3079 hadis. Hadis-hadis
ini tersusun secara sistematis dalam skema penyusunan kitab, tema besar, dan sub-tema. Seluruh
hadisnya adalah hadis hukum yang hanya membahas persoalan-persoalan ibadah saja, seperti
bersuci, shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan tema-tema lainnya seperti mu’amalah dan
munakahah, tidak menjadi materi pembahasan dalam Sahih Ibn Khuzaimah. Ini salah satu yang
menjadi titik perbedaan antara Sahih Ibn Khuzaymah dan Sahih al-Bukhārī.

Meskipun tidak mencantumkan hadis sebanyak Sahih al-Bukhārī (yang mencantumkan


sekitar 7564 hadis, dan beberapa di antaranya terjadi pengulangan), Sahih Ibn Khuzaymah tetap
memakan banyak halaman karena suguhan-suguhan penjelasan fiqhi yang cukup panjang atas
hadis-hadis yang ada, baik yang disuguhkan di awal sebagai judul bab ataupun yang disuguhkan
setelah penyantuman hadis dengan indikator “qāla Abū Bakr”. Hal ini tidak terdapat dalam Sahih
al-Bukhārī yang memang terlihat ramping atau bahkan cenderung tidak berusaha menjelaskan isi
hadis yang dicantumkan secara kompeherensif.

Sahih Ibn Khuzaimah dimulai dengan pembahasan tentang bersuci atau taharah.
Pembahasan ini diberi judul “Kitāb al-Wudu’”, meskipun di dalamnya nanti berisi beberapa
regulasi yang sebenarnya keluar dari pembahasan wudu’ itu sendiri, namun masih dalam payung
pembahasan tentang tata-cara dan metode bersuci. Kitab ini terdiri dari 11 jummā’ al-abwāb yang
menjadi sub-tema besar bab-bab kecil yang ada setelahnya. Dalam Kitāb al-Wudu’, Ibn
Khuzaymah mencantumkan 300 hadis yang terbagi dalam 250-an bab-bab kecil.

Selanjutnya adalah pembahasan tentang shalat. Materi bahasan ini terbagi dalam 3 kitab;
Kitāb al-Salāh, Kitāb al-Imāmah fī al-Salāh dan Kitāb al-Jum’ah. Dalam Kitāb al-Salāh, Ibn
Khuzaymah membagi lagi hadis-hadisnya ke dalam 27 jummā’ al abwab termasuk di dalamnya
juga ada pembahasan mengenai keutamaan masjid, membangun, dan tata-laku yang dikerjakan
dalam masjid. Dalam kitab ini Ibn Khuzaymah juga mencantumkan beberapa macam shalat,
seperti shalat khauf, shalat istisqā’, shalat kusūf, dan seterusnya. Sedangkan dalam Kitāb al-
Imāmah fī al-Salāh, Ibn Khuzaimah membaginya lagi ke dalam 3 jummā’ al-abwāb. Untuk yang
terakhir, Ibn Khuzaymah membaginya ke dalam 6 jummā’ al-abwāb.

Bahasan selanjutnya yang tercantum dalam Sahih Ibn Khuzaimah adalah bahasan
mengenai regulasi puasa, zakat, dan haji. Masing-masing terwakili oleh satu judul kitab sama
persis dengan bahasan yang hendak dibicarakan. Kitāb al-Saum berisi 11 jummā’ al-abwāb; Kitāb
al-Zakah berisi 9 jummā’ al-abwāb; dan Kitāb al-Manāsik berisi 2 jummā’ al-abwāb.

b. Ibn Hibban

Kitab Shahih Imam Ibnu Hibban memuat kira-kira 7448 hadis. Terdapat sekitar 4801
hadis yang sama-sama dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dan Bukhari-Muslim atau salah satunya.
Sisanya kira-kira 1647 hadis yang tidak terdapat dalam kitab shahih Bukhari-Muslim yang
dikeluarkan oleh Ibnu Hibban bersama dengan Malik, Abdu Razaq, Ahmad dan pengarang kitab
sunan. Ada pula hadis-hadis yang hanya dikeluarkan oleh Ibnu Hibban saja.

Metode Kitab Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban beserta Kualitas Hadis-hadisnya

14
a. Kitab Ibn Khuzaimah

Metode penulisan yang digunakan dalam kitab Shahih Ibn Huzaimah adalah imla’.
Hal ini, menurut Muhammad Mustafa Azami, dapat dilihat dari seringnya Ibn Huzaimah
menggunakan lafadz ‘’amlaytu’’ dalam kitab at-Tauhid (kitab babon atau induk dari kitab
Sahih Ibn Huzaimah). Kendati pun seperti itu metode Ibn Huzaimah dan Ibn Hibban secraa
khusus memiliki metode keshahihan hadis tersendiri.

Adapun Ibn Huzaimah meskipun tidak secara ekspilit mencantumkan keshahihan


hadis dalam kitabnya, tetapi penekanan Ibn Huzaimah jelas pada ittishal as-Sanad dan al-‘adl
hal ini tidaklah berati menyampingkan kriteria yang lainnya. Barangkali karena itu pula lah
para ulama menempatkan Shahih Ibn Huzaimah lebih tinggi dari pada Shahih Ibn Hibban.
Akan tetapi satu hal yang perlu dicatat, sekalipun kedua kitab ini berlabel sahih namun
keduanya tidak termasuk dalam kelompok Kutub as-Sittah.

a. Kitab Ibn Hibban


Dalam menata kitabnya, Ibnu Hibban menganut sebuah metode asing yang dihasilkan
oleh nalarnya yang diwarnai dengan kemampuan untuk menyusun dan berkreasi, dan
diprogram dengan ilmu ushul dan ilmu kalam. Sesuatu yang mendorongnya tidak lain ialah
ingin membawa manusia untuk menghapal Sunnah. Dia tidak mendapatkan strategi dalam hal
itu kecuali dengan membagi sunnah ke dalam qism-qism (bagian-bagian).
Setiap qism mencakup nau’ (jenis-jenis) dan setiap nau’ mencakup hadis-hadis.
Maksudnya dalam hal ini ialah adalah mengikuti penataan Al-Qur`an. sebab, setiap Al-Qur`an
terdiri dari juz-juz. Setiap juz mencakup surah-surah. Dan setiap surah mencakup ayat-ayat.
Sebagaimana sulit bagi seseorang untuk mengetahui tempat ayat tertentu dalam Al-Qur`an
kecuali dengan menghapalnya, sehingga seluruh ayat akan berada di depan kedua matanya,
maka demikian pula sulit baginya untuk mengetahui hadis tertentu di dalam kitabnya apabila
dia tidak pernah bermaksud untuk menghapalnya. 14
Dia membagi qism tersebut ke dalam lima qism yang sama, dengan pembagian yang
serasi dan tidak saling bertentangan, yaitu;
a) Pertama, perintah-perintah; yang diperintahkan oleh Allah kepada hamba-Nya
memuat 110 bab.
b) Kedua, larangan-larangan; yang dilarang oleh Allah bagi hamba-Nya memuat 110.
c) Ketiga, pemberitahuan Allah tentang apa-apa yang perlu diketahui memuat 80 bab.
d) Keempat, sunnah adalah sesuatu yang boleh dikerjakan memuat 50 bab.
e) Kelima, perbuatan-perbuatan Nabi yang hanya dikerjakan oleh beliau memuat 50
bab. 15

14 ’Ali bin Balban al-Fâri, Ala’uddin Terj. Shahih Ibnu Hibban bit Tartib Ibn Balban, hlm. 55
15 ’Ali bin Balban al-Fâri, Ala’uddin Terj. Shahih Ibnu Hibban bit Tartib Ibn Balban, hlm. 92 dan 93

15
Amir ‘Ala`uddin al-Farisi menanggapi bahwa keunikan pengerjaannya dan kekuatan
penyusunannya menjadi sulit, sehingga banyak orang yang menjauhinya.
Oleh karena itu, kebutuhan hadis shahih dalam kitabnya sangat dibutuhkan, para imam
(ahli hadis) membuat berbagai strategi untuk mendekatkan dan memudahkan jalan-jalannya,
dan membuka pintu-pintunya agar mudah di pahami. Mereka menempuh dua cara itu, yakni;
a) Pertama, membuat indeks berdasarkan penyebutan ujung-ujung hadisnya.
b) Kedua, menata kembali berdasarkan bab-bab fikih, sehingga bentuknya menjadi
bentuk kitab-kitab sunnah lainnya, yang mudah untuk menemukan hadis apa saja di
dalamnya. 16

Dengan kesimpulan bahwa kitab Shahih Ibnu Hibban pada awalnya belum disusun
berdasarkan sistematika bab dan musnad, sehingga mempersulit dalam penelitian terhadap
hadis-hadis yang ada di dalam kitab tersebut.
Sebagimana pendapat para imam mengatakan bahwa kitab Shahih Ibnu Hibban lebih
tinggi daripada Mustadrak Al-Hakim dan lebih baik darinya. Ammad bin Katsir dalam
Ikhtishar ‘Ulum al-Hadits mengatakan bahwa Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban telah
mematuhi keshahihannya. Dan keduanya jauh lebih baik daripada al-Mustadrak dan lebih
bersih dari segi sanad dan matan.
As-Suyuthi berkata bahwa Ibnu Hibban sempurna dalam mematuhi syarat-syaratnya,
sementara al-Hakim tidak sempurna. Perkataannya senada dengan ucapan para ahli hadis
lainnya. Selain itu pula, Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Hukum hadis-hadis yang ada dalam
kitab Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban adalah layak dijadikan hujjah kerena berkisar antara
shahih dan hasan, selagi pada salah satu darinya tidak tampak illat yang mencelakan.” 17

Penilaian Para Ulama Mengenai Kitab Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban

a. Ibn Khuzaimah

Terhadap kitab shahih Ibnu khuzaimah,terdapat sejumlah ulama yang memberikan


komentar. Pendapat atau komentar mereka terangkum sebagai berikut:18

1) Ibnu Hibban berkata: "aku tidak menjumpai seorang pun di muka bumi ini yang sangat
bagus menyusun kitabnya selain Muhammad bin Ishaq ( Ibnu khuzaimah) karena lafal-lafal

16 ’Ali bin Balban al-Fâri, Ala’uddinTerj. Shahih Ibnu Hibban bit Tartib Ibn Balban, hlm. 56 dan 57
17 ’Ali bin Balban al-Fâri, Ala’uddin Terj. Shahih Ibnu Hibban bit Tartib Ibn Balban, hlm. 46 dan 47.

18 DR. M. Abdurrahman, MA, Sudi Kitab Hadis (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), h. 233-234.

16
hadisnya terpelihara, kesahihan dan tambahan-tambahan hadisnya, sehingga seolah-olah
semua hadits ada di sana."

2) Al-khatib Al-Baghdadi dan Ibnu Salah, keduanya memberikan komentar yang hampir
Senada dengan menyatakan bahwa Shahih Ibnu Hibban telah memenuhi kriteria sebagai kitab
koleksi hadits shohih. Lebih lanjut Ibnu shalah mengatakan bahwa kitab itu sangat
bermanfaat bagi para pencari hadits guna melengkapi Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

3) Ibnu Katsir menilai bahwa Shahih Ibnu Khuzaimah dan musnad Ibnu Hibban keduanya lebih
baik daripada Al Mustadrak karya Al Hakim, mengingat sanad sanad dan Matan Matan

b. Ibnu Hibban
Para ulama sangat antusias dalam memanfaatkan dan mengambil ilmu dari kita tersebut.
Perhatian mereka yang luar biasa terhadap kitab tersebut tampak jelas dari kenyataan bahwa
mereka tidak menyisakan satu usaha pun dalam rangka memanfaatkannya dari semua sisi dan
bentuknya. Sebab, kitab ini dipenuhi dengan faedah-faedah yang unik dan mutiara-mutiara
yang langka, serta sangat kaya dengan apa yang disimpan oleh penulisnya di dalamnya dari
perasaan pemikiran dan fikihnya, serta orisinalitas istinbath dan pemahamannya. Perhatian
mereka mencakup sisi-sisi, antara lain;
a. Mengkaji dan mempelajarinya dari para syaikh
b. Menulis biografi para periwayatnya
c. Mentakhrij tambahan-tambahannya
d. Mengutip darinya dan merujuk kepadanya
e. Mengambil manfaat dari pemahaman dan komentar-komentarnya terhadap nash-
nash.19

19’Ali bin Balban al-Fâri, Ala’uddin Terj. Shahih Ibnu Hibban bit Tartib Ibn Balban, hlm. 49, 50, 51, 52, 53, dan
54.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan makalah di atas, dapat penulis simpulkan bahwa Ibn Huzaimah dan Ibn
Hibban adalah seorang imam yang sangat ahli dan mujtahid sangat popular dalam bidang
hadits, metode Ibn Huzaimah dan Ibn Hibban secraa khusus memiliki metode keshahihan hadis
tersendiri.
Adapun Ibn Huzaimah meskipun tidak secara ekspilit mencantumkan keshahihan hadis
dalam kitabnya, tetapi penekanan Ibn Huzaimah jelas pada ittishal as-Sanad dan aladl hal ini
tidaklah berati menyampingkan kriteria yang lainnya. Barangkali karena itu pula lah para
ulama menempatkan Shahih Ibn Huzaimah lebih tinggi dari pada Shahih Ibn Hibban. Akan
tetapi satu hal yang perlu dicatat, sekalipun kedua kitab ini berlabel sahih namun keduanya
tidak termasuk dalam kelompok Kutub as-Sittah. Secara umum ulama menyatakan bahwa baik
kitab shahih ibn huzaimah maupun kitab shahih ibn hibban lebih baik kualitasnya baik sanad
ataupun matannya dibandingkan dengan al-mustadrak 'ala shahihayn yang dimiliki oleh al-
hakim.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, hendaknya pembaca tidak hanya membaca dari makalah
ini saja melainkan mencari dari berbagai sumber seperti kitab-kitab klasik. Demikian, ini yang
dapat kami tuli, kurang lebihnya mohon maaf, dan terimakasi.

18
Daftar Pustaka

Toton w. wahyuni S. 2002 membahas kitab shaih ibn kuzaimah.

DR. M. Abdurrahman, MA, Studi Kitab Hadis (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009.

Zainul Arifin, studi kitab hadits. (Surabaya; Al-Muna, 2013).

Witono, wahyuni, “membahas kitab shahih ibn khuzaima”.

N.I. silviantoro, dkk, “telaah metodologi penyahihan ibnu hibban terhadap hadits”.

’Ali bin Balban al-Fâri, Ala`uddin. Shahih Ibnu Hibban bit Tartib Ibn Balban. Beirut:
Lebanon. 1997.
’Ali bin Balban al-Fâri, Ala`uddin. Terj. Shahih Ibnu Hibban bit Tartib Ibn Balban. Tahqiq.
Syu’aib Al-Arnauth. Pustaka Azzam: Jakarta. 2007.
Ahmad bin Ali, bin hajar al-asqalani, al-nukat ‘ala kitab ibi shalah (madina al-jami’ah al-
islamiyah,1984 M)
Muhammad bin Abdurrahman syamsuddin Abdul khair al-sakhawi al-syafi’I, fath al-mughits
bi syarh alfiyah al-hadits (Riyadh:maktabah dar al-minhaj,1426 H)

19

Anda mungkin juga menyukai