Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

‘ULUM AL-HADITS
KITAB-KITAB PRIMER

“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘Ulum Al-Hadits”

Dosen:
Dra. Anisah Indriati, M.Si

Di Susun Oleh:
Bayu Ma’rifatullah
Nim: 21102010038

KPI B

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN KALIJAGA YOGJAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji sykur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas limpahan
rahmat,taufiq, serta hidayah-Nya kepada kami, Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tentangUlum Al-Hadits. Sholawat serta salam semoga tetap kami
curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarga ,dan para
sahabatnya serta seluruh kaum muslimin muslimat yang tetap berpegang teguh kepada
ajaran beliau.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi.
Makalah ini merupakan makalah yang dibuat sebagai bagian dalam kriteria mata
kuliah Ulum Al-Hadits. Dalam penulisan makalah ini terdapat para pihak yang ikut
serta memberikan bantuan baik moral maupun material, kami hanturakan terima kasih
kepada
1. Ibu Dra. AnisahIndriati, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Ulum Al-
Hadits
2. Seluruh teman yang telah memberikan bantuan serta motivasi untuk makalah ini
sampai selesai padawaktunya.

ii
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, segala bantuan,dorongan,san saran
serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami semoga menjadi nilai ibadah di
sisi Allah SWT. Untuk segala masukan, kritik, dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat.Aamiin.

1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
Latar Belakang Masalah.........................................................................................................3
Rumusan Masalah..................................................................................................................3
Tujuan.....................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
Pengertian Kitab Hadis Primer...............................................................................................3
Kesimpulan...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hadis merupakan salah satu pedoman hidup bagi umat manusia yang di dalamnya
terdapat petunjuk yang harus diperhatikan. Hadis bersumber langsung dari Nabi Muhammad
Saw, sebagai salah satu pedoman bagi umat Islam maka hadis menjadi sangat penting untuk
dikaji.

Islam mengenal dua sumber primer, pertama Al-Qur’an dan yang kedua adalah Hadis.
Hadis pada awalnya hanyalah literatur yang mencakup semua perbuatan, ucapan, dan
ketetapan Nabi Saw. Persetujuan nabi yang tidak diucapkan terhadap orang-orang pada
zamannya, dan gambaran-gambaran tentang pribadi Nabi.

Mula-mula hadits disampaikan secara lisan dan dihafalkan secara berkesinambungan


dari generasi ke generasi. Kemudian setelah Nabi Muhammad Saw wafat pada 10 H, kaum
muslimin merasa sangat kehilangan. Nabi Muhammad Saw yang dianggap memiliki otoritas
mengenai ajaran agama Islam.

Khalifah-khalifah awal membimbing kaum muslimin dengan semangat nabi,


meskipun terkadang bersandar pada kepribadian mereka sendiri. Namun setelah beberapa
lama, ketika muncul kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan oleh mereka, maka
merekapun menjadikan sunah sebagai acuan untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan. Seperti perilaku yang dilakukan nabi dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kitab hadis primer?
2. Apa saja jenis-jenis kitab hadis primer?
3. Bagaimana metode penulisan dalam kitab hadis primer?

C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian kitab hadis primer.
b. Mengetahui jenis-jenis kitab hadis primer.
c. Mengetahui metode penulisan dalam kitab hadis primer.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kitab Hadis Primer


Kutubul Hadis Al-Mu’tamadah (Kitab Hadis induk/primer) yaitu kitab-kitab hadis
yang ditulis oleh para imam-imam hadis yang memiliki riwayat secara langsung dari Nabi
Muhammad Saw, melalui jalur sanadnya sendiri secara keseluruhan dari awal hingga akhir.
Seperti misalnya Kitab Shahih Bukhari, Kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-
Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Musnad Imam Ahmad bin Hambal dan lain sebagainya. Kitab-
kitab inilah yang harus diketahui oleh generasi-generasi Islam sekarang. Dan tidak mungkin
seorang yang menekuni kajian hadis meninggalkan kitab-kitab ini.

A. Jenis-jenis Kitab Hadis Primer


a) Kitab Al-Jami’. Yaitu kitab hadis yang disusun menurut bab tertentu dan
memuat berbagai macam masalah, seperti Aqidah, ahkam, tafsir, tarikh, Sirah,
manaqib dan lain sebagainya. Yang termasuk dalam kategori kitab Al-Jami’
adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Jami’ Abdurrozaq dan lain sebagainya.
b) Kitab Al-Musnad. Yaitu kitab hadis yang disusun berdasarkan huruf Hijaiyah
dan mengacu kepada nama sahabat. Dimulai dari naman sahabat yang
berawalan huruf Alif hingga Ya’.
c) Kitab Sunan. Yaitu kitab hadis yang disusun berdasarkan bab fiqih, mulai dari
bab Thaharah, Sholat, puasa, dan seterusnya. Kitab ini hanya berisi hadis marfu’
dan hanya terdapat beberapa atsar sahabat.
d) Kitab Mu’jam. Yaitu kitab yang menyebutkan hadis berdasarkan nama sahabat
atau nama gurunya atau nama negeri dari gurunya berdasarkan urutan huruf
Hijaiyah.

Ada beberapa kitab hadis yang termasuk ke dalam jenis hadis primer di atas.

1. Kitab Shahih Bukhari


Imam Bukhari, itulah penulis kitab shahih Bukhari, Beliau bernama lengkap
Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin
Bardizbah. Kakek beliau yaitu Bardizbah, mulanya beragama Majusi, kemudian
masuk Islam dengan perantaraan al- Ju’fi. Oleh karena itulah beliau juga memiiiki

4
nisbah al-Ju’fi. Beliau memiliki panggilan Abu Abdullah. Selain al-Ju’fi beliau juga
memiiiki nisbah pada daerah kelahirannya, yaitu Bukhara. Sehingga beliau dikenal
dengan sebutan Imam Bukhari. Imam Bukhari lahir pada Hari jum'at 13 syawal 194
H, di Bukhara, Ayahnya meninggal dunia ketika beliau masih kanak-kanak, sehingga
beliau di rawat oleh ibunya seorang. Pada waktu kecilnya, beliau pernah tertimpa
kebutaan, yang membuat ibunya sangat sedih. Setiap hari ibunya bermunajat dan
berdoa kepada Allah agar mengembalikan matanya menjadi dapat melihat kembali.
Maka pada suatu malam, ia bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim as yang
mengatakan padanya, 'Wahai ibu, sesungguhnya Allah SWT telah mengembalikan
penglihatan anakmu, berkat banyaknya doa yang engkau pohonkan kepada Allah.
Maka pada subuh harinya, ia melihat Bukhari sudah dapat melihat kembali
sebagaimana sediakala. Ia sangat senang dan bersyukur kepada Allah SWT. Ini
merupakan karamah Allah yang diberikan kepada Imam Bukhari ketika masih kecil.
Kemudian Imam Bukhari pergi haji bersarna ibunya, meskipun beliau masih kecil,
bersama dengan kakaknya Ahmad. Beliau menetap di sana, untuk menuntut ilmu.
Allah memberikan keistimewaan kepada beliau berupa otak yang cemerlang dan hati
yang terjaga, sehingga beliau dapat dengan mudah untuk dapat mengambil ilmu dari
para guru-gurunya. Pada usianya yang ke 16 tahun, beliau telah mendatangi hampir
seiuruh ulama yang ada di tempatnya, dan beliau telah menghafal kitabnya Ibnu
Mubarak, Waki’, memahami pemikiran ahlu ra’yi, dsb.
Beliau merupakan teladan yang baik dalam pengembaraan mencari ilmu dan
hadits. Diriwayatkan, bahwa beliau mengatakan, 'Aku mengunjungi syam, Mesir,
Hijaz, ke Jazirah dua kati, kemudian ke Bashrah empat kali, lalu aku tinggal di Hijaz
enam tahun. Aku sendiri tidak dapat menghitung berapa kali aku masuk ke Kufah dan
Baghdad bersama para ahli hadits.'
Ketika ke Baghdad (pada waktu itu sebagai ibu kota kekhilafahan), beliau
sering bertemu dengan Imam Ahmad bin Hambal, yang senantiasa memotivasinya
untuk tinggal di Baghdad,  serta  menasehatinya agar tidak tinggal di  Khurasan. 
Bersamaan dengan pengembaraannya tersebut, beliau senantiasa menulis dan
mengumpulkan hadits.
Para Imam-imam hadits sebelum Imam Bukhari, belum ada yang menuliskan
hadits secara khusus pada hadits-hadits shahih saja, namun masih berupa campuran
antara hadits shahih, hasan dan dhaif. Oleh karena itulah, Imam Bukhari berinisiatif
untuk menuliskan hadits-hadits yang shahih dan tidak memasukkan hadits-hadits

5
dhaif. Dan muncullah sebuah kitab yaitu Al-Jami’ al-Shahih, yang secara lengkap
memiliki nama:
Oleh karena itulah, Imam Bukhari disebut sebagai Imam hadits pertama yang
secara khusus menulis sebuah kitab hadits-hadits shahih,
Faktor yang memotivasi beliau menulis kitab Shahih adalah mimpi beliau
pada suatu malam dimana dalam mimpi tersebut beliau bertemu dengan Rasulullah
SAW, seolah-olah beliau berdiri dihadapan beliau, dan ditangan beliau terdapat kipas
yang beliau kipaskan ke Rasulullah SAW . Akhirnya beliau bertanya pada ahli tafsir
mimpi, dan mereka mengatakan, bahwa engkau mengipaskan (rnenghilangkan) dusta-
dusta dari hadits Rasulullah SAW. Hal inilah yang memotivasi beliau untuk
menuliskan kitab Shahih.
Di tambah lagi dengan syekh beliau yaitu Ishaq bin Rohawaeh mengusulkan
padanya, agar beliau menulis kitab shahih; “ Sekiranya engkau menuliskan sebuah
kitab shahih yang ringkas tentang sunah-sunah Rasulullah SAW”. Lalu beliau
mengatakan, ungkapan ini membekas dalam hati, lalu aku mulailah menulis kitab
shahih Bukhari.
Imam Bukhari dikenal sebagai Imam yang sangat hati-hati dalam
‘menshahihkan' sebuah hadits. Karena persyaratan yang beliau syaratkan terhadap
hadits shahih itu merupakan syarat tertinggi diantara Imam-Imam hadits lainnya.
Selain kelima syarat hadits shahih, yaitu sanadnya bersambung, perawinya harus adil
dan dhabit, dan hadits tersebut tidak boleh merupakan hadits yang syadz atau yang
mu'al, Imam Bukhari juga memiliki syarat lain yaitu bahwa untuk menetapkan ittisal
sanad (sanad haditsnya harus bersambung), bagi beliau tidak cukup bahwa kedua
perawi itu sekedar sernasa. Namun harus ada bukti bahwa mereka berdua pernah
bertemu, walaupun hanya sekali. Syarat seperti ini, sama dengan syarat syekh beliau
yatiu Ali bin al-Madini.
Imam Bukhari menyusun kitabnya itu berdasarkan bab Fiqh. Pertama-tama
beliau membagl dalam beberapa kitab, dan; di bawah kitab ini beliau meletakkan bab-
bab yang berkaitan dengan kitab tersebut, Jumlah kitab dalam shahihnya ini ada 97
kitab, dan 3450 bab. Hadits-hadits Mu’allaq Dalam Shahih Bukhari. Yang dimaksud
dengan hadits mu’allaq adalah hadits yang pada awal sanadnya terdapat perawi yang
dihilangkan satu atau lebih. Seperti umpamanya ungkapan Imam Bukhari: Malik
berkata dari Nafi’ dan ibnu Umar. Atau beliau mengatakan, Mujahid berkata dari Ibnu
Abbas dari Rasulullah SAW. Kedua contoh di atas merupakan mu’allaq, karena

6
antara Imam Bukhari dengan Imam Malik dan Mujahid terdapat beberapa perawi
yang tidak disebut, dan ini disebut hadits muallaq Bukhari dalam Shahihnya.
Hadits-hadits Muallaq ini, ada yang shahih dan ada yang tidak shahih. Namun
yang paling penting di fahami adalah, bahwa hadits-hadits muallaq yang beliau
masukkan dalam shahihnya ini bukanlah merupakan ‘ushul’ kitabnya. Namun hadits-
hadits tersebut hanya sebagai penguat terhadap makna atau ungkapan atau juga untuk
mentarjih suatu pendapat, atau bisa juga untuk lainnya. Oleh karena itulah, tidak
penting untuk membahas masalah ini secara terperinci.
Adalah Imam Ibnu Hajar al-Atsqalani, seorang ulama yang mensyarahkan
kitab Shahih Bukhari menghitung jurnlah hadits dalam shahih Bukhari secara
terperinci. Beliau mengemukakan bahwa

a. Jumlah hadits dalam shahihnya tanpa ulangan sebanyak 2602 hadits,

b. Matan-matan hadits muallaq yang tidak beliau sambung dalam tempat lain
sebanyak

159 hadits,

c. Jumlah seluruh hadits dengan pengulangan 7397 hadits.

d. Jumlah hadits-hadits mutaba’ah 344 hadits.

e. Jumlah hadits keseiuruhan dalam kitab shahih Bukhari sebanyak 9082 hadits.

2. Kitab Shahih Muslim

Imam Muslim memiliki nama. Lengkap Imam Abu al-Husam Muslim bin at-
hajjaj Din Muslim al-Qusyairi ahNisabury. Beliau lahir pada tahun 206 (ada yang
mengatakan 204). Beliau memiliki dua nasab yaitu:
a. Al-Qusyairi, yaitu sebuah kabilah Arab.
b. Al-Nisaburi, yaitu yaitu.sebuah kota besar di daerah Khurasan.
Kehidupannya di warnai dengan suasana menuntut ilmu. Hal ini karena di
tempat pertumbuhannya yaitu Naisabur, merupakan daerah yang hidup dengan
berbagai keilmuan. Beliau menuntut ilmu ketika masih sangat muda belia.
Diriwayatkan beliau pertama kali mendengar hadits pada usia ke 12 th (th 218) dari
syekhnya yaitu Yahya bin Yahya Al-Tamimi. Kemudian beliau mengembara ke
Baghdad berkali-kali dan bertemu dengan para Imam-imam hadits dalam

7
perjalanannya ke Hijaz, Iraq, Syam, Mesir dan sebagainya. Beliau sering mendatangi
Imam bukhari manakala Imam Bukhari sedang mengunjungi Khurasan. Beliau juga
berguru dengan Imam Ahmad, Ishaq bin Rohawaeh dsb.
Beliau merupakan seorang Imam yang memiliki hafalan yang sangat
cemerlang. Mengenai hal ini Muhammad bin Basyar Bundar mengatakan; Hufadz di
dunia ini ada empat; Abu Zur’ah di daerah Ray, Muslim di Naisabur, Abdullah al-
Darimi di Samarkindi dan Muhammad bin Ismaili di Bukhara.
Kitab shahih Muslim merupakan salah satu dari dua kitab paling shahih
setelah kitabullah. Kitab ini pun telah mendapatkan kesepakatan dari kaum muslimin
akan keshahihannya. Sebagaimana shahih Bukhari, kitab shahih Muslim juga
merupakan kitab yang ditulis dengan kehati-hatian yang tinggi, yang merupakan buah
dari kehidupan penulisnya yang penuh dengan keberkahan dalam menuntut ilmu. Jika
Imam Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun dalam menulis shahihnya, maka
Imam Muslim menghabiskan waktu 15 tahun guna menuliskan kitab shahihnya ini.
Diriwayatkan bahwa Ahmad bin Salamah mengatakan: “Aku bersama Imam Muslim
menulis shahihnya selama lima belas tahun, yang mencakup sebanyak dua belas ribu
hadits”, Imam Muslim sendiri mengemukakan mengenai kehati-hatian beliau dalam
menulis kitab shahihnva itu sebagai berikut: “Tidaklah aku meletakkan satu haditspun
dalam kitabku ini, melainkan dengan hujjah. Dan aku tidak pula menghilangkan
sesuatu daripadanya melainkan dengan hujjah.
Abu Syahbah mengatakan, bahwa sebenarnya Imam Muslim tidak menyusun
kitabnya itu berdasarkan bab perbab. Akan tetapi beliau mengumpulkan hadits-hadits
yang berkaitan dalam satu maudhu’ dan satu tempat. Adapun sebagaimana yang kita
lihat sekarang adanya pembaban dan pengkitab-kitaban dalam shahih beliau adalah
penambahan dari para pensyarah kitab shahih muslim, terutama Imam Nawawi ra.
Adapun jumlah hadits yang terdapat dalam shahih Muslim, Ahmad bin
Salamah mengatakan bahwa hadits yang terdapat dalam shahih Muslim dua belas ribu
hadits. Sementara Ibnu Shatah menghitungnya sejumlah 4000 hadits. Dari kedua
pendapat ini dapat disatukan bahwa pendapat pertama adalah jumlah hadits shahih
Muslim secara keseluruhan, adapun pendapat kedua adalah jumlah haditsnya tanpa
pengulangan.
2. Kitab Sunan Abu Dawud
Nama lengkap beliau adalah Imam Al-Hafidz Sulaiman bin al-Asy’as bin
Ishaq Al-Azadi Al-Sajastani. Beliau lahir pada tahun 202 H.Beliau menuntut ilmu

8
ketika masih kecil, karena beliau terbiasa sejak kecil mencintai dan ilmu dan
menggeluti para ulama. Belum lagi beliau beranjak dewasa, beliau teiah mengembara
untuk mencari ilmu dan hadits. Setelah selesai mengembara di negrinya sendiri,
beliau pergi ke Hijaz, Syam, Mesir, Iraq, Jazirah, Khurasan dsb. Beliau menulis kitab
“al-sunan”, yang kemudian beliau tunjukkan pada Imam Ahlus Sunnah yaitu Imam
Ahmad bin Hambal. Imam Ahmad menyambut baik kitab sunan Abu Daud.
Kemudian menetap di Bashrah, hingga akhir hayatnya.
Para Imam-Imam sebelum atau semasa beliau banyak yang menulis kitab-
kitab berbentuk Jami’ (mencakup segala hal, tidak hanya pada bab-bab fiqh) dan
Musnad (kitab yang disusun berdasarkan perawinya). Namun Abu Daud menulis
kitab yang secara khusus hanya mencakup sunan (sunah-sunah) dan hukum-hukum.
Setelah menulis kitab ini, beliau menunjukkannya pada Imam Ahmad bin
Hambal, yang ditanggapi positif oleh beliau. Namun dalam penulisan kitabnya ini
Imam Abu Daud agak berbeda dengan Imam Bukhari dan Muslim, dimana beliau
tidak mengkhususkan pada hadits-hadits shahih saja, namun beliau memasukkan juga
hadits-hadits hasan dan juga dhaif, yang tidak disepakati ulama untuk ditinggalkan.
Mengenai hal ini beliau mengemukakan: “Aku kumpulkan dalam sunan ini hadits
shahih dan yang seumpamanya atau mendekatinya. Aku tidak menyebutkan hadits
dalam kitab ini yang para ulama sepakat untuk meninggalkan hadits tersebut. Jika ada
satu hadits yang sangat dhaif, maka aku jelaskan. Diantaranya ada yang sanadnya
tidak shahih. Adapun hadits yang tidak aku komentari adalah shaleh, sebagian lebih
shahih dari yang lainnya”.
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa kitab beliau ini adalah sunan, yang
hanya mencakup sunnah dan ahkam, tidak mencakup seperti tafslr, kisah-kisah, adab
dsb. Namun secara penyusunan beliau menggunakan kitab dan bab. Dalam setiap
kitab beliau paparkan dibawahnya bab-bab yang membawahi hadits-hadits. Dalam
sunan terdapat 35 kitab dan 1871 bab.
Adapun jumlah hadits dalam sunan Abu Daud, ada yang mengatakannya
berjumlah 4800 hadits. Sementara yang lainnya mengatakan jumlahnya 5274 hadits.
Pada pendapat yang kedua adalah jumlah hadits yang dihitung dengan hadits-hadits
yang ada pengulangannya.
3. Jami’At Tirmidzi
Beliau bernama Al-Imam al-Hafidz Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah bin
Musa bin Dhahak Attirmidzi. Tirmidzi merupakan nisbah pada daerah Tirmidz dekat

9
sungai Jaihun. Beliau lahir pada tahun 209, namun ada juga yang mengatakannya
tahun 210 H.
Beliau tumbuh dan berkembang di Tirmidz. Di tempat kelahirannya ini
pulalah beliau memulai menuntut ilmu, sebelum memulai pengembaraannya ke
berbagai tempat lainnya. Beliau mengembara hingga ke berbagai daerah seperti Hijaz,
Iraq, Khurasan, dsb. Meskipun beliau dikatakan agak terlambat dalam memulai
menuntut ilmu, namun beliau dikaruniai kekuatan hafalan dan otak yang cemerlang.
Kitab ini selain dikenal dengan sebutan jami’ Tirmidzi, dikenal pula dengan
sebutan sunan Tirmidzi. Namun yang lebih populer di kalangan ahli hadits adalah
Jami’ Tirmidzi. Bahkan ada juga yang menyebutnya dengan ‘shahih Tirmidzi’.
Namun sebutan ini dinilai ahli hadits sebagai “Tasahul” (baca: terlalu memudah-
mudahkan) Karena dalam kitab ini, Imam Tirmidzi tidak mengkhususkan hadits-
hadits shahih saja, namun juga terdapat hadits hasan dan dhaif.
Imam Tirmidzi tidak sebagaimana Imam Bukhari, beliau memasukkan hadits-
hadits hasan dan dhaif dalam kitab jami’nya ini. Meskipun beliau komitmen untuk
tidak memasukkan hadits dalam kitabnya ini melainkan hadits yang diamalkan oleh
para ahli fiqh atau hadits yang memiliki hujjah. Namun hal seperti ini masih sangat
umum dalam memberikan kriteria hadits. Karena terdapat hadits-hadits yang hasan
dan dhaif masuk dalam kategori yang telah beliau tetapkan tersebut. Jika terdapat
hadits-hadits yang munkar atau hadits mu’al, maka beliau jelaskan kemungkaran atau
keillatannya. Dan hadits-hadits dhaif tersebut sebagian besar terdapat dalam kitab
fadhail. Beliau juga menjelaskan hampir setiap derajat hadits yang beliau cantumkan
dalam kitabnya ini. Diriwayatkan bahwa beliau baru selesai menulis kitab jami’ ini
pada tahun 270 H.
Syekh Ahmad Syakir menghitung jumlah hadits yang terdapat dalam Jami’
tirmidzi adalah 3906 hadits, Sedangkan penghitungan lain (komputer) berjumlah 3891
hadits.
4. Jami’An Nasa’i
Nama lengkap beliau adalgh Imam al-Hafidz Syekh Abu Abdirrahman bin Ali
bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasani al-Qadhi al-Nasa’i. Beliau lahir
di daerah Nasa’, Khurasan, tahun 215 H. (ada yang mengatakan 214 H)
Beliau menuntut ilmu sejak masih kanak-kanak di Nasa'. Sejak kecil telah
terlihat kecintaannya terhadap ilmu. Pada usia kanak-kanak ini pulalah beliau dapat
menghafalkan Al-Qur'an, dan mendapatkan dasar-dasar keilmuan dari para syekh di

10
daerahnya. Pada usianya yang lima belas, .beliau telah memulai mengembara guna
menuntut ilmu. Beliau mengembara diantaranya ke Hijaz, Iraq, Syam, Mesir, Jazirah
dsb, hingga beliau mahir dalam ulumul hadits dan ulumul isnad. Imam Nasa'i dikenal
sebagai seorang yang banyak ibadahnya baik pada siang maupun malam hari,
berpegang teguh dengan sunnah, wara' dan muru'ah,
Beliau memiliki banyak sekali guru, diantaranya adalah Ishaq bin Rohawaeh,
Hisyam bin Ammar, Suwaid bin Nashr, Isa bin Hammad Zaghbah, Ishaq bin Syahin,
dsb. Adapun para murid-muridnya diantaranya adalah: Abu Biysr Adaulabi, Abu
ja’far Attahawi, Abu Ali Annisaburi, Hamzah bin Muhammad al-Kinnani, Al-Hasan
bin Al-Khadr, Al-Asyuti dsb.
Pertama-tama beliau menulis kitab sunan Al-Kubra, kemudian beliau
menghadiahkannya pada Amir (pemimpin) kota Ramlah di Palestina. Beliau
mengatakan, ‘apakah semua hadits dalam sunan ini shahih?’ Irnam Nasa’i menjawab
“ada yang shahih, ada yang hasan dan ada yang mendekati keduanya”, Kemudian
Amir kota Ramlah berkata lagi, “Dapatkan engkau memisahkan untukku hadits-hadits
yang shahihnya saja?”. Kemudian beliau menulis kitab Sunan al-Sugra atau al-
Mujtaba; yang merupakan sunan Nasa’i yang masyhur dan dikenal oleh kaum
muslimin.
Imam Nasa’i dikenai sebagai Imam yang sangat hati-hati dalam meriwayatkan
hadits. Beliau sangat teliti dalam meriwayatkannya. Terlebih-lebih dalam kitab sunan
assugranya ini, hingga ulama mengatakan: “Sesungguhnya posisi sunan sughra adalah
setelah dua kitab shahih (Bukhari dan Muslim), karena sunan nasa’i ini adalah sunan
yang paling sedikit hadits dha’ifnya”. Meskipun demikian, dalam kitab sunan nasa’i
ini tidak dikhususkan pada hadits-hadits shahih saja. Namun juga terdapat hadits
shahih, hasan dan dha’if, walaupun jumlahnya sangat sedikit sekali.
Adapun dari segi penyusunan, sebagaimana para Imam-Imam yang lain, Imam
Nasa’i menyusunnya berdasarkan bab perbab di bawah kitab. Di bawah bab baru
beliau mencantumkan hadits-hadits riwayat beliau yang berkaitan dengan bab
tersebut.
Jumlah hadits sunan Nasa’i adaiah 5761 hadits. Ada yang menghitungnya
berjumlah 5662 dan ada juga yang menghitungnya 5758.
5. Kitab Sunan Ibnu Majjah
Beliau bernama lengkap, Imam Abu Abdullah bin Yazid bin Majah Arraba’i
Al-Qazwini. Beliau di lahirkan pada tahun 209 H. Para ulama tidak menemukan

11
sumber rujukan mengenai di mana beliau dilahirkan. Namun beliau tumbuh di
Qazwin. Dan biasanya seseorang lahir di tempat tumbuhnya.
Beliau tumbuh sebagai seorang yang mencintai ilmu dan menyukai hadits.
Selain belajar ditempatnya senditi, beliau juga mengembara ketempat-tempat lain
untuk menuntut ilmu, diantaranya ke Iraq, Hijaz, Syam, Mesir, Kufah, Bashrah, dsb.
Diantara guru beliau adalah, Abu Bakar bin Syaibah, Muhammad bin
Abdullah bin Numair, Hisyam bin Ammar, Muhammad bin Ramh, Ahmad bin al-
Azhar, Bisyr bin Adam dsb. Adapun diantara murid-murid beliau adalah, Muhammad
bin Isa al-Abhari, Abu Tayib Ahmad bin Ruh al-baghdadi, Abul Hasan Ali bin
Ibrahim Al-Qattan dsb.
Masa yang dilalui oleh Imam Ibnu Majah, merupakan masa sedang bangkitnya
ulama dalam menulis kitab-kitab sunnah. Di berbagai tempat di penjuru kekhilafahan,
terdapat para ulama-ulama hadits yang menulis kitab haditsnya. Namun bersamaan
dengan hal tersebut, daerah tempat beliau dibesarkan yaitu Qazwin, termasuk yang
lemah dalam memproduksi kitab-kitab hadits. Dan ternyata Allah memberikan
kecemerlangan terhadap Ibnu Majah sehingga beliau menjadi ulama hadits besar yang
memiliki banyak karya. Salah satu karya monumentalnya adalah kitab Sunan Ibnu
Majah.
Kitab beliau ini memilki keistimewaan mudah dalam pemaparannya, sehingga
dapat mernberikan manfaat yang maksimal bagi kaum muslimin. Beliau
menyusunnya berdasarkan bab fiqh. Sebagaimana kitab-kitab sunan yang lain, sunan
Ibnu Majah menyusunnya berdasarkan kitab perkitab, kemudian di bawah kitab
terdapat bab, dan di bawah bab beliau cantumkan hadits-hadits riwayat beliau yang
berkaitan.
Jumlah hadits yang terdapat dalam sunan Ibnu Majah sekitar 4000 an hadits.
Ada yang menghitungnva 4341 (Abd al-Baqi), ada juga yang menghitungnya 4397
(Al-A'dzami) dan ada juga yang menghitungnya 4333 hadits (komputer)

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kitab-kitab hadis yang telah dibahas pada bab terdahulu memiliki ciri khusus yang
sering kali tidak dapat diperbandingkan antara yang satu dengan yang lain. Demikian
juga menyangkut kelebihan dan kelemahan masing-masing, yang satu sama lain
saling melengkapi dan memperkaya referensi umat Islam. Metode penyusunan kitab
hadis baik yang berupa jami’ dengan menghimpun seluruh hadis baik menyangkut
masalah aqidah, ibadah, akhlaq, dan lain sebagainya sebagaimana yang terdapat
dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim tentu berarti memiliki cakupan hadis
dengan tema yang lebih luas dibandingkan dengan penyusunan kitab sunan atau
muwatho’ yang secara khusus membahas tentang perkara fiqih saja. Demikian pula
dengan kitab dengan metode musnad.
Dalam konteks penilaian atas kualitas hadits-hadits di atas Imam Ibnu Shalah
menyatakan bahwa kitab hadis yang paling autentik (Shahih) yang posisinya di bawah
tingkat Al-Qur’an adalah kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Namun demikian,
dengan keauntekikan kitab hadis tersebut juga tidak lepas dari kritikan dari berbagai
pihak baik dahulu maupun sekarang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Husnan,Ahmad, Kajian Hadits dan Metode Takhrij, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,


1993.
Khatib, Muhammad Hajaj, Ushulul Hadits, Beirut:Dar Alfikr, 1981.
Shalih, Subhi, Ulumul Hadits wa Mutshalatuhu, Beirut: Dar AlIlmi, 1959.
Ya’qub, Ali Musthofa, Imam Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadis,
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991.

14

Anda mungkin juga menyukai