Anda di halaman 1dari 4

TRADISI TEDAK SITEN MASYARAKAT

JAWA

Pengertian

Tedak siten adalah salah satu tradisi dalam adat dan budaya jawa yang bertujuan agar anak dapat
tumbuh dan berkembang menjadi sosok sukses di masa depan.

Dengan restu dari tuhan maupun bimbingan dari kedua orang tuanya. Tradisi tedak siten ini
sebenarnya sudah diselenggarakan sejak dahulu kala hingga kini sudah turun-temurun.

Selain menggambarkan doa dan harapan dari orang tua kepada buah hatinya, tradisi tedak siten ini juga dapat
dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan karena telah diberi keturunan.

Tujuan tradisi Tedak Siten adalah:

Membuat anak tumbuh kuat


Mampu menghadapi setiap godaan dan rintangan
Menjadi anak yang mandiri
Sejarah Tedak Siten

Sejarah munculnya tradisi Tedak Siten, sebagai sebuah tradisi, upacara Tedak Siten bersifat anonym,
artinya tidak dapat diketahui dengan pasti siapa yang pertama kali melaksanakan atau penciptanya.
Namun, tradisi Tedak Siten ini telah berlangsung secara turun temurun dalam kehidupan masyarakat
pendukungnya. Para leluhur melaksanakan upacara Tedak Siten sebagai bentuk penghormatan kepada
bumi tempat anak mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah dengan diiringi doa-doa dari orangtua
dan para sesepuh.

Pada umumnya masyarakat yang masih melaksanakan tradisi Tedak Siten adalah masyarakat Jawa
yang tersebar mulai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Maka dari itu,
persebaran tradisi Tedhak Siten biasanya mencakup tiga wilayah tersebut.

Perlengkapan dalam upacara tradisi Tedak Siten:

Jadah (tetel) Tujuh Warna


Jenang Bluwok
Nasi Tumpeng dan Ingkung Pitik (Ayam Kampung Utuh)
Jajanan Pasar
Tangga (Ondho)
Kurungan Ayam dan Perlengkapannya
Kembang Setaman

Tahapan dalam upacara tradisi Tedak Siten dan maknanya:

Tahap pertama: anak akan dilatih berjalan maju dengan menginjak bubur beras ketan tujuh warna.
Tiap warna melambangkan pengharapan orang tua untuk keberhasilan anak dapat melewati fase
kehidupan hingga dewasa dengan pertolongan Tuhan.
Tahap kedua: anak dituntun menaiki tangga yang terbuat dari tebu. Makna tanaman tebu menurut
masyarakat Jawa agar anak mempunyai kemantapan hati dalam menjalani kehidupan.
Tahap ketiga: setelah turun tangga, anak dituntun menuju onggokan pasir dan dibiarkan mengais pasir
dengan kakinya. Makanya anak diharapkan bisa mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya
kelak.
Tahap keempat:anak dimasukkan dalam kurungan ayam yang sudah dihias. Dalam kurungan
dimasukkan beberapa benda, seperti buku, ponsel, bola, raket, dan lain-lain. Maknanya ketika anak
memilih barang, barang tersebut akan menggambarkan kehidupan anak kelak.
Tahap kelima: menyebar udhik-udhik atau uang logam yang bercampur dengan berbagai macam
bunga. Hal ini menyimbolkan harapan agar anak kelak memiliki sifat dermawan, gemar bersedekah
dan rezekinya lancar.
Tahap keenam: tubuh anak dibasuh dengan kembang setaman. Hal ini bertujuan agar anak memiliki
jalan kehidupan yang bagus dan bisa membanggakan keluarganya kelak.
Tahap ketujuh: anak diberi pakaian bagus dan bersih lalu didandani. Hal ini bertujuan agar anak
memiliki jalan kehidupan yang bagus dan bisa menjaga nama baik keluarganya kelak.

Langkah-langkah ritual harus sebagai berikut:

1. Berjalan di 7 warna

Anak dipandu untuk berjalan di atas jenang 7 warna yang berbeda (merah, putih, jingga, kuning, hijau,
biru, dan ungu) yang terbuat dari beras ketan.

Ritual ini melambangkan bahwa di masa depan, anak harus bisa mengatasi semua hambatan dalam
hidup.
Warna tersebut, menjelaskan bahwa “Maknanya, hidup berawal dari yang gelap dan berakhir
dengan terang’’

 Warna putih melambangkan watak yang bijaksana.


 Warna biru menyimbolkan karakter.
 Warna hijau menyimbolkan kehidupan.
 Warna jingga menyimbolkan matahari.
 Warna merah menyimbolkan semangat.
 Warna kuning menyimbolkan tercapainya harapan dan cita-cita.
 Warna hitam menyimbolkan keagungan.

2. Menginjak Tangga dari Tebu

Anak selanjutnya dibimbing untuk menginjak tangga yang terbuat dari tebu "Arjuna" dan kemudian
turun. Tebu merupakan singkatan dari Antebing Kalbu.

Diharapkan ke depannya, anak itu berperilaku seperti Arjuna, yang merupakan seorang pejuang sejati.

Diharapkan anak bisa berjalan dalam kehidupan dengan tekad dan penuh percaya diri seperti Arjuna
yang heroik.

3. Diletakkan di Tumpukan Pasir

Usai menginjak tangga dari tebu, selanjutnya anak dipandu dua langkah dan diletakkan di atas
tumpukan pasir.

Anak harus melakukan "Ceker-Ceker", yaitu ia bermain pasir dengan kedua kaki.

Dalam bahasa Jawa, ritual ini memiliki makna bahwa ceker-ceker tersebut artinya bekerja dan
mendapatkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

4. Masuk ke Kandang Ayam

Selanjutnya, sang anak kembali dipandu untuk memasuki kendang ayam yang didekorasi.

Di dalam kandang, ada beberapa barang, seperti buku tulis, perhiasan, aksesoris emas, kalung, gelang,
beras, kapas dan barang-barang bermanfaat lainnya.

Di tahap ini, anak akan memilih barang yang disediakan di kandang ayam tersebut.

Jika misalnya, anak bermain dengan buku tulis, mungkin dia harus bekerja di kantor atau menjadi
profesor.

Bila anak memilih perhiasan, mungkin anak itu haruslah menjadi orang kaya.

Semua simbol profesi ada di kurungan menjadi semacam penuntun bagi bayi dalam memilih pekerjaan
nanti.

Sementara kandang ayam tersebut memiliki makna bahwa ketika anak telah memasuki kehidupan, dia
harus dijaga oleh hal-hal baik.
5. Menyebarkan Udik-udik

Sementara itu, ayah dan kakek anak tersebut menyebarkan "udik-udik", yang merupakan koin-koin
dan bunga.

Anak selanjutnya dibimbing untuk menginjak tangga yang terbuat dari tebu "Arjuna" dan kemudian
turun. Tebu merupakan singkatan dari Antebing Kalbu.

Diharapkan ke depannya, anak itu berperilaku seperti Arjuna, yang merupakan seorang pejuang sejati.

Diharapkan anak bisa berjalan dalam kehidupan dengan tekad dan penuh percaya diri seperti Arjuna
yang heroik

6. Dimandikan dengan Bunga Sritaman

Selanjutnya, anak harus dimandikan atau dibersihkan dengan bunga Sritaman.

Air mandi ini terdiri dari bunga mawar, melati, magnolia dan kenanga.

Ritual ini melambangkan harapan bahwa bayi akan membawa rasa hormat, kehormatan, dan
ketenaran bagi keluarga.

7. Dipakaikan Pakaian Baru

Usai menjalani semua ritual, anak itu dipakaikan pakaian rapi yang indah dan baru.

Ini menggambarkan bahwa ia harus selalu memiliki kehidupan yang baik dan makmur, dan dapat
membuat orang tuanya hidup Bahagia.

Anda mungkin juga menyukai