Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS NOVEL

Judul : Bumi Manusia

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Lentera Dipantara

Jumlah Halaman : 535 halaman

Sinopsis Cerita

Bumi Manusia

Penjajahan cenderung membahas tentang perampasan kekayaan oleh suatu bangsa


terhadap bangsa lain. Penjajahan di Nusantara dilakukan oleh Belanda, dengan tujuan agar
negeranya semakin berjaya.Perampasan yang dilakukan oleh penjajah itu bukan hanya dalam
hal kekayaan alam atau kekayaan lainnya, melainkan juga perampasan sosial dan
budaya.Oleh mereka, penduduk Indonesia dibagi-bagi ke dalam berbagai kelas sosial.Dan
kelas yang tertindas dalam cerita ini adalah kelas pribumi.Inilah yang ingin diperjuangkan
oleh Pramoedya Ananta Toer dalam novel Bumi Manusia ini.

Tokoh utama dalam novel ini adalah Minke,seorang pribumi asli, namun karena
keturunan ningrat Jawa diperbolehkan bersekolah di HBS Surabaya. Hanya dia pribumi totok
yang bersekolah disana. Selebihnya adalah warga negara kelas 1, orang Eropa, kelas 2 : Indo
dan Tionghoa. Karena ajakan Robert Surhorf (teman Minke di HBS), dia berkesempatan
berjunjung ke sebuah rumah Tuan Belanda, Herman Mellema. Sebuah kunjungan yang
merubah hidup Minke selamanya.

Tidak disangka, Annelies Mellema, putri sang tuan rumah jatuh cinta pada Minke.
Cinta sang putri mendapat dukungan dari sang bunda, Nyai Ontosoroh. Minke memasuki
kehidupan keluarga itu, bahkan dipersilahkan untuk tinggal serumah dengan mereka. Sejak
itulah, banyak pertentangan dan rintangan yang menghampiri hidupnya.

Tentangan pertama datang dari keluarganya sendiri yang tak sudi Minke tinggal dalam
rumah seorang Nyai. Oleh sebab itu, ayahnya tak mau mengakuinya sebagai anak lagi.
Bencana kedua datang dari pihak sekolah yang karena alasan moral memberhentikannya
sebagai siswa. Tetapi bencana sesungguhnya datang dari sepucuk surat dari pengadilan
Belanda. Seusai kematian Herman Mellema yang misterius di rumah pelesiran Ah Tjong.

1
Anak Mellema dari istri Belandanya menggugat harta kekayaan yang dengan susah
payah dipelihara dan dikembangkan Nyai Ontosoroh. Bukan itu saja. Annelies yang telah
dinikahi Minke secara syah, harus memenuhi panggilan pengadilan untuk 'kembali' ke tanah
leluhurnya, Belanda. Sebuah tindakan yang jauh dari rasa keadilan.Itulah yang disebabkan
oleh para penjajah; perampasan kekayaan, pertentangan kelas dan penindasan.

Etika dan estetika yang terkandung dalam novel sastra, dapat diperoleh dari bahasa-
bahasa yang tersirat dari sana dapat diperoleh keindahan. Untuk mengetahui etika serta
estetika dalam suatu novel akan lebih mudah jika diruntut melalui unsur intrinsik maupun
ekstrinsik di dalam novel, disini akan dijelaskan seperti berikut.

Buku ini bercerita tentang perjalanan seorang tokoh bernama Minke. Minke adalah
salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Pada masa itu, yang dapat masuk ke sekolah
HBS adalah orang-orang keturunan Eropa. Minke adalah seorang pribumi yang pandai, ia
sangat pandai menulis. Tulisannya bisa membuat orang sampai terkagum-kagum dan dimuat
di berbagai Koran Belanda pada saat itu. Sebagai seorang pribumi, ia kurang disukai oleh
siswa-siswi Eropa lainnya. Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner di buku ini. Ia
berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Ia juga berani memberontak
terhadap kebudayaan Jawa, yang membuatnya selalu di bawah.

Selain tokoh Minke, buku ini juga menggambarkan seorang "Nyai" yang bernama Nyai
Ontosoroh. Nyai pada saat itu dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki norma
kesusilaan karena statusnya sebagai istri simpanan. Statusnya sebagai seorang Nyai telah
membuatnya sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia yang sepantasnya.
Tetapi, yang menariknya adalah Nyai Ontosoroh sadar akan kondisi tersebut sehingga dia
berusaha keras dengan terus-menerus belajar, agar dapat diakui sebagai seorang manusia.
Nyai Ontosoroh berpendapat, untuk melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan, dan
sebagainya hanyalah dengan belajar. Minke juga menjalin asmara dan akhirnya menikah
dengan Annelies, anak dari Nyai Ontosoroh dan tuan Mellema.

Melalui buku ini, Pram menggambarkan bagaimana keadaan


pemerintahan kolonialisme Belanda pada saat itu secara hidup. Pram, menunjukan betapa
pentingnya belajar. Dengan belajar, dapat mengubah nasib. Seperti di dalam buku ini, Nyai
yang tidak bersekolah, dapat menjadi seorang guru yang hebat bagi siswa HBS dan Minke.
Bahkan pengetahuan si nyai itu, yang didapat dari pengalaman, dari buku-buku, dan dari
kehidupan sehari-hari, ternyata lebih luas dari guru-guru sekolah HBS.

ANALISIS
2
 Unsur Intrinsik

1. Tema

Tema novel ini adalah tentang kisah percintaan seorang pemuda keturunan
priyayi Jawa dengan seorang gadis keturunan Belanda dan perjuangannya di tengah
pergerakan Indonesia di awal abad ke-20.

2. Tokoh dan Penokohan

a. Minke : tokoh utama, cerdas, berjiwa pribumi, keturunan priyayi,


siswa HBS, baik, penyayang.
b. Annelies : putri dari orang belanda (Herman Mellema) dan pribumi
(Nyai Ontosoroh), pendiam, manja, labil.
c. Nyai Ontosoroh : istri simpanan dari Herman Mellema, mandiri, tegas,
bijaksana, pandai, dan tegar.
d. Herman Mellema : kaku dan kasar
e. Robert Mellema : egois, tidak bermoral
f. Ayah Minke : masih berpatokan dengan adat istiadat Jawa, pemarah,
keras dalam mendidik Minke.
g. Ibu Minke : bijaksana, penyayang
h. Robert Surhorf : pengecut
i. Jean Marais : penyayang (ayah may marais)
j. May Marais : manja
k. Darsam : seorang Madura yang berwatak keras, patuh kepada tuannya.
l. Ah Tjong : licik
m. Maiko : seorang pelacur dari Jepang, egois dan tidak jujur
n. Amelia Mellema : istri sah Herman Mellema, ambisius
o. Ir. Maurits Mellema : ambisius,
p. Magda Petters : baik
q. Mevrow Telinga : seorang yang penyayang (hal 268) (“memvrom telinga telah
beberapa kali mengomopres kepala ku dengan cuka-bawang merah”)
r. Miriam de la Croix : senior Minke di HBS
s. Sarah de la Croix : senior Minke di HBS
t. Herbert de la Croix : ayah Sarah dan Miriam
3
3. Latar

a. Latar tempat : Indonesia, Surabaya, Wonokromo


b. Latar waktu : tahun 1889 pada masa pemerintahan belanda
c. latar suasana : Menegangkan dan genting

4. Sudut Pandang

Dalam novel Bumi Manusia pengarang menggunakan sudut pandang orang


pertama pelaku utama, seperti pada kutipan novel di bawah ini.

“Aku tunggu-tunggu meledaknya kemarahan Nyai karena puji-pujian”.

5. Alur dan Pengaluran

Alur cerita ini menggunakan alur keras, yaitu akhir cerita tidak dapat ditebak.
Pada awal dan tengah cerita, mungkin pembaca akan berpikir cerita akan berakhir
bahagia dengan pernikahan Minke dan Annelies, tetapi cerita ini diakhiri dengan
perpisahan Annelies dan Minke. Annelies harus pergi ke negaranya, Belanda,
sedangkan Minke tetap di Hindia sebagai seorang Pribumi.

 Unsur Ekstrinsik

 Nilai-nilai :

1. Nilai sosial

Kedudukan kaum laki-laki lebih tinggi daripada wanita pada masa itu.

2. Nilai Budaya

Kebudayaan jaman dahulu masih sangat tertinggal dari peradaban. Pribumi


(dalam hal ini contohnya Minke) masih mempertahankan budaya menghormati
orang tua.

“... kata mulutku, dan seperti mesin tanganku mengangkat sembah yang kesekian
kali....”

3. Nilai agama

4
perbedaan keyakinan antara Minke dan Annelies. Minke beragama Islam
sedangkan Annelies beragama Kristen Protestan. Saling bertoleransi kepada sesama
manusia dan menghormati kepercayaan yang dianutnya.

4. Nilai Moral

Perbedaan pergaulan yang dilakukan bangsa Eropa dengan pergaulan orang


pribumi bangsa Eropa secara bebas melakukan hal yang dilarang agama tanpa
mendapatkan sangsi hukum. Sedangkan bangsa pribumi lebih membatasi
pergaulannya satu sama lain antara laki-laki dan perempuan.

Anda mungkin juga menyukai