SINOPSIS
Tokoh utama dalam novel ini adalah Minke,seorang pribumi asli, namun karena
keturunan ningrat Jawa diperbolehkan bersekolah di HBS Surabaya. Hanya dia
pribumi totok yang bersekolah disana. Selebihnya adalah warga negara kelas 1,
orang Eropa, kelas 2 : Indo dan Tionghoa. Karena ajakan Robert Surhorf (teman
Minke di HBS), dia berkesempatan berjunjung ke sebuah rumah Tuan Belanda,
Herman Mellema. Sebuah kunjungan yang merubah hidup Minke selamanya.
Tidak disangka, Annelies Mellema, putri sang tuan rumah jatuh cinta pada
Minke. Cinta sang putri mendapat dukungan dari sang bunda, Nyai Ontosoroh.
Minke memasuki kehidupan keluarga itu, bahkan dipersilahkan untuk tinggal
serumah dengan mereka. Sejak itulah, banyak pertentan
pertentangan
gan dan rintangan yang
menghampiri
menghampiri hidupnya.
Tentangan pertama datang dari keluarganya sendiri yang tak sudi Minke tinggal
dalam rumah seorang Nyai. Oleh sebab itu, ayahnya tak mau mengakuinya
mengakuinya
sebagai anak lagi. Bencana kedua datang dari pihak sekolah yang karena alasan
moral memberhentikannya sebagai siswa. Tetapi bencana sesungguhnya datang
dari sepucuk surat dari pengadilan
pengadilan Belanda. Seusai kematian Herman Mellema
yang misterius di rumah pelesiran Ah Tjong. Anak Mellema dari istri Belandanya
menggugat harta kekayaan yang dengan susah payah dipelihara dan
dikembangkan
dikembangka n Nyai Ontosoroh.
Bukan itu saja. Annelies yang telah dinikahi Minke secara syah, harus
memenuhii panggilan pengadilan untuk 'kembali' ke tanah leluhurnya, Belanda.
memenuh
Sebuah tindakan yang jauh dari rasa keadilan.Itulah yang disebabkan oleh para
penjajah; perampasan kekayaan, pertentangan kelas dan penindasan.
Etika dan estetika yang terkandung dalam novel sastra, dapat diperoleh dari
bahasa-bahasa yang tersirat dari sana dapat diperoleh keindahan. Untuk
mengetahuii etika serta estetika dalam suatu novel akan lebih mudah jika diruntut
mengetahu
melalui unsur intrinsik maupun ekstrinsik di dalam novel, disini akan dijelaskan
seperti berikut :
Herman Mellema
Mellema : kaku dan kasar {“siapa kasih kowe ijin datang
kemari, monyet!”. Dengusnya dalam melayu-
melayu-pasar, kaku dan kasar, juga isinya.”}
(hal 64)
Robert Mellema : egois, tidak bermoral
Ah Tjong : licik
jujur
Amelia Hammers Mellema : istri sah Herman Mellema, ambisius
Mevrow Telinga : seorang yang penyayang (hal 268) {“memvrom telinga telah
beberapa kali mengomopres kepala ku dengan cuka-bawang
cuka-bawang merah”}
3. Latar
a. Latar tempat: Wonokromo dekat Surabaya di Jawa Timur (hal 24, dan setiap
“Aku tunggu-tunggu
tunggu-tunggu meledaknya kemarahan Nyai karena puji-pujian”.
puji-pujian”.
Secara keseluruhan novel ini menggunakan alur maju, tetapi ditengah cerita
terdapat kilas balik.
6. Unsur Ekstrinsik
Nilai Etika yang Terkandung dalam Novel “Bumi Manusia Dalam novel “Bumi
Manusia” terlihat
terlihat
- Contoh etika dalam novel ini adalah di saat Minke sungkem kepada ayahnya.
“... kata mulutku, dan seperti mesin tanganku mengangkat sembah yang kesekian
kali....”
KESIMPULAN
Tokoh utama dalam novel ini adalah Minke,seorang pribumi asli, namun karena
keturunan ningrat Jawa diperbolehkan bersekolah di HBS Surabaya. Hanya dia
pribumi totok yang bersekolah disana. Selebihnya adalah warga negara kelas 1,
orang Eropa, kelas 2 : Indo dan Tionghoa. Karena ajakan Robert Surhorf (teman
Minke di HBS), dia berkesempatan berjunjung ke sebuah rumah Tuan Belanda,
Herman Mellema. Sebuah kunjungan yang merubah hidup Minke selamanya.
Tidak disangka, Annelies Mellema, putri sang tuan rumah jatuh cinta pada
Minke. Cinta sang putri mendapat dukungan dari sang bunda, Nyai Ontosoroh.
Minke memasuki kehidupan keluarga itu, bahkan dipersilahkan untuk tinggal
serumah dengan mereka. Sejak itulah, banyak pertentan
pertentangan
gan dan rintangan yang
menghampiri
menghamp iri hidupnya.
UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK
I. Biografi
Pramoedya Ananta Toer lahir pada 1925 di Blora, Jawa Tengah, Indonesia.
Hampir separuh hidupnya dihabiskan dalam penjara. Penjara tak membuatnya
berhenti sejangkalpun menulis. Baginya, menulis adalah tugas pribadi dan nasional.
Dan konsekuen terhadap semua akibat yang ia peroleh. Berkali-kali karyanya dilarang
dan dibakar.
Dari tangannya yang dingin telah lahir lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke
dalam lebih dari 42 bahasa asing. Karena kiprahnya di gelanggang sastra dan
kebudayaan, Pramoedya Ananta Toer dianugerahi pelbagai penghargaan
Internasional.
II. Nilai-Nilai
a.Nilai Sosial
“ Memang patut aku minta maaf sebesar-besarnya tak dapat berbuat sesuatu
untuk meringankan penderitaan Nyai. Tak ada padaku teman-teman dekat orang
besar, karena memang tidak pernah punya keanggotaan sesuatu kamarbola” “ Tapi
Tuan merasa perlakuan terhadap kami ini tak adil, bukan ?” tanya Mama.
b) Nilai budaya
Pintu kuketuk pelan. Aku tak tahu kamar siapa, membukanya dan masuk.
Bunda sedang duduk bersisir di depan cermin. Sebuah lampu minyak berkaki tinggi
berdiri di atas sebuah kenap di sampingnya.
c) Nilai Moral
“Kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau
harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus bicara pada mereka,
dengan bahasa yang mereka tahu. Kau tak kenal bangsamu sendiri,” kata Jean
Marais.
d) Nilai Estetika