Anda di halaman 1dari 9

BUMI MANUSIA

1. IDENTITAS NOVEL

Judul : Bumi Manusia


Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantera
Terbit : 16 Oktober 2010
Jenis : Sastra\Novel
Halaman : 535

2. SINOPSIS NOVEL
Bumi Manusia mengikuti kehidupan Minke, siswa HBS atau sekolah menengah atas
dengan pengantar bahasa Belanda. Minke—yang merupakan satu-satunya orang
Indonesia di antara siswa Belanda—mendapat kesempatan dari pemerintah kolonial
untuk bersekolah di sana karena ia keturunan priayi. Pada konteks masyarakat kala itu,
golongan priayi tinggi diberi hak istimewa untuk menduduki karier yang terhormat,
selama ia patuh pada tuntutan sistem yang ada. Sistem yang dimaksud adalah
berperilaku dengan mengikuti kebudayaan priayi dan tunduk pada kemauan penguasa
kolonial, yang memanfaatkan golongan priayi untuk mengukuhkan kekuasaan. Dalam
novel ini, Pram mengisahkan pula jalinan cinta Minke dengan Annelies, putri Herman
Mellema dengan Nyai Ontosuroh, dan akhirnya menikahinya. Hubungan ini pula yang
membawanya pada petualangan yang “menggugah”, dan menjadi bumbu pelengkap
dalam kisah Minke. Minke tergambar sebagai “sosok pribumi” penuh privilese, cerdas,
dan liyan dari pada golongannya. Tulisan-tulisan Minke dalam majalah berbahasa
Belanda misalnya, membuat Asisten Residen mengundangnya sebagai tamu
kehormatan, bahkan kemudian menjadikannya sahabat keluarga. Namun, kehidupan
penuh privilese ini justru secara berangsur membuatnya tersadar, bahwa dirinya berada
dalam masyarakat rasialis. Ia menemukan pula bahwa sistem etis sekalipun, tidak dapat
menerima masyarakat bangsanya (baca: pribumi). Di sisi lain, kondisi masyarakat
Indonesia pada saat itu pun dihadapkan pada kehidupan yang dengan ketat
melaksanakan praktik feodalisme, termasuk oleh keluarganya sendiri. Dua premis cerita
tersebut lah yang menguat sepanjang isi novel. Melalui interaksinya dengan masyarakat
kolonial, membuatnya mengerti akan adanya sistem yang bersifat rasialis dalam
masyarakat. Juga, persahabatannya dengan pelukis Prancis, Jean Marais, bekas prajurit
KNIL yang pernah terlibat dalam perang Aceh, turut membongkar sistem kolonial dari
segi lain lagi. Puncaknya, setelah kematian Herman Mellema, datang putusan
pengadilan Amsterdam untuk menyita seluruh harta kekayaan Herman Mellema di
Hindia. Tak cukup sampai di situ, pengadilan Belanda pun tidak mengakui perkawinan
Minke dengan Annelies secara hukum karena Annelies masih di bawah umur. Minke
dan Nyai Ontosoroh pun terus berjuang melawan hukum kolonial ini meskipun pada
akhirnya menemui kegagalan.

3. STRUKTUR BUMI MANUSIA

Abstrak

Diawali dengan Suurhof mengajak Minke ke kedai Tuan Gelanda di pagi hari, tetapi
mereka tidak diperbolehkan mesuk karena mereke adalah bangsa pribumi. Akhirnya
Minke mengajak Suurhof pergi ke kedai Baba China. Di kedei tersebut mereka makan
sambil mengobrol sentai Suurhof mencertakan tentang seorang gadis cantik yang
benama Annelis, dan menantang Minke untuk menemui gadis tersebut.

Orientasi

Keesokan harinya mereka berdua pergi ke tempat gadis tersebut di Wonokromo


menggunakan dokar mewah yang sengaja Suurhof sewa Sesampainya disana, Minke
disambut dengan tidak hangat oleh Robert Melema yang merupakan kakak dari
Annelise. Tidak lama kemudian Annelis datang dan berkenalan dengan keduanya. tetepi
Annelis terlihat lebih tertarik pada Minke dan mengajaknya berkeliling rumah. Minke
mencoba menarik perhatian Annelis dengan pengetahuannya dan membuat Annelis
terpukau Pada saat di taman, Minke dengan berani mencium pipi Annelis yang membuat
gadis itu terkejut dan berlari meninggalkan Minke. Pada saat Minke sedang mengejar
Annelis ia melihat Nyei Ontosoro yaitu ibu Annelis.

Malam pun tiba, pada saat makan malam yeng dijamu oleh Nyai Ontosoro. Minke
dan Annelis tarlihat sangat dekat sampai membuat Suurhof cemburu saat mereka sedang
menyantap makan malam datanglah ayah Annelis dengan keadaan mabuk sehabis dari
rumah bordil Baba Ah Tjong. la adalah Herman Melema. Herman yang melihat ada
seorang pribumi yang sedang makan di rumahnya pun murka. la memaki Minke dengen
sebutan monyet. Nyei Ontosoro yang melihat kekacauan tersebut langsung memarahi
suaminya tersebut dan meminta Herman untuk masuk ke kamarnya. Setelah makan
malam selesai minke pamit untuk pulang.

Minke yang sudah kembali ke penginapannya mendapat surat deri Nyai Ontosoro
yang diberikan oleh Meufran Telinga. Meufran pun mengingatkan Minke agar hati-hati
terhadap Nyai kerena kabar buruk yeng beredar tentang Nyai Minke pun bercerita
kepada temannya yang berasal dari Perancis yaitu Jean Marais. Jean adalah seorang
pelukis dan mempunyai seorang anak yang bernama Mey. Minke memberi tahukan isi
surat dari Nyai Ontosoro yang memintanya untuk datang kembali ke Wonokromo
kepada Jean, dan Jean pun memberikan Minke beberapa motivasi. Dan pada akhirnya
Minke pun kembali ke Wonokromo. kembali dengan janjinya kepada dokter Marinet,
dan memutuskan untuk kembali kepada Annelis. Annelis pun sangat senang dan
mengajak Minke untuk berjalan jalan di sekitar rumah.
Puncak Konflik

Pada saat berjalan jalan Minke tidak sengaja melihat seseorang yang mengikutinya
ada didepan pagar rumah, akhirnya Minke memanggil Darsam dan mengejar si pengunit
tersebut. Penguntit yang panik pun langsung melarikan diri ke dalam rumah bordil baba
Ah Tjong. Tetapi sesampainya disana mereka tidak menemukan si penguntit tersebut,
melainkan Herman yang telah mati terbunuh, Annelis dan Nyai yang menyusul mereka
pun terkejut mengetahui bahwa Herman telah mati. Keributan tersebut membuat
seseorang terganggu dan ia pun keluar dari salah satu kamar, Nyai yang melihat Robert
keluar dari salah satu kamar pun terkejut dan memerintahkan Darman untuk segera
mengejar Robert, tetapi Robert dengan sigap melarikan Diri setelah berhasil menembak
Darman. Akibat dari kekacauan tersebut polisi Belanda pun datang dan membuat Nyai
harus melakukan persidangan atas kematian suaminya.

Saksi -saksi telah dihadirkan, termasuk Babe Ah Tjong selaku pemilik rumah bordil
dan juga Minke. Tetapi pada saat hakim bertanya kepada Minke, pertanyaan yang
dilontarkan Menjurus ke arah pribadi, yang membuat Nyai Ontosoro pun memberikan
pembelaan kepada Minke dengan berbalik menyudutkan sang hakim yang malah
mempermasalahkan hubungan percintaan Minke dengan Annelis dann juga mengambil
keputusan sepihak jika Nyai Ontosoro menjadi pihak yang diuntungkan dari kematian
Herman Meleme, dan pengadilan pun berjalan kacau. Keesokan harinya di persidangan
yang ke dua, Minkee menghadirkan saksi kunci yaitu Maiko. Maiko adalah perempuan
yang selalu tidur dengan Herman, ia mengakui bahwa ia telah membunuh Herman atas
perintah dari Baba Ah Tjong. Dan dengan kesaksian itu Nyai Ontosoro bebas dari
tuduhan.

Hari berganti, Minke yeng telah bebas deri kasus peradilan kembali ke sekolah.
Sesampainya di sekolah ia dipanggil oleh kepala sekolah, dan diberitahukan bahwa ia
telah dikeluarkan dari sekolah karena hubungan nya dengan Annelis dan juga perintah
dari ayahnya. Minke pun meninggalkan sekolah HBS dan pergi ke kediaman Annelis
memutuskan untuk menikahi Annelis.

Beberapa hari kemudien Juffrouw Magda Peters, guru Minke di sekolah datang
menemui Minke untuk memberitahukan jika kepala sekolah meminta Minke untuk
Kembali ke sekolah. Minke pun kembali bersekolah dan lulus dengan nilai tertinggi.
Disaat pengumuman kelulusan Minke juga memberitahukan kepada teman temannya
bahwa dia dan Annelis akan segera menikah.

Setelah Minke menikahi Annelis, mereka hidup dengan bahagia. Hingga pada suatu
saat Maurits Melema anak dari mendiang Herman Melema menuntut seluruh harta
kekayaan milik Herman dan juga hak asuh Annelis. Hal ini membuat Nyai Ontosoro dan
juga Minke menjadi orang pertama yang akan menghadapi peradilan kulit putih tanpa
didampingi oleh pengacara. Minke yang mencari dukungan akhirnya mendapat simpati
dari berbagai golongan.

Menuju Konflik
Pada saat berkeliling bersama Annelis, Minke bertanya tentang sejarah Keluarga
Melema, dan Annelis pun menceritakannya kepada Minke Dulu ibunya atau Nyai
Ontosoro yang bernama asli Sanikem di jual oleh ayahnya yang bernama Sestrotomo
kepada seorang Belanda asli yaitu Herman Melema, dan dari situlah Sanikem mergad
tri simpenan Herman. Annelis juga berkata bahwa dulu ayahnya tidak sekacau sekarang,
dimana Herman adalah sosok ayah yang baik untuk keluarga. Herman juga mengajarkan
Sanikem berbagai ilmu yang membuat Sanikem berubah dari wanita Jawa biasa
mengadi wanita pribumi dengan citra rasa Eropa. Mereka menjadi keluarga bahagia.
sampai pada saat datangnya Maurits Melema, anak dan istri pertama Herman yang
datang dan Belanda untuk melabrak Herman karna telah meninggalkan istri
pertamanya tanpa memberi nafkah sedikitpun. Maurits Melema juga akan menuntut
Herman karena telah berselingkuh dengan Sanikem. Herman yang mendengar itu
menjadi sangat kacau dan sering pergi ke rumah bordil Baba Ah Thong. Mendengar
cerita dari Annelis, Minke pun mengerti apa yang terjadi di rumah itu.

Pada saat malam hari. Minke dijemput paksa oleh polisi Belanda yang akhinya
membuat Minke terpaksa pergi mengikuti polisi tersebut meninggalkan Nyai dan
Annelis yang kebingungan. Annelis yang ditinggalkan Minke menjadi sedih. Nyai yang
melihat anak gadisnya bersedih memerintahkan sang kakak Robert untuk pergi mencari
Minke. Robert yang memang tidak suka dengan orang pribumi menolak perintah
ibunya tersebut. dan terjadilah adu mulut antara Robert dan Nyai. Pada akhirnya
Robert mengiyakan perintah sang ibu dengan setengah hati dan pergi dengan emosi
Sementara itu Minke yang di jemput paksa oleh polisi Belanda di bawa ke tempat
ayahnya. Ayah Minke yang akan diangkat menjadi bupati meminta Minke untuk
menjadi penerjemahnya di dalam pelantikan. Setelah acara pelantikan selesai keesokan
harinya Minke kembali ke Wonokromo diantar oleh sang ayah sempai ke stasiun kereta.

Di perjalanan Minke merasa seperti diikuti seseorang.Sampai pada saat Minke


dijemput oleh Darsam dan Annelis pun orang itu masih mengikutinya, Dersam yang
paham situasi Memerintahkan Minke untuk mengingat di Krakan. Di sisi lain Annelis
yang sedang menjadi mandor di ladang tiba-tiba saja jatuh pingsan. Dengan perawatan
dari dokter Marinet, Annelis pun diberi obat untuk segera pulih. Dokter Marinet pun
menceritakan penyakit Annelis kepada Minke karena dokter Marinet percaya bahwa
Annelis akan sembuh jika bersama dengan Minke. Dokter Marinet juga meminta Minke
untuk menikahi Annelis karena Annelis telah jatuh cinta kepada Minke.

Pada malam harinya, Minke memasuki kamar Annelis secara diam diam, mereka
pun bercerita dan kemudian bercinta. Setelah bercinta Minke bertanya kepada Annelis
apakah ini yang pertama kalinya untuk Annelis, dan Annelis pun menjawab bahwa itu
adalah yang kedua kalinya. Minkei yang terkejut dan merasa kecewa pun bertanya
siapa orang pertama itu,Annelis pun menjawab bahwa orang pertama itu adalah Robert
kakak Annelis sendiri, ia diperkosa oleh Robert di ladang Keesokan harinya setelah
mendengar pengakuan dari Annelis Minke berniat untuk kembali ke sekolah, yang
membuat Annelis kembali sedih. Di perjalanan minke teringat karena merasa ini bukan
lagi soal menyangkut masalah pribadi Minke dan Annelis, melainkan ini soal harga diri
bangsa yang sudah ditindas oleh bangsa Eropa.

Akhirnya Nyai Ontosoro dan Minke kembali menghadapi peradilan. Hakim


menyatakan bahwa pernikahan Sanikem dan Herman Melema tidak sah dimata hukum,
sehingga Nyai Ontosoro tidak mempunyai hak atas harta kekayaan Herman dan juga
hak asuh Annelis. Annelis yang masih berusia 17 tahun juga harus tinggal bersama
orang tua asuhnya di Belanda. Nyai yang mendengar pernyataan itu berusaha untuk
menolak keputusan Hakim, Minke juga berusaha untuk memperlihatkan bukti
pernikahannya dengan Annelis yang sah dimata agama. Tetapi hakim tetap pada
keputusannya, yang membuat Nyai Ontosoro dan juga Minke kalah di peradilan.

Penyelesaian ( Evaluasi Revolusl )

Hari eksekusi pun tiba, hari dimana Annelis harus pergi meninggalkan ibunya Nyai
Ontosoro dan juga suaminya Minke ke Belanda. Annelis mencoba tegar saat
meninggalkan mereka yang sudah melawan hukum Eropa dengan sebaik-baiknya dan
dengan sehormat-hormatnya.

4. UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL

Unsur Intrinsik
1. Tema
Percintaan seorang pemuda keturunan priyayi Jawa dengan seorang gadis keturunan
Belanda dan perjuangannya di tengah pergerakan Indonesia di awal abad ke-20

2. Tokoh dan Penokohan

a) Minke : tokoh utama, cerdas, berjiwa pribumi, keturunan priyayi, siswaHBS, baik,
penyayang.

b) Annelies : putri dari orang belanda (Herman Mellema) dan pribumi (Nyai
Ontosoroh), pendiam, manja, labil.

c) Nyai Ontosoroh : istri simpanan dari Herman Mellema, mandiri, tegas, bijaksana,
pandai, dan tegar.

d) Herman Mellema : kaku dan kasar.

e) Robert Mellema : egois, tidak bermoral.

f) Ayah Minke : masih berpatokan dengan adat istiadat Jawa, pemarah, keras dalam
mendidik Minke.

g) Ibu Minke : bijaksana, penyayang.

h) Robert Surhorf : pengecut.

i) Jean Marais : penyayang (ayah may marais).

j) May Marais : manja.

k) Darsam : seorang Madura yang berwatak keras, patuh kepada tuannya.


l) Ah Tjong : licik.

m) Maiko : seorang pelacur dari Jepang, egois dan tidak jujur.

n) Amelia Mellema : istri sah Herman Mellema, ambisius.

o) Ir. Maurits Mellema : ambisius.

p) Magda Petters : baik.

q) Mevrow Telinga : seorang yang penyayang (hal 268) (“memvrom telinga telah
beberapa kali mengomopres kepala ku dengan cuka-bawang merah”)

r) Miriam de la Croix : senior Minke di HBS.

s) Sarah de la Croix : senior Minke di HBS.

t) Herbert de la Croix : ayah Sarah dan Miriam.

3. Latar

a) Latar tempat : Indonesia, Surabaya, Wonokromo

b) Latar waktu : tahun 1889 pada masa pemerintahan belanda

c) latar suasana : Menegangkan dan genting

4. Sudut Pandang
Dalam novel Bumi Manusia pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama
pelaku utama.

5. Alur
Secara keseluruhan novel ini menggunakan alur maju, tetapi ditengah cerita terdapat
kilas balik atau alur mundur.

6. Amanat
Pengarang menyerukan agar pemuda-pemudi sekarang ini tetap mempunyai semangat
juang dan terus belajar meskipun sekarang sudah tidak pada masa penjajahan.
“Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam
perbuatan”.

Unsur Ekstrinsik
Nilai-nilai :

1. Nilai sosial
- Kedudukan kaum laki-laki lebih tinggi daripada wanita pada masa itu.
2. Nilai Budaya
- Kebudayaan jaman dahulu masih sangat tertinggal dari peradaban.
- Pribumi (dalam hal ini contohnya Minke) masih mempertahankan budaya
menghormati orang tua.
“... kata mulutku, dan seperti mesin tanganku mengangkat sembah yang kesekian
kali....”

3. Nilai agama
- perbedaan keyakinan antara Minke dan Annelies. Minke beragama Islam sedangkan
Annelies beragama Kristen Protestan.
- Saling bertoleransi kepada sesama manusia dan menghormati kepercayaan yang
dianutnya.

4. Nilai Moral
- Perbedaan pergaulan yang dilakukan bangsa Eropa dengan pergaulan orang pribumi
bangsa Eropa secara bebas melakukan hal yang dilarang agama tanpa mendapatkan
sangsi hukum. Sedangkan bangsa pribumi lebih membatasi pergaulannya satu sama
lain antara laki-laki dan perempuan.
ANALISIS NOVEL SEJARAH
“BUMI MANUSIA”
KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

NAMA KELOMPOK 3 :

1. CISSY DRYVALINA RAMADHANI


2. WANNISARAH
3. SHINTA BAHARUDDIN
4. SUCI RAMADHANI
5. IBNU ALFANSYAH

Anda mungkin juga menyukai