Anda di halaman 1dari 2

Resensi Novel “Bumi Manusia”

Judul : Bumi Manusia

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Lentera Dipantara

Tahun Terbit : 2001

Tebal : 404 halaman

Pramoedya Ananta Toer adalah seorang kritikus dan tahanan politik pada masa pemerintahan
presiden Soeharto. Beliau sempat dibuang ke pulau Buru karena kritik pedasnya kepada
pemerintah. Di pulau Buru beliau menghabiskan masa pengasingannya dengan menulis. Salah
satu karyanya adalah Bumi Manusia, novel pertama dari roman Tetralogi Buru.

Sinopsis

Novel ini berlatar belakang jaman penjajahan Belanda di awal abad ke 20. Di desa Wonokromo,
Surabaya, tinggal seorang pemuda Jawa yang memiliki rasa kebebasan yang tinggi yaitu Minke.
Bapaknya seorang bupati. Namun, Minke tidak menganggap darah bangsawannya itu sebagai
sebuah anugrah. Dia mengkritisi kebiasaan priyayi Jawa yang terlalu mengagung-agungkan
kekuasaan, jabatan, atau kedudukan pria atas wanita. Dia lebih suka menggunakan ilmu
pengetahuannya untuk memutuskan hal yang baik dan buruk. Untuk memperoleh ilmu, dia
menuntut ilmu di H.B.S, Surabaya. Selama menuntut ilmu, Minke bertemu dengan banyak orang
yang mempengaruhi hidupnya antara lain Robert Suurhof, Robert Mellema, Annelies Mellema,
Nyai Ontosaroh, Magda Peters, Panji Darman, dan Darsam. Robert Suurhof adalah teman kelas
Minke. Dialah yang mengenalkan Minke kepada Annelies. Awalnya Minke gugup saat
berkunjung ke rumah Anelis karena dia hanya seorang Jawa sedangkan Annelies adalah gadis
peranakan Eropa. Dia juga ketakutan saat bertemu dengan ibu dari Annelies, Nyai Ontosaroh
atau biasa dipanggil Mama. Ketakutan tersebut berangsur-angsur menghilang karena seringnya
Minke berkunjung ke rumah Annelies. Rasa takut Minke kepada Mama berubah menjadi kagum
karena kemandirian yang dimiliki oleh Mama. Minke juga jatuh cinta kepada Annelies. Namun,
kunjungan Minke ke rumah Annelies mendatangkan masalah. Ayah dan kakak Annelies,Herman
dan Robert Mellema menolak kehadiran Minke karena dia seorang pribumi.Mereka berdua
memilih untuk pergi dan meninggalkan Annelies dan Mama sendiri.Selain mendapat
pertentangan dari ayah dan kakak Annelies, Minke juga mendapat masalah dari Robert Suurhof.
Robert Suurhof ternyata juga mencintai Annelies. Dia berusaha dengan berbagai macam cara
supaya menyingkirkan Minke. Bahkan Minke terpaksa harus keluar dari sekolah karena isu
mengenai hubungannya dengan Mama yang digulirkan oleh Robert Suurhof.Sesungguhnya,
Minke sedang menjalin hubungan dengan Annelies, bukan Mama. Hubungan itu pun mereka
resmikan dalam ikatan pernikahan.Minke mempunyai guru favorit bernama Magda Peters. Dia
melihat bakat menulis yang terpendam pada diri Minke. Dia lah yang sering membantu Minke
ketika dalam kesusahan. Berkat tulisannya yang baik Minke mendapat undangan dari Asisten
Residen Herbert de la Croix. Namun sayang ia harus berpisah dengan gurunya karena gurunya
dipulangkan ke Belanda dengan alasan pemikiran kerasnya. Permasalahan datang kembali ketika
Herman Mellema menemui kematiaannya. Kematian Herman Mellema yang janggal membuat
polisi melakukan penyelidikan kasus tersebut. Mama dan Minke tersangkut kasus tersebut.
Dalam persidangan, Mama terlihat pasrah. Mama juga mendapat tuntutan dari anak sah
perkawinan Herman Mellema. Dia menuntut haknya berupa perusahaan yang dimiliki oleh
Herman Mellema. Selain itu dia juga membawa Annelies pergi ke Belanda. Mama dan Minke
suaminya hanya bisa pasrah dengan keadaan tersebut.

Keunggulan

Ketegangan dari konflik yang dihadapi oleh Minke yang membuat pembaca penasaran akan
kisah yang terjadi berikutnya. Latar belakang jaman penjajahan Belanda juga membuat pembaca
diajak untuk membayangkan keadaan pada saat itu yang membuat cerita novel ini semakin
menarik.

Kelemahan

Pemilihan diksi yang terkadang asing bagi pembaca. Selain itu ada juga diksi yang berasal dari
bahasa Belanda sehingga agak susah untuk memahami detail ceritanya

Anda mungkin juga menyukai