Anda di halaman 1dari 3

RESENSI NOVEL 2017

Resensi Novel “Bumi Manusia”

Judul : Bumi Manusia

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Lentera Dipantara

Tahun Terbit : 2001

Tebal : 404 halaman

1|Page ©BERNADUS ADE


RESENSI NOVEL 2017

Pramoedya Ananta Toer adalah seorang kritikus dan tahanan politik pada masa
pemerintahan presiden Soeharto. Beliau sempat dibuang ke pulau Buru karena kritik pedasnya
kepada pemerintah. Di pulau Buru beliau menghabiskan masa pengasingannya dengan menulis.
Salah satu karyanya adalah Bumi Manusia, novel pertama dari roman Tetralogi Buru.

Sinopsis

Novel ini berlatar belakang jaman penjajahan Belanda di awal abad ke 20. Di desa
Wonokromo, Surabaya, tinggal seorang pemuda Jawa yang memiliki rasa kebebasan yang tinggi
yaitu Minke. Bapaknya seorang bupati. Namun, Minke tidak menganggap darah bangsawannya itu
sebagai sebuah anugrah. Dia mengkritisi kebiasaan priyayi Jawa yang terlalu mengagung-agungkan
kekuasaan, jabatan, atau kedudukan pria atas wanita. Dia lebih suka menggunakan ilmu
pengetahuannya untuk memutuskan hal yang baik dan buruk. Untuk memperoleh ilmu, dia
menuntut ilmu di H.B.S, Surabaya.

Selama menuntut ilmu, Minke bertemu dengan banyak orang yang mempengaruhi hidupnya
antara lain Robert Suurhof, Robert Mellema, Annelies Mellema, Nyai Ontosaroh, Magda Peters, Panji
Darman, dan Darsam. Robert Suurhof adalah teman kelas Minke. Dialah yang mengenalkan Minke
kepada Annelies. Awalnya Minke gugup saat berkunjung ke rumah Anelis karena dia hanya seorang
Jawa sedangkan Annelies adalah gadis peranakan Eropa. Dia juga ketakutan saat bertemu dengan
ibu dari Annelies, Nyai Ontosaroh atau biasa dipanggil Mama. Ketakutan tersebut berangsur-angsur
menghilang karena seringnya Minke berkunjung ke rumah Annelies. Rasa takut Minke kepada Mama
berubah menjadi kagum karena kemandirian yang dimiliki oleh Mama. Minke juga jatuh cinta
kepada Annelies. Namun, kunjungan Minke ke rumah Annelies mendatangkan masalah. Ayah dan
kakak Annelies,Herman dan Robert Mellema menolak kehadiran Minke karena dia seorang pribumi.
Mereka berdua memilih untuk pergi dan meninggalkan Annelies dan Mama sendiri.

Selain mendapat pertentangan dari ayah dan kakak Annelies, Minke juga mendapat masalah
dari Robert Suurhof. Robert Suurhof ternyata juga mencintai Annelies. Dia berusaha dengan
berbagai macam cara supaya menyingkirkan Minke. Bahkan Minke terpaksa harus keluar dari
sekolah karena isu mengenai hubungannya dengan Mama yang digulirkan oleh Robert Suurhof.
Sesungguhnya, Minke sedang menjalin hubungan dengan Annelies, bukan Mama. Hubungan itu pun
mereka resmikan dalam ikatas pernikahan.

Minke mempunyai guru favorit bernama Magda Peters. Dia melihat bakat menulis yang
terpendam pada diri Minke. Dia lah yang sering membantu Minke ketika dalam kesusahan. Berkat
tulisannya yang baik Minke mendapat undangan dari Asisten Residen Herbert de la Croix. Namun

2|Page ©BERNADUS ADE


RESENSI NOVEL 2017

sayang ia harus berpisah dengan gurunya karena gurunya dipulangkan ke Belanda dengan alasan
pemikiran kerasnya.

Permasalahan datang kembali ketika Herman Mellema menemui kematiaannya. Kematian


Herman Mellema yang janggal membuat polisi melakukan penyelidikan kasus tersebut. Mama dan
Minke tersangkut kasus tersebut. Dalam persidangan, Mama terlihat pasrah. Mama juga mendapat
tuntutan dari anak sah perkawinan Herman Mellema. Dia menuntut haknya berupa perusahaan yang
dimiliki oleh Herman Mellema. Selain itu dia juga membawa Annelies pergi ke Belanda. Mama dan
Minke suaminya hanya bisa pasrah dengan keadaan tersebut.

Keunggulan

Ketegangan dari konflik yang dihadapi oleh Minke yang membuat pembaca penasaran akan kisah
yang terjadi berikutnya. Latar belakang jaman penjajahan Belanda juga membuat pembaca diajak
untuk membayangkan keadaan pada saat itu yang membuat cerita novel ini semakin menarik.

Kelemahan

Pemilihan diksi yang terkadang asing bagi pembaca. Selain itu ada juga diksi yang berasal dari bahasa
Belanda sehingga agak susah untuk memahami detail ceritanya.

3|Page ©BERNADUS ADE

Anda mungkin juga menyukai