Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS NOVEL

“ BUMI MANUSIA”

IKMAL MAULANA
19

SMA NEGERI 2 SEMENEP


TAHUN PELAJARAN 2019-2020
Resensi Buku: Bumi Manusia

1. IDENTITAS BUKU
Judul : Bumi Manusia
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Cetakan : 17 Januari 2011
Isi : 535 hlm
ISBN : 979-97312-3-2
2. SINOPSIS
Banyak orang memanggilnya Minke. Kenapa bisa dipanggil Minke?. Karena namanya sendiri
dan jarang disebutkan bukan karena gila misteri, akan tetapi karena telah ditimbang-timbang
belum perlu benar tampilkan diri di hadapan mata orang lain.
Minke adalah seorang Pribumi yang bersekolah di Eropa dan belum pernah ke Eropa.
Sekolah orang – orang Eropa dan begitu terkenal di seluruh penjuru tanah air, yang
mengajarkan pendidikan Belanda. Semua guru – gurunya berasal dari tanah Eropa. Minke,
Pribumi berdarah Jawa mulai merasa ada yang berbeda pada dirinya semenjak masuk
sekolah, sepertinya sedikit demi sedikit budaya Eropa telah masuk pada dirinya. Pribadinya
sedikit melenceng menyalahi wujudnya sebagai orang Jawa.
Salah satu hasil ilmu pengetahuan yang tidak habis dikagumi adalah percetakan, terutama
zincografi. Orang dapat memperbanyak potret beribu lembar dalam sehari, gambar
pemandangan orang besar dan penting, mesin baru, gedung pencakar langit Amerika. Dan di
Eropa orang sudah mulai membikin mesin yang lebih kecil dengan tenaga lebih besar atau
setidaknya sama dengan mesin uap. Tenaga-tenaga alam mulai diubah manusia untuk
diabadikan pada dirinya. Orang malah sudah merancang akan terbang seperti Gatot Kaca,
seperti Ikarus. Salah satu seorang guru berkata,’’sebentar lagi dan hanya sebentar lagi dan
umat manusia tidak perlu membanting tulang memeras keringat dalam hasil sedikit. Mesin
akan menggantikan semua dan setiap macam pekerjaan”.
Di sebuah rumah yang berloteng kayu, berpelataran luas dengan tulisan : boerderij
buitenzorg. Sampai di sana seorang pemuda Indo – Eropa telah menyambut. Teman Robert
Surhorf. Dia hanya menyambut Surhorf dan tidak menyambut Minke, pandangannya begiti
tajam pada Minke. Lalu juga ada seorang gadis berkulit putih, halus, berwajah Eropa,
berambut dan bermata Pribumi, bernama Annelies Mellema. Minke begitu terpukau, dan
inilah gadis yang dimaksud Surhorf. Minke melihat Robert Mellema dan Surhorf tenggelam
dalam obrolannya mengenai bola, dan Minke tidak mengerti. Ia memutuskan untuk melihat –
lihat perabot yang indah di rumah itu bersama Annelies. Di sela percakapan dan obrolan
Minke, datang seorang wanita Pribumi, berkebaya putih dihiasi renda – renda mahal. Begitu
mengagumkan bagi Minke. Dan juga lebih mengagetkan Minke karena wanita Pribumi itu
berbahasa Belanda dengan baik. Annelies memperkenalkan Minke pada Mamanya yang
akrab disapa dengan Nyai Ontosoroh.
Nyai Ontosoroh adalah perempuan pribumi yang dijual ayahnya kepada seorang pembesar
Belanda untuk menjadi Nyai saat usianya 13 tahun. Pada masa kolonial Belanda berarti
gundik, simpanan orang Eropa, tidak dinikahi secara resmi tetapi tinggal serumah dan bahkan
melahirkan anak berdarah campuran.
Minke memasuki keluarga Mellena itu, bahkan Nyai meminta untuk tinggal di rumahnya dan
Minke jatuh cinta dengan Annelies. Setelah pulang dari kediaman Mellena Minke jadi
terbayang-bayang oleh Annelies, tetapi sejak itu banyak hal yang menantang Minke.
Tantangan pertama datang dari keluarga sendiri yang tidak terima Minke tinggal di kediaman
Nyai yang berarti gundik seorang tuan Belanda. Tantangan kedua datang dari pihak sekolah
yang memberhentikan Minke karena alasan moral.
Dalam buku Bumi Manusia ada kutipan ‘’Kau terpelajar, cobalah untuk bersetia pada kata
hati.” Setelah berbagai tantangan yang dihadapi, Minke kembali bersekolah dan dia akhirnya
juga menikah dengan Annelis dan menikah secara Islam.
Dalam hidup cuma satu yang kita punya, yakni ’’keberanian’’ kalau tidak punya itu lantas
apa harga hidup kita ini?. Pramoedya Ananta Toer.
3. KELEBIHAN
Sangat cocok dibaca untuk semua kalangan remaja, mahasiswa dan saya sangat suka dengan
sosok Nyai Ontosoroh yang mempunyai kepribadian dan tutur kata sangat baik dan banyak
kutipan yang disampaikan.
4. KEKURANGAN
Kekurangan: Banyak bahasa yang tidak saya pahami jadi mungkin buku ini tidak cocok
untuk anak-anak.
5. KESIMPULAN
Tokoh utama dalam novel ini adalah Minke,seorang pribumi asli, namun karena keturunan
ningrat Jawa diperbolehkan bersekolah di HBS Surabaya. Hanya dia pribumi totok yang
bersekolah disana. Selebihnya adalah warga negara kelas 1, orang Eropa, kelas 2 : Indo dan
Tionghoa. Karena ajakan Robert Surhorf (teman Minke di HBS), dia berkesempatan
berjunjung ke sebuah rumah Tuan Belanda, Herman Mellema. Sebuah kunjungan yang
merubah hidup Minke selamanya.
Tidak disangka, Annelies Mellema, putri sang tuan rumah jatuh cinta pada Minke. Cinta
sang putri mendapat dukungan dari sang bunda, Nyai Ontosoroh. Minke memasuki
kehidupan keluarga itu, bahkan dipersilahkan untuk tinggal serumah dengan mereka. Sejak
itulah, banyak pertentangan dan rintangan yang menghampiri hidupnya
Analisis Unsur Intrinsik
1.Tema
Tema novel ini adalah tentang kisah percintaan seorang pemuda keturunan priyayi Jawa
dengan seorang gadis keturunan Belanda dan perjuangannya di tengah pergerakan Indonesia
di awal abad ke-20.
2. Tokoh dan Penokohan
Minke : merupakan tokoh utama dalam novel ini, cerdas, berjiwa
pribumi, keturunan priyayi, siswa HBS, baik, penyayang.(hlm 33)
Annelies : putri dari orang belanda (Herman Mellema) dan pribumi
(Nyai Ontosoroh), pendiam, manja, labil.
Nyai Ontosoroh (Sanikem) : istri simpanan dari Herman Mellema, mandiri, tegas,
bijaksana, pandai, dan tegar.
Herman Mellema : kaku dan kasar {“siapa kasih kowe ijin datang kemari,
monyet!”. Dengusnya dalam melayu-pasar, kaku dan kasar, juga isinya.”} (hal 64)
Robert Mellema : egois, tidak bermoral
Ayah Minke : masih berpatokan dengan adat istiadat Jawa, pemarah,
keras dalam mendidik Minke.
Ibu Minke : bijaksana, penyayang
Robert Surhorf : pengecut
Jean Marais : penyayang (ayah may marais)
May Marais : manja
Darsam : seorang Madura yang berwatak keras, patuh kepada
tuannya.
Ah Tjong : licik
Maiko : seorang pelacur dari Jepang, egois dan tidak jujur
Amelia Hammers Mellema : istri sah Herman Mellema, ambisius
Insinyur Maurits Mellema : ambisius,
Magda Petters : baik,
Mevrow Telinga : seorang yang penyayang (hal 268) {“memvrom telinga
telah beberapa kali mengomopres kepala ku dengan cuka-bawang merah”}
Miriam de la Croix :senior Minke di HBS
Sarah de la Croix :senior Minke di HBS
Herbert de la Croix : ayah Sarah dan Miriam
3.Latar
a. Latar tempat: Wonokromo dekat Surabaya di Jawa Timur (hal 24, dan setiap
penduduk Surabaya dan Wonokromo)
b. Latar waktu: Pagi
c. latar suasana: tegang dan genting

4. Sudut Pandang
Dalam novel Bumi Manusia pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku
utama, seperti pada kutipan novel di bawah ini.
“Aku tunggu-tunggu meledaknya kemarahan Nyai karena puji-pujian”.
5. Alur dan Pengaluran
Alur cerita ini menggunakan alur keras, yaitu akhir cerita tidak dapat ditebak. Pada awal dan
tengah cerita, mungkin pembaca akan berpikir cerita akan berakhir bahagia dengan
pernikahan Minke dan Annelies, tetapi cerita ini diakhiri dengan perpisahan Annelies dan
Minke. Annelies harus pergi ke negaranya, Belanda, sedangkan Minke tetap di Hindia
sebagai seorang Pribumi.
Secara keseluruhan novel ini menggunakan alur maju, tetapi ditengah cerita terdapat kilas
balik, yaitu :
Agar ceritaku ini agak urut, biar kuutarakan dulu yang terjadi atas diri Robert
sepeninggalanku dari Wonokromo dibawa agen polisi klas satu itu ke B……………
6.Amanat
Novel yang dilatarbelakangi pergerakan Indonesia di awal abad 20 ini, menceritakan
pergerakan, perjuangan, dan semangat pemuda Indonesia di masa itu. Pengarang menyerukan
agar pemuda-pemudi sekarang ini tetap mempunyai semangat itu meskipun sekarang sudah
tidak ada penjajahan kolonial. “Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam
pikiran, apalagi dalam perbuatan”.
Analisis Unsur Ekstrinsik
1. Biografi Penulis
Pramoedya Ananta Toer atau yang lebih akrab disapa Pram adalah salah satu sastrawan besar
yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Putra sulung dari seorang kepala sekolah Institut Budi
Oetomo ini telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa asing.

Pram yang pernah bekerja sebagai juru ketik dan korektor di kantor berita Domei (LKBN
ANTARA semasa pendudukan Jepang) memantapkan pilihannya untuk menjadi seorang
penulis. Ia telah menghasilkan artikel, puisi, cerpen, dan novel sehingga melambungkan
namanya sejajar dengan para sastrawan dunia.

Karya Pram yang penuh dengan kritik sosial membuatnya sering keluar masuk penjara. Pram
pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa orde lama.
Kemudian selama orde baru ia ditahan selama 14 tahun sebagai tahanan politik tanpa proses
pengadilan.

Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan seringkali
ditempatkan di Jakarta di akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen dan buku sepanjang
karier militernya dan dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada 1950-an ia
kemudian tinggal di Belanda sebagai bagian program pertukaran budaya, dan saat kembali ia
menjadi anggota Lekra, organisasi sayap kiri di Indonesia.

Beberapa karya Pram dilarang untuk dipublikasikan karena dianggap mengganggu keananan
negara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno maupun Soeharto. Misalnya pada tahun
1960-an, ia ditahan pemerintahan Soeharto karena pandangan pro-komunis Tiongkoknya.
Bukunya yang berjudul Hoakiau di Indonesia dicabut dari peredaran, dan ia ditahan tanpa
pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di pulau Buru di
kawasan timur Indonesia. Meskipun demikian, Pram mendapatkan banyak penghargaan dari
lembaga-lembaga di luar negeri. Potret kehidupan Pram yang dibenci di negeri sendiri tetapi
dihargai dunia membuatnya tetap optimis dan tidak pernah berhenti berkarya.

Ketika Pramoedya mendapatkan Ramon Magsaysay Award pada 1995, diberitakan sebanyak
26 tokoh sastra Indonesia menulis surat 'protes' ke yayasan Ramon Magsaysay. Beberapa dari
tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Taufiq Ismail, Mochtar Lubis, dan HB Jassin. Tokoh-
tokoh tersebut protes karena Pram dianggap tidak pantas untuk menerima penghargaan
Ramon Magsaysay. Dalam berbagai opini-opini di media, para penandatangan petisi 26
ini merasa sebagai korban dari keadaan pra-1965. Mereka menuntut pertanggungjawaban
Pram untuk mengakui dan meminta maaf akan segala peran 'tidak terpuji' pada 'masa paling
gelap bagi kreativitas' pada zaman Demokrasi Terpimpin. Semenjak orde baru Pram memang
tidak pernah mendapat kebebasan menyuarakan suaranya sendiri, dan telah beberapa kali
dirinya diserang dan dikeroyok secara terbuka di koran.

Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun akibat usianya
yang lanjut dan kegemarannya merokok. Tepatnya pada 27 April 2006 kesehatan Pram
memburuk. Ia didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah
dijangkitnya, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Upaya keluarga untuk
merujuknya ke rumah sakit tidak membawa banyak hasil, malah kondisinya semakin
memburuk dan akhirnya meninggal pada 30 April 2006 di Jakarta.

2. UNSUR SOSIAL
a. Latar Belakang Sosial dari novel Bumi Manusia karya Pramodya Ananta Toer
yaitu dimana kedudukan kaum laki-laki lebih tinggi daripada wanita.
b. Latar belakang budaya pada Bumi Manusia ini pada kebudayaan jaman dahulu
masih sangat tertinggal. Terutama pada orang-orang pribumi yang masih berada di
bawah jajahan orang Indo Eropa.
c. Latar belakang agama pada novel Bumi Manusia ini terdapat perbedaan keyakinan
antara Minke dan Annelies. Minke beragama Islam sedangkan Annelies beragama
Kristen Protestan.

3. NILAI KEHIDUPAN
a. Nilai Kehidupan Moral Pada novel Bumi Manusia ini nilai Kehidupan moral
sangat terlihat saat Nyai Ontosoroh memperboleh kan Annelies dan Minke tidur
satu ranjang bahkan Nyai Ontosoroh menyelimuti mereka berdua padahal mereka
belum terikat pernikahan. Perbedaan pergaulan yang dilakukan bangsa Eropa
dengan pergaulan orang pribumi sangat jelas yaitu pada bangsa Eropa secara
bebas melakukan hal yang dilarang agama tanpa mendapatkan sangsi hukum.
Sedangkan bangsa pribumi lebih membatasi pergaulannya satu sama lain antara
laki-laki dan perempuan.
b. Dalam Novel Bumi Manusia ini nilai kehidupan religius yang dapat diambil yaitu
diajarkan untuk saling bertoleransi kepada sesama manusia dan menghormati
kepercayaan yang dianutnya.
c. Nilai kehidupan sosial dalam novel Bumi Manusia ini mengajarkan untuk
bersikap sopan santun terhadap sesama bukan hanya dengan kalangan menengah
keatas namun kepada semuanya. Manusia hidupa di dunia tidak sendiri dan saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai