Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ANALISIS NOVEL SEJARAH (BUMI MANUSIA)

I.
 Sinopsis Novel
diceritakan hiduplah seorang pemuda Pribumi bernama Minke, yang mendapati
dirinya bersekolah di Hogere Burgerschool (HBS), , dan diperuntukan untuk orang Belanda,
Eropa dan Elite Pribumi. Minke sendiri merupakan anak Bupati kota B (disebutkan dalam
cerita)—dirinya disekolahkan agar kemudian bisa menjadi Bupati seperti ayahnya, meski
Minke bersikeras menolaknya.
Sebagai Pribumi, Minke merupakan anak yang cerdas di HBS, kemampuannya dalam
menulis telah membawanya menjadi seorang yang cukup dikenal di Jawa, karena tulisannya
banyak diterbitkan di koran berbahasa Belanda, dengan nama samaran Max Tollenar.
Namun, pendidikan yang diterima Minke di HBS, menjadikannya pribadi yang sangat
mengagungkan Eropa, terutama karena pengajaran gurunya Juffrouw Magda Peters. Minke
sangat menyanjung Eropa dan dikisahkan tidak lagi mengindahkan budaya Jawa. Meski pada
akhirnya, Minke sendiri mendapati bahwa Eropa yang Ia sanjung tidak lebih sebagai bangsa
pendindas terhadap bangsa lain.
. Ceritanya berawal ketika Minke yang mendapati dirinya ditantang oleh seorang
teman—bernama Robert Suurhof, untuk pergi ke Wonokromo, mengunjungi seorang wanita
cantik—bernama Annalies Melemma. Suurhof akhirnya menjadi musuh Minke, karena
mencintai wanita yang sama, yaitu Annalies Melemma, celakanya Annalies juga mencintai
Minke daripada Suurhof. Annalies tinggal disebuah rumah besar yang indah bersama Nyai
Ontosoroh, yang merupakan seorang Nyai, dan kakanya Robert Mellema.
Dan Nyai Ontosoroh, ibu dari annalies, dirinya di jual oleh ayahnya sendiri kepada
orang Belanda, agar ayahnya naik jabatan. Secara menyedihkan, Nyai Ontosoroh tanpa
pernikahan harus rela mendapati dirinya hidup bersama Tuan Mellema, yang bahkan tidak
pernah Ia kenal sebelumnya. karena dendam Nyai Ontosoroh pada orang tuanya, Nyai
bertekad untuk mengangkat harkat martabatnya sendiri dengan pengetahuan. Nyai belajar
banyak dari Tuan Mellema—hidup seperti bangsa Eropa, membaca buku Eropa, belajar baca
tulis, dan belajar mengelola perusahaan. Tuan Mellema awalnya baik dan sangat mencintai
Nyai Ontosoroh, meski tidak pernah menikahinya secara resmi secara hukum dan agama.
Namun bencana datang ketika anak sah Tuan Mellema datang dari Belanda untuk bekerja di
Indonesia dan menuntut Tuan Mellema, semuanya menjadi kacau, Tuan Mellema pergi
meninggalkan Nyai Ontosoroh.
Meski begitu, Nyai Ontosoroh sudah banyak belajar, bersama Annalies kedua
perempuan itu membangun sebuah perusahaan yang sangat besar., hasil jerih payahnya
sendiri, menjadikannya wanita yang mandiri. Sementara Robert Mellema sudara Annalies
Mellema, lebih mengikuti ayahnya dan membenci Nyai Ontosoroh sebagai Ibunya.
Minke yang datang ke kehidupan Nyai Ontosoroh dan Annalies disambut baik oleh
mereka berdua. Banyak yang membenci hal itu, termasuk orang tua Minke, karena Ontosoroh
adalah seorang Nyai—begitupun Robert Mellema dan tentunya Suurhof, keduanya secara
terang-terangan menyerang Minke dan mengatakannya sebagai orang yang ingin mendapati
kekayaan Nyai Ontosoroh.
Meski mendapati diri dalam tantangan yang panjang, Minke tetap saja berusaha untuk
mendapatkan Annalies, menurutnya hal itu sebanding—karena Annales adalah wanita cantik
dan berkepribadian baik, hal itu terbukti dari sikapnya yang bisa mengurusi perusahaan
bersama Ibunya, Nyai Ontosoroh.. Setelah perjuangan yang sangat berat, Minke dan Annalies
akhirnya menikah, keduanya sangat bahagia, karier Minke pun melejit dengan baik. Minke
berhasil lulus dari HBS dengan peringkat yang sangat memuaskan, padahal dia pernah
dikeluarkan dari sekolah, karena tuduhan-tuduhann yang mengarah padanya telah melakukan
hal buruk dengan seorang Nyai. Semuanya Minke hadapi, dan akhirnya dia bisa berhasil.
Setelah kegembiraan Minke dapatkan, bencana datang menghampirinya, Minke jatuh
sejatuh-jatuhnya. Dan yang menjatuhkannya adalah hukum Belanda—hukum orang Eropa,
sebuah negara yang Ia sanjung-sanjung. Setelah kematian Tuan Mellema yang misterius,
anak Sah Tuan Mellema dari Belanda yang sedari awal telah menghancurkan rumah tangga
Tuan Mellema dengan Nyai Ontosoroh menuntut harta Tuan Mellema yang dikelola Nyai
Ontosoroh. Annalies sama-sama menjadi korban, karena merupakan anak sah Tuan
Mellema, Ia harus dipulangkan ke Eropa dan meninggalkan Minke bersama Nyai
Ontosoroh—Nyai tidak dianggap karena tidak pernah menikah secara sah dengan Tuan
Mellema dan harus merelakan semua perusahaan yang telah Ia rintis dengan Annalies.
Meski Minke dan Nyai Ontosoroh telah berusaha keras untuk mempertahankan
perusahaan dan Annalies yang harus dibawa ke Belanda, tetap saja hukum tidak pernah
memihak pada Pribumi. Annalies pergi, Minke dan Nyai harus pasrah dan menerima
semuanya. Di akhir buku, Minke berkata pada Nyai Ontosoroh, “Kita kalah Ma,” bisik
Minke, dan dengan bijak Nyai Ontosoroh menjawab, “Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-
baiknya, sehormat-hormatnya,”.
 Unsur Intrinsik Novel
1. Tema
tentang kisah percintaan seorang pemuda keturunan Jawa dengan seorang gadis keturunan
Belanda dan perjuangannya di tengah pergerakan Indonesia.
 “Jantung menggila ini terasa mendadak tak lagi berdenyut mendengar lengking tawa
Annelies. Lambat-lambat kunaikkan pandang padanya. Giginya gemerlapan, nampak,
lebih indah dari semua mutiara yang tak pernah kulihat”.
2. Latar
-Latar waktu : Pada akhir abad 18
 “September 1898. Hari Jum’at Legi. Ini di Hindia”.
-Latar Tempat : Wonokromo dan Surabaya.
 “Jauh pula, sebelas atau duabelas ribu mil laut dari tempatku, Surabaya”.
“Karper mulai memasuki daerah Wonokromo”.
-Latar Suasana : Tegang,Genting, dan Romantis
 “Nyai menjadi bingung. Ratapan seperti itu tak pernah ia dengar dari anaknya yang
tak pernah mengeluh itu. Ia mengerti Annelies sedang dalam keadaan genting.”
3 Tokoh dan Penokohan
a. Minke : merupakan tokoh utama, cerdas, berjiwa pribumi, keturunan priyayi, siswa HBS,
baik, penyayang.
 “Tinggal duduk di situ, Ann,” kataku mententeramkan. Namun mataku terus juga
mengawasi”.
 “Dan aku akan meneruskan sekolah ke Nederland. Aku akan jadi insinyur”.
 “Aku dapat memahami sikapnya, maka tak perlu bertanya tentangnya”.
b. Annalies : seorang putri Indo-Eropa ,pendiam, manja, labil.
 “Kau anak manja dan berbahagia dibandingkan dengan mamamu ini pada umur yang
lebih muda”.
 “Annelies menoleh dan meninggalkan senyum maaf pada tamu yang ditinggalkannya"
c. Nyai Ontosoroh : mandiri, tegas, bijaksana, pandai, dan tegar.
 “Dia membaca buku-buku Eropa, Nyai yang seorang ini!”
 “Basa Belandanya cukup fasih, baik dan beradab, sikapnya pada anaknya halus,
bijaksana, dan terbuka”.
d. Herman Malemma : kaku dan kasar.
 “siapa kasih kowe ijin datang kemari, monyet!”. Dengusnya dalam melayu-pasar,
kaku dan kasar, juga isinya
e. Ibu Minke : bijaksana ,penyayang.
 “Jangan, Pak, jangan,” Ibu menegah.
f. Ayah Minke : masih berpatokan dengan adat istiadat Jawa, pemarah, keras dalam
mendidik Minke.
 “Ayahanda hanya tahu Jawa, kau tahu Belanda, kau siswa H.B.S. Ayahandamu
hanya dari Sekolah Rakyat. Kau punya pergaulan luas dengan Belanda”.
g. Ah Tjong : Licik
 Ah Tjong menutupkan tangannya pada mulut wanita itu dan berkata: “Ini
kepunyaanku sendili. Boleh juga kalau Sinyo suka. Duduk saja sini, dekatnya.”
4. Sudut Pandang
Pada novel ini digunakan sudut pandang orang pertama.
 “Namaku sendiri.... Sementara ini takperlu kusebutkan. Bukan karena gila mysteri.
Telah aku timbang belum perlu benar tampilkan diri dihadapan mata orang lain”.
5. Alur
Secara keseluruhan novel ini menggunakan alur maju, tetapi ditengah cerita terdapat kilas
balik, yaitu :
 “Agar ceritaku ini agak urut, biar kuutarakan dulu yang terjadi atas diri Robert
sepeninggalanku dari Wonokromo dibawa agen polisi klas satu itu”.
6. Amanat
Novel yang dilatarbelakangi pergerakan Indonesia di awal abad 20 ini, menceritakan
pergerakan, perjuangan, dan semangat pemuda Indonesia di masa itu. Pengarang menyerukan
agar pemuda-pemudi sekarang ini tetap mempunyai semangat itu meskipun sekarang sudah
tidak ada penjajahan kolonial. “Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam
pikiran, apalagi dalam perbuatan”.
 “Bunda, putramu kalah. Putramu tersayang tidak lari, Bunda, bukan kriminil,biarpun
tak mampu membela istri sendiri, menantumu. Sebegini lemah Pribumi di hadapan
Eropa ? Eropa! kau, guruku, begini macam perbuatanmu”.
7. Majas
a. Majas depersonifikasi
 “Anggaplah aku sebagai telornya yang telah jatuh dari petarangan. Pecah. Bukan telor
yang salah”.
 “Baca tulisan Kommer. Dia marah seperti singa terluka. Dia ada pada pihakmu”.

 Struktur Novel
1. Orientasi ,
Perkenalan latar kehidupan dari seorang Minke
 “7 September 1898. Hari Jum’at Legi. Ini di Hindia. Di Nederland sana: 6
September 1898, hari Kamis Kliwon. Para pelajar seakan gila merayakan penobatan
ini………. Pagi itu sangat indah memang. Langit biru cerah tanpa awan. Hidup muda hanya
bernafaskan kesukaan semata. Segala yang kuusahakan berhasil. Takada kesulitan dalam
pelajaran. Dan hati pun cerah tanpa komplex…….”.
2. Pengungkapan peristiwa
Awal mula Minke bertemu dengan Nyai Ontosoroh dan anaknya Annalies,yang akan
mempertemukannya dengan tokoh tokoh yang lainnya.
 Sebaliknya orang lebih banyak menyebut-nyebut gundiknya: Nyai Ontosoroh gundik
yang banyak dikagumi orang, rupawan, berumur tiga puluhan, pengendali seluruh
perusahaan pertanian besar itu. Kata orang, keamanan keluarga dan perusahaan dijaga
oleh seorang pendekar Madura, Darsam,dan pasukannya. Maka takada orang berani
datang iseng ke istana kayu itu……..”
3. Menuju Konflik
Kejadian-kejadian dan awal konflik yang terjadi.salah satunya adalah pernikahan Minke
dan Annalies.
 “Aku bukan Indo,” bantah si gadis.” Tak mau jadi Indo. Aku mau hanya seperti Mama.”
Aku semakin heran. Apa yang hidup dalam keluarga ini ?.......”
 “Nyai Ontosoroh, mertuaku, duduk di belakang tabir di belakang puadai, menangis
tiada henti-hentinya. Bunda berdiri di samping manantunya dan terus-menerus
mengayunkan kipas dari bulu merak…………….”
4. Puncak konflik
Puncak masalah atau inti dari cerita novel ini dimana datang anak dari Herman Mellema
 “Ia sodorkan padaku surat-surat, salinan dan asli, berasal dari Pengadilan Amsterdam,
cap-cap dari Biro Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Jajahan, Kementerian
Kehakiman. Pada bagian teratas tumpukan salinan surat Ir. Maurits Mellema dari
Afrika Selatan kepada ibunya, Amelia Mellema-Hammers, yang memberikan kuasa
pada yang belakangan untukmengurus hak waris dari mendiang Tuan Herman
Mellema, ayahnya, ang telah terbunuh mati di Surabaya,……….”.
5.Resolusi
Berakhir dengan perginya annalies dan Nyai Ontosoroh yang kehilangan ha katas
perusahaannya yang telah ia rintis dengan susah payah.
 “Sayup-sayup terdengan roda kereta menggiling kerikil, lama makin jauh, jauh
akhirnya tak terang lagi. Annelies dalam pelayaran ke negeri di mana Sri Ratu
Whilelmina bertahta……..”
5. Koda
 “Kita kalah, Ma,” bisikku.
“Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat hormatnya.
 Kesan dan Komentar terhadap novel
Buku ini cocok untuk dibaca baik remaja maupun orang dewasa, karena walaupun
dengan nuansa romansa yang tercipta latar pada zaman kolonial masih terasa kuat, watak-
watak dari beberapa tokohnya pun dapat diteladani, lalu meski novel ini merupakan salah
satu novel sejarah tetapi bahasa yang digunakan tergolong mudah dimengerti.
Buku ini menjadikan kita seolah-olah berada pada masa kolonial saat itu, menyaksikan
langsung berbagai peristiwa yang terjadi, maraknya kasta, dan perbedaan yang dialami para
pribumi,
Adapun kosakata yang berbeda dari ejaan yang sekarang antara lain ; harmal yang
merupakan singkatan dari hari dan malam, adapula kata “kriminil” yang berarti penjahat
berasal dari bahasa belanda yaitu krimineel.
II.Macam-macam majas

 MAJAS PENEGASAN
1. MAJAS PLEONASME
Majas Pleonasme merupakan majas yang digunakan untuk memperjelas tujuan atau maksud
dengan menggunakan kata berulang yang semakna dengan kata sebelumnya (kata yang
mendahuluinya).
– Burung itu naik ke atas kemudian turun ke bawah lagi.
(kata ‘naik’ sudah pasti ke atas, dan kata ‘turun’ sudah pasti ke bawah)
2. MAJAS HIPERBOLA
Majas Hiperbola merupakan majas yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan
dengan cara melebih-lebihkan (berlebihan).
– Anak itu berlari secepat kilat
(dalam kenyataan, anak tidak benar-benar berlari secepat kilat)
3. MAJAS REPETISI
Majas repetisi adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata yang diulang-ulang beberapa
kali untuk mempertegas maksud dan tujuan. Majas repetisi biasa dipakai dalam teks pidato.
– Selama matahari bersinar, selama bumi masih berputar, selama kita terus berjuang,
selama kita satu berpadu, maka jayalah negara negeri kita.
4. MAJAS KLIMAKS
Majas klimaks merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata yang berturut-turut dan
sifatnya semakin meningkat atau memuncak.
– Jangankan seratus ribu, satu juta, sepuluh juta, seratus juta, bahkan satu miliar pun
akan aku beli buku itu..
5. MAJAS ANTIKLIMAKS
Majas antiklimaks merupakan kebalikan dari majas klimaks. Majas ini menggunakan kata
berturut-turut namun sifatnya terus menurun.
– Apalagi dua tahun, dua bulan, dua pekan, dua jam saja aku tak berani
meninggalkannya sendiri.
6. MAJAS ASIDENTON
Majas asidenton merupakan majas yang menguraikan beberapa hal tanpa menggunakan kata
penghubung.
– Kaya, miskin, tua, muda, pria, wanita semua hadir untuk menyambut calon
pemimpin bangsa yang kharismatik itu.
7. MAJAS POLISIDENTON
Majas polisidenton merupakan majas yang menguraikan beberapa hal dengan menggunakan
kata penghubung.
– Sebelum berangkat ke sawah, ayah mempersiapkan bekal dan membawa cangkul,
kemudian mengeluarkan sepeda kumbangnya untuk digunakan pergi ke sawah.
8. MAJAS KOREKSIO
Majas koreksio merupakan majas yang menyebutkan kata-kata yang salah, kemudian diikuti
dengan kata-kata pembetulan yang mengoreksi kata sebelumnya.
– Perempuan itu datang dengan dua, maaf maksud saya, empat pengawalnya yang
tinggi besar.
9. MAJAS INTERUPSI
Majas interupsi adalah majas yang menggunakan kata sisipan sebagai penegas maksud dan
tujuan.
– Pak Zaenudin, walikota Kediri yang baru, orangnya sangat dermawan kepada semua
orang.
10. MAJAS RETORIKA
Majas retorika dapat diartikan sebagai majas yang menggunakan kalimat tanya yang
sebenarnnya tidak memerlukan jawaban, akan tetapi untuk mempertegas suatu pernyataan
atau bermaksud menyindir.
– Apakah kamu tega membiarkan orang tua hidup susah di kampung sementara kau
hidup mewah di kota?
11. MAJAS PARALELISME
Majas paralelisme merupakan majas yang digunakan untuk menegaskan atau memperjelas
tujuan dan maksud suatu pernyataan atau ujaran. Majas ini menggunakan kata, frase, atau
klausa yang sejajar atau berkedudukan sama.
– Cinta tidak terlihat namun terasa , seperti angin membadai yang tak kau lihat tapi
sangat terasa.
12. MAJAS TAUTOLOGI
Majas tautologi adalah majas yang menggunakan kata yang bermakna sama secara berulang
dalam satu kalimat dengan tujuan untuk mempertegas suatu pernyataan. Kata yang digunakan
biasanya adalah sinonim dari kata sebelumnya.
– Saya sangat percaya, yakin, dan mengimani bahwa Tuhan akan membersamai
perjuangan kita dalam menegakkan keadilan ini.
(percaya, yakin, dan mengimani memiliki makna yang sama)

 MAJAS PERBANDINGAN
1. MAJAS PERSONIFIKASI
Majas personifikasi adalah majas yang menggambarkan sebuah benda mati seolah-seolah
seperti manusia.
– Angin malam mengantarkan rinduku pada istriku di tempat nan jauh disana.
2. MAJAS TROPEN
Majas tropen merupakan majas yang menggunakan kata-kata yang tepat dan sejajar dengan
pengertian atau kondisi yang dimaksud.
– Andini telah terbang menggunakan pesawat Sriwijaya, maka jangan kau hanyut
dalam kesedihan berkepanjangan.
3. MAJAS METAFORA
Majas metafora dapat diartikan sebagai majas yang membandingkan suatu benda dengan
benda lain secara langsung.
– Usaha yang dirintis oleh pemuda itu bangkrut karena hutangnya yang menumpuk
sangat banyak.
4. MAJAS SINEKDOKE
Majas sinekdoke terdiri dari dua macam majas:
a. Sinekdoke pars prototo. Majas ini menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan.
-Sejak tadi pagi, Hidayat belum terliha batang hidungnya di tempat pertemuan ini.
(batang hidung yang dimaksud adalah badan seseorang secara keseluruhan, bukan hanya
hidungnya saja)
b. Sinekdoke totem proparte. Majas ini menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan
sebagian.
-Kabupaten Kebumen mampu mengalahkan Kabupaten Grobogan dalam turnamen
pencak silat tingkat nasional tadi malam.
(Yang bertanding dalam pencak silat hanya satu orang, akan tetapi disebutkan kabupaten)
5. MAJAS METONIMIA
Majas metonimia merupakan majas yang menggunakan sebuah nama atau merk dagang
untuk menunjuk sebuah benda tertentu.
-Ibu meminta Fandi membelikan Rinso di warung tetangga.
(Rinso disebutkan untuk mewakili sabun cuci baju)
6. MAJAS EUFIMISME
Majas eufimisme adalah majas yang menggunakan kata-kata penghalus untuk menyatakan
kondisi atau hal yang sebenarnya.
– Semenjak ditinggal kekasihnya menikah, pemuda itu mulai terganggu kejiwaannya.
(terganggu kejiwaan dipakai untuk memperhalus kata gila)
7. MAJAS ALEGORI
Majas alegori digunakan untuk menjelaskan maksud suatu pernyataan secara tidak langsung,
namun masih memiliki keterkaitan. Majas alegori menjelaskan hal yang tersirat dengan
perbandingan yang tepat namun di luar konteks.
– Hidup bagaikan menaiki kapal di lautan, ada masa dimana kita dihantam badai, ada
saatnya kita ditenangkan dengan laut yang tenang. Semua ada waktunya dan harus kita lalui
dengan penuh perjuangan.
8. MAJAS SIMILE
Majas simile digunakan untuk membandingkan dua hal dengan kata-kata penghubung. Kata
penghubung yang digunakan antara lain ‘layaknya’, ‘bagaikan’, ‘bak’, dan lain sebagainya.
– Cinta Ahmad kepada istrinya sangat dalam bagaikan dalamnya palung lautan.
9. MAJAS SIMBOLIK
Majas simbolik merupakan majas yang menggunakan suatu simbol untuk mewakili suatu hal.
– Banyak tikus-tikus rakus di mewahnya gedung perwakilan rakyat.
(Tikus yang dimaksud adalah pejabat koruptor yang memakan uang rakyat)

10. MAJAS HIPERBOLA


Majas hiperbola merupakan majas yang mempergunakan kata yang dilebih-lebihkan sebagai
pembanding.
– Warung kopi Pak Sapto berdiri di antara gedung-gedung pencakar langit.
(gedung pencakar langit diartika sebagai gedung-gedung yang tinggi)
11. MAJAS SINESTESIA
Majas sinestesia adalah majas (gaya bahasa) yang mempertukarkan dua indera yang berbeda.
– Istri saya sangat manis ketika memakai baju gamis

 MAJAS SINDIRAN
1. MAJAS SINISME
Majas sinisme merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir secara kasar.
– Dengan tidak pernah memperhatikan guru dan tidak pernah belajar, semoga kau
dapat mendapat rangking satu dengan nilai terbaik.
2. MAJAS IRONI
Majas ironi menggunakan kata-kata kebalikan untuk menyindiri secara halus. Kata-kata yang
digunakan merupakan kebalikan dari fakta atau hal yang sebenarnya ingin disampaikan.
Halusnya sindiran ini, terkadang membuat orang yang disindir tidak merasa disindir.
– Wah! Manis sekali kopi yang kau buat ini.
(Sebenarnya, kopi yang dibuat sangat pahit)
3. MAJAS ALUSIO
Majas alusio merupakan gaya bahasa sindirian dengan menggunakan kalimat atau ungkapan
yang sudah lazim.
– Anda orangnya senang kura-kura dalam perahu, bukanlah sudah gaharu cendana
pula.
(sudah pura-pura tidak tahu, bertanya pula)
4. MAJAS SARKASME
Majas sarkasme adalah gaya bahasa sindirian yang sangat kasar, sehingga dapat menyakiti
hati orang yang disindir.
– Dasar penjilat! Tidakkah kau puas merampas harta orang lain?

 MAJAS PERTENTANGAN
1. MAJAS PARADOKS
Majas paradoks adalah majas yang menyajikan pertentangan sesuatu yang sebenarnya bukan
pertentangan. Hal yang dipertentangkan biasanya adalah hal yang sudah berlainan.
– Setelah kepergian anaknya, wanita itu merasa kesepian di tengah ramainya kota ini
2. MAJAS ANTITESIS
Majas antitesis adalah majas yang menggunakan kata-kata yang saling bertentangan arti
dalam satu kalimat.
– Berat-ringan, sedih-senang harus kita hadapi bersama dalam perjuangan ini.
3. MAJAS LITOTES
Majas litotes adalah majas yang terkesan merendahkan perumapamaan untuk mendapatkan
kesan santun atau merendah.
– Sudilah kiranya saudara datang ke gubug saya
(Gubug yang dimaksud adalah rumah)

Anda mungkin juga menyukai