Anda di halaman 1dari 4

Tugas Pengantar Bahasa Indosnesia

Dosen Pengampu
ABDUS SALAM
DISUSUN OLEH:
MOHAMMAD ARLY RIFKY FAJRIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


AL - RIFA’IE MALANG
Dalam tugas bahasa Indonesia kali ini, mengenai perbedaan antara sebuah
novel dan film. Saya akan mengulasnya menggunakan novel karya Pramoedya
Ananta Toer, yakni ‘’Bumi Manusia”.
Untuk permulaan akan saya jelaskan mengenai latar belakang, sinopsis, dan
simpulan dari “Bumi Manusia”.

 Latar Belakang

Bumi Manusia merupakan novel pertama dari Tetralogi Buru karya


Pramoedya Ananta Toer yang terbit pertama kali pada pertengahan tahun 1980.
Bersama dengan 50 karya sastra fenomenal lainnya, Bumi Manusia lahir semasa
pengasingan Pramoedya di Pulau Buru. Dengan kecakapan menulis yang dimilikinya,
Pramoedya berhasil menyindir kehidupan sosial dan humanisme di tengah masa
kolonial Belanda melalui cerita yang berporos pada nasib Minke sebagai seorang
pribumi. Jurang pemisah kelas sosial berhias roman masa lampau menjadi fokus
utamanya dalam menulis Bumi Manusia. Lantas, kemiripan data yang dimuat di
dalam karya dengan realitas kehidupan dahulu kala membuat penulis tertarik untuk
mengkaji hubungan keduanya lebih lanjut dalam analisis yang akan dijabarkan pada
bagian berikutnya.

 Sinopsis

Bumi Manusia menempatkan Minke si pelajar H.B.S. sebagai tokoh utama


dari serangkaian cerita yang mengalir di sepanjang karya. Berkat pemikiran kritis
serta pendidikan erosentris yang diperolehnya semasa bersekolah, Minke mampu
menjadi remaja revolusioner yang semakin kehilangan jati dirinya sebagai seorang
pribumi Jawa. Antipati Minke terhadap kekalahan pun membawanya pada suatu
taruhan yang melibatkan pemuda pribumi itu dengan Annelies, dara keturunan
seorang gundik bernama Nyai Ontosoroh. Minke yang piawai dalam berkata dan
Annelies yang lugu dalam bercinta lantas saling menaruh hati pada satu sama lain.
Cinta keduanya pun disetujui oleh Nyai Ontosoroh yang kemudian banyak
menunjukkan afeksi layaknya seorang ibu kepada pemuda pribumi yang baru
dikenalnya itu.

Lama menetap di Wonokromo membuat Minke mengenal seluk-beluk


keluarga Mellema yang menempati kediaman tersebut. Nyai Ontosoroh memperoleh
kepandaiannya dari pengajaran yang dilakukan oleh Tuan Herman Mellema sebelum
pria itu menderita sakit jiwa dan meninggalkan keluarganya. Wanita proletar yang
mendendam para aristokrat tersebut berhasil mendidik Annelies sebagai gadis
mandiri yang bersedia membantunya merawat perusahaan serta kebun milik Tuan
Mellema. Di lain sisi, Robert Mellema-kakak laki-laki Annelies-memiliki perilaku yang
semakin menyerupai sang ayah yang gemar berfoya-foya dan sering mengunjungi
lokalisasi milik Babah Ah Tjong.
Kehadirannya di Wonokromo serta relasi yang dijalinnya dengan keluarga
Mellema pun menimbulkan sejumlah isu di kemudian hari. Kedekatan sang adik
dengan Minke membuat Robert cemburu dan berkeinginan untuk membunuh
pemuda pribumi tersebut. Nasib malang kembali menimpa Minke yang nyaris
dikeluarkan dari sekolah usai desas-desus keliru mengenai dirinya beredar. Konflik
pun mencapai klimaks setelah mayat Tuan Mellema ditemukan di cakela milik
tetangga mereka. Sebagai pribumi yang berkedudukan rendah di hadapan
pengadilan, Minke dan Nyai Ontosoroh harus berupaya keras dalam menyanggah
fitnah publik yang ditujukan pada keduanya.

Jerih payah yang dikerahkan oleh Minke dan Nyai Ontosoroh pun
mendatangkan nasib baik. Minke kembali diterima sebagai murid tahun terakhir di
sekolahnya berkat pembelaan Tuan Asisten Residen Herbert de la Croix yang
dikenalnya semenjak upacara pengangkatan sang ayah sebagai bupati. Pelajar
pribumi tersebut pun lulus secara terhormat dan berhasil menikahi Annelies.
Kehidupan Minke pun dihias dengan canda tawa dan roman dewasa hingga Maurits
Mellema datang menghendaki hak waris mendiang ayahnya serta hak perwalian atas
Annelies.

Kehadiran Maurits Mellema terasa bagai halilintar yang menyambar


kebahagiaan serta nasib baik Minke dan Nyai Ontosoroh kala itu. Tidak banyak upaya
yang dapat mereka lakukan mengingat posisi keduanya yang tidak berdaya di
hadapan pengadilan Belanda. Pernikahan Minke dan hak asuh Nyai Ontosoroh pun
dianggap tidak sah. Nasib malang kembali mendatangi keduanya usai mengalami
kekalahan dalam pengadilan. Minke dan Nyai Ontosoroh hanya dapat merelakan
kepergian gadis jelita kesayangan mereka menuju Amsterdam dengan bulir air mata
menggenang di pelupuk.

 Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh penulis dengan kajian


mimetik, novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer banyak mengandung
fenomena sosial dan humanisme semasa kolonial Belanda. Karya sastra tersebut
cenderung berporos pada sistem pendidikan diskriminatif yang diterapkan oleh
pemerintah Hindia Belanda serta jurang pemisah kelas sosial antara kaum Eropa
dengan kaum pribumi di Nusantara. Mayoritas data pada karya yang diduga
merupakan fakta memang benar adanya, tetapi Bumi Manusia tetaplah sebuah
karya sastra fiktif yang ditulis berdasarkan data riset yang akurat. Kombinasi yang
seimbang antara fakta dan fiksi dalam Bumi Manusia menambah daya tarik novel
tersebut sehingga pembaca dapat menikmati kisah roman berbumbu sejarah yang
dikemas dengan apik hingga menyerupai realita masa lampau. Mari mengenang
sejarah yang menjadi bagian dari identitas bangsa masa kini, salah satunya dengan
menyajikannya dalam bentuk karya sastra seperti Pramoedya Ananta Toer melalui
novelnya, Bumi Manusia.
Namun, Di dalam film‘’Bumi Manusia” terdapat cerita ataupun adegan yang
tidak dihadirkan
Salah satunya yakni 5 adegan berikut:

 Cerita Koper Coklat


 Orangtua Nyai Ontosoroh Kembali
 Cerita Maiko
 Istri Jean Marais
 Pesta Kelulusan Minke
Sehingga beberapa penggemar karya “Bumi Manusia” sangat kecewa
terhadap hasil film. Sebab adegan yang sangat bermakna dalam novel “Bumi
Manusia” adalah 5 adegan diatas yang tidak ditampilkan.

Demikian tugas pengantar bahasa indonesia kali ini, sekian terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai