Anda di halaman 1dari 2

Judul Buku 

     : Bumi Manusia


Penulis             : Pramoedya Ananta Toer
Editor              : Astuti Ananta Toer
Penerbit           : Lentera Dipantara
Cetakan           : Cetakan 2, Juni 2006
Tebal               : 535 halaman

Bumi Manusia
Pramoedya ananta toer

Seorang keturunan Jawa, Minke, yang sering diperolok-olok oleh kaum totok belanda karena kulitnya,
karena pribumi! Pram memberikan karakter minke sebagai manusia pribumi yang terpelajar, melawan
penindasan terhadap dirinya, terhadap orang lain dan terhadap bangsanya. Minke bersekolah di H.B.S
(Hogere Burger School)yaitu sekolah yang setara SMA yang tidak semua pribumi bisa bersekolah sampai
sejauh itu, hanya keturunan minimal ningrat yang boleh bersekolah. Minke merupakan anak dari bupati
kota B (disebutkan dalam novelnya seperti itu, mungkin maksud Pram adalah Blora karena menceritakan
tentang RM. TAS) karena itulah dia dapat bersekolah di H.B.S. Tetapi hidup ditengah-tengah pergaulan
eropa menjadikan pandangan minke menjadi pengagung eropa, dia melupakan tradisi dan adat jawanya,
tradisi yang ada dari nenek moyangnya hilang begitu saja karena pengetahuan eropanya bahkan ia tidak
mau memakai baju adat jawa karena sudah terbiasa dengan pakaian-pakaian eropanya.

       Hal tersebut sempat membuat geram ayahnya yang merupakan Bupati B akan tetapi sang ibunda lah
yang terus mendukung anaknya minke agar melaksanakan apa yang ia cita-citakan, disini minke
mengalami pencarian jati dirinya, seorang pribumi tapi pengagung eropa. Adalah Robert Surhof teman
sekaligus akan menjadi lawan, teman yang memiliki niat picik, serakah dan ingin mendapatkan apapun
yang dia inginkan meskipun melakukan dengan cara-cara kotor. Suatu hari Robert Surhof mengajak
minke berkunjung ke Wonokromo, sebuah perkebunan tebu dan perusahaan perdagangan, peternakan
milik Nyai Ontosoroh (Nyai adalah sebutan bagi gundik-gundik kompeni). Perkebunan yang begitu luas
dengan rumah yang bagai istana, selain perkebunan Nyai memelihara ternak karena pelataran nya
sangatlah luas. Pertemuan kali pertama Minke dengan Annelies (putri dari Nyai Ontosoroh) menjadi poin
penting dalam novel ini. Kisah Cinta pada pandangan pertama digambarkan oleh Pram begitu romantis.
Annelies dideskripsikan oleh Pram sebagai Gadis indo-Belanda yang memiliki paras sangat cantik,
bertubuh langsing, beramput pirang dan lurus, dikatakan bahwa kecantikannya melebihi Ratu Wilhemnia
(Ratu belanda), mungkin akan membuat pembacanya jatuh cinta pada sosok Annelies. Walaupun taraf
pendidikan Annelies tidak sampai H.B.S akan tetapi dia memiliki pesona luar biasa lainnya, yaitu di
usianya yang masih dikatakan belia dia mampu mengurusi perkebunan dan peternakan dan membantu
ibunya menjalankan perusahaan, karena ayahnya,Mellema, kelakuannya berubah 180 derajat yang
dikatakan akibat pengaruh hobinya pelesiran dan mabuk-mabukan pada saat itu. Semenjak pertemuan
pertama minke dan annelies sekiranya telah menimbulkan benih cinta dikeduanya, Minke yang
terpandang terpelajar dan pintar dalam berbahasa belanda serta prancis membuat Nyai Ontosoroh
kagum dan tak ragu menyetujui jika mereka berhubungan. Namun masalah lain timbul, Robert Surhof
yang ternyata temannya memang mengincar annelies sejak lama, Robert berteman lama dengan kakak
kandung annelies, Robert Mellema, tentunya surhof memandang annelies secara nafsu. Berbagai siasat
ditempuh surhof untuk menjauhkan minke dari annelies. Suatu hari Annelies jatuh sakit karena
memikirkan sang pangerannya, Minke, karena minke pernah berjanji kepada annelies pada kunjungan
yang pertamanya bahwa dia akan menemuinya lagi beberap hari kedepan, namun sudah berminggu-
minggu minke tidak berkunjung ke kediaman Nyai Ontosoroh.

 Akhirnya karena melihat anaknya sakit, Nyai menyuruh salah seorang pekerjanya untuk
mengirimkan surat kepada minke serta menjemput minke untuk bersedia tinggal di kediamannya. Begitu
besar kisah cinta yang digambarkan antar Minke dan Annelies sehingga akhirnya mereka menikah
walaupun banyak pertentangan dari orang tua Minke yang tidak menyetujui ia menikah dengan seorang
keturunan Belanda. Namun yang menarik, Pram menyajikan novel selalu diluar dugaan, ketika kondisi
pembaca tengah asik dan memiliki perasaan senang tiba-tiba pram membalikan kondisi tersebut menjadi
terbalik. Kisah cinta antara Minke dan Annelies mengalami sesuatu yang sangat memilukan, yaitu karena
Annelies anak dari seorang Gundik yang bernama Nyai Ontosoroh, akibatnya perkawinan antara Nyai
Ontosoroh dengan Robert Mellema tidak diakui pengadilan tinggi belanda.

  Begitupun dengan pernikahan Minke dan Annelies tidak di akui pengadilan belanda karena tidak
ada ijin orangtua sah dari annelies, hak asuh annelies diberikan kepada ibu tirinya di Belanda. Dan
Akhirnya secara terpaksa Annelies harus angkat kaki dari dan pergi ke Belanda. Mendengar kabar
tersebut Anneies kembali jatuh sakit dan selama berhari—hari dia tidak makan dan tidak bicara,
kekecewaan yang mendalam dirasakan annelies, dia akan kehilangan cintanya, ibunya dan semua
kenangan-kenangan dari masa kecilnya. Sementara Minke dan Nyai Ontosoroh tidak tinggal diam
melawan ketidakadilan pengadilan putih belanda, minke dengan kepiawannya menulis pengaduan
diberbagai media cetak telah menyalakan api para pembacanya, pendukung Minke tidak hanya sekedar
kerabat-kerabatnya, kini seluruh masyarakat di wonokromo dan Madura ikut protes terhadap
ketidakadlilan belanda. Namun apalah yang bisa dilakukan oleh seorang Pribumi terhadap pengadilan
tinggi, semuanya tidak ada hasil. Annelies harus pergi ke Belanda dan terpisah dari pangerannya Minke.
Hal tersebut merubah semua pemikiran minke yang semula pengagum belanda kini dia merasakan
ketidakadilan, penjajahan, diskriminasi belanda terhadap pribumi.

Anda mungkin juga menyukai