Anda di halaman 1dari 9

ISI/SUBSTANSI FILM

Sosok Nyai Ontosoroh yang merupakan seorang gundik sukses membuat Minke tertegun
karena pendidikan Nyai Ontosoroh luar biasa dengan bahasa Belanda-nya yang sangat lancer
dan teratur juga pesonanya yang anggun. Nyai berkata kepada Minke, bahwa ia bisa
memanggilnya dengan panggilan ‘Mama’ jika keberatan untuk memanggilnya sebagai
‘Nyai’. Setelah perkenalan dengan ibu kandung dari Annelies, Annelies mengajak Minke
untuk berkeliling di kampung pertanian yang dikelola oleh keluarganya—terutama oleh
Mama-nya. Dalam waktu singkat yang dihabiskan bersama Annelies, Minke menceritakan
banyak hal termasuk asal-usul Namanya kepada Annelies. Saat itu, Minke sudah merasa
bahwa ia telah jatuh cinta kepada Annelies, hingga ia mencium pipi gadis perempuan itu
sembari memuji paras cantiknya hingga membuat Annelies sangat terkejut. Annelies lalu
meninggalkan Minke.

Malam harinya Minke beserta Suurhof turut ikut dalam makan malam keluarga Mellema
bersama Nyai Ontosoroh, Robert dan Annelies. Ayah dari Annelies sendiri baru
menampakkan dirinya ketika mereka semua tengah menyantap makanannya masing-masing
dalam keadaan mabukk berat. Tuan Mellema yang melihat kehadiran Minke dengan spontan
menghinanya dengan sebutan ‘monyet’ yang membuat Nyai Ontosoroh dan Annelies merasa
sangat malu di hadapan Minke. Saat Minke hendak pulang kembali ke kediamannya, Nyai
Ontosoroh meminta kepastian kepada Minke soal apakah ia benar-benar jatuh cinta kepada
Annelies setelah tau Minke mengecup pipi Annelies.

Selanjutnya Minke mengetahui bahwa hubungan keluarga Annelies—keluarga Mellema jauh


dari kaa harmonis. Diceritakan oleh Nyai Ontosoroh, Tuan Mellema pada awalnya sangatlah
baik dan sabar dalam mengajar Nyai Ontosoroh. Namun, lima tahun belakangan Tuan
Mellema sangat jarang berada di rumah dan menjadi pemabuk yang sering pergi ke tempat
plesiran. Masalah itu berawal saat anak sah Tuan Mellema dari Belanda datang menuntut
tuduhan serong Tuan Mellema kepada istri sahnya—Maurits Mellema. Tuan Mellema tidak
menceraikan istri sahnya dan juga tidak menikahi Nyai Ontosoroh secara sah. Saudara
Annelies yaitu Robert lebih suka bergaul dengan orang Eropa dan membenci pribumi,
termasuk ibunya sendiri. Sebaliknya, Annelies lebih menganggap dirinya sebagai pribumi
walaupun dirinya berdarah Indo dan sangat mencintai mamanya.
Pertemuan Minke dengan Annelies yang kemudian membuatnya jatuh hati pada gadis itu,
terutama pada paras cantiknya yang menurut Minke mengalahkan kecantikan Ratu
Wilhelmina kemudian diketahui oleh tetangga sekaligus sahabatnya—Jean Marais. Jean
mengingatkan Minke untuk berhati-hati karena ia berhubungan dengan seorang Nyai dan
punya seorang anak berdarah Indo. Jean mengingatkan Minke juga bahwa Minke hanya
pribumi biasa.

Berbagai konflik digambarkan dalam film romansa ini. Minke yang merupakan seorang
pribumi dengan rasa kagum teramat besar kepada Belanda mempertanyakan keadilan yang
diagung-agungkan bangsa barat tersebut. Sesungguhnya, keadilan di Hindia-Belanda hanya
diajarkan di sekolah-sekolah elit dan pelaksanaannya hampir tidak ada. Dengan kemampuan
yang Minke miliki, ia ingin mengubah nasib bangsanya sendiri.

Hubungan Minke dengan Annelies dan Nyai Ontosoroh pada akhirnya sampai ke telinga
Ayahnya yang merupakan seorang Bupati di Surabaya. Minke dianggap telah
mempermalukan keluarga bangsawan Jawa dengan berhubungan dengan seorang Nyai.
Minke dihukum oleh Ayahnya dan diperintahkan oleh Ayahnya untuk menerjemahkan
pidatonya ke dalam bahasa Belanda dalam pesta pengangkatan Ayahnya menjadi seorang
Bupati. Minke juga mendapat teguran dari Ibunya karena Ibunya kecewa sebab Minke tidak
lagi terlihat seperti bangsawan Jawa, melainkan seperti ‘Belanda Cokelat’.

Terlepas dari teguran Ayahnya yang tidak ingin Minke berhubungan dengan Nyai dan
keluarganya, pada akhirnya Minke tetap bisa mempertahankan hubungannya dengan
Annelies walaupun terdapat bayang-bayang terror di belakangnya. Terror-terror itu mulai dari
perintah Roert yang menyuruh Darsam membunuh Minke, kematian Tuan Mellema, dan
penyakit yang diderita Annelies karena traumanya.

Digambarkan dalam persidangan yang dijalani Nyai Ontosoroh terkait kematian Tuan
Mellema yang diduga diracun, Nyai Ontosoroh diperlakukan seperti pribumi kotor nan
rendahan di hadapan para penegak hukum yang berkebangsaan Belanda. Minke yang ingin
membela Nyai Ontosoroh karena ia tahu bahwa sebenarnya Nyai Ontosoroh sama sekali tidak
bersalah turut membantu Nyai dengan memuat tulisan-tulisannya untuk dicetak di koran yang
isinya mengenai kasus Tuan Mellema dan berhasil berpengaruh pada hasil sidang dimana
para hakim tidak lagi memojokkan Nyai Ontosoroh. Namun, banyak media cetak yang
tersebar di masyarakat tentang pembunuh Tuan Mellema yang isinya tidak fokus terhadap inti
kasus tersebut, malah menyudutkan hubungan Minke dengan keluarga Mellema dan
membandingkan kaum Eropa dengan Pribumi. Tulisan-tulisan itu dimuat oleh ‘sahabat’
Minke yang merasa dengki—Robert Suurhof. Dengan bantuan Kommers yang merupakan
seorang penulis yang handal, Minke terus menuntut hukum Eropa yang menyudutkan
pribumi dan menuntut kehadiran saksi dalam persidangan berikutnya. Pada akhirnya,
pembunuh Tuan Mellema terungkap, yaitu pemilik tempat prostitusi yang sering dikunjungi
Tuan Mellema; Ah Tjong.

Buntut dari kasus yang mendapatkan sorotan dari berbagai penjuru daerah membuat Minke
dikeluarkan dari HBS atas permintaan Ayahnya. Setelahnya Minke merasa bahwa ia harus
segera menikahi Annelies, dan dengan bantuan Jean juga izin Nyai Ontosoroh, Minke
akhirnya mendapat restu untuk menikahi Annelies.

Dikeluarkannya Minke dari HBS membuat tidak mendapat respon yang baik dari para
alumni. Alumni mengirimkan surat kepada direktur HBS yang menyatakan bahwa Minke
harus kembali bersekolah di HBS. Berkat protes tersebut, Minke berhasil melanjutkan
pendidikannya dan lulus dengan peringkat nilai tertinggi kedua di seluruh Hindia-Belanda.

Kebahagiaan Minke mencapai puncaknya ketika akhirnya dirinya dan Annelies terikat dalam
ikatan pernikahan. Namun sayangnya Minke dan keluarga barunya itu harus menghadapi
masalah lainnya. Masalah itu mengharuskan Annelies dan Nyai Ontosoroh datang ke
pengadilan di Surabaya. Selanjutnya diketahui bahwa akibat kematian Tuan Mellema dan
hilangnya Robert Mellema membuat seluruh harta milik keluarga Mellema akan diambil alih
oleh Maurits Mellema dan anak-anaknya di Belanda karena pengadilan menganggap
Annelies masih di bawah umur dan tidak menganggap pernikahan Minke dan Annelies
sebagai pernikahan yang sah.

Untuk membantu memecahkan masalah ini, Minke mengirim surat kepada tuan Asisten
Residen de la Croix yang lalu mengirimkan seorang pengacara dari Semarang untuk
membantu Minke. Pengacara mengatakan bahwa dalam catatan pengadilan Amsterdam Nyai
Ontosoroh tidak pernah menikah secara sah dengan Tuan Mellema yang berarti bahwa Robert
Mellema dan Annelies tidak diakui sebagai anak kandungnya. Minke kembali memuat
tulisan-tulisannya ke dalam media cetak untuk menyelesaikan permasalahan yang dialaminya
dan keluarga Mellema. Tulisan-tulisan tersebut berhasil membangkitkan jiwa para warga
muslim di Surabaya, menyebabkan kericuhan terjadi di pengadilan.

Walaupun dengan ambisi dan protes keras dari para tokoh muslim di Surabaya, hakim tetap
memutuskan bahwa Nyai Ontosoroh tidak berhak atas hak asuh anak atas Robert Mellema
dan Annelies Mellema. Minke yang masih belum ingin menyerah kembali mengatakan
bahwa dirinya merupakan suami sah dari Annelies Mellema. Namun, hakim tetap kukuh pada
putusannya dan mengtakan bahwa Annelies masih gadis dan mempunyai wali di Amsterdam.
Protes keputusan hakim pun menimbulkan kericuhan tak terbendung di pengadilan.

Terlepas dari keputusan hakim, warga Wonokromo yang tinggal di Buitenzorg bersikukuh
untuk memberikan perlawanan dan akan melindungi keluarga Nyai Ontosoroh. Kediaman
Mellema dijaga ketat oleh para polisi Belanda dan menimbulkan perlawanan dari para warga
yang menginginkan polisi-polisi itu pergi dari Buitenzorg. Terdapat baku tembak yang tak
terbendung dan para korban pun berjatuhan demi melindungi keluarga Nyai Ontosoroh dan
menghalangi polisi Belanda untuk membawa Annelies ke Belanda. Pada akhirnya, polisi
Belanda berhasil sampai ke rumah keluarga Mellema dan meminta Nyai Ontosoroh
menyerahkan Annelies yang keadaannya tengah jatuh sakit.

Keberangkatan Annelies ke Belanda tak berhasil digagalkan. Nyai Ontosoroh dan Minke
harus merelakan Annelies pergi ke Belanda tanpa ditemani ataupun diantar karena larangan
dari pengadilan, membuat hati mereka hancur.

A. Unsur Instrinsik dalam Film Bumi Manusia


1. Tema
Film ini berfokus pada tema sejarah zaman Hindia-Belanda dan
romansa/percintaan antara pribumi dan Indo yaitu Minke dan Annelies. Terdapat
unsur politik juga disisipkan dalam film ini.

2. Plot/Alur
Alur yang digunakan adalah alur maju-mundur, ditandai dengan beberapa adegan
yang menceritakan masa lalu keluarga Mellema dan Annelies.

3. Tokoh dan Penokohan


a. Iqbaal Ramadhan sebagai Minke adalah protagonist dalam film ini. Minke
digambarkan sebagai sosok yang ambisius, sopan dan santun, pantang
menyerah, gigih juga keras kepala. Pembuktian karakter salah satunya ada
pada kegigihan Minke untuk menyelesaikan masalah yang menimpanya dan
keluarga Mellema melalui tulisan-tulisannya.
b. Mawar Eva de Jongh sebagai Annelies Mellema. Annelies Mellema
digambarkan sebagai sosok yang polos, berhati lembut dan sensitif, juga
anggun dan pemalu. Pembuktian karakter ada pada saat Minke memuji
Annelies sebagai ‘cantik tiada tanding’ lalu Annelies Nampak sangat terkejut
hingga mengadu pada Nyai Ontosoroh.
c. Sha Ine Febriyanti sebagai Nyai Ontosoroh. Nyai Ontosoroh digambarkan
sebagai sosok yang tegas, mandiri, sangat tegar, kuat, bijaksana dan pandai.
d. Giorgino Abraham sebagai Robert Mellema merupakan antagonis dalam film
ini. Robert Mellema digambarkan sebagai sosok yang kasar, angkuh, egois,
keras kepala dan tidak bermoral.
e. Jerome Kurnia sebagai Robert Suurhof. Robert Suurhof digambarkan sebagai
sosok yang angkuh, sombong dan pengecut.
f. Whani Darmawan sebagai Darsam. Darsam digambarkan sebagai sosok yang
keras, setia dan patuh kepada tuannya.

Film ini juga didukung oleh karakter pendukung lainnya.

4. Latar
a. Tempat
o Indonesia (Hindia Belanda), Surabaya (Soerabaia), Wonokromo
o Sekolah HBS tempat Minke bersekolah
o Rumah Bupati (rumah keluarga Minke)
o Pengadilan Pribumi

b. Suasana
Dalam film ini digambarkan suasana hangat dan lembut pada awal film, lalu
berubah menjadi semakin kelam dan menegangkan dari mulainya konflik
hingga suasana suram pada akhir film.

c. Waktu
Pra-kemerdekaan atau masa Belanda berkuasa, tepatnya tahun 1889

d. Sudut Pandang
Film ini menitikberatkan sudut pandang Minke sebagai tokoh utama, dengan
kata lain menggunakan sudut pandang orang pertama.

e. Amanat
Amanat utama adalah untuk para anak muda agar memiliki kegigihan dalam
menuntut ilmu dan mengenyam pendidikan juga memiliki semangat juang.

B. Unsur Ekstrinsik dalam Film Bumi Manusia


1. Unsur sosial dimana budaya patriarki masih sangat kental, digambarkan tentang
bagaimana banyak perempuan dianggap rendahan.
2. Unsur budaya yang masih sangat tertinggal
3. Unsur agama dimana perbedaan agama yang dianut Minke dan Annelies yang
turut dipengaruhi budaya.
4. Unsur pendidikan yang terdapat ketimpangan nyata di dalamnya, dimana hanya
keturunan Ningrat, bangsa Belanda dan Indo saja yang diperbolehkan untuk
bersekolah.
5. Unsur moral dimana perbedaan gaya pergaulan antara bangsa Belanda atapun
Indo dan pribumi terdapat perbedaan karena pergaulan pribumi masih dipengaruhi
unsur agama yang kental.
KEKUATAN DAN KELEMAHAN FILM

Film ini paling tepat untuk ditonton para remaja dan orang dewasa karena film ini
menggambarkan perjuangan pribumi saat Belanda masih memegang tonggak kuasa dan
bagaimana bangs akita ini tidak pernah menyerah untuk menyuarakan haknya dan menuntut
keadilan pada masa itu.

A. Kelebihan
Hanung Bramantyo sebagai sutradara berhasil menggambarkan unsur-unsur sejarah
dan keadaan saat bangsa Indonesia masih dijajah oleh bangsa Indonesia. Bisa
dikatakan ia memahami substansi bukunya dengan baik sehingga menghasilkan
sinematografi yang tepat dan sangat baik. Penonton tidak akan merasa terlepas dari
cerita karena penggambaran alur yang sangat ringan dan transisi dari satu adegan ke
adegan lainnya pantas mendapat apresiasi. Para aktor and aktris yang memerankan
karakternya dalam film ini juga sangat patut diapresiasi. Setiap pemeran berhasil
membuat penonton mengerti bagaimana karakter yang dilakoninya, bagaimana cara
mereka berpikir dan merasa simpati terhadap para tokoh di dalam film.

Unsur-unsur sejarah dalam film ini digambarkan secara apik sehingga para generasi Z
maupun generasi milenial bisa memahami sejarah Indonesia pada saat itu tanpa
kesulitan menginterpretasikan apa yang film ini coba sampaikan selain sisi
romansanya.

Penulisan permasalahan dalam alur cerita digambarkan dengan sangat jelas hingga
hampir tidak ada celah terlihat yang membuat penonton bingung dan bertanya-tanya.
Penggambaran lingkungan dan masyarakat pada zaman itu juga digambarkan dengan
apik dan pantas diapresiasi.

B. Kekurangan
Pemilihan Iqbaal Ramadhan dan Mawar Eva de Jongh sebenarnya adalah langkah
yang baik untuk menarik minat dan perhatian masyarakat—terutama anak muda untuk
menonton dan menyaksikan film ini. Strategi ini terbukti cukup berhasil dan dari
aspek bisnis film ini berhasil meraup banyak keuntungan. Akan tetapi, pemilihan
Iqbaal Ramadhan sebagai seorang pribumi agaknya kurang tepat. Jika diperhatikan
baik-baik, tokoh-tokoh pendukung seperti para petani yang bekerja di Buitenzorg
memiliki karakteristik wajah yang sangat mewakili perawakan suku Jawa. Namun,
Iqbaal yang memiliki hidung mancung dan dagu tajam membuatnya tidak terlihat
seperti suku jawa dan pribumi, ditambah posturnya yang tegap dan kulit yang putih.
Tidak ada pemuda Indonesia yang mempunyai perawakan seperti itu pada zaman
tersebut. Hal yang sama juga ada pada tokoh Nyai Ontosoroh muda yang sama sekali
tidak terlihat mirip dengan Nyai Ontosoroh sehingga terdapat celah yang dirasakan
penonton saat adegan Annelies menceritakan masa lalu ibunya.

Celah lainnya adalah bagaimana Iqbaal memainkan karakter Minke yang romantic
terhadap Annelies. Iqbaal yang dikenal sebagai “Dilan” masih terlihat dibayang-
bayangi karakternya sebagai “Dilan” dalam film ini. Selain itu, para penonton yang
telah membaca novelnya sebelumnya pasti mengharapkan Minke dalam film sebagai
sosok pemuda yang gigih dalam memperjuangkan bangsanya, bukan hanya sebagai
pria romantis saja. Sedangkan di dalam film lebih banyak menggambarkan adegan-
adegan romantis Minke dan Annelies dan meninggalkan karakter Minke yang
seharusnya lebih kuat yaitu Minke yang ambisius untuk memerdekakan bangsanya
dari penjajahan Belanda. Di sini terdapat kekurangan penggambaran karakter Minke
di film jika dibandingkan dengan karakternya di dalam novel sehingga ekspektasi
penonton tidak terpenuhi.
KONTRIBUSI FILM PADA STUDI ILMU POLITIK

Pramoedya Ananta Noer sebagai penulis novel berhasil memberikan sumbangan berupa
penggambaran historiografi Indonesia yang ada dalam filsafat dan politik sejarah yang
dijalankan sepenuhnya oleh pemerintah kolonial yang dilihat dari sudut pandang bangsa
Indonesia. Dalam karyanya juga digambarkan bagaimana Indonesia masih jauh dari kata
feminisme dan bagaimana patriarki memegang kontrol penuh saat itu.

Film ini menceritakan bagaimana munculnya gejolak perlawanan yang berasal dari pribumi
tanpa memandang suku ataupun asal masing-masing. Melahirkan konsep Kebangkitan
Nasional dengan rasa senasib sepenanggungan yang dirasakan hingga akhirnya membentuk
bangsa dan negara.

Dalam film juga disampaikan denganm masuknya Eropa ke Indonesia pada masa itu, budaya
sosial dan hukum Eropa juga turut mempengaruhi budaya sosial dan hukum di Indonesia
yang kemudian mempengaruhi cara berpikir masyarakat.

Film ini memberikan pandangan bahwa warga negara manapun yang menginjakkan kakinya
di Indonesia adalah tamu yang berkunjung untuk menjalankan kerjasama mengenai politik.

Karena pengaruh sistem Eropa yang masih ada hingga saat ini, maka hingga saat ini
Indonesia berpikiran bahwa kerjasama dalam politik diperlukan untuk bekerjasama dengan
negara lain. Dalam hal ini, kerjasama yang diperlukan adalah kerjasama politik yang
berhubungan dengan perdamaian dunia seperti kerjasama dengan organisasi internasional

Anda mungkin juga menyukai