Anggota :
A. Tekanan Darah
1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah daya yang di perlukan agar darah dapat
mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh
jaringan tubuh manusia. Darah dengan lancar beredar ke seluruh bagian
tubuh berfungsi sebagai media pengangkut oksigen serta zat lain yang di
perlukan untuk kehidupan sel-sel di dalam tubuh (Moniaga, 2012).
Menurut Gunawan (2007) dalam Suri (2017) istilah “tekanan darah”
berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di
dalam tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antara tekanan darah
sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik adalah
tekanan darah ketika menguncup (kontraksi) sedangkan, tekanan darah
diastolik adalah tekanan darah ketika mengendor kembali (relaksasi)
b. Persiapan Pasien
1. Definisi Hipertensi
2. Epidemiologi Hipertensi
3. Patofisiologi Hipertensi
1) Genetika
2) Obesitas
3) Stres Lingkungan
4) Jenis Kelamin
5) Usia
7) Obat-Obatan
Obat pencegah kehamilan, steroid dan obat anti infeksi
dapat mengakibatkan tekanan darah. Beberapa jenis obat
dapat menaikkan kadar insulin. Kadar insulin yang tinggi
dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat.
9) Kurang Gerak
6. Nilai Normal
3 Prosedur A. Persiapan
Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukuan,
posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
Persiapan Alat
- Tensimeter
- Stetoscope
- Alat tulis.
B. Pelaksanaan :
- Memberitahu Pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
- Mencuci Tangan
- Menyinsingkan lengan baju pasien
- Memasang manset tidak terlalu erat atau terlalu longgar
- Menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa
- Menutup sekrup balon karet
- Mencuci Reservoir
- Letak tensimeter harus datar
- Meraba arteri brachialis dengan 3 jari tengah
- Meletakkan bagian diafragma stetoscope tepat diatasnya
- Memompa balon sehingga udara masuk kedalam manset
sampai detak arteri tidak terdengar lagi atau 30 mmHg diatas
nilai sistolik.
- Membuka sekrup balon perlahan – lahan dengan kecepatan 2-
3 mmHg perdetik sambil melihat skala dan mendengarkan
bunyi detik pertama (Sistolik) dan detik terakhir (Diastole)
- Pada waktu melihat skala, mata setinggi skala tersebut
- Bila hasilnya meragukan perlu diulang kembali ( tunggu 30
detik )
- Menurunkan air raksa sampai dengan nol dan mengunci
reservoir
- Membuka pipa penghubung
- Melepaskan manset dan mengeluarkan udara yang masih
tertinggal di dalam manset
- Menggulung manset dan memasukkan ke dalam tensimeter.
- Merapikan pasien
- Mengembalikan alat pada tempatnya
- Mencuci tangan
- Mencatat pada lembar catatan yang ada
- Membuat grafik / kurve pada lembaran status pasien dengan
tepat dan benar
- Menggunakan waktu dengan efektif dan hemat energi
1.1 Konsep Dasar
A. Denyut Nadi
1. Definisi Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan gambaran denyut jantung yang berada
pada lokasi arteri di bawah kulit serta dapat diraba pada pergelangan
tangan dan leher. Kontraksi otot jantung dalam proses memompa darah
mengahasilkan denyut nadi. Pada keadaan normal, denyut nadi memiliki
periode kontraksi sebesar 0,40 dari siklus jantung (Guyton & Hall,
2007).
Siklus jantung terdiri dari sistole sebagai periode kontraksi
dan diastole sebagai periode istirahat. Jantung merupakan salah satu
organ tubuh yang dianalogikan sebagai pompa berdenyut. Darah
memasuki arteri secara terputus- putus sehingga di dalam arteri terdapat
tekanan (Guyton, 1997 dalam Mei, 2010). Gelombang tekanan
sepanjang arteri dan gerakan darah ke depan terjadi karena selama
sistole darah masuk ke dalam arteri. Gelombang tekanan mendorong
dinding arteri dan teraba sebagai nadi. Gelombang arteri dapat berjalan
lebih cepat disebabkan oleh meningkatnya usia sehingga arteri menjadi
lebih kaku (Ganong, 1999 dalam Mei, 2010).
Tekanan nadi dipengaruhi oleh volume sekuncup jantung dan
komplain dari sistem arteri. Pada orang dalam keadaan sehat yang
bernapas dengan kecepatan normal, frekuensi jantung dapat berubah
sesuai dengan fase pernapasan (Guyton, 1997 dalam Mei, 2010). Denyut
nadi merupakan rambatan dari denyut jantung yang berfungsi sebagai
indikator untuk melihat intensitas olahraga atau aktivitas yang
dilakukan. Denyut nadi dihitung dengan satuan repetisi permenit
(kali/menit). Pada orang dengan aktivitas biasa, denyut nadi normal
berkisar 60-100 kali/menit. Selain itu, terdapat pula denyut nadi
pemulihan. Denyut nadi pemulihan adalah denyut nadi yang diukur
setelah istirahat selama 5 menit dari suatu aktivitas latihan. Pengukuran
denyut nadi pemulihan digunakan untuk mengamati seberapa cepat
kemampuan tubuh setelah aktivitas berat untuk melakukan pemulihan
(Hausswirth & Mujika, 2013).
2. Denyut Nadi Istirahat
Denyut nadi istirahat adalah denyut nadi yang dihitung atau
diamati sebelum melakukan aktivitas atau melakukan sebuah pekerjaan.
Sedangkan denyut nadi kerja adalah denyut nadi yang diamati ketika
bekerja. Denyut nadi kerja dapat dikategorikan berdasarkan tingkat
beban kerja dalam satuan kali/menit yaitu beban kerja ringan: 75-100,
sedang: 101-125, berat: 126-150, sangat berat: 151-175, sangat berat
sekali: 175< (Nurmianto, 2003 dalam Jannah, 2014).
Denyut nasi dapat digunakan sebagai parameter kondisi dan
fungsi tubuh seseorang. Pada keadaan istirahat denyut nadi berkisar
antara 60-100 kali/menit. Seseorang yang terlatih dengan frekuensi
denyut nadi istirahat di bawah 60 kali/menit mengindikasikan bahwa
jantung orang tersebut efektif dalam memompa darah. Sedangkan
frekuensi denyut nadi istirahat di atas 100 kali/menit mengindikasikan
kemampuan jantung untuk memompa darah orang tersebut dalam
keadaan lemah yang juga menggambarkan terganggunya kondisi fisik
seseorang (Saehu, 2016).
Pada umumnya, ketika istirahat didapati denyut nadi yang lebih
rendah, maka fungsi jantung orang tersebut lebih efisien dan kebugaran
kardiovaskularnya lebih baik. Sama halnya ketika sedang melakukan
suatu aktivitas atau kegiatan. Semakin rendah denyut nadi kerja, maka
semakin tinggi kebugaran jasmani orang tersebut karena semakin bugar
seseorang, intensitas kerja relatif lebih rendah dan peningkatan denyut
nadi menjadi lebih rendah pula (Giriwijoyo, 2012).
3. Fungsi Denyut Nadi
Denyut nadi sendiri berfungsi sebagai sinyal bagi tubuh terhadap
terjadinya berbagai perubahan seperti naik turunnya suhu tubuh,
keterlibatan dan pekerjaan otot serta melaporkan seluruh keadaan tubuh.
Orang yang aktif berolahraga tidak mudah terkena penyakit terutama
penyakit jantung koroner. Frekuensi denyut nadi bisa menurun
disebabkan efek dari melakukan kegiatan olahraga. Pada awalnya, saat
beristirahat denyut nadi berkisar 80 kali/menit, namun setelah
melakukan program olahraga bisa menjadi 70-60 kali/menit. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan olahraga bisa mengangkat 10-
20 denyut nadi permenit sehingga jantung bekerja lebih efisien dan daya
tahan kardiorespirasi dapat meningkat (Lubis & Siregar, 2017).
4. Frekuensi Denyut Nadi
Pada saat melakukan aktivitas olahraga, kerja jantung dikontrol
oleh sistem saraf simpatis. Frekuensi denyut nadi akan lebih cepat
melalui efeknya pada jaringan pemacu ketika dibutuhkan, sehingga
terjadi pula peningkatan aliran darah. Ambang akan lebih cepat tercapai
karena adanya percepatan depolarisasi oleh nodus SA sebagai efek
utama dari stimulus simpatis. Norepinerfin dapat mengurangi
permeabilitas K+ yang dikeluarkan dari ujung saraf simpatis. Efek
depolarisasi akan timbul ketika terjadi penurunan jumlah ion kalsium
yang meninggalkan sel-sel sehingga bagian dari dalam sel tersebut
kurang negatif. Kecepatan jantung akhirnya mengalami peningkatan
karena pergerseran ke ambang yang lebih cepat dan memungkingan
potensial aksi menjadi lebih sering (Sherwood, 2014).
Frekuensi denyut nadi dipengaruhi oleh persarafan jantung.
Frekuensi denyut nadi meningkat akibat adanya stimulasi simpatis dan
frekuensi denyut nadi akan menurun akibat adanya stimulasi
parasimpatis (Ganong, 2008). Saraf simpatis sebagai cardio accelerator
mampu meningkatkan frekuensi denyut nadi dan kekuatan kontraksi
jantung dengan melepaskan norepinerfin yang meningkatkan frekuensi
timbulnya impuls pada nodus SA jika dalam keadaan terangsang.
Sedangkan saraf parasimpatis berperan sebagai cardio inhibitor yang
jika terangsang akan mengakibatkan penurunan denyut nadi karena
terjadinya pelepasan asetilkolin dan memperlambar pembentukan
impuls pada nodus SA (Hadibrata, 1991 dalam Mei, 2010).