Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

KESANGGUPAN KARDIOVASKULER DAN TEKANAN DARAH

B. Waktu, Tanggal Praktikum

Waktu : 13.00 WIB – 15.00 WIB

Hari, Tanggal : Rabu, 8 Oktober 2014

C. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang.

2. Mengetahui cara-cara pengukuran tekanan darah arteri secara langsung


pada manusia serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya;

3. Mengukur tekanan darah A.brachialis dengan cara auskultasi;

4. Menyebutkan nilai tekanan darah A.brachialis menurut metode lama dan


metode baru American Heart Association (AHA);

5. Membandingkan tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring,


duduk, dan berdiri;

6. Menjelaskan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah pada sikap


berbaring, duduk, dan berdiri;

7. Membandingkan tekanan darah A.brachialis pada berbagai kerja;

8. Mengetahui pengaruh pernafasan dan aliran balik vena terhadap tekanan


darah;

D. Dasar Teori

Pada sistem kardiovaskular komponen yang terpenting adalah O2


karena dibutuhkan oleh seluruh sel yang ada di dalam tubuh. Tanpa adanya
O2 seluruh proses metabolisme yang ada di dalam tubuh akan terhambat.
Oleh karena itu agar O2 dapat di edarka keseluruh bagian tubuh yang
memerlukan maka harus ada alat yang mengedarkannya. Hormon-hormon
yang di produksi oleh kelenjar endokrin juga harus dapat di angkut ke
bagian tubuh yang memerlukan. Oleh karena itu di dalam tubuh harus ada

1
alat yang berfungsi untuk mengerdarkan makanan O2 dan hormon. Alat-
alat yang berfungsi dalam hal ini tergabung dalam suatu sistem yang
disebut sistem peredaran. Sistem peredaran meliputi sistem cardiovaskular
yaitu cor (jantung) dan vasa-vasanya (arteri dan vena) (Suntoro, 1990:
101)
Yang membawa O2 dan CO2 serta makanan ke seluruh tubuh
adalah darah. Darah merupakan salah satu komponen utama dalam sistem
kardiovaskuler. Tak hanya itu, peranannya dalam tubuh pun sangatlah
vital. Berikut adalah beberapa fungsi darah bagi tubuh ; (1).Darah melalui
plasma darah akan mengedarkan sari makanan ke seluruh bagian tubuh.
Sel darah merah akan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, (2).Sel darah
putih akan membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh, (3).Keping-
keping darah akan menutup setiap luka yang dialami tubuh, (4). Darah
akan menjaga kestabilan suhu tubuh (Snell, 2006).
Jantung adalah pompa otot beruang empat yang mendorong darah
mengelilingi sirkulasi. Jantung terutama tersusun dari jaringan otot
jantung. Kedua atria mempunyai dinding yang relatif tipis dan berfungsi
sebagai ruangan penampungan bagi darah yang kembali ke jantung, dan
hanya memompa darah dalam jarak yang sangat dekat menuju ventrikel.
Ventrikel mempunyai dinding yang lebih tebal dan jauh lebih kuat
dibandingkan dengan atrium -khususnya ventrikel kiri, yang harus
memompa darah keluar ke seluruh organ tubuh melalui sirkuit sistemik.
Empat katub dalam jantung berfungsi untuk mencegah aliran balik darah
(Campbell dkk, 2000:47).
Tekanan darah adalah tekanan yang mendesak dinding arteri ketika
ventrikel kiri melakukan sistol kemudian diastole. Pengukurannya
menggunakan sfignomanometer. Tekanan darah sistol adalah tekanan
darah yang direkam selama kontraksi ventrikuler. Tekanan darah diastole
adalah tekanan darah yang direkam selama relaksasi ventricular. Tekanan
darah normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan denyutan adalah perbedaan
antara tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan denyutan normal kira-kira
40 mmHg yang memberikan informasi tentang kondisi arteri (Soewolo
dkk, 2005: 265-261).

2
Terdapat beberapa metode untuk mengetahui tekanan darah
seseorang. Menurut Setiadi (2007), tekanan darah dapat di ukur dengan 2
metode, yaitu:
1. Metode langsung (direct method)
Metode ini menggunakan jarum atau kanula yang di masukkan
ke dalam pembuluh darah dan di hubungkan dengan manometer.
Metode ini merupakan cara yang sangat tepat untuk pengukuran
tekanan darah tapi butuh peralatan yang lengkap dan keterampilan
yang khusus.
2. Metode tidak langsung (indirect method)
Metode ini menggunakan alat shpygmomanometer (tensi
meter). Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi krontraksi
jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya
dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan
meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari;
sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan
dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi
dalam tubuh (Saladin, 2003) dalam (Waluyo dan Wahono. 2015: 9).
Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada
sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis
communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri polpolitea,
arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis poterior (Michael, 2006)
dalam (Waluyo, 2015: 9)

Dalam keadaan istirahat, tekanan darah sistole tipikal individu


(normal) adalah 110-140 mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan
darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama
kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg
dan maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan
diastole relaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan
latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga
latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan
digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan. Tekanan darah
selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan

3
peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan
adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat
bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara progresiv sedangkan
pada tekanan diastolik tetap atau sedikit menurun (Guyton, 2007).
E. Metode Pemeriksaan

1. Kesanggupan Kardiovaskuler

Sebelum percobaan dimulai, aturlah metronome dengan


kecepatan 120 kali permenit yaitu sesuai dengan kecepatan naik
turunnya pasien dari bangku harvard. Pada detikan pertama satu
kaki naik, dentingan kedua dua kaki naik, dentingan ketika satu
kaki turun , dentingan keempat semua kaki turun. Jika probandus
sudah tidak sanggup probandus disuruh duduk, dan denyut nadinya
dihitung selama 30 detik selama tiga kali pada menit satu, dua, tiga
( Sherwood, 2001 ).

2. Tekanan Darah Arteri Pada Manusia


Metode pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk
menentukan tekanan darah pasien adalah metode tak langsung,
metode uskultasi menggunakan stetoskop dan sfigmomanometer.
Bagian alat yang digunakan untuk diikatkan pada lengan berisi
kantong karet yang dapat mengembang ( Sherwood,2001 ).

F. Alat Bahan

1. Spygnomanometer
2. Pengukur waktu
3. Stetoskop
4. Bangku Harvard 19nci (1 inchi = 2,54cm)
5. Metronome (frekuensi 2x ayunan perdetik)

G. Cara Kerja
a. Kesanggupan kardiovaskuler
1. Metronom diatur sehingga memberikan irama 120X/menit
2. Probandus berdiri menghadap bangku Harvard dengan sikap
tenang. Metronom mulai dijalankan.

4
3. Probandus menempatkan salah satu kaki.( yang kanan ataupun
yanag kiri) di atas bangku tepat pada detikan pertama metronome
4. Pada detikan kedua, kaki lainnya dinaikan ke atas bangku,
sehingga probandus berdiri di tegak di atas bangku.
5. Pada detikan ketiga, kaki yang pertama naik ke atas diturunkan
6. Pada detikan keempat, kaki yang masih di atas bangku diturunkan
pula, sehingga probandus berdiri di depan bangku
7. Segera setelah itu probandus disuruh duduk dan denyut nadinya
dihitung selama 30 detik , sebanyak tiga kali pada: 1’ – 1’30’’ , 2’-
2’30’’ , dan dari 3’-3’30”
b. Tekanan darah
1. Posisikan lengan probandus untuk di periksa
2. Cari atau Palpasi arteri brakhialis probandus
3. Tempatkan bagian tengah cuff manometer di atas arteri brakhialis
atau 2,5 cm diatas fossa cubiti
4. Cari atau Palpasi arteri brakhialis probandus
5. Putar klep hingga maksimal
6. Tanyakan tekanan darah probandus sebelumnya sebelum
pemeriksaan
7. Pompa spygnomanometer hingga 30 mmHg diatas tekanan sistol
probandus sebelumnya
8. Turunkan perlahan-lahan kurang lebih 2mmHg/detik
9. Denyutan pertama adalah tekanan saat sistol dan denyutan terakhir
adalah tekanan diastole sehingga di dapatkan tekanan darah
probandus yaitu tekanan sistol/tekanan diastole

c. Tekanan darah A.brachialis pada sikap duduk, dan berdiri


Duduk
1. Suruh probandus duduk, tunggu tiga menit
2. Tetapkan tekanan darah rata-ratanya
3. Bandingkan hasilnya dengan keadan lain

Berdiri

1. Suruh probandus berdiri, tunggu tiga menit


2. Tetapkan tekanan darah rata-ratanya
3. Bandingkan hasilnya dengan keadan lain

d. Tekanan darah A.brachialis pada berbagai kerja

Kerja Otot

5
1. Suruh probandus melakukan gerak badan selama dua menit ( lari di
tempat 120X/menit atau jongkok berdiri)
2. Tetapkan tekanan darah rata-ratanya
3. Bandingkan hasilnya dengan keadaan lain

Kerja Otak

1. Suruh probandus mengerjakan soal hitungan atau menceritakan


suatu hal
2. Tetapkan tekanan darah rata-ratanya
3. Bandingkan hasilnya dengan keadaan lain

e. Pengaruh pernapasan dan aliran balik vena terhadap tekanan


darah arteri

Pengaruh pernafasan dalam dan lambat

1. Suruh probandus duduk dengan tenang


2. Pompa sygmomanometer, saat bunyi satu korotkoff tepat terdengar
kunci manset ( biarkan dalam keadaan tersebut)
3. Suruh probandus bernapas dalam dan lambat
4. Perhatikan hilang timbulnya bunyi pada A.brachialis, apakah
timbul atau hilang saat inspirasi atau ekspirasi
5. Bila masih tetap terdengar, coba lagi dengan menaikkan tekanan
manset

Perngaruh pernapasan dalam dan cepat

1. Tanpa melepaskan manset, suruh probandus bernafas cepat selama


satu menit
2. Tetapkan tekanan darahnya
3. Bandingkan hasil dengan keadaan lain

6
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Data Probandus :

Nama : Andra

Umur : 19 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Jenis kelamin : Laki-laki

Pemeriksa : Aviasenna Andriand

Hasil percobaan pertama adalah Tekanan Darah pada saat duduk :

Sistol = 110,

Diastol = 80

7
Jadi, tekanan darahnya =110/80 mmHg

Hasil percobaan kedua adalah tekanan darah pada saat berdiri

Systole = 115

Diastol = 83

Jadi tekanan darahnya = 115/83 mmHg

B. Pembahasan

Percobaan pertama adalah menggunakan spygmomanometer atau


tensimeter dan stetoskop. Probandus adalah yang memiliki IMT baik.
Probandus diposisikan dalam keadaan duduk atau terbaring atau
terlentang. Dari ketiga posisi diatas sebenarnya akan berpengaruh pada
hasil yang diperoleh. Ketika probandus diposisikan terlentang, otomatis
probandus akan menunjukkan arah horizontal dan tidak melawan arah
gravitasi sehingga tekanan darah yang didapat akan lebih rendah.
Sebaliknya ketika probandus diposisikan duduk atau berdiri, tekanan
darah yang didapat akan lebih tinggi karena tidak melawan gravitasi. Pada
dipraktikum kali ini, probandus disuruh duduk. Diperoleh data 110/80 mm
Hgo. 110 adalah menunjukkan sistole, yaitu detak jantung yang terdengar
dari suara jantung 1 (dubb) ke suara jantung 2 (dubb). Suara jantung 1
adalah penutupan valvula bicuspidalis dan valvula tricuspidalis.
Sedangkan suara jantung 2 adalah penutupan valvula semilunaris aorta dan
valvula semilunaris pulmonal. Dan 80 adalah detak jantung yang terdengar
dari suara jantung 2 ke suara jantung 1.

Pada percobaan kedua yaitu probandus disuruh berdiri dan data


yang dihasilkan yaitu 115/83. Pada percobaan ketiga yaitu probandus
disuruh untuk melakukan latihan fisik dan data yang dihasilkan yaitu
130/80. Dan yang keempat yaitu probandus disuruh untuk melakukan
ativitass otak seperti bercerita, atau menghitung yang memerlukan kerja
otak, dan data yang dihasilkan yaitu 120/80.

8
Percobaan pengukuran tekanan darah yang terakhir yaitu dengan
tiga cara yaitu nafas dalam lambat, dalam cepat dan tahan nafas. Pada
ketiga percobaan ini, akan mendapatkan hasil yang berbeda yaitu pada
percobaan probandus disuruh bernafas dalam lambat dan data yang
dihasilkan yaitu 110/75, probandus disuruh bernafas dalam cepat dan data
yang dihasilkan yaitu 117/82, dan percobaan ketiga probandus disuurh
menahan nafas dan data yang dihasilkan yaitu 120/85.

Percobaan selanjutnya adalah Kesanggupan Kardiovaskuler


dengan probandus yang memenuhi IMT. IMT adalah Indeks Massa Tubuh.
Hal yang dilakukan pertama adalah metronom diatur sehingga
memberikan irama 120/menit dalam 5menit. Kemudian probandus berdiri
menghadap bangku harvard dengan sikap tenang,lalu metronom mulai
dijalankan.Probandus menempatkan salah satu kaki(yang kanan ataupun
yang kiri) di atas bangku tepat pada detikan pertama metronom.Kemudian
pada detikan kedua,kaki lainnya dinaikkan keatas bangku sehingga
probandus berdiri tegak diatas bangku. Pada detikan ketiga,kaki yang
pertama naik keatas dan diturunkan.Pada detikan keempat,kaki yang masih
diatas bangku diturunkan pula,sehingga probandus berdiri di depan
bangku. Segera setelah itu, probandus disuruh duduk dan denyut nadinya
dihitung selama 30”,sebanyak 3x pada1’-30’’,2’-2’30’’,dan dari 3’-3’30”.

Cara menghitung indeks kesanggupan badan serta penilainya dapat


dilakukan dengan 2 cara:

1. Cara Lambat

Rumus : indeks : lama naik turun (detik) x 100

2 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30’’

Indeks Interprestasi

<55 Kesanggupan kurang

55-64 Kesanggupan sedang

65-79 Kesanggupan cukup


9
80-89 Kesanggupan baik

>90 Kesanggupan amat baik


2. Cara Cepat

Rumus : indeks : lama naik turun (detik) x 100

5,5 x harga denyut nadi 30’’ pertama

Indeks interpretasi

<50 Kesanggupan kurang

50-80 Kesanggupan sedang

>80 Kesanggupan baik

Data probandus untuk pemeriksaan kesanggupan kardiovaskuler

Nama : nando

Umur : 19 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Jenis kelamin : Laki-laki

Pemeriksa : Aviasenna Andriand

Pemeriksaan kardiovaskuler : waktu : 37 sekon

10
N1 = 65x/menit

N2 = 54x/menit

N3 = 53x/menit

Indeks kesanggupan badan, yaitu:

Hasil yang didapat dari percobaan kedua adalah 1(30”65) , 2(30”54) ,


3(30”53).

1. Cara Lambat

indeks = 37 sekon x 100

2 x 172

= 3700

344

= 10,7

Berdasarkan rentang indeks interpretasi dengan cara lambat Nando


mempunyai kesanggupan kardiovaskuler yang kurang karena <55.

2. Cara Cepat

indeks = 37 x 100

5,5 x 65

= 3700

357,5

= 10,34

Berdasarkan rentang indeks intepretasi dengan cara cepat, Nando


mempunyai kesanggupan kardiovaskuler yang kurang karena <50.

11
C. Aplikasi Klinis

1. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik
lebih besar dari 140 mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat / tenang (Depkes RI, 2007). Menurut WHO
(2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg
tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik.
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih
dari 140/90 mmHg. Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak
menimbulkan gejala,meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala
terjadi bersamaan dandipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi. Gejala yangdimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan
(Ruhyanudin, 2007).

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa


timbulgejala berikut yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,sesak
nafas,gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya
kerusakanpada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita
hipertensi beratmengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan di otak (Ruhyanudin, 2007).

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena


denganbertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko
hipertensi. Hal ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di
dalam tubuh yangmempengaruhi jantung, pembuluh darah dan
hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan
menaikkan insiden penyakit arterikoroner dan kematian prematur
(Julianti, 2005).
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap
terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih
tinggi penyakithipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi
setelah umur 55tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause

12
(Depkes, 2007). Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang
memicu masalahterjadinya hipertensi yang cenderung merupakan
penyakit keturunan. Jikaseorang dari orang tua kita memiliki riwayat
hipertensi maka sepanjanghidup kita memiliki kemungkinan 25%
terkena hipertensi (Julianti, 2005).
2. Hipotensi
Hipotensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang
turun dibawah angka normal, yaitu mencapai nilai rendah 90/60 mmHg.
Telah dijelaskan pada artikel sebelumnya (Penyakit darah tinggi) bahwa
nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah
120/80 mmHG. Namun demikian, beberapa orang mungkin memiliki
nilai tekanan darah (tensi) berkisar 110/90 mmHg atau bahkan 100/80
mmHg akan tetapi mereka tidak/belum atau jarang menampakkan
beberapa keluhan berarti, sehingga hal itu dirasakan biasa saja dalam
aktivitas kesehariannya (Ganong,2002). Apabila kondisi itu terus
berlanjut, didukung dengan beberapa faktor yang memungkinkan
memicu menurunnya tekanan darah yang signifikan seperti keringat dan
berkemih banyak namun kurang minum, kurang tidur atau kurang
istirahat (lelah dengan aktivitas berlebihan) serta haid dengan
perdarahan berlebihan (abnormal) maka tekanan darah akan mencapai
ambang rendah (hipotensi)90/60mmHg (Ganong,2002). Dalam kasus
Hipotensi yang benar-benar diperlukan pemberian obat, biasanya ada
beberapa jenis obat yang biasa dipakai seperti fludrocortisone,
midodrine, pyridostigmine, nonsteroidal anti-inflammatory drugs
(NSAIDs), caffeine dan erythropoietin (Ganong,2002).
3. Syok
Syok Gambaran UmumSyok (renjatan) adalah suatu sindrom yang
padanya masih banyak terdapat kontroversi dan kesimpangsiuran.
Sebagiam kesulitan terletak pada penggunaaan istilah secara longgar
oleh ahli ilmu faal dan dokter serta oleh orang awam. Misalnya syok
listrik dan syok spinal tidak memiliki kaitan dengan keadaan yang
ditimbulkan oleh pendarahan dan kelainan kardiovaskuler terkait. Syok
dalam pengertian terbatas sebagai sebagai “syok sirkulasi” tetap

13
merupakan kesatuan yang berbeda-beda tetapi memiliki gambaran
umum tertentu. Namun, gambaran yang terdapat pada semua kesatuan
adalah perfungsi jaringan yang tidak adekuat disertai curah jantung
yang tidak adekuat baik secara relative maupun absolute. Curah jantung
mungkin tidak adekuat karena jumlah cairan dalam system vaskuler
tidak cukup untuk mengisinya (syok hipovolemik). Selain itu, curah
jantung inadekuat secara relatif karena ukuran system vaskuler
membesar akibat vasodilatasi walaupun volume darah normal (syok
distributif, vasogenik, atau resistensi rendah) syok juga dapat
disebabkan karena kerja pompa jantung yang tidak adekuat akibat
sumbatan aliran darah di paru atau jantung (syok obstruktif)
(Ganong,2002).
4. Stroke
Stroke adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan
karena tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel-sel
otak harus selalu mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup
agar tetap hidup dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Oksigen dan nutrisi ini dibawa oleh darah yang mengalir di dalam
pembuluh-pembuluh darah yang menuju sel-sel otak. Apabila karena
sesuatu hal aliran darah atau aliran pasokan oksigen dan nutrisi ini
terhambat selama beberapa menit saja, maka dapat terjadi stroke.
Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak selama 3 atau 4 menit saja
sudah mulai menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Makin lama
penghambatan ini terjadi, efeknya akan makin parah dan makin sukar
dipulihkan. Stroke yang berhubungan dengan kesanggupan
kardiovaskuler adalah stroke haemorrhagic. Stroke Hemorrhagic
meliputi pendarahan di dalam otak (intracerebral hemorrhage) dan
pendarahan di antara bagian dalam dan luar lapisan pada jaringan yang
melindungi otak (subarachnoid hemorrhage) ( Ganong,2002).
Stroke haemorrhagic, yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah di otak, sehingga terjadi perdarahan di otak.
Haemorrhagic stroke umumnya terjadi karena tekanan darah yang
terlalu tinggi. Hampir 70 persen kasus haemorrhagic stroke terjadi pada

14
penderita hipertensi (tekanan darah tinggi). Hipertensi menyebabkan
tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga
dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan
pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada
bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh
darah pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba
karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan atau faktor
emosional (Ganong,2002).

5. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah suatu keadaan patolofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan dan atau
kemampuannya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal. Suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Kegagalan jantung kongestif adalah suatu
kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi
kebutuhan metabolik tubuh) (Junadi, 1982).

15
BAB III

KESIMPULAN

1. Denyut nadi berangsur angsur naik sesuai dengan posisi tubuh.


2. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada lengan atas.
3. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu, aktivitas fisik, usia, posisi,
dan lain-lain.
4. Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan metode tidak langsung
dengan auskultasi dan palpasi yang bisa yang bisa menggunakan
spigmomanometer.
5. Denyut nadi setelah beraktivitas naik dan berangsur-angsur turun setelah
beristirahat.
6. Tekanan darah pada saat selesai beraktivitas mengalami peningkatan.
7. Tekanan darah tidak mulus naik seiring dengan beratnya aktivitas yang
dilakukan.
8. Semakin berat aktivitas tubuh, semakin cepat curah jantung karena adanya
vasodilitas di otot rangka dan jantung serta vasokontiksi di arteriol pada
organ- organ tersebut dan menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan
dan ginjal berkurang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran :
EGC

Campbell.,Neil A., et al. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Depkes RI. 2007. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi. Jakarta :


Intimedia.
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku
Kedokteran : EGC
Guyton, A.C & John, E.H. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta : EGC.
Julianti, E. D., Nurjana, S. 2005. Bebas Hipertensi dengan terapi jus. Jakarta:
Puspa Suara.
Junadi, P. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius Jakarta : UI.
Michael, 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Mahatma Gading
School.
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardioavaskuler. Malang: UMM Press.
Saladin, K. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function,
Third Edition. McGraw-Hill.

Suntoro, S.H. 1990. Struktur Hewan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jogyakarta: Penerbit Graha


Ilmu.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC.
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC: Jakarta.
Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

17
Waluyo & Wahono. 2015. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.
Jember : Universitas Jember.

18

Anda mungkin juga menyukai