Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI

“KARDIOVASA”

DOSEN PENGAMPU

Dr. dr. Siti Kaidah, M.Sc

DISUSUN OLEH

Yajma Kamiila Rahman

1911111320022

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2020
I. Pendahuluan
Jantung merupakan organ tubuh manusia yang tergolong sangat penting.
Organ jantung yang tergabung dalam sistem kardiovaskular bertugas untuk
memompa darah ke seluruh bagian tubuh secara terus menerus. Karena fungsi
yang sangat penting itu maka apabila terjadi gangguan pada aktivitas jantung
dapat memberikan dampak yang dapat berakibat fatal. Ukuran jantung manusia
secara umum sebesar genggaman tangan dengan berat sekitar 300 gram. Sistem
kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi
regulasinya dapat terespons aktivitas tubuh dan salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan darat terpenuhi.4

II. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum fisiologi nyeri adalah sebagai berikut.
a. Menjelaskan dan membedakan ciri-ciri suara jantung I dan II.
b. Menjelaskan dan mengukur denyut nadi per menit.
c. Menjelaskan dan mengukur tekanan darah arterial.

III. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum fisiologi nyeri adalah
sebagai berikut.
a. Sphygmomanometer, yang terdiri dari:
- Sebuah manometer air raksa atau pegas jarum.
- Sebuah manset.
- Sebuah bola karet untuk memompa udara.
- Sebuah katup jarum.
b. Stetoskop dupleks, yaitu stetoskop yang mempunyai dua corong yang
dapat dipakai berganti-ganti. Corong berbentuk kerucut baik sekali untuk
mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi, dan corong yang berbentuk
lingkaran untuk suara berfrekuensi rendah.

IV. Cara Kerja


Cara dan langkah kerja yang dilakukan pada praktikum fisiologi kardiovasa
adalah sebagai berikut.
1. Suara Jantung:
a. Probandus dalam keadaan tenang, diminta melepas pakaian bagian atas,
dan berbaring telentang di meja periksa
b. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan probandus
c. Letakkan corong stetoskop di dinding dada, yaitu di titik pertemuan antara
ruang interkosta V kiri dengan garis yang melalui pertengahan klavikula
kiri ke bawah sejajar dengan sternum dan dengarkan suara jantung dengan
jelas.
d. Perhatikan, apakah suara jantung itu ritmis atau teratur, adakah kelainan
suara jantung.
e. Jawablah pertanyaan berikut :
1. Sebutkan aliran darah mulai dari vena cava (masuk ke jantung) sampai
ke aorta (keluar dari jantung)!
2. Sebutkan faktor-faktor apa yang mempengaruhi intensitas suara
jantung I!
3. Pada keadaan apa intensitas suara jantung I meningkat?
4. Pada keadaan apa suara jantung I dan II melemah?
5. Apa yang di maksud dengan bising jantung? Ada berapa tingkat bising
jantung? Jelaskan!
2. Palpasi Nadi
a. Probandus berbaring telentang, dalam keadaan istirahat dan tenang.
b. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan probandus
c. Peganglah tangan kanan probandus dengan tangan kiri pemeriksa. Carilah
arteria radialis probandus, dan letakkan jari telunjuk jari tengah dan jari
manis, sedangkan ibu jari pemeriksa memegang bagian dorsal pergelangan
tengah pada sisi vena.
d. Perhatikan nadi tersebut dan hitunglah frekuensinya dalam 1 menit.
e. Selanjutnya probandus diperintahkan lari di tempat dengan cepat selama 5
menit dan ulang point c dan d diatas.
f. Jawablah pertanyaan berikut:
1. Mengapa frekuensi jantung dapat dihitung melalui frekuensi nadi?
Jelaskan.
2. Jika frekuensi nadi meningkat, apakah keadaan ini akan menguntungkan
atau merugikan jantung?
3. Sebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan frekuensi nadi
3. Tekanan Darah
Cara palpatoir:
- Tidak menggunakan stetoskop.
- Probandus diminta berbaring telentang, pasang manset pada lengan atas
dengan rapi.
- Raba denyut nadi arteria radialis dengan jari–jari tangan kanan, sampai
terasa denyut nadi yang pasti.
- Katup jarum ditutup hingga rapat.
- Bola karet dipegang dengan tangan kiri dan pompa sampai pulsus radialis
hilang.
- Buka katup jarum sedemikian rupa sehingga udara keluar pelan-pelan.
- Bacalah tekanan manometer pada waktu terasa denyut nadi lemah yang
pertama pada pergelangan tangan tersebut. Manometer pada waktu itu
menunjukkan tekanan sistole.
Cara auskultatoir:
- Menggunakan stestoskop
- Probandus diminta berbaring telentang
- Pasang manset pada lengan atas dengan rapi.
- Tempatkan corong stetoskop pada arteria brachialis, tepat di bawah manset.
– Bola karet di pompa sampai nadi radialis hilang, teruskan memompa sampai
puncak air raksa mencapai nilai sekitar 20 mmHg di atas tekanan saat nadi
radialis hilang tadi.
- Perlahan-lahan manset di buka, sehingga pada suatu saat mulai terdengarlah
suara yang dapat kita bedakan 5 fase yaitu:
 Fase 1: Dimulai saat bunyi terdengar, disebut tekanan sistolik. Pada
fase ini tekanan sistolik hanya cukup untuk membuka pembuluh darah
untuk sementara waktu saja dan menimbulkan bunyi ketukan nyaring,
yang makin lama makin meningkat intensitasnya.
 Fase 2: Aliran darah yang melewati pembuluh meningkat dan
menimbulkan bunyi mendesir.
 Fase 3: Bunyi menjadi lebih keras dan lebih nyaring.
 Fase 4: Bunyi tiba-tiba menjadi redup, lemah dan meniup.
 Fase 5: Bunyi sama sekali tidak terdengar.
- Tekanan sistole adalah sesuai dengan suara fase 1 dan tekanan distole sesuai
dengan fase 4. Perhatikan, jika suara fase 4 tidak jelas, maka dapat
ditetapkan dengan menambah 5 mmHg dari tekanan saat hilangnya suara
fase 5.
Catatan:
a. Pengukuran tekanan darah probandus dilakukan setelah berbaring telentang
3 menit dengan tenang dan bebas emosi, secara palpatoir. Untuk
mendapatkan hasil yang meyakinkan, ulangilah pengukuran ini 3 kali dan
ambil harga rata-rata.
b. Ukur juga tekanan darah probandus setelah melakukan latihan jasmani naik
turun tangga selama 5 menit, secara palpatoir.
c. Lakukan percobaan a dan b dengan auskultatoir.
d. Hitung frekuensi nadi atau jantung pada waktu istirahat dan setelah latihan
jasmani

V. Hasil Praktikum

Hasil yang didapat setelah melakukan praktikum adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Tekanan darah sistole dan diastole saat istirahat dan


setelah latihan

Tekanan sistole Tekanan diastole

Tekanan
(mmHg) (mmHg)

Darah 1 2 3 Rata- 1 2 3 Rata-


rata
rata

Istirahat: 110 110 110 110 80 80 80 80

Latihan: 120 120 115 118 80 80 80 80


Tabel. 2. Frekuensi nadi dan denyut jantung saat istirahat dan
setelah latihan

Frekuensi nadi Denyut Jantung

(x/menit) (x/menit)
Kondisi
1 2 3 Rata- 1 2 3 Rata-
rata rata

Istiraha 80 80 80 80 80 80 80 80
t

Latihan 110 110 100 107 110 110 100 107

VI. Pembahasan
Sistem kardiovaskuler yaitu suatu sistem yang secara umum berperan
mengedarkan darah keseluruh tubuh, sekaligus membawa oksigen dan zat gizi ke
semua jaringan tubuh serta mengangkut semua zat buangan. Sistem
kardiovaskuler terdiri dari jantung, darah, dan pembuluh darah. Jantung adalah
pompa otot beruang empat yang mendorong darah mengelilingi sirkulasi. Jantung
berfungsi sebagai pompa yang memberi tekanan pada darah untuk menghasilkan
gradien tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke jaringan. Seperti
semua cairan, darah mengalir menuruni gradien tekanan dari daerah dengan
tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan rendah. Sistem vaskuler atau pembuluh
darah terdiri dari arteri yang membawa darah dari jantung ke jaringan, kapiler
berdinding tipis yang memungkinkan difusi gas dan zat metabolik, dan vena serta
venula yang mengembalikan darah ke jantung. Darah adalah medium pengangkur
tempar larur atau tersuspensinya bahan-bahan (misalnya O2, CO2, nutrien, zat sisa,
elektrolit, dan hormon) yang akan diangkut jarak jauh ke berbagai bagian tubuh.
Darah terus-menerus mengaliri sistem sirkulasi ke dan dari jantung melalui dua
lengkung vaskular (pembuluh darah) terpisah, dengan keduanya berasal dari dan
berakhir di jantung. Sirkulasi paru (pulmonalis) terdiri dari lengkung terturup
pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah antara janrung dan paru (pulmo
artinya “paru"). Sirkulasi sistemik adalah sirkuit pembuluh yang mengangkut
darah antara jantung dan sistem tubuh lain.6
Jantung terletak dalam rongga mediastinum rongga dada, yaitu diantara
paru-paru. Posisi jantung miring sehingga bagian ujungnya yang runcing (apex)
menunjuk ke arah bawah ke pelvis kiri, sedangkan ujungnya yang lebar yaitu
bagian dasarnya, menghadap ke atas bahu kanan. Jantung terdiri dari dua lapisan
yaitu; lapisan dalam atau perikardium viseral, dan lapisan luar (perikardium
parietal). Kedua lapisan ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas, yang
mengurangi gesekan akibat gerakan pemompaan jantung. Perikardium juga
melindungi terhadap penyebaran infeksi atau neoplasma dari organ-organ
sekitarnya ke jantung. Secara fungsional jantung dibagi menjadi pompa sisi kanan
dan sisi kiri, yang memompa darah vena ke sirkulasi paru, dan darah bersih ke
sirkulasi sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi urutan
aliran darah secara anatomi: vena cava, atrium kanan, ventrikel kanan, arteri
pulmonalis, vena pulmonalis, atrium kiri, aorta arteri, arteriola, kapiler, venula,
vena, dan vena cava. 2,6

Ada beberapa cara pada saat ini untuk mendeteksi denyut jantung, yaitu
dengan stetoskop dan manual menggunakan tangan. Petugas medis menggunakan
alat stetoskop untuk mendeteksi denyut jantung yang diletakkan pada dada orang.
Jika dengan cara manual yaitu dengan meletakkan jari telunjuk dan jari tengah
diletakkan pada pergelangan tangan. Pergelangan tangan terdapat Arteri Radialis
yaitu, tempat untuk menghitung tekanan denyut jantung. Tempat mendeteksi
denyut jantung yaitu pergelangan bagian depan sebelah bawah pangkal ibu jari
tangan (Arteri radialis), dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido
mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung (Arteri
temporalis) dan pelipis.3

Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan dapat


di dengar melalui stetoskop. “lup” mengacu pada saat katup AV menutup dan
“dup” mengacu pada saat katup semilunar menutup. Bunyi ketiga atau keempat
adalah bunyi jantung yang abnormal yang disebabkan fibrasi yang terjadi pada
dinding jantung saat darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat di
dengar jika bunyi jantung diperkuat dengan mikrofon. Oleh karena itu, bunyi
jantung pertama (S1) terdengar pada permulaan sistol ventrikel, pada saat ini
tekanan ventrikel meningkat melebihi tekanan atrium dan menutup katup mitral
dan trikuspid. Pada kasus tenosis mitral terdengar bunyi S1 yang abnormal dan
lebih keras akibat kekakuan daun-daun katup. Bunyi jantung kedua (S2) terdengar
pada permulaan relaksasi ventrikel karena tekanan ventrikel turun sampai di
bawah tekanan arteri pulmonalis dan aorta, sehingga katup pulmonalis dan aorta
tertutup.5

Sewaktu kita mendengarkan bunyi jantung dengan bantuan sebuah


stetoskop, seseorang tidak dapat mendengarkan pembukaan katup jantung karena
hal ini merupakan suatu proses yang relatif lambat sehingga normalnya tidak
menimbulkan suara. Akan tetapi, waktu katup tertutup, daun katup dan cairan di
sekelilingnya bergetar karena pengaruh perubahan tekanan yang tiba-tiba,
sehingga menghasilkan suara yang menjalar melewati dada ke semua jurusan.
Bila ventrikel berkontraksi, kita pertama kali akan mendengar bunyi yang
disebabkan oleh penutupan katup A—V. Getaran tersebut nadanya rendah dan
relatif bertahan lama dan dikenal sebagai bunyi jantung pertama. Sewaktu katup
aorta dan katup pulmonalis menutup pada akhir sistolik, kita dapat mendengar
suatu bunyi menyentak yang cepat, sebab katup-katup ini menutup dengan cepat,
dan sekelilingnya bergetar untuk waktu yang singkat. Bunyi ini disebut bunyi
jantung kedua.5

Peristiwa yang terjadi pada jantung dimulai dari awal sebuah denyut
jantung sampai awal denyut jantung berikutnya disebut siklus jantung. Siklus
jantung menggambarkan semua kegiatan jantung selama satu detak jantung penuh
yaitu, dari melalui satu kontraksi dan relaksasi kedua serambi dan ventrikel.
Peristiwa kontraksi (baik serambi maupun ventrikel) disebut sistol, dan peristiwa
relaksasi disebut diastol. Siklus jantung meliputi gambaran kegiatan sistol dan
diastol pada serambi dan ventrikel, volume darah, dan perubahan tekanan di
dalam jantung dan aksi katup jantung. Periode diastolik termasuk bagian dari
siklus jantung dimulai pada penutupan katup aorta, ketika tekanan ventrikel kiri
turun di bawah tekanan aorta sehingga darah mengisi ventrikel kiri dan berakhir
pada penutupan katup mitral.2

Setiap siklus diawali oleh pembentukan potensial aksi spontan di dalam


simpul sinus. Simpul ini terletak pada dinding lateral superior atrium kanan dekat
muara vena cava superior, selanjutnya potensial aksi menjalar dari sini dengan
kecepatan tinggi melalui kedua atrium dan kemudian melalui berkas A-V ke
ventrikel. Oleh karena adanya pengaturan khusus dalam sistem konduksi dari
atrium menuju ke ventrikel, ditemukan perlambatan selama lebih dari 0,1 detik
ketika impuls jantung dihantarkan dari atrium ke ventrikel. Keadaan ini
memungkinkan atrium untuk berkontraksi mendahului kontraksi ventrikel, serta
memompakan darah ke dalam ventrikel sebelum terjadi kontraksi ventrikel yang
kuat. Jadi, atrium itu bekerja sebagai pompa pendahulu bagi ventrikel, dan
ventrikel selanjutnya akan menyediakan sumber kekuatan utama untuk
memompakan darah ke sistem pembuluh darah tubuh.5

Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut diastolik,
yaitu periode pengisian jantung dengan darah, yang diikuti oleh satu periode
kontraksi yang disebut sistolik. Lama berlangsungnya keseluruhan siklus
jantung termasuk sistol dan diastol, berbanding terbalik dengan frekuensi denyut j
jantung. Sebagai contoh, bila frekuensi denyut jantung adalah 72 denyut/menit,
lama siklus jantung adalah 1/72 denyut/ menit–sekitar 0,0139 menit per denyut,
atau 0,833 detik per denyut. Apabila frekuensi denyut jantung meningkat, lama
berlangsungnya setiap siklus jantung akan turun, termasuk fase kontraksi dan
relaksasi. Lama potensial aksi dan periode kontraksi (sistol) juga turun, namun
tidak sebesar persentase fase relaksasi (diastol). Pada frekuensi denyut jantung
normal sebesar 72 denyut/ menit, sistol berlangsung sekitar 0,4 bagian dari
seluruh siklus jantung. Pada frekuensi tiga kali frekuensi denyut normal, sistol
berlangsung 0,65 bagian dari seluruh siklus jantung. Hal ini berarti bahwa jantung
yang berdenyut dengan frekuensi yang sangat cepat, tidak memiliki waktu
relaksasi yang cukup untuk pengisian sempurna ruang jantung, sebelum kontraksi
berikutnya.5

Tekanan darah adalah kekuatan darah terhadap dinding pembuluh darah,


biasanya mengacu pada tekanan darah arteri di sirkuit sistemik (dalam aorta dan
cabangcabangnya). Tekanan darah arteri adalah terbesar selama kontraksi
ventrikel (sistol) ketika darah dipompa ke aorta dan cabang-cabangnya. Tekanan
ini disebut tekanan darah sistolik, dan secara optimal rata-rata 110 milimeter air
raksa (mm Hg) ketika diukur di arteri brakialis. Tekanan arteri terendah terjadi
selama relaksasi ventrikel (diastol). Tekanan ini disebut tekanan darah diastolik,
dan secara optimal rata-rata 70 mm Hg. Perbedaan antara tekanan darah sistolik
dan diastolik dikenal sebagai tekanan nadi. Peningkatan dan penurunan tekanan
darah arteri selama sistol dan diastol ventrikel menyebabkan ekspansi yang
sebanding dan kontraksi dinding arteri elastis. Perluasan berdenyut dari dinding
arteri menyebabkan setiap ventrikel berkontraksi, dan dapat dideteksi nadinya
dengan menempatkan jari pada arteri superfisial. Jika volume darah yang masuk
ke arteri sama dengan volume yang keluar dari alteri selama periode yang sama
maka tekanan darah arteri akan konstan. Namun, pada kenyataannya tidaklah
demikian. Sewaktu sistol ventrikel, satu isi sekuncup darah masuk ke arteri dari
ventrikel. Sementara hanya sekitar sepertiga dari jumlah tersebut yang
meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol. Selama diastole, tidak ada darah
yang masuk ke arreri, sementara darah terus keluar dari arteri, didorong oleh
recoil elastic.1,4

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah Ada tiga faktor utama


yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu: curah jantung, volume darah, dan
resistensi perifer. Peningkatan setiap faktor ini menyebabkan peningkatan tekanan
darah, sedangkan penurunan ke tiga faktor ini menyebabkan penurunan tekanan
darah. Ingatlah bahwa curah jantung ditentukan oleh denyut jantung dan isi
sekuncup. Peningkatan atau penurunan curah jantung menyebabkan perubahan
yang sebanding dengan tekanan darah. Volume darah dapat berkurang karena
perdarahan berat, muntah, diare, atau asupan air berkurang. Penurunan volume
darah menyebabkan penurunan tekanan darah. Banyak obat yang digunakan untuk
mengobati hipertensi beraksi sebagai diuretik, yang berarti obat ini meningkatkan
volume urin dan akibatnya volume darah menurun. Begitu cairan yang hilang
diganti, tekanan darah kembali normal. Sebaliknya, jika tubuh menahan terlalu
banyak cairan, volume darah dan tekanan darah meningkat. Diet tinggi garam
merupakan faktor risiko untuk hipertensi karena menyebabkan darah untuk
menahan lebih banyak air sebagai akibat dari osmosis, dan menyebabkan
peningkatan volume darah. 3,4

Resistensi perifer adalah perlawanan terhadap aliran darah yang diciptakan


oleh gesekan darah terhadap dinding pembuluh darah. Peningkatan resistensi
perifer akan meningkatkan tekanan darah, sedangkan penurunan tahanan perifer
menurunkan tekanan darah. Resistensi perifer ditentukan oleh diameter pembuluh,
panjang total pembuluh, dan viskositas darah. Arteriol memainkan peran penting
dalam mengontrol tekanan dengan mengubah diameter pembuluh darah. Ketika
arteriol berkontriksi, resistensi perifer meningkat dan tekanan darah meningkat
pula. Ketika arteriol berdilatasi, resistensi perifer dan tekanan darah menurun.
Resistensi perifer berbanding lurus dengan total panjang pembuluh darah di
tubuh. Dengan semakin panjang total panjang pembuluh, semakin besar resistensi
untuk mengalir.6

VII. Jawaban Pertanyaan dalam Skenario


a. Bagaimana skema jalannya darah mulai dari vena cava, masuk ke jantung
sampai keluar dari jantung melalui aorta?
- Darah yang berasal dari sistem peredaran darah besar mengandung sedikit
oksigen dan memasuki atrium kanan melalui vena cava superior dan
inferior menuju ventrikel kanan. Dari sini darah dipompa menuju paru-
paru, tempat darah memperoleh oksigen dan meninggalkan karbon
dioksida. Darah yang sudah mengandung oksigen kembali menuju atrium
kiri, melewati ventrikel kiri dan dipompa menuju seluruh tubuh melalui
aorta, di mana oksigen dipakai dan melalui metabolisme menjadi karbon
dioksida.
b. Apakah frekuensi jantung dapat dihitung melalui frekuensi nadi? Mengapa
demikian?
- Frekuensi jantung dapat dihitung melalui frekuensi nadi, jumlah frekuensi
nadi sama dengan frekuensi jantung. Hal tersebut karena kontraksi jantung
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi di arteri.
Mengukur denyut nadi sama artinya dengan mengukur denyut jantung.
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi tekanan darah, frekuensi nadi dan
intensitas bunyi jantung?
- Faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu curah jantung dan
hubungan tekanan perifer terhadap tekanan darah. Faktor yang
mempengaruhi frekuensi nadi yaitu usia, jenis kelamin, keaadan tubuh,
riwayat penyakit, intensitas lama kerja, sikap kerja, ukuran tubuh, dan
kondisi psikis. Faktor yang mempengaruhi intensitas bunyi jantung
pertama yaitu posisi katup atriventrikuler pada saat onset sistole ventrikel,
struktur daun katup (normal atau menebal), laju peningkatan tekanan dan
regangan yang terjadi dalam ventrikel. Sedangkan pada bunyi jantung
kedua yang mempengaruhi intensitas bunyinya yaitu inspirasi, ekspirasi,
dan tekanan darah.
d. Bagaimana mekanisme dasar pengaturan tekanan darah yang meliputi
mekanisme pengaturan jangka panjang dan jangka pendek?
- Pengaturan tekanan darah dapat dicapai melalui serangkaian mekanisme
yang meliputi susunan saraf, ginjal, dan hormonal. Pengaturan melalui
saraf yaitu pengaturan dalam jangka waktu pendek, yaitu selama beberapa
detik atau menit, dan hampir seluruhnya dicapai melalui refleks saraf.
Pengaturan melalui ginjal meliputi pengaturan tekanan darah jangka
panjang melalui mekanisme hemodinamik dan mekanisme hormonal.
Pengaturan melalui hormon yaitu dimana ketika tekanan darah terlalu
rendah maka ginjal akan mensekresikan renin yang membentuk
angiostenin untuk menimbulkan konstriksi arteriol diseluruh tubuh
sehingga tekanan darah kembali ke tingkat normal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Khasanah S, Susanti M. Studi Kestabilan Tekanan Darah Pada Penderita


Hipertensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Viva Medika: Jurnal
Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan. 2019; 11(2): 84-86.

2. Savitri M, Sofia S, Setiawati E. Hubungan Antara Fungsi Diastolik


Dengan Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Jantung Kronik
Dengan Fraksi Ejeksi Normal. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 2016; 5(4):
1214-1223.

3. Akbar F, Maulana R, Fitriyah H. Sistem Monitoring Denyut Jantung


Menggunakan NodeMCU dan MQTT. Jurnal Pengembangan Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer. 2018; 2(12): 5969-5976.

4. Adiyaputra G, Tasipran, Sardjono T. Rancang Bangun Elektrokardiograf


12-Leads untuk Sistem Pengawasan Kesehatan Jantung Jarak Jauh. Jurnal
Teknik Its.2019; 8(1): A5-A7.
5. Guyton, AC, John E. Hall. Textbook of Medical Physiology. 12th ed.

Philadelphia: W.B Saunders Company, 2011. 121 p-130 p.

6. Sherwoood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. 6th ed. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009. 373p.

Anda mungkin juga menyukai