Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada
dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan
yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system pembuluh
tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan
(Ethel, 2003: 238).
Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir melalui pembuluh
darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Denyut nadi sering diambil di pergelangan tangan untuk
memperkirakan denyut jantung. Denyut nadi dapat dengan mudah diperiksa dengan jari tangan atau
dengan cara palpasi, disamping itu dapat pula ditentukan dengan menggunakan peralatan elektronik
yang sederhana maupun yang modern.
Pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah merupakan faktor yang dapat dipakai
sebagai indicator untuk meilai system kardiovaskuler.
B. Tujuan
a.
b.
c.
d.
e.

Mengetahui pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah.
Mengetahui pengaruh latihan fisik terhada denyut nadi dan tekanan darah.
Memeriksa denyut nadi secara palpasi
Memeriksa tekanan darah secara palpasi
Memriksa tekanan darah secara auskultasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.

Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, volume, dan laju serta
kekuatan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi
1

saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).
Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu
tekanan yang timbul akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa darah dengan
tekanan terbesar, dan diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada saat jantung
mengembang antar denyut, terjadi pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat).
Tekanan darah normal (normotensi) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh,
yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Tekanan darah ada dalam pembuuh darah,
sedangkan tekanan darah tertinggi ada dalam arteri terbesar (Martuti, 2009).
Secara umum tekanan darah yang ideal adalah 120/80 mmHg (sistolik/diastolik). Batas normal
adalah bila tekanan sistolik tidak lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90
mmHg. Tekanan darah termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan
diastolik di atas 99 mmHg, dalam 3 kali pemeriksaan berturut11 turut selama selang waktu 2-8
minggu. Menurut WHO, tekanan darah dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan
hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut digolongkan normal tinggi
(Martuti, 2009).
Tabel Klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun atau lebih :
Kategori
Optimal
Normal
Normal-Tinggi
Hipertensi
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3

Sistolik (mmHg)
< 120
< 130
130-139

Diastolik (mmHg)
< 80
< 89
85-89

140 - 159
160 179
180

90 99
100 109
110

Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat spygmomanometer (tensimeter) dan stetoskop.
Ada tiga tipe dari spygmomanometer yaitu dengan menggunakan air raksa atau merkuri, aneroid, dan
elektronik. Tipe air raksan adalah jenis spygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan
dimana detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana
bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik. Spygmomanometer aneroid prinsip penggunaannya
yaitu menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan
udara didalamnya. Spygmomanometer elektronik merupakan pengukur tekanan darah terbaru dan
lebih mudah digunakan dibanding model standar yang menggunakan air raksa, tetapi akurasinya juga
relatif rendah
2

Metode Mengukur Tekanan Darah


Metode pengukuran tekanan darah pada dasarnya ada 2 cara yaitu dengan metode Palpasi
(perabaan dengan anggota tubuh) dan metode Auskultasi (pengukuran dengan bantuan stetoskop).
a. Metode Auskultasi
Tekanan darah arteri dalam manusia rutin diukur oleh metode auskultasi. Manset yang
dapat

dikendalikan

(manset

Riva-Rocci)

dilekatkan

ke

manometer

air

raksa

(sphygmomanometer) yang dibalutkan sekeliling lengan dan stetoskop ditempatkan diatas


arteria brachialis pada siku. Manset ini dikembangkan sampai tekanan dalamnya tepat diatas
tekanan sistolik yang diperkirakan di dalam arteria brachialis. Arteri ini ditutup dengan manset
dan tidak ada bunyi yang terdengar dengan stetoskop. Tekanan dalam manset kemudian
direndahkan pelan-pelan pada titik tekanan sistolik di dalam arteri tepat melebihi tekanan
manset, maka semburan darah lewat bersama tiap denyut jantung dan secara serentak dengan
tiap denyut, serta terdengar bunyi mengetok di bawah manset. Tekanan manset saat bunyi
pertama terdengar merupakan tegangan sistolik. Karena tekanan manset direndahkan lebih
lanjut, maka bunyi menjadi lebih keras, lalu redup dan berkurang, dan akhirnya dalam
kebanyakan individu ia menghilang.
b. Metode Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan mengembangkan manset lengan dan kemudian
membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanan saat denyut radialis dapat diraba pertama
kali. Karena kesulitan menentukan dengan tepat kapan denyut pertama teraba, maka tekanan
yang didapat dengan metode palpasi ini biasanya 2-5 mmHg lebih besar daripada yang diukur
oleh metode auskultasi.
2.

Denyut Nadi
Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba)
dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Pada jantung manusia normal, tiap-tiap denyut
berasal dari nodus SA (irama sinus normal, NSR= Normal Sinus Rhythim). Waktu istirahat,
jantung berdenyut kira-kira 70 kali kecepatannya berkurang waktu tidur dan bertambah karena
emosi, kerja, demam, dan banyak rangsangan yang lainnya. Denyut nadi seseorang akan terus
meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bila pekerja yang bersangkutan telah beraklimatisasi
terhadap suhu udara yang tinggi. Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200
denyut per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa menit
saja. Tempat meraba denyut nadi adalah: pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal
ibu jari tangan (Arteri radialis) , dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues
3

(Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat diapex jantung (Arteri temparalis) dan di pelipis
(Muffichatum, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin,
keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, intensitas dan lama kerja, sikapkerja, faktor fisik dan
kondisi psikis (Muffichatum, 2006).

Frekuensi denyut nadi dihitung dalam 1 menit, normalnya 60-100 x/menit


Takikardi jika > 100 x/menit dan Bradikardi jika < 60 x/menit
Lokasi pemeriksaan denyut nadi diantaranya :
a. Arteri radialis
b. Arteri ulnaris
c. Arteri brachialis
d. Arteri karotis
e. Arteri temporalis superfisial
f. Arteri maksiliaris eksterna
g. Arteri femoralis
h. Arteri dorsalis pedis
i. Arteri tibialis posterior
Level
0
1+
2+
3+

Nadi
Tidak ada
Nadi menghilang hampir tidak teraba, mudah menghilang
Mudah teraba, nadi normal
Nadi penuh, menghilang
Nadi mendentum keras, tidak dapat hilang

4+
Berikut adalah Skala ukuran / kualitas nadi (keperawatan klinis, 2009).
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

RSUP

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH


No. Dokumentasi
No. Revisi

Halaman

00
SPO

Tanggal Berlaku

Ditetapkan di :

PELAYANAN
KEPERAWATAN
Tujuan
Petugas

Direktur Utama
Pemeriksaan tekanan darah bertujuan untuk mengetahui nilai tekanan darah
Perawat
4

Alat dan Bahan

1. Spigmomanmeter (tensimeter) yang terdiri dari :


A. Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
B. Manset udara
C. Selang karet
D. Pompa udara yang terdiri dari karet sekrup pembuka dan penutup
2. Stetoskop

Prosedur Kerja

3. Buku catatan tanda - tanda vital dan alat tulis


A. Cara Palpasi
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Gulung lengan baju
4. Pasang manset pada lengan kanan atau kiri atas sekitar 3 cm di atas fissa
cubiti (jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
5. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra atau sinistra
6. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
7. Pompa terus sampai manmeter setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba
8. Letakkan diafragma stetoskp diatas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara
manset secara berlahan dan berkeseimbangan dangan memutar skup pada
pompa udara berlawanan arah jarum jam
9. Catat hasil pada buku catatan tanda - tanda vital
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
B. Cara auskultasi
1. Jelaskan prosedut pada klien
2. Cuci tangan
3. Gulung lengan baju
4. Pasang manset pada lengan kanan / kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
5. Tentukan denyut nadi arteri brakhialis
6. Pompa baln udara manset sampai denyut nadi arteri brakhialis tidah teraba
7. Pmpa terus sampai manmeter setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba
8. Letakkan diafragma stetoskop diatas arteri brakhialis dan dengarkan
9. Kempeskan baln udara berlawanan arah jarum jam

10. Catat hasil pada buku catatan tanda - tanda vital


11. Cuci tangan setelah prsedur dilakukan

RSUP

PEMERIKSAAN DENYUT NADI


No. Dokumentasi
No. Revisi

Halaman

00
SPO PELAYANAN

Tanggal Berlaku

KEPERAWATAN

Ditetapkan di :
Direktur Utama

Pemeriksaan Denyut Denyut nadi dihitung dengan cara meraba :


Nadi

1. Arteri radialis terletak di pergelangan tangan


2. Arteri brakhialis terletak di siku bagian dalam
3. Arteri karlis terletak di leher
4. Arteri temporalis terletak di pelipis
5. Arteri femoralis terletak di lipatan paha (selangkangan)

Tujuan

6. Arteri dorsalis pedis terletak di kaki


Untuk mengetahui denyut nadi pasien dalam satu menit, dan untuk menentukan

Petugas
Alat dan Bahan

tindakan keperawatan
Perawat
1. Arloji tangan dengan petunjuk detik atau stopwatch

Prosedur Kerja

2. Buku catatan suhu, nadi serta alat tulis


1. Kaji kebutuhan pasien
2. Siapkan peralatan dan susun diatas troli
3. Beri salam dan panggil dengan nama disukai
6

4. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
5. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada pasien. Dekatkan
peralatan di tempat tidur pasien. Lalu pasang sampiran
6. Pastikan pasien dalam kondisi istirahat
7. Tentukan arteri yang akan digunakan untuk menghitung denyut nadi, misalnya
arteri radialis
8. Tempelkan jari tulunjuk, tengah dan manis di atas arteri kemudian tekan arteri
tersebut dengan tekanan yang cukup
9. Hitung nadi yang terasa selama 15 detik dan kalikan hasilnya dengan empat.
Selain itu perhatikan pula apakah denyut nadi teratur atau tidak serta kekuatan
atau amplitude
10. Rapikan pasien dan atur kembali psisi pasien
11. Rapika peralatan
12. Observasi keadaan pasien
13. Cuci tangan
14. Dkumentasikan tindakan yang telah dilakukan

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengukuran
Sampel 1.
7

No.
1
2

Nama

Nor Anisa

Umur

19 tahun

Jenis kelamin

Perempuan

Pekerjaan

Mahasiswi

Alamat

JL.M.Said gang 2 No.12

Jenis Pemeriksaan
Tekanan darah
Pemeriksaan nadi

Sebelum beraktifitas
Duduk
Berdiri
100/60 mmHg
100/70 mmHg
80
77

Setelah beraktifitas
Duduk
Berdiri
120/80 mmHg
120/80 mmHg
138
108

Sampel 2

No.
1
2

Nama

Murni

Umur

47 tahun

Jenis kelamin

Perempuan

Pekerjaan

Ibu rumah tangga

Alamat

Jl.P.Antasari gang 8 no.47

Jenis Pemeriksaan
Tekanan darah
Pemeriksaan nadi

Sebelum beraktifitas
Duduk
Berdiri
120/80 mmHg
110/70 mmHg
87
82

Setelah beraktifitas
Duduk
Berdiri
140/90 mmHg
130/80 mmHg
98
90

Sampel 3

No.
1

Nama

Namrien Hanida

Umur

60 tahun

Jenis kelamin

laki-laki

Pekerjaan

perkantoran swsta

Alamat

Jl.P.Antasri gang 8 no.47

Jenis Pemeriksaan
Tekanan darah

Sebelum beraktifitas
Duduk
Berdiri
130/80 mmHg
120/70 mmHg

Setelah beraktifitas
Duduk
Berdiri
140/90 mmHg
130/90 mmHg
8

Pemeriksaan nadi

78

77

108

100

B. Pembahasan
1.

Sebelum beraktifitas
Pada saat sebelum melakukan aktifitas ketika testi diukur denyut dengan cara palpasi (cara
pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari)
maka di peroleh pada Nor Anisa 80 x/menit saat duduk dan saat berdiri 77 x/menit , Ibu Murni
87 x/menit saat duduk dan saat berdiri 82 x/menit , Bapak Namrien 78 x/menit saat duduk dan
saat berdiri 77 x/menit . Denyut nadi merupakan cermin respon jantung terhadap kebutuhan
oksigen tubuh. Kecepatan denyut nadi dapat digunakan sebagai patokan respon tubuh terhadap
kebutuhan oksigen pada keadaan basal. (Mohrman D and Jane H,2006) Pada praktikum ini hasil
yang di dapat menunjukkan peningkatan denyut nadi pada perubahan posisi dari duduk, dan
berdiri.
Pada saat testi diukur tekanan darah sistol dan diastolnya saat sebelum melakukan aktifitas
dengan cara auskultasi maka di peroleh leh Nor Anisa 100/60 mmHg pada saat duduk dan saat
berdiri 100/70 mmHg , Ibu Murni 120/80 mmHg pada saat duduk dan saat berdiri 110/70 mmHg
, Bapak Namrien 130/80 mmHg pada saat duduk dan saat berdiri 120/70 mmHg. Tekanan darah
testi menunjukkan normal karena batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120
mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik (WHO,2011).

2.

Setelah Beraktifitas
Pada saat pasca aktifitas fisik terlihat terjadi kenaikan dalam denyut nadi dan tekanan darah
testi baik sistol maupun diastolnya. Pada pengukuran denyut nadi dengan cara palpasi Nor Anisa
138 x/menit saat duduk dan saat berdiri 108 x/menit, pada Ibu Murni 98 x/menit pada saat duduk
dan saat berdiri 90 x/menit , pada Bapak Namrien 108 x/menit pada saat duduk dan saat berdiri
108 x/menit.Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas fisik mempengaruhi kenaikan denyut nadi.
Peningkatan denyut nadi yang signifikan ini merupakan hasil dari respon kardiovaskular terhadap
adanya kontraksi otot. Kerja ini juga berfungsi untuk mengangkut O 2 yang dibutuhkan oleh otot
untuk melakukan kontraksi selama latihan (Ganong, 2003). Naiknya tekanan sistolik dan diastolik
dipengaruhi oleh : (Mohrman D and Jane H,2006)
a. Tonus Otot
Tonus otot ketika berbaring telentang lebih kecil dibandingkan dengan tonus pada saat

duduk atau berdiri. Ketika duduk atau berdiri tonus otot meningkat sehingga oksigen yang
dibutuhkan menjadi lebih besar dan curah jantung (cardiac output) menjadi lebih besar. Keadaan
ini menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan tekanan diastolic serta denyut jantung.
(Mohrman D and Jane H,2006)
b. Efek Gravitasi dan baroreseptor
Pada perubahan posisi tubuh, tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena
pengaruh gravitasi. Darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitans vena ekstermitas
inferior sehingga pengisian atrium kanan jantung berkurang dengan sendirinya curah
jantung juga berkurang. Penurunan curah jnatung akibat pengumpulan darah pada
anggota tubuh bagian bawah cenderung mengurangi darah ke otak.
Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor. Baroreseptor banyak terdapat pada
arcus aorta dan sinus caroticus. Respon yang ditimbulkan baroreseptor berupa peningkatan
tekanan pembuluh darah perifer, peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen,
peningkatan frekuensi respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat
vasoaktif. Kedua efek ini (gravitasi dan baroreseptor) dapat meningkatkan tekanan darah
sistolik dan diastolic serta denyut nadi. (Mohrman D and Jane H,2006)

3.

Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah


Pada percobaan pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah di kelompok
kami, didapatkan hasil melalui pengukuran langsung pada mahasiswa coba, Rizka Febriyanti yang
berumur 19 tahun yang melakukan aktivitas naik turun bangku/kursi selama dua menit. Sebelum
melakukan aktivitas, Rizka sebagai mahasiswa coba diukur terlebih dahulu denyut nadi dan
tekanan darahnya, hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang digunakan sebagai control
sebelum melakukan latihan fisik. Data pra-latihan yang didapat adalah sebesar 72 kali/ menit
untuk variable denyut nadi dengan tekanan darah sebesar 119/79,5 .
Setelah melakukan latihan fisik berupa naik-turun bangku selama 1 menit, denyut nadi dan
tekanan darah mahasiswa coba diukur kembali. Pada menit ke-1 didapatkan peningkatan aktivitas
pada denyut nadi yaitu sebesar 110 kali/ menit. Peningkatan denyut nadi yang signifikan ini
merupakan hasil dari respon kardiovaskular terhadap adanya kontraksi otot. Kerja ini juga
berfungsi untuk mengangkut O2 yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi selama
latihan (Ganong, 2003)
Pada latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem cardiovaskular yaitu peningkatan curah
jantung dan redistribusi darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Peningkatan curah
10

jantung ini dilakukan dengan meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung10. Disaat melakukan
latihan fisik maka otot jantung akan mengkonsumsi O2 yang ditentukan oleh faktor tekanan dalam
jantung selama kontraksi sistole. Ketika tekanan meningkat maka konsumsi O2 ikut naik pula.
Konsumsi O2 oleh otot jantung ini dapat dihitung dengan mengalikan denyut nadi dan tekanan
darah sistolik.(Nadi H, 1992)
Selain denyut nadi, perubahan juga dapat dilihat pada tekanan darah sistolik dan diastolik.
Berbeda dengan denyut nadi, pada menit ke-1 setelah melakukan latihan, kami menemukan
adanya penurunan pada tekanan darah baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah
diastolik. Setelah melakukan latihan fisik tekanan darah turun hingga mencapai angka 115/78.
Menurut teori yang ada penurunan tekanan darah setelah melakukan latihan fisik dapat
terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat
melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan
melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, latihan fisik/olahraga dapat
mengurangi tahanan perifer.
Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat berkurangnya aktivitas memompa
jantung(Medical Journal, 2006). Otot jantung pada orang yang rutin melakukan latihan fisik
sangat kuat, maka otot jantung pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit daripada otot
jantung individu yang jarang berolahraga, untuk memompakan volume darah yang sama (Mirkin
G and Hoffman M, 1978). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung (Fox
EL,1988), maka olahraga akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan tekanan darah.Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan
tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan
diastolik. (Ganong, 1995)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa aktifitas fisik dapat
mempengaruhi kenaikan denyut nadi dan tekanan darah seseorang baik tekanan sistolik maupun
tekanan diastolik. Hal ini terlihat dari beberapa sampel bahwa saat mereka selesai melakukan aktifitas
tekanan darah dan denyut nadi mereka melnjak lebih tinggi dari sebelum melakukan aktifitas.
11

2.

Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan praktikan menyarankan ketika melakukan
praktikum diutamakan ketelitian, terutama dalam merasakan denyut nadi dan mendengarkan tekanan
darah agar hasil praktikum yang diperoleh lebih akurat.

DAFTAR PUSAKA
Ganong WF. Review of medical physiology. Ed 21. United States : The McGraw-Hill Companies Inc;
2003.
Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2006. Textbook of Medical Physiology. USA: Elsevier.
Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third Edition.
McGraw-Hill.
Sanif,

Edial,

dr.

2008.

Tes

Untuk

Memelihara

Kebugaran

Kardiovaskuler.

(Online,

http://www.jantunghipertensi.com/content/2/3/32, diakses 6 April 2010).


Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2009.

Hubungan Konsumsi Garam dengan Tekanan

Darah. (Online), (http://www.digilib.ump.ac.id/files/disk1/4/jhptump-a-meidalaely-157-2-babii.pdf,


diakses 13 Juni 2014) .
Mohrman D, Jane H. Cardiovascular physiology. Sixth edition. USA: McGraw-Hill Companies,
Inc; 2006.
Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2006. Textbook of Medical Physiology. USA: Elsevier
12

Michael, dkk. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Mahatma Gading School
Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders Company: USA
Ganong WF. Review of medical physiology. Ed 21. United States : The McGraw-Hill Companies
Inc; 2003
Nadi H, Iwan NB. Manula dan olahraga ditinjau dari sistem cardiovaskular. Cermin Dunia
Kedokteran no. 78, 1992
Fox EL, Bowers RW, Foss ML. The physiological basis of education and atlhetics 4th ed.
Philadelphia: Saunders College Publishing, 1988.

13

Anda mungkin juga menyukai