DASAR TEORI
Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang digunakan untuk
membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada pasien yang secara medis tidak
stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi kardiopulmonal dan untuk menilai respon
terhadap intervensi. Tanda vital juga berguna untuk menentukan dosis yang adekuat bagi tindakan
fisioterapi, khususnya exercise. Vital sign terdiri atas tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan
1. TEKANAN DARAH
Tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat diukur melalui nilai sistolik dan
diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat sphygmomanometer, yang umum digunakan
adalah manometer merkuri, dengan prinsip kerja menentukan tinggi kolom cairan yang
memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan yang diukur.
● Lebar bladder (kantong udara manset) mencakup ½ sampai 2/3 panjang lengan atas atau
panjang tungkai atas (12-14 cm pada dewasa). Manset yang terlalu sempit akan memberi
hasil terlalu tinggi, sedangkan yang terlalu lebar akan memberi hasil terlalu rendah
● Panjang bladder (kantong udara manset) juga harus melingkari setidak-tidaknya 2/3
lingkaran lengan atas atau tungkai atas. Manset standar adalah 12 x 23 cm, cocok untuk
lingkar lengan hingga 28cm
Persiapan pemeriksaan :
Jika pasien duduk, letakan lengan di atas meja sedikit lebih tinggi dari pinggang pasien,
cobalah topang lengan pasien di ketinggian pertengahan dada.
Letakkan lengan sedemikian sehingga arteri brakialis, di lipat antekubiti, berada setinggi
jantung—sekitar sela iga ke-4 pada pertemuannya dengan sternum.
Jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk duduk, dapat ditensi dengan berbaring
telentang dengan lengan lurus di samping badan dan tungkai
Pastikan bahwa lengan yang dipilih bebas dari pakaian. Tidak boleh terdapat fistula
arteriovena untuk dialisis, jaringan parut akibat pengirisan arteri brakialis sebelumnya,
atau tanda-tanda limfedema (dijumpai setelah terapi radiasi atau diseksi kelenjar
aksilaris).
Palpasi arteri brakialis untuk memastikan bahwa denyutnya teraba.
Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer selalu
vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris horisontal dengan
level air raksa.
Pengukuran bisa diulang dengan interval 5 – 10 menit
Cara pemeriksaan
1. Pasanglah manset melingkari lengan atas atau tungkai atas dengan batas bawah lebih kurang
3 cm dari siku atau lipat lutut.
2. Dengan cepat pompa sampai denyut nadi a. radialis atau dorsalis pedis tidak teraba lagi,
kemudian teruskan pompa sampai 20 – 30 mmHg. Sambil mendengar dengan stetoskop pada
a. brakialis di fosa kubiti atau a. poplitea di fosa poplitea, kosongkan manometer perlahan-
lahan dengan kecepatan 2 – 3 mm tiap detik.
Pada saat cuff dinaikkan tekanannya, selama manset menekan lengan dengan
sedikit sekali tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan darah, tidak ada bunyi yang
terdengar melalui stetoskop. Kemudian tekanan dalam cuff dikurangi secara perlahan. Begitu
tekanan dalam cuff turun di bawah tekanan sistolik, akan ada darah yang mengalir melalui
arteri yang terletak di bawah cuff selama puncak tekanan sistolik dan kita mulai mendengar
bunyi berdetak dalam arteri yang sinkron dengan denyut jantung Bunyi tersebut disebut
sebagai bunyi Korotkoff yang mempunyai 5 fase yaitu, fase I s.d IV.
Bunyi Korotkoff I : bunyi pertama yang terdengar, berupa bunyi detak yang perlahan
Bunyi Korotkoff II : seperti bunyi Korotkoff I tetapi disertai bunyi desis
Bunyi Korotkoff III : seperti bunyi Korotkoff II tetapi lebih keras
- Tekanan sistolik adalah tekanan maksimum dinding arteri pada saat kontraksi ventrikel
kiri, pada pemeriksaan tekanan darah ditandai saat mulai terdengarnya bunyi
Korotkoff I,
- Tekanan diastolic adalah tekanan minimum dinding arteri pada saat relaksasi ventrikel
kiri, pada pemeriksaan tekanan darah ditandai saat Korotkoff V,
Hasil pemeriksaan ditulis keduanya, misalnya 100/70 mmHg.
Dalam keadaan normal, tekanan sistolik di lengan 10 –15 mmHg lebih rendah daripada
tekanan darah di tungkai, tekanan diastolic hampir sama baik di lengan maupun di tungkai.
- Lanjutkan penurunan tekanan manset sampai suara bising yang terakhir sehingga setelah
itu tidak terdengar bising lagi sebagai tekanan darah diastolic
- Apabila ingin diulang tunggu 3-5 menit kemudian
- Lepaskan manset dan rapikan
- Laporkan hasil tekanan sistolik dan diastolic dan interpretasikan
Idealnya setiap pasien harus diukur tekanan darah pada ke 4 ekstremitasnya. Pemeriksaan pada
satu ekstremitas saja dapat dibenarkan, bila pada palpasi teraba denyut nadi yang normal pada
ke 4 ekstremitas, atau bila terdapat hipertensi pada pengukuran 1 ekstremitas, maka pengukuran
tekanan darah harus dilakukan pada ke 4 ekstremitas. Yang biasa dipergunakan ialah lengan atas
kanan, untuk menghindari kesalahan akibat terdapatnya coartasio aorta proksimal dari arteri
subclavia kiri.
Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun (berdasarkan Joint National
Committee VIII, 2014 ) adalah sebagai berikut :
B. NADI
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel kiri) dan ke paru
(dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah disemburkan melalui aorta dan kemudian
diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan
yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung
frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam 1 menit
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada beberapa tempat, antara lain :
1) Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas pergelangan
tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.
2) Arteri Brachialis. Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku.
Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
3) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat arteri karotid
berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.
4) Arteri temporalis,
5) Arteri dorsalis pedis
Pemeriksaan nadi dilakukan pada ke empat ekstremitas, yang dinilai ialah frekuensi, irama, kualitas
serta ekualitas nadi.
Frekuensi nadi : dihitung dalam keadaan tenang dalam posisi berbaring atau duduk, dengan
meraba a radialis, dengan memakai jari II, III dan IV tangan kanan. Untuk
menyingkirkan kemungkinan terdapat pulsus defisit, hendaknya setiap
penghitungan nadi dilakukan pula penghitungan denyut jantung. Semua
penghitungan dilakukan satu menit penuh. Frekuensi nadi normal
tergantung pada umur.
Irama nadi : Bisa berupa teratur (reguler) atau disritmia (aritmia / irreguler). Dalam
keadaan normal irama nadi adalah reguler. Disritmia adalah jenis
ketidakteraturan nadi yang paling sering dijumpai
- Bila iramanya teratur dan frekuensi nadinya terlihat normal dapat
dilakukan hitungan selama 15 detik kemudian dikalikan 4,
- bila iramanya tidak teratur atau denyut nadinya terlalu lemah, terlalu pelan
atau terlalu cepat, dihitung sampai 60 detik. Irama nadi tidak teratur
Kualitas / isi nadi : isi perabaan nadi bisa berupa lemah, cukup (normal), kuat angkat, atau
sangat kuat
Ekualitas nadi : dalam keadaan normal isi nadi teraba sama pada keempat ekstremitas.
C. SUHU TUBUH
Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat panas suatu
benda/makhluk hidup.
Suhu tubuh dihasilkan dari:
1) Laju metabolisme basal diseluruh tubuh
2) Aktifitas otot
3) Metabolisme tambahan karena pengaruh hormon
Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah termometer badan.
Jenis termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer air raksa
dan digital.
Metode mengukur suhu tubuh:
1) Oral - dengan thermometer badan diletakkan dibawah lidah 3-5 menit. Tidak dianjurkan pada
bayi
2) Axilla - metode yang paling sering dilakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan menggunakan
termometer badan (air raksa/digital). Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada oral.
Dalam keadaan normal suhu aksila berkisar di antara 36 0 sampai 37 0C.
3) Rectal. – Suhu rectum adalah suhu yang menggambarkan suhu tubuh (core temperature)
yang lebih tinggi daripada suhu yang diukur ditempat lain . Suhu rektal biasanya berkisar
0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral. Diukur dengan termometer rektal.
D. PERNAFASAN
Pernapasan pasien yang diukur adalah frekuensi, tipe dan kedalaman pernapasan. Frekuensi
pernafasan adalah intensitas inspirasi dan ekspirasi per menit, dari dalam ke luar tubuh atau dari luar ke
dalam tubuh. Pada umumnya intensitas pernapasan pada manusia berkisar antara 16 - 18 kali.
Persiapan pemeriksaan :
1. Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur terlentang.
2. Dokter meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas.
1. Pemeriksaan inspeksi :
- Posisi pemeriksa ada di di dekat telapak kaki pasien atau di samping kanan
- perhatikan gerakan nafas pasien secara menyeluruh tanpa pasien mengetahui saat kita
menghitung frekuensi nafasnya.
- Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran sudut epigastrium, adanya
retraksi dinding dada (supraklavikuler, suprasternal, interkostal, epigastrium), penggunaan
otot-otot pernafasan aksesoria serta penambahan ukuran anteroposterior rongga dada.
- Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga, menyempitnya sudut epigastrium dan
pengurangan diameter anteroposterior rongga dada.
- cara ini tidak praktis karena pemeriksa harus melihat gerakan pernapasan dan detik jarum
jam sekaligus
2. Pemeriksaan palpasi
- pemeriksa meletakkan telapak tangan pada dinding dada pasien untuk merasakan naik
turunnya gerakan dinding dada.
- hitung gerakan pernapasan yang terasa pada tangan tersebut selama 1 menit
3. Pemeriksaan auskultasi :
- menggunakan membran stetoskop diletakkan pada dinding dada di luar lokasi bunyi
jantung. Pemeriksaan auskultasi ini digunakan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan
inspeksi yang telah dilakukan.
.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
PRASYARAT:
1. Pengetahuan Dasar
a. Anatomi dasar
b. Fisiologi dasar
2. Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan vital sign
a. Komunikasi
b. Informed consent
DESKRIPSI KEGIATAN
B. Global Rating
Nilai
No. Uraian
1 2 3 4
1. Penjelasan yang diberikan urut
2. Profesionalism
3. Performance
4. Attitude
Jumlah =
Keterangan :
1 . Gagal melakukan
2. Borderlain
3. Sesuai harapan
4. Melebihi harapan